Disudut sana, keluarga besar Yusra
dan keluarga besar Clara sedang berbincang-bincang. Entah apa yang sedang
mereka perbincangkan, yang pasti terlihat suasana begitu kekeluargaan dari
kedua keluarga besar itu. Ditengah perbincangan kedua keluarga itu masih
berlangsung, Omah berkata permisi untuk pergi ketempat lain berniat akan
mengambil sesuatu. Merekapun mengizinkan dan Omah sudah beranjak perlahan
meninggalkan.
Dan kini Omah telah sampai pada
tempat tujuannya, ternyata Omah hanya ingin mengambil minuman. Namun ketika
sudah mengambil minuman akan beranjak, tiba-tiba Omah menabrak seorang pelayan
sehingga air yang sudah siap pun menjadi terjatuh habis kelantai. Pelayan
itupun langsung meminta maaf padanya, dan Omah masih dengan rasa sabarnya
langsung memaaafkan bersikap lembut. Dan kini lagi Omah harus mengambil
minumannya.
Namun ternyata air yang dimaksud
sudah habis, dengan berat hati Omah menerimanya. Namun ketika akan mengambil
gelas dengan berisi air minuman lain, ada yang memberikannya sebuah gelas
dengan berisi air minuman yang dimaksudnya tadi. Omah pun langsung tersenyum
sembari mengambilnya dari tangan seorang yang telah memberikannya. Kemudian
melihat kewajah orang yang telah memberikannya berniat akan mengucapkan terima
kasih.
Namun menjadi terhenti sejenak
karna begitu merasa kaget. Sebab seorang yang telah memberikannya segelas
minuman padanya tadi adalah Yandra. “Yandra?”, tegur Omah menatap kaget. Yandra
memberi senyuman. “Siapa yang telah membawamu kesini?”, tanya Omah sekali lagi
mencurigai Yusra yang telah membawa Yandra. Yandra menjadi tersenyum sembari
menggelengkan kepalanya. “Yusra tidak membawaku! Temanku-temanku yang membawaku
kesini!”, penjelasan Yandra santai.
Omah yang sudah mendengar
penjelasannya pun menjadi bisa untuk bernafas lega. Sebab kecurigaannya tadi
sungguh tidak benar. Kemudian berpaling pergi meninggalkan Yandra dengan amat
jutek, seolah-olah tidak menganggap Yandra ada bersamanya. Sedangkan Yandra
hanya melihatnya pergi memakluminya. Lalu berbalik akan beranjak pergi, namun
ketika sudah berbalik dan baru saja melangkah dua langkah ia merasa seperti
telah menabrak tubuh seseorang yang sudah menghadapnya.
Mau tidak mau Yandra pun mengalah
dengan berhenti sejenak sembari mendongangkan kepalanya sedikit demi bisa melihat
wajah dari seseorang dihadapannya. Ternyata wajah dari seseorang itu adalah
Yusra, dan seketika mereka berdua saling bertatapan diam sesaat. Kemudian
mereka akan berbicara dengan Yusra yang memulainya lebih dulu, masih dalam
bertatapan diam.
“Kau sudah bisa menghadapi Omah seorang
diri! Tadinya aku tidak melihat, tetapi ketika aku melihat seacra tidak
sengaja! Aku mulai menghawatirkan sehingga aku memilih tuk memperhatikan kalian
berdua secara diam-diam!”, Yusra mengujar apa yang telah dilakukannya tadi.
“Iya, aku sudah bisa melawan
keangkuhannya tadi, Yusra!”, Yandra menyahut sedikit merasa kagum. Tatapannya
pun berubah menjadi berseri-seri kepada Yusra.
“Itu karna kamu dilandasi dengan sifat
keberanian! Jika sebelumnya dilandasi dengan sifat ketakutan, maka kamu gak
akan bisa menaklukan Omah seperti tadi!”, Yusra menasehatinya sembari memujinya
kecil.
Yandra menjadi menatap malu
padanya, karna begitu merasa tersanjung dari perkataannya. Sedangkan Yusra
masih menatapinya dengan tatapannya mulai berbinar-binar. Yandra pun menjadi
tidak sanggup dengan memalingkan wajahnya kearah kanannya sambil tersenyum
malu. Lalu Yusra mulai berbisik, “Aku ingin berdoa, semoga ada waktu untuk kita
memerangi Omah! melawan keangkuhan dirinya seperti katamu tadi!”, bisiknya
penuh harap. Yandra semakin tersenyum malu.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Kemudian secara tiba-tiba listrik
menjadi padam dan seluruh ruangan menjadi gelap gulita seketika. Dan disaat
yang bersamaan, Yandra spontan menghadapkan wajahnya kedepan masih dihadapan
Yusra hingga bibirnya menyentuh bibir Yusra. Keduanya sama-sama merasa terkejut
memilih diam dengan membiarkan bibir mereka berdua bersentuhan. Apa yang baru
saja terjadi pada keduanya sama percis dengan apa yang pernah terjadi pasa sesi
pemotretan, melakukan foto pre-wedd dulu.
Setelah beberapa menit mereka
berdua bertahan dalam keadaan yang seperti itu, keduanya pun kini saling
melepaskan sentuhan bibir mereka masing-masing bersamaan dengan seluruh ruangan
yang kembali terang benderang. Dan hanya berbeda satu detik sebelum lampu
seluruh ruangan kembali hidup menjadi terang benderang seperti semula.
“Sepertinya, kita harus segera berpisah dengan kembali ketempat semula!”,
ungkap Yandra menatap segan ke Yusra.
Yusra mengangguk mengiyakannya. Yandra
menyambung katanya, “Kamu, kembali ke Clara! Dan aku, kembali ke Mirza yang masih
bersama Eisya juga Mora!”. Yusra merasa sedikit tertegun menatapnya. Kemudian mereka
berdua menjadi tersenyum secara bersamaan, kemudian beranjak menuju ketujuannya
masing-masing.
Beberapa saat kemudian. . . .
Yusra dan Yandra sudah sampai
ketujuannya masing-masing. Yusra kembali kepada Clara, begitupun Yandra kembali
ke Mirza bersama Eisya juga Mora. Mengetahui Yusra yang baru saja kembali
padanya, Clara menjadi tertawa kecil mengarah ke bibir Yusra. Sebab telah
dilihatnya ada noda lipstick dibibir Yusra. Sedangkan Yusra belum menyadari,
melihat aneh ke Clara yang masih tertawa kecil terhadapnya.
“Yusra, sedang bersama siapa kau
tadi? Kelihatannya, kau baru saja melakukan sebuah pertemuan intim dengan
seorang wanita!”, tanya Clara mengejeknya.
“Seberapa lucukah diriku? Sehingga
kau menjadi tertawa kecil, seperti menertawaiku saja!”, Yusra bertanya
benar-benar belum menyadari.
Clara semakin tertawa kecil alias
menertawainya dengan mengambil tisu lalu menghapus noda lipstick dibibir Yusra.
Lalu menunjukkan noda lipstick pada tisu itu ke Yusra, dan Yusra yang baru
menyadarinya mulai merasa malu menatap Clara sedikit kacau. Sementara Yandra
disana yang sudah melihat keduanya, menjadi tertawa sendiri karna baru tersadar
kalau dirinya telah melihat lipstick dibibirnya sendiri telah melekat dibibir
Yusra.
Yandra masih tertawa sendiri hingga
berbalik melihat ke Mirza, Eisya juga Mora yang mulai melihat hening
padanya.”Eeemb, aku merasa geli saja ketika melihat Clara membersihkan noda
lipstick dibibirnya Yusra!”, ungkap Yandra menceritakannya.
“Jadi kalian berdua sempat
berciuman?”, Mora langsung menanyakannya dengan berbisik.
“Hayo Mirzara! Mengambil
kesempatan dalam kesempitan!”, Mirza menambahkannya dengan berbisik mengejek.
“Jangan-jangan kalian berdua,
memanfaatkan momen dimana ruangan telah menjadi gelap gulita tadi?”, tanya
Eisya mencurigainya.
Sudah cukup bagi Yandra mendengar
kata dari mereka bertiga yang menerka-nerka, mengira-ngira saja. Lalu Yandra
menghajar kata-kata dari mereka bertiga, “Bibir kami hanya bersentuhan! Sewaktu
kami sama-sama menjadi terkejut karna ruangan yang secara tiba-tiba menjadi
gelap gulita! Karna sebelumnya kami sedang berbicara secara empat mata
membincangkan sesuatu! Jadi fix, apa yang kalian bertiga khayalin itu salah!”,
pengakuannya. Dan mereka bertiga mengalah mempercayainya.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Esok
harinya, Yusra sedang melakukan sarapan pagi bersama keluarganya. Yusra dan
mereka keluarganya begitu menikmati sarapan pada pagi ini. Begitupun dengan
Omah yang secara tiba-tiba menjadi terpana melihat Yusra yang masih megunyah
makanannya. Lalu terbesit dipikirannya akan menanyakan sesuatu pada Yusra. Omah
memulainya dengan menyinggung Yusra lebih dulu, dan setelahnya Omah akan
meminta sesuatu padanya pula.
“Sampai kapan kamu memanfaatkan
Yandra yang sudah kembali ke Jakarta, yang mungkin tak jarang kamu akan membuat
waktu untuk bertemu dengannya tanpa mengjajak kami disini?!”, Omah berkata
menanyakan tegas secara tiba-tiba hingga membuat Yusra menjadi terhenti dari
makannya sesaat. Yusra yang sedikit merasa kalau Omah telah menyinggungnya,
baru menatap ke Omah berdiam dulu. Begitupula dengan keluarganya yang lain juga
memusatkan perhatiannya ke Omah.
“Sampai Omah mengizinkan Yusra
untuk membawanya kerumah ini lagi! Karna dimulai dari hari ini, Yusra tidak
akan membawa siapapun dengan permisi meminta izin dulu! Namun Yusra akan
membawa siapapun itu dengan hanya menunggu perintah saja! Bukankah apa yang
sudah Yusra katakan sama dengan ambisi dari Omah yang tiada habisnya
seperti….?”, belum sepenuhnya Yusra mengungkap sembari akan menjelaskannya.
Mamahnya langsung memotongnya.
“Hentikan Yusra! Mamah tidak
pernah mengajarkanmu untuk berdebat panjang berujung pada sebuah penghakiman
dengan yang lebih tua daripada kamu!”, sanggah mamahnya sangat tegas menatap ke
Yusra berharap Yusra bisa mendengarkannya. Sedangkan Yusra baru melihat padanya
setelah mendengarkan kata sanggahannya. Suasana tiba-tiba berubah menjadi
tegang, sebab mereka yang masih duduk bersama hanya membisu mendengarkan.
Tak ingin mendengar tanya lagi dari
mereka, Yusra mengelap bibirnya lalu bergegas pergi mengalihkannya. Namun ada
satu yang telah lupa dilakukannya, ia telah lupa untuk meminum segelas susu.
Dan itu baru terpikirkan saat sudah sampai kehalaman rumah akan memasuki
mobilnya. Langkahnya sudah terhenti, rasa gengsi pada dirinya pun mulai timbul
apakah harus memasuki kedalam rumahnya kembali atau tidak demi hanya meminum
segelas susu saja.
Kemudian ia teringat pada Yandra
yang meminumkan segelas susu untuknya saat ketika benar lupa meminumnya seketika
akan melewati pintu masuk rumah dulu. Dan sejenak dirinya menjadi hening
terbawa kedalam kenangan itu. Dan tiba-tiba saja ada yang menegurnya dari arah
samping kanannya menyuruhnya untuk meminum segelas susu. Yusra pun menolehkan
kepalanya kearah samping kanannya, baru dilihatnya jika mamahnya telah
mengantarkan segelas susu untuknya.
“Anak mamah sedang teringat dengan
siapa? Mulai berharap dengan siapa? Apakah anak mamah yang telah lupa meminum
segelas susu sebelum bergegas kekantor, teringatkan lagi pada siapa itu?”,
mamahnya langsung menanyakan serius namun memakai nada sedikit memanjakannya.
Yusra yang menatapnya kaget sedari tadi, mendekatkan bibirnya kepermukaan gelas
berisi susu tersebut sembari melihat susu yang masih utuh.
Mamahnya yang sudah mengerti
melihatnya, perlahan meminumkannya ke Yusra sebagai ungkapan rasa kasih seorang
ibu memanjakan buah hatinya. Dan usainya Yusra menghabiskan segelas susunya, ia
berkata “Bukan Yandra, tapi Mirzara!”, katanya amat serius dengan tatapannya
membingungkan pemikiran mamahnya. Kemudian beralih memasuki mobilnya kembali
mengalihkannya. Sementara mamahnya masih berdiam ditempat hingga Yusra beranjak
pergi mengendarai mobilnya.
“Mirzara? Apakah Yandra adalah
nama samaran dari Mirzara? Atau Mirzara adalah nama samaran yang dibuat sendiri
oleh Yusra? Mirzara dan Yandra, keduanya adalah nama untuk satu orang yang sama
atau dua orang yang berbeda?”, bisiknya bertanya-tanya sendiri setelah melihat
pintu gerbang rumah kembali tertutup. Dan bisikkan tanyanya ini cukup menjadi rahasia untuk dirinya sendiri, dan
kalaupun harus menanyakannya maka Yusra lah yang paling tepat tuk ditanyakan
olehnya.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar