Senin, 09 November 2015

Demi Berteman Denganmu (Spesial Hari Pahlawan)



Disebuah sekolah terfavorit disuatu daerah diJakarta, terdidik seorang siswa yang bernama Hito Christopher. Dia adalah seorang siswa yang cerdas, hampir setiap tahun dirinya bisa mengharumkan nama sekolahnya dan pernah sekali membawa nama sekolahnya ke “Go Internasional”. Sebab dulu dirinya pernah ditantang oleh departemen pendidikan untuk mengikuti lomba cerdas cermat khusus matematika dinegeri Paman Sam.
Kemudian kecerdasannya berhasil membawa nama sekolahnya mewakili Indonesia dengan mendapatkan juara runner up, setelah berjuang melawan kecerdasan para siswa dari sekolah terfavorit dinegeri Paman Sam tersebut. Dari prestasinya itu, ia banyak sekali menerima tawaran untuk beasiswa untuk melanjutkan sekolah SMA nya diluar negeri. Namun ia menolaknya karna masih ingin menetap dan lulus dari sekolah yang sedang diabdikannya kini.
Namun ia juga punya pemikiran akan mengambil sekolah S2 diKairo, Mesir. Meskipun dia beragama non islam tetapi ia sangat mengagumi keindahan dikota Mesir tersebut. Karna keindahan pada Kota Mesir pernah dilihatnya melalui lukisan serta foto-foto Kota Mesir sewaktu dirinya sedang mengunjungi sebuah Museum disekitar daerahnya. Dan tidak ada yang mengetahui tentang pemkirannya dimasa depannya itu, sebab ia masih enggan tuk membaginya pada siapapun.
Dan kini dihari yang masih pagi, ia yang akrab disapa Hito sedang berjalan-jalan melewati beberapa kelas disampingnya. Ia tidak seorang diri, melainkan ada dua orang temannya berjalan dibelakangnya. Sebutan untuk kedua temannya itu, adalah sebagai KTM berjalan yang sudah sering diejek oleh hampir semua teman-teman sekolahnya. KTM adalah singkatan dari Kawan Tetap Menyusul, sebab bila Hito sedang seorang diri maka kedua temannya selalu menyusul dirinya berjalan dibaliknya.
Dan yang pertama membuat singkatan KTM itu adalah salah satu teman sekolahnya yang memang terkenal jahil, namun tidak pernah tersimpan dalam satu kelas dengan Hito dan kedua temannya itu.

Esok harinya. . . .

                Seperti pada hari-hari sebelumnya, Hito sedang berjalan-jalan melewati beberapa kelas disampingnya seorang diri. Ia sering melakukannya sambil menunggu bel tanda masuk berbunyi. Kemudian menjadi terhenti dari langkahnya yang masih sedang berjalan-jalan, karna kedua temannya telah menyusul dibaliknya sambil meneriakkan namanya. Hito pun berbalik menghadap kedua temannya itu, lalu kedua temannya itu bercerita humor padanya secara bergantian.
                Keduanya bercerita tentang film terbaru dari Mr. Bean, lalu dilanjutkan dengan bercerita tentang film komedi tahun Sembilan puluhan melalui youtube. Masih mendengarkan cerita dari keduanya, Hito menjadi tertawa menikmatinya lalu berbalik membelakangi kedua temannya. Sedangkan kedua temannya masih saling bercerita, dan Hito mulai mengeraskan sedikit tawanya. Lalu tiba-tiba menjadi terhenti saat baru saja melihat ada seorang siswi yang sedang duduk didepan samping dirinya.
                Seorang siswi itu menutup buku yang sedang dibacanya, melihat dingin padanya. Hito yang sudah terdiam pun mulai memberikan senyuman malu menyapa seorang siswi itu, lalu berbalik sambil mengatakan sesuatu kepada kedua temannya yang masih berdiri melihatnya. “Kenapa kalian tidak bilang kalau ada seorang siswi yang sedang belajar didepanku?”, katanya dengan sedikit keras. Kedua temannya itupun langsung berlari meninggalkannya dan Hito berlari pula akan menyusul mereka.
                Sementara seorang siswi itu mulai berdiri dari duduknya melihat ke mereka, lalu beranjak memasuki kelasnya karna bel tanda masuk telah berbunyi. Dan itulah pertemuan Hito dengan seorang siswi yang akan mengubah pemikiran dirinya tentang sesuatu yang amat dibencinya.

********

                Komunitas “Aku Bisa Cerdas Berhitung”, adalah komunitas yang sudah dibangun oleh Hito sejak setahun yang lalu sewaktu dirinya masih kelas dua disekolahnya tersebut. Komunitas tersebut ia bangun bersama ketiga orang siswa(i) lainnya yang berprestasi dalam berhitung. Komunitas ini mempunyai visi dan misi yang begitu menarik, dan akan bisa mendorong siapapun yang mengikuti komunitas tersebut akan menjadi cerdas dalam berhitung meskipun tidak secara spontan.
                Dan itu tertulis dalam visi dan misinya jika siapa yang mengikuti komunitas “Aku Bisa Cerdas Berhitung” akan bisa berhitung cepat dengan memakai berbagai rumus yang telah diterapkan. Komunitas “Aku Bisa Cerdas Berhitung” dapat dilakukan pada hari sabtu jam tiga sore sampai jam lima sore menerima sebanyak duapuluh orang untuk belajar. Dan pada hari minggu jam Sembilan pagi sampai jam duabelas siang menerima duapuluh lima orang untuk belajar.
                Komunitas “Aku Bisa Cerdas Berhitung” tidak hanya menerima siswa(i) dalam lingkungan sekolahnya saja, namun juga menerima siswa(i) dari lingkungan sekolah lain dengan biaya yang sama yaitu duapuluh ribu saja perorang pada setiap pertemuan. Dan syaratnya harus mendaftar dahulu untuk pada setiap pertemuan. Wah sungguh keren bukan komunitas yang telah dibangun oleh seorang Hito? Andai saja komunitas tersebut ada disekolah nyata pada kalian yang membacanya. Hehehe.
                Hito Christopher, dibalik keaktifannya itu tersimpan sebuah catatan hitam untuknya. Karna dulu ia pernah ketahuan akan membolos saat jam sekolah berlangsung, juga bersantai dikantin ketika pelajaran matematika mulai berlangsung didalam kelasnya. Kenakalan itu dilakukannya saat pertengahan smester kelas satu, karna dirinya selalu merasa dendam kepada guru matematikanya. Sebab guru matematika sering memergoki kenakalannya lalu menyindirnya saat pelajaran berlangsung.
                Dan guru matematika itu bernama Cecilia, Hito sering memanggilnya Guru Killer saat mengetahui jika pembelajaran matematika akan berlangsung dikelasnya. Saat pembelajaran matematika sedang berlangsung, tak jarang Hito sering ditunjuk untuk menjelaskan soal yang sedang dipelajari karna Hito sangat tidak memperhatikan. Ia malah bermain sendiri sambil mendengarkan penjelasannya, namun sebenarnya ia serius dalam mendengarkan penjelasannya namun tidak menunjukkannya.
                Disuatu hari esoknya, Hito sedang berjalan seorang diri menuju perpustakaan sekolah bertujuan untuk mencari buku fisika sebagai bacaannya untuk persiapan lomba cerdas cermat yang diterimanya lagi dari kepala sekolah. Sebab bila ada perlombaan cerdas cermat, maka Hito yang menjadi peserta andalan dari sekolahnya. Namun ketika sudah tiba dan akan memasuki perpustakaan sekolahnya, tiba-tiba menjadi terhenti karna terpandang ke seorang siswi yang sedang duduk serius membaca buku.
                Seorang siswi itu adalah seorang siswi yang baru ditemuinya pada hari kemarin. Siswi itu masih serius dalam membaca buku miliknya, begitupula Hito yang serius melihatnya masih ditempatnya. Dan kemudian siswi itu terpandang kepadanya secara tiba-tiba pula, sedangkan Hito baru menyadari lalu berbalik bersembunyi dibalik dinding luar perpustakaan. Lalu melihat kelangit-langit atas sambil berbisik dihatinya, “Lo harus tetap konsisten dengan ambisi lo, Hito! Menjadi siswa memiliki banyak prestasi!”.
Dan ketika akan melangkah pergi meninggalkan, tiba-tiba saja ada tangan kanan yang mengahalanginya didepan dirinya sambil memegang buku pula. Dirinya pun menjadi terkejut sedkit penasaran lalu menolehkan kepalanya kesamping. Ternyata yang menghalangi dirinya dengan cara yang seperti itu adalah siswi yang tadi dilihatnya didalam perpustakaan. “Jangan sampai konsentrasi lo pecah, hanya karna mulai memikirkan gue!”, sapa siswi itu menakutinya sedikit.
“Lo gak tau tentang gue! Jangan sok menghakimi gue!”, balas Hito menegaskannya.
“Gue, Tunisha Hangkara murid baru disini! Dan gue tau lo ikut serta dalam lomba cerdas cermat!”, penjelasan siswi itu tanpa basa-basi.
Siswi itu bernama Tunisha Hangkara, ia mengatakan jika Hito mulai penasaran akan dirinya terlihat dari kedua mata Hito yang tadi telah ketahuan sedang melihat dirinya. Sementara Hito masih tidak mengiyakan lalu beranjak pergi tanpa berbicara lagi sebagai tahap pengenalan dirinya kepada siswi itu yang sudah mengenalkan namanya.

********

                Setelah beberapa hari telah terlewati, kini hari yang mendebarkan perasaan Hito pun mulai datang menghampiri dirinya. Sebab hari ini adalah hari diadakannya lomba cerdas cermat antar sekolah yang menjadi jawara se-Jakarta. Hito dan ketiga orang lainnya mewakili sekolahnya, bersaing dengan limabelas sekolah terpilih yang sebelumnya menjadi jawara. Hito dan ketiga orang lainnya pun kini sudah duduk ditempat peserta yang sudah disediakan siap menjawab soal Fisika, Kimia, dan Geografi.
                Tema dari perlombaan saat ini adalah yang berhubungan dengan berhitung, maka terpilihlah tiga buah pelajaran tersebut. Pertama, lomba cerdas cermat secara tertulis diadakan lebih dulu dan Hito seorang diri mewakili sekolahnya mulai memasuki ruangan lomba cerdas cermat secara tertulis. Saat dirinya mencoba mengerjakan, ketiga buah soal tersebut dan masing-masing berisikan sepuluh soal, ia merasa jenuh karna harus berhitung dengan menuliskan jawabannya serta rumus yang dipakainya.
                Dan dalam waktu tigapuluh menit, Hito berhasil mengerjakan ketiga buah soal tersebut lalu melangkah maju untuk memberikannya kepada pengawas lomba. Pengawas lomba yang melihatnya juga menerima soal darinya, langsung bertanya apakah dirinya sudah yakin untuk menyerahkan tugasnya kepada pengawas lomba tersebut. dan Hito menjawabn dengan lempem, “Saya yakin meskipun ada jawaban yang masih saya ragukan!”.
Pengawas yang sudah mendengar jawaban darinya pun langsung menyuruhnya untuk duduk kembali. Sementara peserta yang lainnya, menjadi terdiam melihat padanya. Sedangkan Hito yang sudah mengetahui hanya diam, cuek tidak mempedulikan mereka.

Beberapa saat kemudian. . . .

                Setelah dirinya menyelesaikan lomba cerdas cermas tertulis, kini Hito kembali lagi bersama ketiga orang temannya. Namun ketika akan duduk bersama ketiga orang temannya, tidak sengaja ia melihat guru Cecilia yang amat dibencinya dibalik dirinya sehingga menurunkan mood dirinya. Lalu memalingkan pandangannya kedepan, sedangkan guru Cecilia yang sudah mengetahui hanya menggelengkan kepala.
                Dan perlombaan cerdas cermat kedua pun mulai dilaksanakan. Kali ini Hito hanya membantu ketiga orang temannya untuk memberi jawaban dengan menghitung cepat. Dan bersedia untuk berdiskusi bila ada jawaban yang masih diragukan dari ketiga temannya itu. Bisa dibilang kalau Hito kini bisa bersantai meskipun harus bersiap-siap untuk berhitung cepat. Dan perlombaan yang kedua inipun berlangsung lebih seru juga makin ketat. Sebab skor yang sudah didapati hanya berbeda tipis.
                Mengetahui skor yang semakin ketat dan sangat tipis, Hito semakin berkonsentrasi dan fokus membantu ketiga temannya berhitung cepat sehingga sudah empat kali dirinya memberi jawaban yang benar. Namun disaat akan memberi jawaban lagi kepada salah-satu temannya yang meminta bantuannya, ia mendadak menjadi lupa karna terlanjur melihat Tunisha yang melihat diam padanya. Dan akhirnya ia pun gagal memberi jawaban kepada salah-satu temannya karna waktunya sudah habis.
                Hito yang baru menyadari langsung memegang kepalanya mengeluhkan melihat kedewan juri. Sementara guru Cecilia yang sudah melihat sikapnya, berdo’a agar Hito merasa dendam terhadap kesalahan yang telah dibuatnya. Karna sudah dikenalnya, jika Hito mulai merasa dendam maka ia akan bisa membuat dirinya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan Tunisha yang sudah terlanjur melihatnya mulai menutupi wajahnya dengan buku miliknya agar Hito tidak melihat padanya lagi.
                Sebab telah dipikirnya jika Hito melihat kepadanya lagi, maka kesalahan dari Hito akan kembali terulang. Dan kini Hito mulai menunjukkan kemahirannya dalam berhitung, yaitu dengan ia yang langsung memberi jawaban kepada ketiga orang temannya dari hasil berhitungnya sendiri. Guru Cecilia yang melihatnya pun menjadi bertepuk tangan menyemangatinya. Sementara Tunisha masih menutupi wajahnya meski ingin sekali melihat Hito yang masih berjuang.

********

                Dan pada akhirnya suara lonceng pertandingan telah berakhir pun dibunyikan, dan semua peserta mulai merasa lega karna perjuangan mereka sudah berakhir. Dan kini pula pengumuman tentang sekolah yang mendapat skor tertinggi mulai akan diberitahukan oleh salah-satu dewan juri. Pertama dewan juri akan memberitahukan sekolah yang mendapatkan skor tertinggi ketiga,  dan Hito menggeleng pelan meyakini kalau sekolahnya bukan termasuk pada pemberitahuan tersebut.
                Begitupula yang ia lakukan dengan pemberitahuan kedua mengenai sekolah yang mendapatkan skor tertinggi kedua, sedangkan ketiga orang temannya melihat padanya merasa aneh. Sebab mereka telah berpikir kalau Hito tidak bersyukur jika sekolahnya mendapatkan skor tertinggi ketiga ataupun kedua. Sementara hasil dari dewan juri memberitahukan kalau sekolahnya tidak termasuk dalam salah-satu kedua pemberitahuan itu. Ketiga orang temannya itupun menjadi lemas melihat ke dewan juri.
                Dan kemudian suasana menjadi tegang, panas, saat dewan juri akan memberitahukan sekolah yang mendapatkan skor tertinggi pertama sekaligus dinobatkan sebagai jawara lomba cerdas cermat pada tahun ini. Dan lagi, Hito memejamkan matanya dengan kedua telapak tangannya mengingat kesalahannya tadi yang telah menghilangkan satu skor untuk sekolahnya. Kemudian didengarnya jika sekolahnya terpilih mendapatkan skor tertinggi pertama dan dinobatkan sebagai jawara pada tahun ini.
                Dengan bersamaan juga serempak Hito dan ketiga temannya berteriak sambil berjingkrak-jingkrak begitu bahagia. Begitupula dengan guru Cecilia juga pada semua gurunya yang ikut hadir. Sedangkan Tunisha baru membuka wajahnya dari buku miliknya ikut berteriak bahagia sambil berjingkrak-jingkrak pula. Dan kini piala pun baru diterima oleh Hito dan ketiga temannya, juga dengan sekolah yang mendapati skor tertinggi kedua serta skor tertinggi ketiga.
                Piala tersebut dipegang oleh Hito, sebab Hito lah yang paling berjasa dalam perlombaan saat ini. Kemudian ia menyempatkan dirinya untuk melihat ke Tunisha menunjukkan kebahagiaannya, sedangkan Tunisha kembali menutupi wajahnya dengan buku miliknya saat ketika mengetahui bahwa Hito telah melihat kepadanya. Hito yang melihatnya pun menjadi tersenyum lucu lalu melihat kearah lain dengan wajah yang berseri-seri.
Dan guru Cecilia yang tidak sengaja melihat keduanya menjadi tersenyum malu merasakan ada sebuah ketertarikan antar keduanya.

Keesokkan harinya. . . .

                Disekolah, tepatnya dilapangan basket, Hito berjalan menghampiri Tunisha yang sedang duduk dkursi sambil membaca buku. Dan lagi dirinya ditemani dengan kedua temannya yang sudah dijuluki KTM sejak lama, dibelakang dirinya. Sementara Tunisha yang sudah melihatnya menjadi berdiri dari duduknya sambil menutup buku miliknya, menantinya. Dan kini Hito dengan kedua temannya pun telah berdiam dihadapannya.
                Kemudian Hito tanpa memakai basa-basi lebih dulu langsung menawarkan sebuah pertemanan darinya untuk dirinya. Sedangkan Tunisha meresponnya seperti mau tidak mau, dan itu membuat Hito merasa sedikit canggung untuk meneruskan permintaan pertemanan kepadanya. Dan lalu Tunisha memberi tantangan dengan menyuruh Hito berteman baik dulu dengan guru Cecilia jika ingin berteman baik dengannya. Guru Cecilia adalah guru yang amat dibenci dan disebut sebagai Guru killer oleh Hito.
                Hito pun merasa bingung terhadap tantangan yang diberi olehnya. Merasakan Hito yang seperti itu, Tunisha berlanjut menjelaskan kalau apa yang telah dilakukan oleh guru Cecilia kepadanya hanya untuk membuatnya lebih baik tak lupa pula membuatnya menjadi lebih fokus pada ambisinya. Hito yang masih mendengarkan cerita tentang tujuan yang sebenarnya dari guru Cecilia kepada dirinya mulai menjadi sedikit luluh. Apalagi telah didengarnya jika dirinya menjadi siswa terfavorit bagi guru Cecilia.
                “Dan besok, aku akan membalas semua yang telah guru Cecilia lakukan secara rahasia padaku!”, Hito mulai berkata menghentikan Tunisha yang masih bercerita tentang guru Cecilia padanya. Kemudian berbalik pergi disusul oleh kedua temannya.

********

Tiga hari kemudian. . . .

                Hari ini adalah hari pahlawan, tepatnya pada tanggal sepuluh november. Berhubungan dengan hari pahlawan, sekolah Hito pun mengadakan sebuah upacara untuk mengenang pahlawan yang telah gugur dimedan perang dalam membela bangsa Indonesia mempertahankan bendera merah putih. Dan kini upacara sedang berlangsung dengan hikmat, hingga bendera merah putih dapat dikibarkan secara perlahan diiringi dengan lagu Indonesia Raya.
                Setelah dikibarkannya bendera merah putih, tiba-tiba saja petugas bendera yang sudah mengibarkan bendera merah putih berjalan menuju ke guru Cecilia dengan membawa sebuah bingkisan. Semua siswa(i) yang masih berbaris pun menjadi bingung, termasuk pada Tunisha juga kedua teman Hito yang dijuluki sebagai KTM berjalan. Dan kini petugas pengibar merah putih itu sudah berdiam dihadapan guru Cecilia berharap guru Cecilia akan mengambil bingkisan tersebut.
                Guru Cecilia yang baru mengerti mulai mengambil bingkisan itu secara perlahan, dan petugas pengibar bendera itu beralih pergi menuju ketempat semula. Dan kemudian guru Cecilia melihat Hito sedang berjalan menujunya keluar dari barisannya dikejauhan. Tunisha dan kedua temannya yang sudah melihatnya pun menjadi terkejut entah apa yang akan dilakukan Hito didepan sana. Dan kini Hito telah tiba dan berdiri tegak dihadapan guru Cecilia.
                “Aku persembahkan beberapa penghargaan dari kecerdasanku dalam mengikuti lomba cerdas cermat, untukmu guruku Cecilia! Terimakasih, karna ibu guruku Cecilia telah menjadikan aku sebagai siswa terfavorit bagimu!”, kata Hito dengan tegas dan lantang hingga dapat didengar semua yang hadir mengikuti upacara tersebut. Kemudian Hito mengangkat tangannya memberi hormat padanya, dan lalu paduan suara menyanyikan lagu Hymne Guru untuk guru Cecilia dan untuk guru lainnya juga.
                Dan semuanya ikut bernyanyi disertai rasa haru karna melihat Hito yang sudah mulai berbakti kepada guru Cecilia yang dulu amat dbencinya dan jarang sekali dihormati olehnya. Dan setelah beberapa hari berjalan, Tunisha menerima pertemanan darinya, tepatnya dilapangan basket sekolahnya. Yaitu dengan menunjukkan jari kelingkingnya pada Hito, dan Hito yang melihatnya pun langsung menggapai jari kelingking darinya dengan jari kelingking dirinya sendiri.
Sedangkan kedua temannya yang kebetulan sudah bersama mereka, mulai menaburkan potongan kertas kecil pada mereka berdua. Lalu menari-nari merayakan pertemanan mereka yang baru saja dimulai. Dan pada akhirnya Tunisha telah berhasil mengubah pemikiran Hito yang awalnya membenci guru Cecilia, kini menjadi berteman dan menghargai pengabdian guru Cecilia dalam mengajarnya.

(,,) selesai (‘’)