Senin, 05 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 2)




                Kembali ke Arun dan kawan-kawan. Setelahnya mereka berempat sudah menikmati makanan pesanannya, mereka berempat kini akan kembali menyambung rapat kecil yang harus mereka tuntaskan pada hari ini juga.
                “Arun, bagaimana dengan Ashghari? Aku tidak bisa membayangkan kejadian beberapa tahun silam akan terjadi lagi, saat dua Pangeran kita sudah kembali kerumah kita!”. Shafaq memulainya dengan menanyakan Putrinya mengulang kembali pada kejadian yang sudah berlalu pada beberapa tahun silam, menatap cemas ke Arun. Sedangkan Arun baru saja melihat kepadanya.
                “Kejadian itu pasti akan terjadi lagi! Tepatnya disini dikota Jakarta! Namun itu terjadi ditempat lain secara tidak ada kesengajaan!”. Arun menjelaskannya, Shafaq mulai bergetar ketika saat mendengarnya.
                “Dimasa dulu, kekuatan itu tidak menyetrum pada dirimu! Kekuatan itu hanya menyetrum ke Raj! Apakah pada kejadian yang mungkin akan terjadi lagi, akan menyetrum pada dirimu juga!”. Shafaq mengulang kemudian bertanya lagi.
                “Aku akan ikut didalamnya!”, singkat Arun namun begitu sangat jelas. Vin dan Poosharm menjadi saling berpandangan, Shafaq mendesahkan nafasnya merasakan getaran didalam dirinya lagi dengan memalingkan pandangannya darinya.
                Keadaan pun menjadi hening sesaat, karna mereka berempat sedang merasakan emosinya masing-masing setelah melakukan perdebatan kecil. Dan kemudian Shafaq menanyakan tentang kepulangan dari dua Pangerannya kepada Arun, dan Arun pun langsung menjawabnya kalau dua Pangeran mereka berdua akan bertemu dengannya sendiri pada tiga hari kemudian. Dan Shafaq pun menjadi tenang karna sebuah pertanyaannya yang tadi sudah terjawab.
Kemudian ia memberi senyuman, begitupun dengan mereka bertiga.

Tiga hari kemudian. . . .

                Disekitar lobby dikantor tempat Arun bekerja, terlihat dua pemuda sedang berjalan melewati pintu masuk kedalam berjalan akan menuju kesebuah ruangan. Setelah beberapa saat kemudian masih dalam berjalan, dua pemuda itupun berhenti didepan pintu ruangan yang tertutup. Lalu dua pemuda itu menjadi saling berpandangan kemudian melihat kepintu ruangan tersebut. Karna telah dibacanya jika ruangan tersebut bernamakan ruangan “Shahenshah Bheeshma Gandiki (Arun)”.
                Sementara dibalik pintu ruangan yang masih tertutup itu, terlihat Arun sedang duduk dimeja kerjanya masih serius mengerjakan tugasnya. Kemudian menjadi terhenti sesaat ketika mendengar dua suara yang serentak memanggilnya dengan sebutan, “Ayah Arun!”. Dan kini Arun menjadi berdiri dengan terkejut sambil melihat kedua wajah yang telah memanggilnya tadi dengan sebutan, “Ayah Arun!”. Sedangkan dua wajah yang sudah memanggilnya tadi mulai mendekat menghampirinya.
                Dan kini dua wajah itupun sudah berada dekat didepannya, didepan meja kerjanya saling berhadapan. “Raaaaaj? Raaaaaf?”, Arun menyapanya memakai wajah yang bertanya-tanya. Dalam sekejap Arun sudah mengenali dua wajah itu, dua wajah itu adalah dua wajah dari dua Pangeran kecilnya yang kini sudah cukup dewasa. Kemudian dua Pangerannya itu melangkah kedepan dengan berdiam diarah kanan darinya, menghadapnya lalu meminta restu memberi salam.
                Melihat yang demikian, Arun menjadi terharu langsung memeluk dua Pangerannya secara bersamaan. Begitupula dengan dua pangerannya yang juga memeluknya secara bersamaan. Sungguh sebuah pertemuan yang indah juga begitu mengharukan. Setelah bertahu-tahun terpaksa terpisahkan demi kebaikan bersama.

BHARATAYUDHAseritiga

                Disebuah mini market tak jauh dari rumahnya, Poosharm baru saja keluar dari mini market tersebut dengan membawa dua kantong barang pembelanjaannya. Dan kini sedang menunggu sebuah Taxi lewat didepannya yang akan mengantarkannya pulang kerumah. Namun saat akan menyebrang jalan, mendadak tali sepatunya lepas, dan ia pun berhenti membetulkan tali sepatunya yang lepas itu. Usainya membetulkan tali sepatunya, ia hampir saja tersenggol sebuah kendaraan mobil didepannya.
                Beruntung ia masih bisa selamat dari senggolan itu karna ada seorang remaja putra yang menolongnya dengan tanpa sengaja telah mendekap dirinya. Saat masih dalam dekapan seorang remaja putra itu, Poosharm sempat merasakan keanehan pada detak jantungnya yang pada saat itu juga dirinya terlanjur merasakan detak jantung dari remaja putra itu. Dan kini remaja putra itu melepaskan dekapannya dengan melihat wajahnya, begitupula dengan Poosharm kepada remaja putra itu.
                “Maaf, Ibu tidak apa-apa kan?”. Tanya remaja putra itu menatapnya cemas.
                ‘’Iya, aku baik-baik saja! Terimakasih kau telah menolongku! Kalau tidak….?”. Poosharm mengucapkan rasa terimakasihnya, remaja lelaki itu memotongnya.
                “Jangan katakan itu, karna itu belum terjadi! Jangan sesali lagi sisi negatifnya!”. Remaja putra itu menasehatinya penuh rasa perhatian.
                “Siapakah namamu?”. Poosharm menanyakan namanya menatapnya sedikit terpaku.
                “Namaku, eeem! Panggil saja aku Bhai! Karna Ibuku telah memanggilku seperti itu!”. Remaja putra itu menjawabnya dengan menjelaskannya. Poosharm pun menjadi tersenyum haru masih menatapnya.
                Tanpa diketahui olehnya, jika remaja putra itu adalah Raizaa. Alasan Raizaa dengan memberirahukan bahwa namanya adalah Bhai, itu karna dia telah nyaman dengan panggilan tersebut dari Ibunya Mellissa. Beberapa saat kemudian, Poosharm pun menghentikan Taxi yang kini telah lewat didepannya. Dan pertemuan mereka berdua kini telah berakhir tanpa saling mengenali lagi.

Beberapa hari kemudian. . . .

                Hari ini adalah hari pertama Putranya memasuki jam belajar home schooling dirumahnya sendiri. Mengetahui hal yang demikian, Poosharm pun dibuat gundah karna dirinya tidak tahu pasti apakah Putranya akan menerimanya setelah sedikit menolak pada beberapa waktu yang lalu, atau mungkin malah sebaliknya menolak untuk menjalani home schoolingnya. Dan Guru yang akan membimbing Putranya pun kini telah datang dengan duduk bersama dengannya diruang tamu.
                Disaatnya masih berbincang-bincang meskipun hanya basa-basi saja, Poosharm berniat akan memberitahukan kepada Guru home schoolingnya untuk membatalkan kegiatan jam belajar karna keadaan Putranya yang tidak menyetujuinya. Namun ketika akan memberitahukannya, tiba-tiba saja Putranya datang diantara mereka berdua sambil berkata. “Aku siap untuk menjalani jam belajar home schoolingI”, ia mengatakannya dengan melihat ke Guru home schooling yang sudah siap mengajarnya.
                Sontak Poosharm menjadi terkejut tidak menduga jika Putranya yang telah dipikirnya sudah menolak home schoolingnya, kini malah berbalik berkata menyetujuinya. “Vikram!”, tegurnya halus masih bertanya-tanya, menatapnya. Sedangkan Putranya hanya melihat kepadanya disertai senyuman sambil duduk berpaku tangan dengan alat tulis didepannya, diatas meja. Poosharm yang sudah mengertipun menjadi tertawa kecll.
Kemudian beralih untuk pergi meninggalkan mereka berdua karna jam belajar baru saja akan dimulai.

BHARATAYUDHAseritiga

                Disekolah, saat jam pertama baru akan dimulai, mendadak dikelasnya mendapatkan kehadiran seorang Guru pengganti. Seorang Guru pengganti itu begitu tampan, muda, dan berasal dari Jogjakarta. Bahasanya pun kadang menjadi logat jawa, kadang berbahasa gaul, kadang juga lebih mendominankan bahasa Indonesia yang benar. Ashghari yang sudah melihatnya pun menjadi sedikit terhibur karna ketampanannya juga sikapnya yang bisa dibilang sangat asyik bila berbaur.
                Tidak hanya Ashghari, teman-teman sekelasnya pun juga merasakan yang sama. Dan kini Guru pengganti tersebut akan mengenalkan dirinya. “Halo! Selamat pagi! Panggil saya Pak Raf!”, begitulah sapaan Guru pengganti itu sembari mengenalkan dirinya. Semua murid didalam kelasnya pun menjadi tertawa kecil turut bahagia menerima kehadirannya. Dan Raff kini akan mengsurvei semua muridnya menurut agama yang telah dianutnya, sebagai tugas awal pertamanya.
                “Perwakilan dari agama Islam, silahkan ancungkan jempol kalian keatas!”, perintahnya yang pertama dengan melihat kesemua muridnya. Dan yang mengacungkan jempolnya keatas tercatat sebanyak limabelas orang. “Perwakilan dari agama Hindu, silahkan acungkan jari manisnya kedepan!”, perintahnya yang kedua. Dan juga yang mengancungkan jari manisnya kedepan tercatat sepuluh orang. Kemudian Raff menunjuk seorang muridnya yang telah mengancungkan jari manisnya kedepan tadi.
                “Siapa namamu?”, Raf bertanya berperilaku sebagai seorang guru. Melihat tegas.
                “Nama saya Ashghari, Pak!”, Ashghari menyahutnya dengan kesopanan.
                ‘’Apakah kamu yang bernama Asghari yang telah menjadi perwakilan dari agama Hindu? Atau memang ada seorang Ashghari yang lainnya?”. Raf menanyakannya penuh ketegasan. Ashghari mengangguk, namun ketika akan menyahutnya kembali tiba-tiba seorang temannya memotongnya.
                “Ashghari memang perwakilan dari agama Hindu, Pak! Tetapi dia suka sekali mendengarkan suara adzan ketika telah dikumandangkan!”. Seorang temannya tersebut mengujarnya sedikit canda. Raf menjadi tersenyum kecil, sedangkan Ashghari dibuatnya salah tingkah karna ulah seorang temannya tadi.
                Keadaan kelas kini pun menjadi sedikit heboh, kemudian menjadi kembali tenang saat Raf memutuskan untuk memulai pembelajaran. Dan semua murid kini telah menjadi hening, tenang, mengikuti pembahasan pembelajaran.

Beberapa jam kemudian. . . .

                Pada saat jam istirahat, Raj sedang berdiri disekitar lapangan basket sambil memeriksa dokumen yang kini telah dikoreksinya. Kemudian terpandang pada seorang siswinya dikejauhan didepannya masih disekitar lapangan basket. Raj pun menjadi terpana karna baru saja disaksikannya jika adiknya yang bernama Ashghari telah bersekolah ditempatnya bertugas. Dan secara tiba-tiba ia dikejutkan oleh Raf yang menepuknya dari samping kanannya.
                “Apa kau sedang mengamatinya?”, Raf langsung menananyakannya karna sudah mengetahuinya.
                “Kaka Raf, dia benar ada didepan kita! Ashghari kita begitu cantik, bahkan lebih cantik dari fotonya yang sering kita terima!”. Raj mengungkap sambil mengiyakan dengan melihat ke Raf.
                Usainya mereka berdua berbicara singkat, mereka berdua memutuskan untuk beranjak meninggalkan tempat tersebut bersama. Sementara Ashghari baru saja terpandang kepada mereka berdua melihatnya yang masih berjalan meninggalkan.

BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar