Minggu, 27 Maret 2016

Badung Location. . . . Season 2 #18

                Esok harinya, pada pukul Sembilan pagi Mora menyempatkan dirinya untuk mengunjungi Fachri dirumah sakit tempatnya bekerja dengan membawa sebuah kotak makanan ditangannya. Mora begitu merasa senang karna telah berhasil membuat Fachri bercerita tentang kehidupannya. Dan karna itu Mora menunjukkannya dengan memasak bubur ayam yang akan dipersembahkannya langsung pada Fachri.
Sementara dikantin rumah sakit tempat Fachri bekerja, Fachri baru saja duduk dimeja kantin bersama Dokter Veni dan Dokter Hani. Ditempat meja kantin itu mereka bertiga mulai berbincang-bincang yang tidak penting, sambil menunggu jam kerja mereka dimulai tepat pada pukul sepuluh pagi menjelang siang nanti. Saat mereka masih berbincang-bincang tidak penting mulai memakai canda, Mora baru saja tiba dikantiin rumah sakit tersebut melihat mereka bertiga. Tak jauh dari mereka bertiga.
Sekali lagi Mora merasa bahagia, karna telah melihat Fachri telah ada bersama Dokter Veni dan Dokter Hani. Kedua orang Dokter wanita yang belum diketahui namanya olehnya, ia hanya mengenal wajahnya saja. “Tuhan, aku melihat Fachri sedang bersama mereka berdua lagi!”, bisik Mora dihatinya sambil tersenyum kecil. Kemudian bergegas pergi sedikit lupa untuk memberikan bubur ayam yang telah dipersembahkannya kepada Fachri.
Sementara Fachri baru terpandang kepadanya saat ketika Mora sudah berjalan pergi meninggalkan. Dan Fachri langsung berpamitan kepada kedua orang Dokter wanita itu untuk beralih pergi meninggalkan kesuatu tempat sebentar saja.

Beberapa saat kemudian. . . .

Mora masih berjalan meninggalkan, kemudian menjadi terhenti saat baru saja lima langkah melewati pintu lobby rumah sakit. Ia baru tersadar jika dirinya belum memberi bubur ayam persembahannya kepada Fachri. Sejenak menjadi hening berpikir, lalu berbalik kebelakang akan memasuki kedalam rumah sakit kembali berniat akan memberikan bubur ayam persembahannya kepada Fachri.
Namun Mora harus mengurungkan niatnya lebih dulu, sebab telah dilihatnya jika Fachri sedang berjalan mendekatinya bahkan sudah lebih dekat dengannya. Mora pun menjadi terdiam menatapi Fachri masih memegang sebuah kotak makanannya. “Lagi-lagi kau tidak bisa sabar sedikit menungguku! Bukankah tidak ada perjanjian yang kau buat untuk menemuiku pada hari ini?”, Fachri langsung mengomentari sesaat ketika sudah berhenti didepannya. Menatap mengeluhkan.
“Aku hanya ingin terlihat, seperti orang yang memberikan surprise!”, Mora menyahut sedikit gugup masih menatapinya diam. Fachri melihat kesebuah kotak makanan yang masih dipegang Mora. “Aku bangga memiliki seorang teman sepertimu! Karna dari kemandirianmu sejak kecil, telah mengantarkan kesuksesan padamu yang begitu luar biasa!”, Mora menyambung katanya dengan memujinya. Masih menatapinya diam. Fachri mulai menatap sedikit curiga padanya.
Melihat tatapan Fachri yang mulai sedikit curiga padanya, Mora hanya tertawa kecil sedikit malu lalu memberikan sebuah kotak makanannya kepada Fachri. Sedangkan Fachri yang sebagai penerima, hanya membuka tutup kotak makanan tersebut dan terlihatlah makanan bubur ayam yang pernah Mora sajikan untuknya. Mora pun mulai merasa Fachri bersikap sedikit acuh padanya, namun ia menyembunyikannya.
Kemudian Fachri menurunkan tangannya yang telah membuka tutup kotak makanan dengan masih memegang tutup kotak makanan tersebut. “Entah mengapa, saat ini aku ingin disuapi saja untuk memakan bubur ayam persembahan darimu!”, Fachri baru berkata lagi dengan melihat kebubur ayam lalu melihat ke Mora. Masih bertahan menatap sedikit curiga. Namun Mora tidak mempedulikan tatapan darinya melainkan langsung menyuapi Fachri bubur ayam dengan rasa percaya dirinya.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Mora masih menyuapinya, dan Fachri masih menggapainya tak peduli dengan keberadaan mereka berdua dilobby rumah sakit. Fachri begitu menyukai bubur ayam, ia begitu semangat untuk memakannya terlebih lagi Mora menyuapinya. “Rasanya sama seperti pada hari kemarin! ternyata kau masih memakai koki bayaran yang sama!”, Fachri mengomentari rasa bubur ayamnya. Mora hanya tersenyum menyuapinya lagi.
                Dan kini Fachri sudah menghabiskan bubur ayam itu, lalu Mora memberikan air mineral padanya. Fachri pun meminum air mineral tersebut dan akan mulai mengatakan sesuatu. “Aku harap, kau akan melakukannya lagi! Karna, kau baru saja telah bersikap seperti seorang istri untukku!”, Fachri berkata sedikit memintanya usainya meminum air mineral. Mora tersenyum kembali sambil mengambil tutup kotak makanannya ditangan Fachri lalu menutup kotak makanannya sendiri.
                “Aku harus kembali kekantor! Sebelumnya, terimakasih karna kau sudah mengahbiskan bubur ayam persembahan dariku dengan tepat waktu!”, Mora berkata berpamitan padanya. Fachri menjadi terdiam menatapnya berkeinginan Mora bisa bersamanya sebentar lagi. Namun Fachri sedikit gengsi mempersilahkannya untuk pergi dengan senyuman palsu. “Sampai jumpa lagi!”, kata berpamitan Mora yang terakhir lalu berbalik mulai berjalan pergi meninggalkan.
                Sore harinya, Mora sedang berada didalam gereja tempat biasanya ia berdoa. Kali ini Mora memakai pakaian seorang biarawati, sebab hari ini ia akan menjalani sebuah tes untuk menjadi seorang biarawati. Disaat dirinya masih sibuk menghidupkan lilin sebagai media penerangan disekitar patung Tuhan Yesus, tiba-tiba saja ada seorang temannya yang berkata jika ada seseorang sedang menunggunya dihalaman gereja.
Mora yang baru usai melakukan pengerjaannya, kini mulai beralih akan segera menemui seseorang yang telah menunggunya. Sesampainya didepan pintu masuk gereja, Mora menjadi terhenti seketika karna dilihatnya kalau seseorang yang telah menunggunya adalah Fachri. Fachri yang kini berjalan bergantian akan menghampri dirinya. Mora yang semakin menyadari bahwa Fachri semakin menghampirinya, menjadi menelan air liurnya ketenggorokannya yang kering menahan rasa cemasnya.
Setelah beberapa menit berdiri menanti Fachri, Fachri pun kini sudah berdiri didepannya menatap biasa. Lalu berubah menjadi menatap aneh karna baru disadarinya jika Mora telah berpakaian seorang biarawati. Dan Fachri akan mengungkapkan sesuatu kepadanya.
“Pakaianmu?”, Fachri mulai berkata masih melihat aneh pada pakaian Mora. Mora menatap sedikit tegang. “Naluriku berkata, kau seperti sudah memutuskan sesuatu!?”, sambung Fachri menatap aneh sedikit tanya padanya. Mora menundukkan kepalanya melihat keabwah.
“Maafkan aku! Tanpa sepengetahuan kamu, aku memutuskan untuk menjadi seorang biarawati! Bila aku dipertemukan denganmu lagi dengan keadaan yang seperti semula kala!”, pengakuan Mora dengan bergemetar gugup. Lalu mengangkat kepalanya kembali menatap Fachri hingga meneteskan airmata. “Saat pertama aku mendengar berita tentang kecelakaan yang menimpamu, aku terus mengkhawatirkan sehingga aku berdoa yang demikian!”, ungkapnya jujur.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

Fachri menjadi terdiam kaku menatapinya merasakan bahwa Mora telah menyayanginya begitu tulus tidak perhitungan. “Hari ini, tepatnya pada pukul enam sore nanti! Aku akan menjalani sebuah tes sebagai biarawati! Aku akan berada disini pada hari yang berhubungan dengan Tuhan! Apa, kau masih bersedia untuk menjadi temanku?”, Mora memberitahu kegiatannya didalam gereja tersebut lalu menanyakan kesediaan Fachri untuk masih menjadi temannya atau tidak. Menatap sedikit haru.
“Kalau soal itu, kamu tidak perlu menanyakan lagi padaku!”, sahut Fachri berkata jujur nan ikhlas. Kemudian Mora menjadi tertawa haru sembari memeluknya dengan menyandarkan kepalanya didada kiri Fachri menghadap kearah kiri dari adda kiri Fachri pula. Disaat Mora masih memeluknya, Fachri akan mengatakan sesuatu dan keduanya akan berbalas kata masih dalam pelukan.
“Jika suatu hari nanti kau mulai terpikat lagi dengan seseorang! Kau harus meraihnya, karna melayani Tuhan tidak harus menjadi seorang biarawati bukan?”, Fachri mulai menyinggung sembari memancing Mora tuk mengatakan tentang perasaannya.
“Entahlah, yang pasti saat ini aku telah terpikat oleh seseorang!”, sahut Mora sudah terpancing olehnya.
“Oyah, kalau begitu lepasakan pelukmu, lalu kau tatap kedua mataku! Tak lupa juga kau harus mengatakan padaku siapa seseorang yang telah membuatmu terpikat!”, Fachri sedikit menantangnya tegas.
Mora telah mendengar kata tantangan darinya. Dan kini Mora perlahan melepaskan pelukannya dari Fachri melihat kebawah. Lalu perlahan pula mencoba menatap Fachri. “Ada kalanya kita harus bermain seperti anak kecil! Apa, kau mau bermain tentang kejujuran padaku?”, Fachri memulai dengan permisi melihat serius ke Mora. Mora memilih bungkam dengan mengangguk kecil. Dan mereka berdua akan memulai permainan tentang kejujuran.
“Aku adalah siapa?”, tanya Fachri menatap santai.
“Fachri!”, jawab Mora menatap sedikit tegang.
“Beri aku sebuah alasan, mengapa kau begitu menghawatirkan nasibku?”, tanya Fachri lagi mulai menatap serius.
“Aku sudah lama mengasihimu! Bagaimana bisa aku mempercayai berita bohong itu!”, Mora sudah mengungkap semuanya hingga meneteskan airmatanya.
Fachri yang sudah mendengar katanya pun mengepalkan kedua tangannya. Lalu melihat kepatung Tuhan Yesus didalam gereja yang masih bisa dilihat dari pintu masuk gereja. Kemudian Fachri membuka gelang persahabatan dipergelangan tangannya sembari menunjukkannya ke Mora. “Setidaknya kau masih mau kan, memakai gelang ini dipergelangan tanganmu lagi!”, Fachri menanyakannya. Mora menjadi terdiam melihat kegelang itu lalu menatap Fachri kembali.
Mengetahui Fachri yang menunggu, Mora pun memberikan pergelangan tangannya dan Fachri mulai memakaikan gelang itu dipergelangan tangan Mora. “Ini adalah kehendakmu sendiri Mora! Akupun tidak bisa menghentikannya bukan!”, Fachri berkata saat masih memakaikan gelang itu. Mora menjadi semakin terdiam membisu hanya mendengarkan kata darinya saja melihat Fachri masih memakaikan gelang itu pada pergelangan tangannya.
Usainya Fachri memakaikan gelang itu, Fachri berpamitan untuk bergegas pergi kembali kerumah sakit karna harus mengoperasi beberapa pasiennya. Fachri pun berkata, “Goodluck Mora!”. Dan Mora membalas kata darinya, “Kamu juga, Fachri!”, dengan senyuman yang baru saja ditunjukkannya. Kemudian mereka berdua menjadi tertawa kecil bersama lalu berbalik kembali pada tujuan masing-masing.
Usainya melakukan perpisahan, rasa kegirangan nan semangat mulai menyertai perasaan keduanya.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar