Kembali ke Arun
dan kawan-kawan. Setelahnya mereka berempat sudah menikmati makanan pesanannya,
mereka berempat kini akan kembali menyambung rapat kecil yang harus mereka
tuntaskan pada hari ini juga.
“Arun, bagaimana
dengan Ashghari? Aku tidak bisa membayangkan kejadian beberapa tahun silam akan
terjadi lagi, saat dua Pangeran kita sudah kembali kerumah kita!”. Shafaq
memulainya dengan menanyakan Putrinya mengulang kembali pada kejadian yang
sudah berlalu pada beberapa tahun silam, menatap cemas ke Arun. Sedangkan Arun
baru saja melihat kepadanya.
“Kejadian itu
pasti akan terjadi lagi! Tepatnya disini dikota Jakarta! Namun itu terjadi
ditempat lain secara tidak ada kesengajaan!”. Arun menjelaskannya, Shafaq mulai
bergetar ketika saat mendengarnya.
“Dimasa dulu,
kekuatan itu tidak menyetrum pada dirimu! Kekuatan itu hanya menyetrum ke Raj!
Apakah pada kejadian yang mungkin akan terjadi lagi, akan menyetrum pada dirimu
juga!”. Shafaq mengulang kemudian bertanya lagi.
“Aku akan ikut
didalamnya!”, singkat Arun namun begitu sangat jelas. Vin dan Poosharm menjadi saling
berpandangan, Shafaq mendesahkan nafasnya merasakan getaran didalam dirinya
lagi dengan memalingkan pandangannya darinya.
Keadaan pun
menjadi hening sesaat, karna mereka berempat sedang merasakan emosinya
masing-masing setelah melakukan perdebatan kecil. Dan kemudian Shafaq menanyakan
tentang kepulangan dari dua Pangerannya kepada Arun, dan Arun pun langsung
menjawabnya kalau dua Pangeran mereka berdua akan bertemu dengannya sendiri pada
tiga hari kemudian. Dan Shafaq pun menjadi tenang karna sebuah pertanyaannya
yang tadi sudah terjawab.
Kemudian ia memberi senyuman, begitupun dengan mereka
bertiga.
Tiga hari kemudian. . . .
Disekitar lobby
dikantor tempat Arun bekerja, terlihat dua pemuda sedang berjalan melewati
pintu masuk kedalam berjalan akan menuju kesebuah ruangan. Setelah beberapa
saat kemudian masih dalam berjalan, dua pemuda itupun berhenti didepan pintu
ruangan yang tertutup. Lalu dua pemuda itu menjadi saling berpandangan kemudian
melihat kepintu ruangan tersebut. Karna telah dibacanya jika ruangan tersebut
bernamakan ruangan “Shahenshah Bheeshma Gandiki (Arun)”.
Sementara dibalik
pintu ruangan yang masih tertutup itu, terlihat Arun sedang duduk dimeja
kerjanya masih serius mengerjakan tugasnya. Kemudian menjadi terhenti sesaat
ketika mendengar dua suara yang serentak memanggilnya dengan sebutan, “Ayah
Arun!”. Dan kini Arun menjadi berdiri dengan terkejut sambil melihat kedua
wajah yang telah memanggilnya tadi dengan sebutan, “Ayah Arun!”. Sedangkan dua
wajah yang sudah memanggilnya tadi mulai mendekat menghampirinya.
Dan kini dua
wajah itupun sudah berada dekat didepannya, didepan meja kerjanya saling
berhadapan. “Raaaaaj? Raaaaaf?”, Arun menyapanya memakai wajah yang
bertanya-tanya. Dalam sekejap Arun sudah mengenali dua wajah itu, dua wajah itu
adalah dua wajah dari dua Pangeran kecilnya yang kini sudah cukup dewasa. Kemudian
dua Pangerannya itu melangkah kedepan dengan berdiam diarah kanan darinya,
menghadapnya lalu meminta restu memberi salam.
Melihat yang
demikian, Arun menjadi terharu langsung memeluk dua Pangerannya secara
bersamaan. Begitupula dengan dua pangerannya yang juga memeluknya secara
bersamaan. Sungguh sebuah pertemuan yang indah juga begitu mengharukan. Setelah
bertahu-tahun terpaksa terpisahkan demi kebaikan bersama.
BHARATAYUDHAseritiga
Disebuah mini
market tak jauh dari rumahnya, Poosharm baru saja keluar dari mini market
tersebut dengan membawa dua kantong barang pembelanjaannya. Dan kini sedang
menunggu sebuah Taxi lewat didepannya yang akan mengantarkannya pulang kerumah.
Namun saat akan menyebrang jalan, mendadak tali sepatunya lepas, dan ia pun
berhenti membetulkan tali sepatunya yang lepas itu. Usainya membetulkan tali
sepatunya, ia hampir saja tersenggol sebuah kendaraan mobil didepannya.
Beruntung ia
masih bisa selamat dari senggolan itu karna ada seorang remaja putra yang
menolongnya dengan tanpa sengaja telah mendekap dirinya. Saat masih dalam
dekapan seorang remaja putra itu, Poosharm sempat merasakan keanehan pada detak
jantungnya yang pada saat itu juga dirinya terlanjur merasakan detak jantung
dari remaja putra itu. Dan kini remaja putra itu melepaskan dekapannya dengan
melihat wajahnya, begitupula dengan Poosharm kepada remaja putra itu.
“Maaf, Ibu tidak
apa-apa kan?”. Tanya remaja putra itu menatapnya cemas.
‘’Iya, aku
baik-baik saja! Terimakasih kau telah menolongku! Kalau tidak….?”. Poosharm
mengucapkan rasa terimakasihnya, remaja lelaki itu memotongnya.
“Jangan katakan
itu, karna itu belum terjadi! Jangan sesali lagi sisi negatifnya!”. Remaja
putra itu menasehatinya penuh rasa perhatian.
“Siapakah
namamu?”. Poosharm menanyakan namanya menatapnya sedikit terpaku.
“Namaku, eeem!
Panggil saja aku Bhai! Karna Ibuku telah memanggilku seperti itu!”. Remaja putra
itu menjawabnya dengan menjelaskannya. Poosharm pun menjadi tersenyum haru
masih menatapnya.
Tanpa diketahui
olehnya, jika remaja putra itu adalah Raizaa. Alasan Raizaa dengan
memberirahukan bahwa namanya adalah Bhai, itu karna dia telah nyaman dengan panggilan
tersebut dari Ibunya Mellissa. Beberapa saat kemudian, Poosharm pun
menghentikan Taxi yang kini telah lewat didepannya. Dan pertemuan mereka berdua
kini telah berakhir tanpa saling mengenali lagi.
Beberapa hari kemudian. . . .
Hari ini adalah hari
pertama Putranya memasuki jam belajar home schooling dirumahnya sendiri.
Mengetahui hal yang demikian, Poosharm pun dibuat gundah karna dirinya tidak
tahu pasti apakah Putranya akan menerimanya setelah sedikit menolak pada
beberapa waktu yang lalu, atau mungkin malah sebaliknya menolak untuk menjalani
home schoolingnya. Dan Guru yang akan membimbing Putranya pun kini telah datang
dengan duduk bersama dengannya diruang tamu.
Disaatnya masih
berbincang-bincang meskipun hanya basa-basi saja, Poosharm berniat akan
memberitahukan kepada Guru home schoolingnya untuk membatalkan kegiatan jam
belajar karna keadaan Putranya yang tidak menyetujuinya. Namun ketika akan
memberitahukannya, tiba-tiba saja Putranya datang diantara mereka berdua sambil
berkata. “Aku siap untuk menjalani jam belajar home schoolingI”, ia
mengatakannya dengan melihat ke Guru home schooling yang sudah siap mengajarnya.
Sontak Poosharm
menjadi terkejut tidak menduga jika Putranya yang telah dipikirnya sudah
menolak home schoolingnya, kini malah berbalik berkata menyetujuinya.
“Vikram!”, tegurnya halus masih bertanya-tanya, menatapnya. Sedangkan Putranya
hanya melihat kepadanya disertai senyuman sambil duduk berpaku tangan dengan
alat tulis didepannya, diatas meja. Poosharm yang sudah mengertipun menjadi
tertawa kecll.
Kemudian beralih untuk pergi meninggalkan mereka
berdua karna jam belajar baru saja akan dimulai.
BHARATAYUDHAseritiga
Disekolah, saat
jam pertama baru akan dimulai, mendadak dikelasnya mendapatkan kehadiran
seorang Guru pengganti. Seorang Guru pengganti itu begitu tampan, muda, dan
berasal dari Jogjakarta. Bahasanya pun kadang menjadi logat jawa, kadang
berbahasa gaul, kadang juga lebih mendominankan bahasa Indonesia yang benar.
Ashghari yang sudah melihatnya pun menjadi sedikit terhibur karna ketampanannya
juga sikapnya yang bisa dibilang sangat asyik bila berbaur.
Tidak hanya
Ashghari, teman-teman sekelasnya pun juga merasakan yang sama. Dan kini Guru pengganti
tersebut akan mengenalkan dirinya. “Halo! Selamat pagi! Panggil saya Pak Raf!”,
begitulah sapaan Guru pengganti itu sembari mengenalkan dirinya. Semua murid
didalam kelasnya pun menjadi tertawa kecil turut bahagia menerima kehadirannya.
Dan Raff kini akan mengsurvei semua muridnya menurut agama yang telah dianutnya,
sebagai tugas awal pertamanya.
“Perwakilan dari
agama Islam, silahkan ancungkan jempol kalian keatas!”, perintahnya yang
pertama dengan melihat kesemua muridnya. Dan yang mengacungkan jempolnya keatas
tercatat sebanyak limabelas orang. “Perwakilan dari agama Hindu, silahkan
acungkan jari manisnya kedepan!”, perintahnya yang kedua. Dan juga yang
mengancungkan jari manisnya kedepan tercatat sepuluh orang. Kemudian Raff
menunjuk seorang muridnya yang telah mengancungkan jari manisnya kedepan tadi.
“Siapa namamu?”,
Raf bertanya berperilaku sebagai seorang guru. Melihat tegas.
“Nama saya
Ashghari, Pak!”, Ashghari menyahutnya dengan kesopanan.
‘’Apakah kamu
yang bernama Asghari yang telah menjadi perwakilan dari agama Hindu? Atau
memang ada seorang Ashghari yang lainnya?”. Raf menanyakannya penuh ketegasan.
Ashghari mengangguk, namun ketika akan menyahutnya kembali tiba-tiba seorang
temannya memotongnya.
“Ashghari memang
perwakilan dari agama Hindu, Pak! Tetapi dia suka sekali mendengarkan suara
adzan ketika telah dikumandangkan!”. Seorang temannya tersebut mengujarnya
sedikit canda. Raf menjadi tersenyum kecil, sedangkan Ashghari dibuatnya salah
tingkah karna ulah seorang temannya tadi.
Keadaan kelas
kini pun menjadi sedikit heboh, kemudian menjadi kembali tenang saat Raf
memutuskan untuk memulai pembelajaran. Dan semua murid kini telah menjadi
hening, tenang, mengikuti pembahasan pembelajaran.
Beberapa jam kemudian. . . .
Pada saat jam
istirahat, Raj sedang berdiri disekitar lapangan basket sambil memeriksa
dokumen yang kini telah dikoreksinya. Kemudian terpandang pada seorang siswinya
dikejauhan didepannya masih disekitar lapangan basket. Raj pun menjadi terpana
karna baru saja disaksikannya jika adiknya yang bernama Ashghari telah
bersekolah ditempatnya bertugas. Dan secara tiba-tiba ia dikejutkan oleh Raf
yang menepuknya dari samping kanannya.
“Apa kau sedang
mengamatinya?”, Raf langsung menananyakannya karna sudah mengetahuinya.
“Kaka Raf, dia
benar ada didepan kita! Ashghari kita begitu cantik, bahkan lebih cantik dari
fotonya yang sering kita terima!”. Raj mengungkap sambil mengiyakan dengan
melihat ke Raf.
Usainya mereka
berdua berbicara singkat, mereka berdua memutuskan untuk beranjak meninggalkan
tempat tersebut bersama. Sementara Ashghari baru saja terpandang kepada mereka
berdua melihatnya yang masih berjalan meninggalkan.
BHARATAYUDHAseritiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar