Disebuah café,
Arun dan Shafaq, bersama Vin dan Poosharm sedang duduk bersama pada satu buah
meja saling berhadapan dengan membentuk dua barisan. Mereka berempat akan
melakukan sebuah rapat kembali, menghabiskan waktu jam libur kerja kantor
mereka masing-masing. Melihat keadaan mereka yang sudah siap, Arun meletakkan
dua tali terbuat dari tembaga berwarna kuning dimeja tersebut diantara mereka
berempat.
Mereka bertiga yang melihat tali terbuat dari tembaga
berwarna kuning itupun menjadi bertanya-tanya sambil mengamati. “Ini adalah dua
buah tali terbuat dari tembaga yang harus kalian pakaikan selalu kepada Vikram
dan juga Raizaa! Begitupun dengan Ashghari, Putriku! Dan juga dengan kedua
Pangeranku yang sudah dewasa!”, Arun berkata memberi klunya dari maksudnya
menunjukkan dua benda tersebut. Poosharm melihat kepadanya sedikit kaget akan
menanyakannya.
“Dua benda ini sangat bagus, Arun! Tapi, apakah benar
dua benda ini untuk kedua Putraku? Sedangkan yang kini bersamaku, hanyalah
seorang Putraku saja!”. Poosharm memuji dua benda tersebut, lalu menanyakannya
sambil mengingatkannya. Menatapnya penuh tanya. Sedangkan Arun baru saja
melihat kepadannya.
“Putramu Vikram, sebentar lagi akan mengetahui
tentang awal proses dalam kehidupannya! Dan, kau akan mendapatkan Putramu
Raizaa kembali! Namun setelahnya kalian berdua, aku dan juga Shafaq harus
bersiap-siap untuk menerima banyak rahasia yang belum terungkap!”. Arun
memberitahukan hasil dari penerawangannya dengan melihat-lihat kemereka
bertiga.
“Arun, tolong berkonsentrasilah dalam penerawanganmu!
Aku yakin, semua rahasia bisa kau ketahui! Jujur saja, aku sangat bergmetar
ketika mendengar perntataanmu tadi!”. Shafaq mengungkapnya dengan menatapnya
sangat memohon.
“Aku sudah paham apa yang telah dikatakan Arun! Masih
ada rahasia dibalik rahasia! Dan kita berempat, tidak bisa untuk mengetahuinya!
Meski berulang kali kita semua berusaha tuk mengetahuinya!”. Vin menyambung
dengan melihat-lihat kemereka bertiga.
“Aku bisa terima untuk itu! Asalkan, aku bisa kembali
hidup bersama Putraku Raizaa! Sungguh aku sangat merindukan dia!”. Poosharm
menyambungnya sambil mengutarakan rasa terimanya juga harapannya untuk segera
bertemu dengan Putranya Raizaa. Berakhir menatap Vin penuh pengharapan.
Vin pun memberinya senyuman lalu teringat saat
bertemu dengan Mellissa yang sudah menceritakan keadaan Putranya Raizaa.
Begitupula dengan Shafaq yang juga tersenyum melihat ke Poosharm. Sedangkan
Arun hanya merenung melihat-lihat kemereka bertiga masih memikirkan sebuah
rahasia masih ada rahasia didalamnya. Hening pun berjalan beberapa saat
kemudian.
BHARATAYUDHAseritiga
“Tapi, ada satu
yang akan aku sampaikan lagi padamu, Poosharm!”, Arun berkata kembali
memecahkan keheningan diantara mereka. Dan mereka bertigapun bersama melihat ke
Arun berwajahkan ingin segera mengetahui maksud dari perkataannya. “Jika kau
nantinya sudah menemui Putramu Raizaa, maka peran Vikram yang masih sebagai
Putramu juga akan berubah secara mengejutkan!”, sambung Arun mencengangkan
mereka bertiga yang telah mendengarnya.
“Teka-teki
apalagi yang kau ujarkan kepada kami bertiga? Arun, berilah dengan kejelasan
yang mudah untuk dipahami!”. Shafaq menyambung memberontak kecil, menolaknya.
“Aku juga tidak
mengerti? Aku tidak mungkin untuk menjelaskan, sedang aku benar-benar tidak
mengerti dengan apa yang telah aku katakan tadi! Aku hanya merasakannya, tanpa
mengetahui sebuah kejadian yang akan mendasarinya kelak!”. Arun menjelaskan
dengan melihat ke Shafaq, memakai tatapan benar-benar tidak mengerti.
“Masih ada
rahasia dibalik rahasia! Mungkin itulah semboyan untuk kita berempat tentang
ini!”. Vin menyambung dengan mengingatkan kembali, melihat ke Shafaq dan Arun.
“Kembali pada
pengharapanku, aku tidak hanya ingin kehilangan Putraku Raizaa saja! Tetapi aku
juga tidak ingin kehilangan Putraku Vikram!”. Poosharm menyambungnya juga
mengungkap kembali pengharapannya.
Arun, Shafaq, dan Vin menjadi sedikit terkejut
bersama melihat kepadanya. Sementara disana, tak jauh dari keberadaan mereka
berempat. Telah ada Vikram yang tadinya akan menemui mereka berempat dengan
maksud ingin bersama Ayah Ibunya, namun menjadi terhenti begitu terkejut
setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Poosharm. Kini Vikram
menjadi terdiam seribu bahasa mengamati mereka berempat secara diam-diam yang
belum menyadari keberadaannya.
“Meskipun dia dilahirkan bukan dari rahimku! Dia
tetaplah menjadi anakku! Aku menyayanginya sudah seperti anakku sendiri! Dan,
aku sudah terlanjur menganggapnya sebagai seorang adik dari Putraku Raizaa!”,
Poosharm kembali mengungkapnya dengan melihat-lihat kemereka bertiga. Sedangkan
mereka bertiga menatapnya penuh tanya tak bisa menyambungnya lagi. Begitupula
dengan Vikram yang juga telah mendengarnya lagi merasa terkejut untuk kedua
kalinya.
Kemudian Vikram berlangkah mundur, lalu berbalik
dengan berlari kencang sedikit gentar. “Kita akhiri saja dulu rapat ini! Dan
kita akan melanjutinya bila ada kesempatan lagi seperti saat ini!”, Arun
berkata dari diamnya dengan langsung mengakhirinya. “Ambil tali tembaga ini, ini
adalah sebuah mahkota kecil! Dimana pada titik tengahnya ada sebuah bundaran
kecil menggambarkan wajah seorang bangsawan!”, Arun berkata kembali dengan
memberikannya kepada Vin.
“Tapi Arun, bagaimana cara kami memakaikannya?”.
Poosharm bertanya dengan mengambil satu buah mahkota kecil dari tangan Vin.
“Pakaikan mahkota kecil itu dikepalanya dengan
melingkarkannya dari kening, hingga dibagian kepala belakangnya!”. Arun membagi
cara memakaikannya, melihat ke Poosharm.
“Lalu, bagaimana dengan Putri kita?”. Shafaq
menyambungnya dengan menanyakan cara memakaikan mahkota kecil tersebut kepada
Putrinya, melihat ke Arun.
“Pakaikan saja mahkota kecil itu, dari atas kepalanya
menutupi ubun-ubunnya hingga melingkar kebawah tepat dibagian kepala
belakangnya!”. Arun membagi juga cara memakainya, melihat ke Shafaq.
Setelahnya mereka melakukan yang demikian, mereka
semua pun kini telah kembali pada keadaan yang seperti biasa. Mereka berempat
kompak dalam mengamati mahkota kecil itu dengan pada titik tengahnya ada bundaran
kecil berwajahkan seorang bangsawan, beberapa buah tali yang terbuat dari
tembaga itu. Dan bundaran kecil itu adalah berlian berwarna merah dimana
didalamnya ada gambar wajah bangsawan.
BHARATAYUDHAseritiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar