Esok
harinya, pada pukul Sembilan pagi Mora menyempatkan dirinya untuk mengunjungi
Fachri dirumah sakit tempatnya bekerja dengan membawa sebuah kotak makanan
ditangannya. Mora begitu merasa senang karna telah berhasil membuat Fachri bercerita
tentang kehidupannya. Dan karna itu Mora menunjukkannya dengan memasak bubur
ayam yang akan dipersembahkannya langsung pada Fachri.
Sementara dikantin rumah sakit
tempat Fachri bekerja, Fachri baru saja duduk dimeja kantin bersama Dokter Veni
dan Dokter Hani. Ditempat meja kantin itu mereka bertiga mulai
berbincang-bincang yang tidak penting, sambil menunggu jam kerja mereka dimulai
tepat pada pukul sepuluh pagi menjelang siang nanti. Saat mereka masih
berbincang-bincang tidak penting mulai memakai canda, Mora baru saja tiba
dikantiin rumah sakit tersebut melihat mereka bertiga. Tak jauh dari mereka
bertiga.
Sekali lagi Mora merasa bahagia,
karna telah melihat Fachri telah ada bersama Dokter Veni dan Dokter Hani. Kedua
orang Dokter wanita yang belum diketahui namanya olehnya, ia hanya mengenal
wajahnya saja. “Tuhan, aku melihat Fachri sedang bersama mereka berdua lagi!”,
bisik Mora dihatinya sambil tersenyum kecil. Kemudian bergegas pergi sedikit
lupa untuk memberikan bubur ayam yang telah dipersembahkannya kepada Fachri.
Sementara Fachri baru terpandang
kepadanya saat ketika Mora sudah berjalan pergi meninggalkan. Dan Fachri
langsung berpamitan kepada kedua orang Dokter wanita itu untuk beralih pergi
meninggalkan kesuatu tempat sebentar saja.
Beberapa saat kemudian. . . .
Mora masih berjalan meninggalkan,
kemudian menjadi terhenti saat baru saja lima langkah melewati pintu lobby
rumah sakit. Ia baru tersadar jika dirinya belum memberi bubur ayam
persembahannya kepada Fachri. Sejenak menjadi hening berpikir, lalu berbalik
kebelakang akan memasuki kedalam rumah sakit kembali berniat akan memberikan
bubur ayam persembahannya kepada Fachri.
Namun Mora harus mengurungkan
niatnya lebih dulu, sebab telah dilihatnya jika Fachri sedang berjalan
mendekatinya bahkan sudah lebih dekat dengannya. Mora pun menjadi terdiam
menatapi Fachri masih memegang sebuah kotak makanannya. “Lagi-lagi kau tidak
bisa sabar sedikit menungguku! Bukankah tidak ada perjanjian yang kau buat
untuk menemuiku pada hari ini?”, Fachri langsung mengomentari sesaat ketika
sudah berhenti didepannya. Menatap mengeluhkan.
“Aku hanya ingin terlihat, seperti
orang yang memberikan surprise!”, Mora menyahut sedikit gugup masih menatapinya
diam. Fachri melihat kesebuah kotak makanan yang masih dipegang Mora. “Aku
bangga memiliki seorang teman sepertimu! Karna dari kemandirianmu sejak kecil,
telah mengantarkan kesuksesan padamu yang begitu luar biasa!”, Mora menyambung
katanya dengan memujinya. Masih menatapinya diam. Fachri mulai menatap sedikit
curiga padanya.
Melihat tatapan Fachri yang mulai
sedikit curiga padanya, Mora hanya tertawa kecil sedikit malu lalu memberikan
sebuah kotak makanannya kepada Fachri. Sedangkan Fachri yang sebagai penerima,
hanya membuka tutup kotak makanan tersebut dan terlihatlah makanan bubur ayam
yang pernah Mora sajikan untuknya. Mora pun mulai merasa Fachri bersikap sedikit
acuh padanya, namun ia menyembunyikannya.
Kemudian Fachri menurunkan
tangannya yang telah membuka tutup kotak makanan dengan masih memegang tutup
kotak makanan tersebut. “Entah mengapa, saat ini aku ingin disuapi saja untuk
memakan bubur ayam persembahan darimu!”, Fachri baru berkata lagi dengan
melihat kebubur ayam lalu melihat ke Mora. Masih bertahan menatap sedikit curiga.
Namun Mora tidak mempedulikan tatapan darinya melainkan langsung menyuapi
Fachri bubur ayam dengan rasa percaya dirinya.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Mora
masih menyuapinya, dan Fachri masih menggapainya tak peduli dengan keberadaan
mereka berdua dilobby rumah sakit. Fachri begitu menyukai bubur ayam, ia begitu
semangat untuk memakannya terlebih lagi Mora menyuapinya. “Rasanya sama seperti
pada hari kemarin! ternyata kau masih memakai koki bayaran yang sama!”, Fachri
mengomentari rasa bubur ayamnya. Mora hanya tersenyum menyuapinya lagi.
Dan
kini Fachri sudah menghabiskan bubur ayam itu, lalu Mora memberikan air mineral
padanya. Fachri pun meminum air mineral tersebut dan akan mulai mengatakan sesuatu.
“Aku harap, kau akan melakukannya lagi! Karna, kau baru saja telah bersikap
seperti seorang istri untukku!”, Fachri berkata sedikit memintanya usainya
meminum air mineral. Mora tersenyum kembali sambil mengambil tutup kotak
makanannya ditangan Fachri lalu menutup kotak makanannya sendiri.
“Aku
harus kembali kekantor! Sebelumnya, terimakasih karna kau sudah mengahbiskan
bubur ayam persembahan dariku dengan tepat waktu!”, Mora berkata berpamitan
padanya. Fachri menjadi terdiam menatapnya berkeinginan Mora bisa bersamanya
sebentar lagi. Namun Fachri sedikit gengsi mempersilahkannya untuk pergi dengan
senyuman palsu. “Sampai jumpa lagi!”, kata berpamitan Mora yang terakhir lalu
berbalik mulai berjalan pergi meninggalkan.
Sore
harinya, Mora sedang berada didalam gereja tempat biasanya ia berdoa. Kali ini
Mora memakai pakaian seorang biarawati, sebab hari ini ia akan menjalani sebuah
tes untuk menjadi seorang biarawati. Disaat dirinya masih sibuk menghidupkan
lilin sebagai media penerangan disekitar patung Tuhan Yesus, tiba-tiba saja ada
seorang temannya yang berkata jika ada seseorang sedang menunggunya dihalaman
gereja.
Mora yang baru usai melakukan
pengerjaannya, kini mulai beralih akan segera menemui seseorang yang telah
menunggunya. Sesampainya didepan pintu masuk gereja, Mora menjadi terhenti
seketika karna dilihatnya kalau seseorang yang telah menunggunya adalah Fachri.
Fachri yang kini berjalan bergantian akan menghampri dirinya. Mora yang semakin
menyadari bahwa Fachri semakin menghampirinya, menjadi menelan air liurnya
ketenggorokannya yang kering menahan rasa cemasnya.
Setelah beberapa menit berdiri
menanti Fachri, Fachri pun kini sudah berdiri didepannya menatap biasa. Lalu
berubah menjadi menatap aneh karna baru disadarinya jika Mora telah berpakaian
seorang biarawati. Dan Fachri akan mengungkapkan sesuatu kepadanya.
“Pakaianmu?”, Fachri mulai berkata
masih melihat aneh pada pakaian Mora. Mora menatap sedikit tegang. “Naluriku
berkata, kau seperti sudah memutuskan sesuatu!?”, sambung Fachri menatap aneh
sedikit tanya padanya. Mora menundukkan kepalanya melihat keabwah.
“Maafkan aku! Tanpa sepengetahuan
kamu, aku memutuskan untuk menjadi seorang biarawati! Bila aku dipertemukan denganmu
lagi dengan keadaan yang seperti semula kala!”, pengakuan Mora dengan bergemetar
gugup. Lalu mengangkat kepalanya kembali menatap Fachri hingga meneteskan
airmata. “Saat pertama aku mendengar berita tentang kecelakaan yang menimpamu,
aku terus mengkhawatirkan sehingga aku berdoa yang demikian!”, ungkapnya jujur.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Fachri menjadi terdiam kaku
menatapinya merasakan bahwa Mora telah menyayanginya begitu tulus tidak
perhitungan. “Hari ini, tepatnya pada pukul enam sore nanti! Aku akan menjalani
sebuah tes sebagai biarawati! Aku akan berada disini pada hari yang berhubungan
dengan Tuhan! Apa, kau masih bersedia untuk menjadi temanku?”, Mora memberitahu
kegiatannya didalam gereja tersebut lalu menanyakan kesediaan Fachri untuk
masih menjadi temannya atau tidak. Menatap sedikit haru.
“Kalau soal itu, kamu tidak perlu
menanyakan lagi padaku!”, sahut Fachri berkata jujur nan ikhlas. Kemudian Mora
menjadi tertawa haru sembari memeluknya dengan menyandarkan kepalanya didada
kiri Fachri menghadap kearah kiri dari adda kiri Fachri pula. Disaat Mora masih
memeluknya, Fachri akan mengatakan sesuatu dan keduanya akan berbalas kata
masih dalam pelukan.
“Jika suatu hari nanti kau mulai
terpikat lagi dengan seseorang! Kau harus meraihnya, karna melayani Tuhan tidak
harus menjadi seorang biarawati bukan?”, Fachri mulai menyinggung sembari
memancing Mora tuk mengatakan tentang perasaannya.
“Entahlah, yang pasti saat ini aku
telah terpikat oleh seseorang!”, sahut Mora sudah terpancing olehnya.
“Oyah, kalau begitu lepasakan
pelukmu, lalu kau tatap kedua mataku! Tak lupa juga kau harus mengatakan padaku
siapa seseorang yang telah membuatmu terpikat!”, Fachri sedikit menantangnya
tegas.
Mora telah mendengar kata
tantangan darinya. Dan kini Mora perlahan melepaskan pelukannya dari Fachri
melihat kebawah. Lalu perlahan pula mencoba menatap Fachri. “Ada kalanya kita
harus bermain seperti anak kecil! Apa, kau mau bermain tentang kejujuran padaku?”,
Fachri memulai dengan permisi melihat serius ke Mora. Mora memilih bungkam
dengan mengangguk kecil. Dan mereka berdua akan memulai permainan tentang
kejujuran.
“Aku adalah siapa?”, tanya Fachri
menatap santai.
“Fachri!”, jawab Mora menatap
sedikit tegang.
“Beri aku sebuah alasan, mengapa
kau begitu menghawatirkan nasibku?”, tanya Fachri lagi mulai menatap serius.
“Aku sudah lama mengasihimu!
Bagaimana bisa aku mempercayai berita bohong itu!”, Mora sudah mengungkap
semuanya hingga meneteskan airmatanya.
Fachri yang sudah mendengar
katanya pun mengepalkan kedua tangannya. Lalu melihat kepatung Tuhan Yesus
didalam gereja yang masih bisa dilihat dari pintu masuk gereja. Kemudian Fachri
membuka gelang persahabatan dipergelangan tangannya sembari menunjukkannya ke
Mora. “Setidaknya kau masih mau kan, memakai gelang ini dipergelangan tanganmu
lagi!”, Fachri menanyakannya. Mora menjadi terdiam melihat kegelang itu lalu
menatap Fachri kembali.
Mengetahui Fachri yang menunggu,
Mora pun memberikan pergelangan tangannya dan Fachri mulai memakaikan gelang
itu dipergelangan tangan Mora. “Ini adalah kehendakmu sendiri Mora! Akupun
tidak bisa menghentikannya bukan!”, Fachri berkata saat masih memakaikan gelang
itu. Mora menjadi semakin terdiam membisu hanya mendengarkan kata darinya saja
melihat Fachri masih memakaikan gelang itu pada pergelangan tangannya.
Usainya Fachri memakaikan gelang
itu, Fachri berpamitan untuk bergegas pergi kembali kerumah sakit karna harus
mengoperasi beberapa pasiennya. Fachri pun berkata, “Goodluck Mora!”. Dan Mora
membalas kata darinya, “Kamu juga, Fachri!”, dengan senyuman yang baru saja ditunjukkannya.
Kemudian mereka berdua menjadi tertawa kecil bersama lalu berbalik kembali pada
tujuan masing-masing.
Usainya melakukan perpisahan, rasa
kegirangan nan semangat mulai menyertai perasaan keduanya.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar