Minggu, 27 Maret 2016

Badung Location. . . . Season 2 #6

                Di cafe biasa, Mirza masih duduk seorang diri menanti kedatangan mereka bertiga. Tak berapa lama kemudian, datanglah Fachri dengan langsung duduk disamping Mirza hingga mengejutkan dirinya. Sebab Fachri telah duduk secara tiba-tiba tanpa berkata permisi dulu. Mirza pun langsung menepuknya kesal sambil mengeluarkan kata cacian namun bersifat canda. Dan Fachri yang mendengar memintanya untuk mengulangi kata cacian darinya itu, hingga akhirnya mereka menjadi tertawa bersama.
                “Apa hanya kita berdua?”, Fachri memulai pembicaraan melihat kearah lain.
“Sepertinya sih?”, jawab Mirza melihat keponselnya.
“Btw, Eisya mana? Tumben lo sendiri aja disini!”, Fachri menanyakan cuek sambil mengambil ponselnya dari saku celananya.
“Gue gak sendirin kok! Kan udah ada lo disarmping gue!”, Mirza menggombali Fachri dengan melihat padanya.
Fachri menjadi hening melihat padanya pula. Sedangkan Mirza mulai tertawa berbisik menutup mulutnya masih melihat padanya. “Auuu akh! Gue ketoilet dulu!”, Fachri berkata menghentikan memakai wajah pura-pura gelisah lalu beranjak segera pergi ketoilet di cafe tersebut. Melihat Fachri yang sudah beranjak ketoilet, Mirza mengambil ponsel milik Fachri berniat akan menghubungi Yusra akan menanyakan kabarnya. Namun jarinya telah membuka galeri foto pada ponsel Fachri tersebut.
Kemudian dengan sejenak Mirza menjadi terdiam mendesah kecil, ketika dilihatnya ada sebuah lukisan yang mirip sekali dengan wajah seorang wanita. Namun ia langsung mengalihkannya dengan mencoba menghubungi Mora. Kesalahan yang kedua telah terjadi, yaitu Mirza telah menghubungi Mora dari ponsel milik Fachri bukan menghubungi Yusra. Disaat yang sama, Mora berjalan pelan dibalik dirinya melihatnya sedang menelepon seseorang.
Mora semakin mendekatinya dengan berdiam hening sambil membawa ponselnya yang telah dihubungi kembali oleh orang misterius, yang menggunakan nomor pribadi. Sementara Mirza baru terpandang kepadanya saat baru saja menolehkan kepalanya setengah kebelakang, berlanjut mematikan ponsel milik Fachri dari menghubungi Mora. Dalam sekejap mereka menjadi berpandangan diam seolah-olah saling mempertanyakan.
“Kalau boleh tau, kau sedang meghubungi siapa?”, Mora mulai bertanya memakai senyuman palsu.
“Kamu!”, jawab Mirza singkat biasa saja.
Mora pun memberinya senyuman lalu beralih duduk didepannya, pada satu meja yang sama. Kemudian memikirkan apa yang baru saja telah diketahuinya tadi, mulai mengira kalau selama ini yang telah mengerjainya adalah Mirza. Namun dirinya masih tidak percaya, lalu mengambil ponsel yang telah dipegang Mirza tadi. Sedangkan Mirza yang sudah melihatnya bersikap biasa saja. Dan kini Mora mulai mencoba menghubungi nomor ponselnya sendiri menggunakan ponsel yang telah dipegang Mirza tadi.
Kenyataan pun mulai terbuka, ia sudah menemukan siapa yang telah mengerjainya selama ini, pikirnya. Kemudian Mora melihat sedikit dingin ke Mirza, dan lagi Mirza melihatnya biasa lalu berbalik melihat kebelakang karna Fachri telah datang bersama Yusra. Mirza menyapa keduanya, dan keduanya menyapanya balik segera untuk duduk pada satu meja yang sama. Dan kini Fachri duduk disamping Mirza, Yusra duduk disamping Mora tepat didepan Fachri.
Kemudian Fachri menanyakan ponselnya ke Mirza, Mirza langsung menunjuk Mora dan Fachri pun mengerti melihat ke Mora. Mora yang melihatnya mejadi terkejut karna yang telah dipikirnya tadi adalah salah. Pikirnya tadi Mirza lah yang telah mengerjainya, namun ketika melihat Fachri menanyakan ponsel miliknya semuanya menjadi terbalik. “Sebenarnya ini milik siapa?”, tanya Mora sedikit keras dengan melihat ke Mirza. Menatap tegas.
“Ponsel itu milik Fachri! Mirza mana mampu membeli ponsel seperti itu!”, Yusra menyambung dengan memberitahukan berlanjut mengejek Mirza. Mirza yang mendengar kata ejekkan darinya langsung menunjukkan ponselnya yang berupa Iphone terbaru. “Gak usah pamer kali!”, sambung Mora mengejeknya juga. Lalu melihat ke Fachri sembari memberikan ponsel milik Fachri dengam berpura-pura tidak mengetahui apa-apa.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Kemudian dengan tiba-tiba Mora berpamitan untuk pulang, memakai alasan kalau dirinya telah membuat janji untuk bertemu dengan temannya dirumah kediamannya sendiri. Mirza langsung mempersilahkan, Yusra melihat padanya biasa saja dan Fachri terdiam melihat tanya padanya. Dan Mora memberi senyuman kepada mereka bertiga lalu berbalik bergegas pergi meninggalkan.
“Belum juga pesen makanan, dia sudah bergegas pergi!”, keluh Fachri melihat ke Yusra dan Mirza.
“Yusra, apakah Mora sudah mengatakan alasannya itu padamu tadi? Sewaktu kau masih bersamanya sebelum tiba di cafe ini?”, tanya Mirza ingin mengetahui. Yusra menggeleng padanya, melihat padanya.
“Sudahlah, mungkin Mora kurang percaya diri karna tidak dibarengi dengan Eisya!”, Fachri menghentikan melhat keduanya.
Mirza dan Yusra mulai berpikir positif tentang Mora yang secara tiba-tiba memutuskan untuk pulang dari kebersamaan mereka. Dan mereka bertiga beralih berbicara memakai topik lain, yaitu topik kerjasama memajukan rumah sakit ayah Mirza dengan Fachri. Setelah beberapa bulan lalu dihentikan sementara karna mempunyai kesibukan masing-masing.

Pada malam harinya. . . .

                Mora sedang berdiri didepan jendela kamarnya, ia sedang menatap langit penuh kebisuan tiada bintang yang tertampak menghiasi gelapnya langit malam ini. Tidak ada yang berkelip, bulan pun tertutup arakan awan hingga cahayanya tampak seperti redup. Padahal pada malam ini telah kedatangan bulan purnama yang siap memancarkan cahayanya menggantikan cahaya lampu menerangi kegelapan gulita dimalam ini.
Mora, puas sudah ia menatapi langit yang begitu saja kemudian berbalik membelakangi jendela kamarnya mulai melangkah perlahan meninggalkan. Lalu ia menjadi terhenti saat ketika melihat buket bunga diarah kanannya, tersimpan dimeja terpajang pada dinding kamarnya. Iapun segera menghampiri buket bunga tersebut berniat akan mengambilnya. Dan kini Mora telah berhasil mengambil buket bunga tersebut, lalu berbalik membelakangi meja menghadap kesalib didepannya tak jauh darinya.
 Diingatnya, buket bunga yang sedang dipegangnya adalah pemberian dari Fachri sewaktu menghadiri pameran beberapa waktu lalu. Kemudian ia berjalan pelan menghampiri salib didepannya, tiba-tiba dibayanginya jika dirinya sedang menjalani pernikahan disebuah gereja. Dibayanginya, Ia sedang berjalan memakai gaun pengantin serta dengan buket bunga yang masih dipegangnya. Berjalan menghampiri Fachri yang sudah menunggunya dengan memakai pakaian pengantin pula bersama seorang pak Pendeta.
Didalam angannya masih membayanginya itu, Fachri tersenyum padanya sedangkan pak Pendeta itu mulai membuka map yang berisi kata janji suci alam pernikahan. Dan hingga pada akhirnya ia sebagai pengantin wanita sudah sampai dengan berdiri disebelah Fachri dihadapan pak Pendeta. Kemudian Mora menjadi tersenyum seorang diri melihat salib didepannya, sesaat sudah terbangun dari angannya membayangi yang demikian tadi.
Kemudian dengan tiba-tiba ia teringat pada apa yang telah ditemuinya pada tadi sore. Ternyata orang yang sudah mengerjainya, orang yang sudah bersikap misterius padanya sealma ini. Orang itu adalah Fachri. Mora sangat tidak menduganya apalagi menyangkanya, dan kini ia akan berkeluh didepan salib sebagai mengobati keterkejutannya sendiri. “Dia yang telah memulainya! Tuhan hentikan semua ini! Buat aku untuk membencinya saja! Karna dia telah berlaku curang terhadapku!”, pinta Mora agar rasa sukanya berbalik menjadi benci.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Sekitar pukul sepuluh malam, Yusra baru pulang kerumahnya dan kini sudah memarkirkan mobilnya dihalaman depan rumahnya. Kemudian ia keluar dari dalam mobilnya beralih menuju kebagasi mobilnya, berniat akan mengambil sesuatu. Dan kini ia telah membuka bagasi mobilnya lalu berdiam hening melihat kelima buah jenis barang yang sama. Kelima buah jenis barang yang sama itu adalah sebuah minuman keras dengan sedikit alkohol.
Karna pada sebelumnya Yusra menyempatkan dirinya untuk pergi ke BAR biasa yang sering dikunjunginya hanya untuk membeli enam buah minuman keras dengan sedikit alkohol itu. Sebab telah dipikirnya lebih baik meminum minuman tersebut dirumah, agar kecelakaan tidak terjadi saat pulang kerumahnya karna mabuk yang mungkin akan dialaminya ketika sudah meminum minuman tersebut. pemikiran bijak telah ada padanya, namun tetap saja pada dasarnya ada yang tidak benar.
Ketidak benarannya ialah Yusra akan meminum minuman itu dirumahnya sendiri, dikamarnya sendiri. Tapi bagaimana kalau ada salah-satu dari orang rumahnya yang mengetahui dirinya, dalam keadaan dirinya masih sadar ataupun sudah tak sadarkan diri karna pengaruh dari minuman tersebut. Didalam kamarnya sendiri memang merupakan tempat yang paling aman, namun tidak terpungkiri jikalau salah-satu orang rumahnya bisa memasuki kamarnya kapan saja asalkan ada tujuannya.
                Pada malam berikutnya, sama seperti pada malam kemarin, Yusra kembali pulang kerumahnya pada pukul sepuluh malam. Namun pada malam ini ia tidak menyempatkan dirinya untuk singgah ke BAR yang sering dikunjunginya. Dan kini Yusra telah memasuki rumahnya dengan sudah berada didalam kamarnya. Didalam kamarnya ia sedang membuka pakaian kantornya lalu memasuki kamar mandinya berniat akan mandi karna merasa gerah setelah seharian bekerja dikantornya.
Sementara minuman keras yang dibelinya pada kemarin malam tersimpan dibawah kolong tempat tidurnya. Tak berapa lama kemudian, satu buah minuman keras itupun telah diambil oleh Yusra. Dengan baru duduk dipinggir tempat tidurnya, Yusra membuka tutup minuman keras itu akan segera meminumnya menikmatinya seorang diri. Dan kini ia baru saja meminumnya perlahan dengan memejamkan kedua matanya, meresapinya sambil membayangkan sesuatu.
Yusra membayangkan perdebatannya dengan Yandra sewaktu masih menjalani sidang perceraiannya yang pertama. Disitu ia merasakan begitu kelam, hancur, merasakan keputus asaan yang sama sekali tak berarti karna dirinya mulai terpengaruh dari minuman keras itu. Yang kini mulai membuat dirinya menjadi setengah mabuk. Kemudian ia terbangun dari pejamnya dengan langsung melihat pada foto pernikahannya didinding atas tempat tidurnya, melepaskan minumnya.
Lalu tangan kanannya yang memegang botol minuman kerasnya, beralih menunjuk foto pernikahannya itu. “Disitu ada papah, ada aku, dan ada Yandra sebagai pengantin wanitanya! Dan kami berdua adalah pembohong! Pernikahan itu hanya bohongan papah!”, Yusra berkata bernadakan sudah setengah mabuk lalu diakhiri dengan tawa yang tak berarti. Dan kemudian menjadi berhenti dari tawanya, tertunduk melihat kebawah dengan menjatuhkan kecil botol minuman kerasnya kelantai.
Kini Yusra mendadak menjadi hening masih dalam keadaan yang sama, menjadi terdiam entah apa yang sedang dipikirkannya. Dan tiba-tiba ia berhalusinasi, didengarnya bisikkan suara yang memanggil namanya ditelinga kirinya. Suara itu begitu lembut sangat menggoda dirinya. Lalu ia terbangun dari tunduknya mencoba melihat pelan kearah kirinya. Dan secara tiba-tiba Yusra menjadi terkejut karna melihat Yandra sudah duduk dipangkuannya tepat disisi kirinya dengan tersenyum.
Juga  mengenakan baju tidur yang bermotif sama dengan dirinya. “Yandra…?”, bisiknya masih berhalusinasi. Sementara Yandra yang masih terlihat dipandangannya menutupi kedua mata Yusra menggunakan telapak tangan kanan dirinya sendiri seolah-olah menyuruh Yusra untuk segera beristirahat. Yusra yang masih terbawa dalam halusinasinya, menjatuhkan dirinya ketempat tidur hingga terbaring dan seketika menjadi terlelap sendiri.
Ternyata yang sedang dipikirkan Yusra tadi adalah Yandra sebelum dan sesudah menjadi setengah mabuk, sehingga membuatnya menjadi berhalusinasi seperti demikian.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar