Sabtu, 10 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 18)



Pada malam harinya. . . .

                Arun dan Shafaq berada disebuah restaurant merayakan anniversary pernikahan mereka. Shafaq begitu cantik nan anggun layaknya seorang Putri dari Kayangan mengenakan Gaun khas India lengkap dengan kain sarinya berwarna merah maroon. Begitupula dengan Arun juga tampak lebih tampan layaknya seorang Pangeran dari Kayangan mengenakan baju Khas India berwarna merah maroon, berpasangan dengan Gaun Khas India yang dikenakan Shafaq.
                Mereka kini sedang berada diballroom direstaurant itu sedang menikmati hidangan makanan yang telah mereka pesan. Usainya menikmati hidangan makanan mereka, merekapun kini beralih untuk berdansa bersama seperti pada pengunjung lainnya yang sudah berdansa lebih dulu. Disaatnya Arun sedang membimbing Shafaq berdansa dengan lembutnya, Arun ikut menyanyikan sebuah lagu yang menjadi back song dari music dansa mereka berdua dengan yang lainnya.
                “Menarilah bersamaku! Dengan bintang-bintang! Sambutlah diriku, untuk memeeeeeeeeelukmu!”. Arun menyanyikannya masih berdansa lembut menatap kedua mata Shafaq tajam namun menggambarkan kesungguhan.
                “Ku ingin jalani bersamamu! Coba dengan sepenuh hati! Kuingin jujur apa adanya!”. Shafaq menyambung menyanyikannya juga menatap bahagia menggambarkan keromantisan.             
                Arun menjadi tersenyum malu karnanya, kemudian mereka berdua bersama menyanyikannya lagi. “Dari Hatiiii! Dari hatiiiii!”, mereka berdua menyanyikannya dari hati mereka masing-masing juga dengan tatapan mereka berdua menggambarkan kesungguhan dan begitu romantis.

Sementara ditempat lain. . . .

                Ashghari sedang dalam perjalanan pulang menggunakan kendaraan Taxi setelahnya melakukan kegiatan belajar kelompok dirumah salah-satu teman kelasnya. Namun disaat masih dalam perjalanan, mendadak kendaraan Taxi yang sedang ditumpanginya mogok dipinggir jalan. Ashghari pun terpaksa keluar dari dalam kendaraan Taxi tersebut karna sang supir akan membetulkan keadaan mesinnya yang rusak. Dan mau tidak mau Ashghari terpaksa menunggu kendaraan Taxi lainnya datang didepannya.
                “Udah malam begini, jarang banget Taxi lewat didaerah ini!”, keluhnya dihati sambil melihat-lihat disekelilingnya. Tak berapa lama dirinya berkeluh kesah, tiba-tiba saja ada sebuah motor yang sengaja berhenti disamping kanannya. Ashghari pun melihat kepemilik motor yang telah berhenti disampingnya itu. Dan pemilik motor itu membuka kaca pada helmnya dari menutupi wajahnya. “Raizaa?”, Ashghari berkata spontan bertanya-tanya.
Sedangkan Raizaa hanya tersenyum sambil memandanginya. “Selamat malam sebagai penumpang yang sudah terlantar!”. Raizaa menyapanya sambil mengejek.
                “Siapa?”. Ashghari bertanya belum menyadari.
                “Elo lah! Sini gue anterin pulang! Tapi ada beberapa syarat yang harus lo kerjain buat gue!”. Raizaa berkata dengan menawarkan dirinya, Ashghari menatapnya mendesah. “Sebelum lo pulang kerumah, lo harus kerumah gue! Karna ada PR matematika yang males gue kerjain sendiri! Lo harus bantuin gue dengan ikut bersama gue kerumah!”. Raizaa memberitahukan syaratnya. Dan Ashghari hanya menatapnya lalu beralih duduk dimotornya bersamanya.
                Raizaa yang sudah melihat sikapnya langsung menancapkan gas motornya, berjalan mengendarainya meninggalkan tempat tersebut. Didalam perjalanan, angin berhembus kencang menyertai keduanya, dan Ashghari sesekali tak sengaja memeluk Raizaa karna terkadang Raizaa mengerem secara mendadak saat lampu merah atau ada kendaraan lain didepannya yang berlalu lalang semaunya saja.

BHARATAYUDHAseritiga

                Setelah beberapa saat berlalu, kini Raizaa dan Ashghari sudah tiba dirumah Raizaa dan berada dikamarnya. Mereka berdua baru saja akan memulai untuk mengerjakan PR bersama. Dengan Raizaa yang menulis dan Ashghari yang membantunya untuk menghitung. Keduanya terlihat kompak saat bersama mengerjakan PR tersebut tanpa disadari keduanya. Saat ketika akan mengerjakan soal nomor tiga, Raizaa meminta izin kebawah untuk mengambil minum dan makanan kecil.
                Dan Ashghari mempersilahkannya meskipun dirinya harus mengerjakan PR dari Raizaa seorang diri dulu. Tak beberapa lama kemudian, Raizaa pun datang kembali kepadanya dengan membawakan makanan nasi goring bersama minuman jus mangga untuknya dan untuk dirinya. “Kita dinner dulu sekarang! Udahan dulu aja belajarnya!”. Perintah Raizaa memberi perhatian. Dan mereka berdua kini dinner bersama sambil menonton film kartun dengan duduk bersebelahan.
                Setelah beberapa saat kemudian mereka dinner bersama, Raizaa berhenti dari makannya akan berpamitan untuk keluar sebentar menjemput Mamahnya disuatu tempat. “Gue pergi lagi yah! Sudah waktunya jemput Mamah gue sekarang!”, pamitnya berbahasa lembut menatap Ashghari. Dan Ashghari hanya tersenyum mengangguk melihat kepadanya.

Selang waktu berjalan. . . .

                Usainya menjemput mamahnya, Raizaa kini pun akan memasuki kamarnya. Namun ketika baru saja memasuki kamarnya dengan menutup kembali pintu kamarnya, telah ditemuinya Ashghari sudah tertidur dilantai. Dengan cepat Raizaa menghampirinya lalu mengangkat tubuhnya, menggendongnya akan menidurkannya dikasur tempat tidurnya. “Ini sisi kanan tempat tidurku!”, bisiknya setelah baru menyadari akan menidurkan Ashghari disisi kanan tempat tidurnya.
                Kemudian Raizaa menaiki tempat tidurnya berjalan pelan kesisi kirinya lalu menidurkan Ashghari dengan kehati-hatiannya. Usainya menidurkannya, Raizaa pun memasangkan selimut menutupi tubuh darinya agar tidak kedinginan. Namun ketika akan baru saja membalikkan tubuhnya darinya akan beralih ketempat lain, tiba-tiba dirinya terjatuh dengan terbaring disisi kanan tubuh Ashghari kemudian tertidur seketika. Dan kini mereka tertidur dalam keadaan yang sedikit mesra tanpa disadari keduanya.
                 Malampun cepat berlalu, dan Pagi mulai menyapa menunjukkan pukul lima pagi. Keadaan tidur mereka kini terlihat Ashghari sedang merangkul Raizaa tepatnya didaerah leher Raizaa, seperti mendekapnya dalam kedinginan. Begitupula selimut yang tak sengaja telah menyelimuti keduanya, karna Raizaa dalam lelapnya telah menyelimuti dirinya sendiri yang didahulukannya dengan menyelimuti tubuh Ashghari ketika masih sadarnya.
                Sementara pada posisi tangannya berada diluar selimutnya dengan berada diatas perutnya sendiri. Beberapa saat kemudian, Raizaa pun terbangun dari tidurnya dengan membuka pelan kedua matanya melihat keadaan sekitarnya. Lalu disadarinya jika dirinya sedang berada dalam dekapan Ashghari yang masih terlelap dalam tidurnya. “Seorang remaja seperti diriku, tidak akan pernah merasakan tidur dalam dekapan seperti ini”, bisiknya kecil setelah menyadari juga merasakannya.
                Kemudian melepaskan tangan Ashghari yang mendekapnya pelan sambil membangunkan dirinya. Lalu melihat kembali ke Ashghari yang baru saja terbangun dari tidurnya.
                “Apa yang terjadi?”. Tanya Ashghari setelah baru saja terbangun dari tidurnya melihat Raizaa yang masih melihat padanya. Raizaa menggeleng memberi senyuman kecil. “Tadi aku merasa, kau seperti melepaskan tanganku! Apakah aku telah melakukan sesuatu yang tidak aku sadari terhadapmu?”. Ashghari bertanya lagi untuk memastikannya dengan membangunkan dirinya. 
                “Nanti saja aku jelaskan! Sekarang kau mandi saja dulu dikamar mandi dalam kamarku! Dan biar aku saja yang mandi dikamar mandi bawah! Karna tuan rumah ini tidak tau tentang keberadaanmu!”, perintah Raizaa masih menyembunyikan keberadaannya. Dan kini pun Raizaa beralih keluar dari kamarnya, sedangkan Ashghari masih duduk memikirkan sikap Raizaa yang begitu baik terhadapnya.

BHARATAYUDHAseritiga


                Kini Raizaa sudah selesai dari mandinya akan kembali kekamarnya untuk memastikan keadaan Ashghari dengan rambutnya yang masih basah juga dengan handuk kecil dibahunya. Saat ketika baru saja membuka pintu kamarnya, terlihat Ashghari sudah berdiri didepannya dibalik pintu kamarnya yang baru saja telah dibukanya tadi. Lalu diamatinya jika Ashghari memakai sepatu olahraga miliknya dan menimbulkan tanya pada dirinya.
                “Aku meminjam sepatumu sebentar!”. Ashghari berkata permisi setelah memakainya, menatap ceria.
                “Sekarang jam berapa?”. Raizaa bertanya menatap menantang.
                “Jam setengah tujuh! Aku memakai sepatu olahragamu untuk mengelak dari Ibuku! Agar nanti bila aku pulang kerumah, Ibuku akan berpikir kalau aku baru saja pulang dari lari pagi! Karna pada setiap hari minggu aku suka bangun jam lima terus lari pagi bersama tema-temanku! Itulah alasanku meminjam sepatu olahragamu ini!”. Ashghari menjelaskannya panjang lebar.
Sedangkan Raizaa tersenyum sambil mengusap rambutnya yang basah dengan handuknya. “Kalo begitu mari ikut gue sarapan! Tuan rumah sudah berangkat kerja duapuluh menit yang lalu!”, Raizaa berkata mengajak mengakhirinya. Kemudian mereka berjalan bersama menuruni anak tangga menuju kemeja makan. Sesampainya dimeja makan dan telah duduk bersama juga sudah menjamah makanan yang telah disajikan untuk keduanya, merekapun akan memakannya sambil berbicara.
“Semenjak lo ada didekat gue! Gue merasa nice, good, meskipun lo suka ngasih kesebalan ke gue!”. Raizaa memulainya dengan mengungkap perasaannya, melihat kemakanannya.
“Jadi lo udah bisa ngenalin gue! Baguslah!”. Ashghari membalasnya cuek, melihat kemakanannya. Sedangkan Raizaa baru saja melihat kepadanya.
“Eh bodoh! Lo beneran gak ngerti dengan apa yang udah gue katain tadi?”. Raizaa membalasnya balik, mengejek.
Ashghari yang sudah mendengar katanya lagi pun mencoba mengulang dengan kata pertama dari Raizaa tadi yang telah mengungkap perasaannya. Lalu menjadi terdiam terhenti sejenak dari makannya melihat ke Raizaa. “Aku tidak sampai berpikiran kearah itu!”, Ashghari berkata menolaknya.
“seorang remaja seperti diriku tidak akan pernah merasakan tidur dalam dekapan seperti tadi!”. Raizaa berkata berniat akan menceritakannya. Ashghari memalingkan wajahnya darinya. “Kemarin, secara tidak sengaja kau telah tertidur dikamarku! Begitupun aku yang juga tidak sengaja telah tertidur disisi kananmu, usainya aku memindahkan tubuhmu yang masih tertidur ditempat tidurku!”, Raizaa semakin menceritakannya sehingga membuat Ashghari kembali melihat kepadanya.
“Izinkan aku untuk pulang sekarang juga! Kau tidak perlu mengantarku!”, perintah Ashghari kepadanya karna tak kuasa mendengar cerita darinya tentang peristiwa semalam yang sudah terjadi tanpa disadari olehnya. Saat Raizaa akan berkata kembali, Ashghari lebih dulu menutup mulut darinya untuk tidak berkata lagi. Kemudian Ashghari beranjak pergi akan mengeluarkan dirinya dari rumah tersebut. Sedangkan Raizaa hanya diam membiarkannya pergi dalam keheningan.

BHARATAYUDHAseritiga

BHARATAYUDHAseritiga (Part 17)



Malam harinya. . . .

                Arun sedang bersandar dikasur tempat tidurnya bersama Shafaq disampingnya. Dan mereka akan berbicara sesuatu dengan bersama melihat kelangit-langit kamar diatasnya.
                “Aku tidak bisa lagi menerawangi Ashghari, Raizaa, dan Vikram! Aku merasa, jika penerawanganku menjadi buta sesaat! Setiap aku mencoba, pasti hanya kegelapan yang ada!”. Arun berbagi keluh kesahnya.
                “Mungkin belum waktunya untuk kau ketahui Pangeran! Mungkin juga penerawangan atas mereka bertiga sudah tidak ada lagi! Namun diantara ketiganya tentu masih ada yang akan masuk kedalam penerawanganmu!”. Shafaq menghiburnya mengikuti kata hatinya.
                “Bisa jadi! Mungkin saja! Tapi aku kemarin mendapat penerawangan dari isyarat mimpiku! Jika Putri kita telah berhasil menyerang Pangeran kita, Raj! Tapi anehnya aku tidak merasakan kesakitan yang sama jika memang benar itu telah terjadi lahi!”. Arun semakin membaginya.
                “Kesakitan yang sama kau rasakan hanya sekali saja, Pangeran! Yaitu disaat pertama kali kau mengalami kesakitan yang sama, yang sampai saat ini kita masih merahasiakannya dari Putri kita!”. Shafaq membahasnya kembali sambil mengingatkannya dengan mengulangnya.
                Kemudian Arun menghadapkan dirinya ke Shafaq menatapnya penuh manja. Sedangkan Shafaq masih berbaring terlentang melihat langit-langit kamar diatasnya. “Putri, sepertinya kisah kehidupan kita yang dulu kembali terkenang oleh mereka! Sebab tiga wajah yang menggambarkan wajah kita pada masa itu bersama Vin telah berhasil hidup dan terlihat kembali! Begitupun dengan cerita kita dulu bersama Vin tak jauh dari cerita mereka bertiga!”, Arun membaginya atas apa yang telah dirasakannya.
                Shafaq pun menjadi menolehkan kepalanya melihat kepadanya, sambil menghadapkan tubuhnya kepadanya juga. “Dan itu juga dapat aku rasakan! Ketika aku melihat Ashghari membiarkan teman lelakinya telah bermalam dikamarnya tanpa lebih dulu meminta izin padaku!”, shafaq membalasnya, mengiyakan dengan mengingat kembali tentang peristiwa beberapa waktu lalu. Dan  Arun pun tersenyum dengan menyentuhkan telapak tangan kirinya kewajah Shafaq, memanjakannya.
                Kemudian shafaq mengambil telapak tangan kanan Arun yang telah menyentuh wajahnya dengan memanjakannya, lalu mengenggamnya erat dihadapan mereka berdua yang masih berbaring.
                “Aku mencintaimu, Putri!”. Arun mengungkap rasa keluluhannya menatap penuh kasih sayang.
                “Aku juga mencintaimu, Pangeran!”. Shafaq membalasnya dengan mengungkap perasaannya karna merasa tersanjungi. Menatap bahagia.
                “Besok, aku akan memberimu sebuah kejutan! Dan sekarang, aku ingin tidur dengan setampan-tampannya! Dan kau, tidurlah juga dengan secantik-cantiknya!”. Arun kembali menyanjunginya masih menatap dengan keluluhannya.
                Shafaq menjadi tersenyum malu begitu bahagia karna mendengar kata sanjungannya kembali. Dan itu dapat dilihat dari wajahnya juga dari kedua tatapan matanya. Melihatnya yang seperti itu, Arun merasa seperti jatuh cinta lagi kemudian lebih mendekatkan dirinya dengan Shafaq. Usainya mendekatkan dirinya, Arun mencium keningnya juga mencium bibirnya lembut. Dan merekapun saling memadu kasih layaknya pasangan yang baru menikah.

BHARATAYUDHAseritiga

                Esok paginya, Vikram memilih pergi dengan seorang diri memakai kendaraan mobil Taxi tanpa sepengetahuan Ayahanda dan Ibundanya. Sebab ia ingin mencari tau alamat dimana tempat Mellissa berdiam yang mungkin sedang bersama saudaranya, Putra pertama dari Ibundanya. Didalam perjalanan, Vikram mulai berharap cemas apakah dia akan berhasil tuk menemukan alamat yang dituju atau tidak. Sebab alamat yang sedang ditujunya kini telah didapatkannya dari asisten rumahnya.
                “Semoga saja alamat yang telah aku dapatkan dari Bibi adalah alamat yang sama, dan juga tuan rumah yang sama! Aku harus menemukannya sekarang juga!”, bisik hati kecilnya dalam kecemasan. Setelah beberapa saat berjalan, Vikram pun telah sampai kealamat yang ditujunya. Dan ia pun kini turun dari mobil Taxinya membaca tulisan dipagar rumah didepannya. “Perumahan elit Mekar Sari! Atas nama Nyonya Mellissa Audreylla!”, bacanya bersuara pelan lebih ingin memastikan.
                Lalu melanjutkannya dengan berbicara dihatinya sambil mengamati keadaan rumah tersebut yang tampak sepi. “Ya ampun, ini adalah tujuanku! Akhirnya, untuk sementara pencarianku sampai dirumah ini dulu!”, setelahnya Vikram pun kembali memasuki mobil Taxinya kembali berniat akan pulang kerumahnya. Kemudian terbayang kembali saat ibundanya sedang bersama kedua temannya juga bersama Ayahandanya dicafe beberapa waktu lalu.
                Dan kemudian Vikram mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya meniadakan kecemasannya.

Sementara pada siang harinya. . . .

                Vikram sedang menunggu kedatangan dari guru home schooling untuknya melakukan kegiatan belajarnya. Saat ketika akan melangkahkan kakinya menuju dapur rumahnya, mendadak perhatiannya mengarah ke Ibundanya yang baru saja pulang dari kantor melewati pintu masuk rumahnya. Dan Vikram pun kini beralih pergi ke Ibundanya dengan berdiam didepannya, menghentikannya.
                “Astaga, Vikram!? Ada apa kau menghentikan Ibunda seperti ini?”. Poosharm langsung menegurnya lalu bertanya, menatap kaget.
                “Aku sayang Ibunda! Aku juga sayang Ayahanda!”. Vikram berbalas kata manja begitupun dengan tatapannya. Poosharm mememegang wajah kanan darinya dengan telapak tangan kirinya.
                “Kami juga menyayangimu, bahkan lebih menyayangimu dari yang kau tau!”. Poosharm berbalas kata mengungkap rasa sayangnya yang begitu dalam.
                “Tapi aku akan membuat Ibunda lebih menyayangiku!”. Vikram mencurahkan kata optimisnya yang sedikit membuat Poosharm menjadi bertanya-tanya.
“Caranya? Ibunda rasa caramu sudah cukup sebelumnya, sayang!”. Poosharm bebalas kata menanyakan dengan melepaskan telapak tangannya dari memegang wajah kanan darinya pelan.
“Nehin (nehi:) Matha (tidak Ibunda)! Tapi aku memiliki sesuatu!”. Vikram berbalas kata membuat teka-teki.
“Tell me that to me, my son!”. Poosharm memintanya untuk segera mengatakannya sekarang.
“Nehin (nehi:)! Tiidaaaaak! Ibunda akan lebih menyayangiku daripada saat ini pada nantinya!”. Vikram masih bertahan dengan teka-tekinya.
“Vikram, sepertinya kau sudah berani tuk mengerjai Ibunda! Apa yang sebenarnya kau pikirkan, sayang!”. Poosharm menyerah mendesahkan lalu menanyakan isi pikirannya.
“Pikiran Vikram berkata, jika kebahagiaan Ibunda belum lengkap! Vikram ingin melengkapinya dengan seiring berjalannya waktu! Karna bila waktu telah berjalan maju, maka kebahagian yang sempat hilang dari Ibunda akan kembali lagi pada Ibunda, juga dengan kami semua dirumah ini!”. Vikram mengutarakan isi pikirannya yang begitu tulus dari tatapan kedua matanya.
 Poosharm dengan mata berkaca-kaca lalu memeluknya penuh rasa sayang. Begitupula Vikram yang juga memeluknya sambil berpikir tentang rencananya untuk melengkapi kebahagian dari Ibundanya. “Saudaraku, Putra Raizaa dari rumah ini! Mendekatlah jika aku sudah dekat denganmu!”, bisikkan Vikram dihatinya masih dalam pelukan Ibundanya.
Disaat yang bersamaan pula, Raizaa dirumahnya seperti mendengar ada yang memanggil namanya dengan sebutan, “Saudaraku, Putra Raizaa!”. Namun ia hanya menganggap jika apa yang tak sengaja didengarnya seperi ada yang memanggilnya tadi adalah sebuah ilusi semata.

BHARATAYUDHAseritiga

BHARATAYUDHAseritiga (Part 16)



                Raizaa sedang duduk dipagar depan sekolah bersama teman baiknya menikmati suasana pada jam pulang sekolahnya. Mereka duduk bersebelahan sambil melihat-lihat keadaan sekitar dan akan berbicara.
                “Aror, tumben lo ganjen sama cewe! Bukannya lo masih gak bisa move on sama yang dulu!”. Raizaa memulai topik pembicaraan.
                “Gue butuh waktu buat move on! Lo kan tau rasa gue dalem bingits sama yang dulu! Tapi sayangnya dia terlalu posesif sama gue makanya gue akhiri aja cerita gue sama dia!”. Teman baiknya menjawabnya dengan mengulang.
                “Sebenarnya, lo rela gak sih kalo gue one step closer sama someone!”. Raizaa bertanya ingin mengetahuinya.
                “Ya terserah elo lah! Yang penting lo jangan deketin orang yang bikin gue gak bisa move on!”. Teman baiknya menjawabnya dengan polos.
                “Lo masih ingat dengan nama lo?”. Raizaa bertanya kembali berbahasa drama dengan menolehkan kepalanya ke teman baiknya, begitupun dengan teman baiknya kepadanya. Dan mereka berdua kini saling berpandangan.
                “Ya, nama gue Arora Poor lah!”. Teman baiknya menjawab dengan melihat santai padanya.
                “Kemarin lo abis tukeran nomor sama siapa?”. Raizaa kembali bertanya, Aror teman baiknya mendadak terdiam. “Kenapa lo jadi terdiam?”, tanyanya lagi. Arora menggeleng. “Gue udah baik sama elo, dan elo harus baik juga sama gue!”, Raizaa berkata yang terakhir dengan menasehatinya.
                “Gue minta nomornya dia, dengan berniat gue akan share nomor dia ke elo! Gue gak ada maksud lain selain itu mah!”. Aror berkata dengan kejujurannya.
                Kemudian Aror turun dari duduknya dari pagar sekolah dengan berdiri, begitupula dengan Raizaa secara reflek. “Ada tempat yang indah buat elo! Ikutin saja gue dan jangan banyak bertanya!”, Aror berkata dengan mengajaknya untuk pergi kesuatu tempat bersamanya. Dan merekapun mulai beralih dari tempat tersebut akan segera menuju kesuatu tempat yang indah seperti apa yang telah dikatakan oleh Aror.
                Sementara ditempat lain, Ashghari sedang mengunjungi sebuah taman penuh bunga yang mengadakan festival bunga. Dihari festival, bunga-bunga ditaman tersebut dihiasi hingga terlihat begitu cantik. Begitupun dengan pohon-pohon besar didalamnya. Ada yang menggantungkan rangkaiian bunga tujuh warna beberapa buah disetiap bagian rantingnya, ada pula yang menggantungkan sebuah Ayunan sederhana dengan tali Ayunan tersebut yang merupakan akar dari pohon yang sudah dirangkai.
                Dan kini Ashghari pun telah berada dibagian pohon besar yang ada rangkaiian bunga menggantung disetiap rantingnya. Kemudian ia memegang rangkaian bunga tersebut lalu menari-nari dengan indahnya sambil menikmati suasana. Tidak hanya Ashghari yang menari-nari seperti itu, orang-orang yang juga mengunjungi tempat tersebut pun ikut menari-nari setelah melihatnya yang masih menari-nari seakan tak peduli dengan keadaan sekitar yang kadang terdiam terpesona karnanya.
                Sementara ditempat lain pula masih ditaman tersebut, terlihat Raizaa sedang selfie bersama teman baiknya Aror disebuah pohon yang ada sebuah ayunan sederhana. Mereka berdua kini sedang asyik selfie bersama memakai berbagai macam mimik wajah sesuai keinginan mereka berdua. Usainya melakukan selfie bersama, mereka berdua beralih untuk berjalan santai menikmati pemandangan yang begitu cantik disekelilingnya.
Namun secara tiba-tiba Aror menjadi terhenti saat selangkah didepan Raizaa, sedangkan Raizaa baru berhenti dua langkah didepannya ketika melewatinya dan juga merasa heran seketika melihat Aror yang tiba-tiba menjadi berhenti. “Sesuatu yang menjadi alasanku membawamu kesini, adalah dia, didepan kita dikejauhan sana!”, Aror mengatakannya dengan mengisyaratkan matanya ke Raizaa untuk melihat apa yang telah dilihatnya. Raizaa yang melihatnya dan sudah mengerti pun mengikutinya.
Tiba-tiba Raizaa merasa terkejut karna apa yang diisyaratkan teman baiknya itu adalah Ashghari yang sedang menari-nari mengelilingi kumpulan bunga-bunga yang formasinya membentuk lingkaran bersama beberapa orang pengunjung ditaman tersebut.

BHARATAYUDHAseritiga

                Raizaa yang pandangannya masih tertuju pada Ashghari, tiba-tiba menolehkan kepalanya setengah kesamping kanannya dengan melirikkan kedua matanya kebawah tertuju pada keadaan dibelakangnya. “Gue pulang dulu! Gue butuh waktu untuk sendiri dulu sekarang!”, teman karibnya itu berbisik pelan dibalik samping kanannya melihat kepadanya.
                “Gue tau lo gak rela membiarkan gue menikmati pemandangan indah ini yang sudah lo rencanain buat gue seorang!”. Raizaa berkeluh tidak tega terhadapnya.
                “Gue lebih gak rela kalo lo bernasib sama seperti gue! Gue tau lo sedang merindukan dia! Dan saat ini lo harus bahagia! Kejar dia dan buat diri lo ada bersama dia! Jangan seperti gue yang hanya sebatang kara karna berpisah dengan yang dulu!”. Aror berkata menasehatinya sambil membandingkan dirinya sendiri dengannya. Sementara Raizaa hanya diam merasakan tepukkannya lalu melihat kembali ke Ashghari dengan menegakkan kembali kepalanya.

Beberapa saat kemudian. . . .

                Ashghari sedang bersantai dengan duduk disebuah pohon besar yang ada sebuah ayunan sederhana. Ia begitu menikmatinya meskipun hanya seorang diri. Sementara dibelakangnya ada sosok Raizaa yang perlahan mendekatinya Lalu membungkukkan tubuhnya kedepan dengan mendekatkan wajahnya disamping wajah Ashghari melihat lurus kedepan sambil berkata, “Bunga berpasangan dengan kumbang! Dan kau, hanya ibarat sebuah bunga yang sudah gugur dan menyendiri disini!”.
                Ashghari yang terlanjur mendenngar kata bisikkannya itupun melirikkan kedua matanya kepadanya masih meluruskan kepalanya kedepan. Kemudian angin berhembus kencang menyapa keduanya hingga menggugurkan bunga asoka yang sengaja dkembang biakkan pada setiap ranting pohon tersebut. Dan Ashghari melirikkan kedua matanya keatas begitupula dengan Raizaa. Mereka berdua begitu menikmati hembusan angin yang telah menggugurkan bunga asoka menghujani mereka.
Dengan terbawa oleh suasana mereka berdua bersama menutup kedua matanya secara bersamaan beberapa saat tanpa diketahui oleh keduanya. Kemudian dengan tiba-tiba Raizaa secara reflek merangkul Ashghari dari belakang karna merasa terkejut kecil saat merasakan hilang keseimbangan dan akan membuatnya hampir terjatuh. Sedangkan Ashghari yang merasakan melepaskan tangan Raizaa lalu berdiri berbalik menghadap Raizaa, begitupula dengan Raizaa.
                “Cukup sebuah ayunan sederhana ini sebagai garis pembatas antara kita berdua!”. Ashghari memberi kata penolakan, menatap sinish berniat akan menjahilinya. Raizaa memundurkan dirinya tiga langkah sedikit menjauhi memakai tatapan pasrah kemudian berbalik membelakangi, berdiam ditempat.
“Raizaa, apa kau merindukan untuk bersamaku lagi? Kalau tidak, mana mungkin kau bersikap seperti itu!”, Ashghari kembali berkata dengan senyuman.
                Kemudian Ashghari meniadakan senyumannya saat Raizaa membalikkan setengah tubuhnya kekanan melihat kepadanya. “Ada saatnya aku merasakan itu!”, Raizaa membalas bernada lemas mendesahkan. Lalu menyambungnya didalam hati, “Tepatnya lagi pada saat ini!”, dengan memalingkan wajahnya dari Ashghari dan membelakanginya kembali mulai beranjak pergi meninggalkan. Sementara Ashghari merasa luluh dihatinya saat melihatnya yang sudah berkata lagi meskipun kini sudah pergi.
                Kemudian Ashghari melihat keadaan bunga asoka diatasnya sambil meratapinya yang telah gugur bersamaan tadi karna hembusan angin yang sedikit kencang.

BHARATAYUDHAseritiga