Selasa, 06 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseriiga (Part 5)



                 Saat malam sudah tiba, dan Arun baru saja memasuki kamarnya berniat akan membuka pakaiaan kantornya. Mendadak Shafaq memanggilnya dari meja rias didalam kamarnya. Dan Arun pun segera menghampiri Shafaq juga berdiam dengan berdiri tepat dihadapannya.
“Ada apa Permaisuriku? Apakah dirimu akan membawaku bersamamu untuk makan malam dibawah?”, Arun bertanya dengan mengada-ngada. Shafaq menggeleng kepadanya melihat cemas, Arun mengangkat kedua tangannya menyentuh wajah darinya lembut.
                “Ashghari, telah mempersilahkan seorang temannya untuk bermalam dikamarnya tanpa meminta izin dulu kepadaku!”. Shafaq memberi klunya sedikit, Arun melepaskan tangannya dari menyentuh wajahnya.
                “Sebelum kau mengetahui, aku sudah lebih dulu yang mengetahuinya! Pada malam kemarin, aku tidak sengaja mendengar Ashghari berbicara bersama seorang temannya! Aku sengaja membiarkan Ashghari dan tidak memberitahukannya padamu! Karna aku percaya padanya, jika dia tidak akan pernah mengecewakan kita sebagai orang tuanya!”. Arun berkata menenangkan, memberi tatapan pengertian.
                “Tapi Pangeran, aku teringat pada masa lalu kita dulu! Dimana aku telah membiarkanmu untuk bermalam diruanganku! Bahkan aku sangat teringat akan hal itu, saat Ashghari berkata bahwa seorang temannya hanya bertujuan ingin memastikan keadaannya saja!”. Shafaq menyampaikan keluhannya dengan mengulangnya lagi.
                “Seorang teman dari Ashghari, itu sama sepertiku! Tidakkah kau bisa merasa bahagia, karna mereka telah membuat kita seperti hidup kembali pada masa itu? Meskipun, kau merasa begitu cemas!”. Arun berkata semakin menenangkannya.
                “Aku seorang Ibu! Aku juga Ibunya! Aku takut dia menjadi rusak karna….?’’. shafaq semakin mengeluhkan, namun terhenti saat Arun menutup mulutnya dengan jari telunjuk kanannya.
                “Tidak akan terjadi apapun padanya! Dia hanya mengulang cerita kita pada masa dulu! Semuanya akan baik-baik saja!”. Arun mengakhiri masih menenangkan, lalu memeluknya.
                Shafaq pun menjadi terbuai akan kata-katanya juga memeluknya disertai keluluhan dari hatinya. Sedangkan Arun tiba-tiba saja teringat kembali saat Ratu Gandiki menghakiminya seorang diri saat mengetahui jika dirinya dulu telah bermalam bersama Tuan Putri Purindah. Dan Arun hanya tersenyum setelah mengingatnya masih memeluk Shafaq.

Keesokan harinya. . . .

                Raizaa yang baru saja memasuki ruang kelasnya disekolahnya, tiba-tiba saja mendapatkan sebuah jacket miliknya dengan surat kecil diatasnya tepat dibangkunya sendiri. Raizaa pun mengambil kertas kecil tersebut lalu membacanya, “Gue balikin jacket lo lewat temen baik lo! Dan gue harap lo jangan pernah temuin gue lagi, termasuk datang lagi kerumah gue!”, bertanda tangan Ashghari. Usainya membaca surat kecil tersebut, Raizaa merasa bingung disertai rasa bertanya-tanya yang begitu besar.
                “Apa yang terjadi! Jacket gue sempat ketinggalan dirumah Ashghari! Tapi sebuah alasan apa Ashghari menuliskan surat ini padaku?!”, keluhannya didalam hati sambil menggenggam jacketnya dengan kedua tangannya, meratapinya.

BHARATAYUDHAseritiga

                Raj kembali berdiri dilapangan basket melihat-lihat semua muridnya yang baru memasuki pintu gerbang disekolah. Sementara Raf berada dikantin sekolah sambil memikirkan sesuatu. Dirinya sedang memikirkan jika Raj harus berhati-hati bila berdekatan dengan Ashghari. Sebab jika bando Ashghari dilepas dari menutupi ubun-ubunnya, maka peristiwa yang pernah terjadi akan terjadi lagi. Dan itu baru diketahuinya saat dirinya bersama Raj mengadukan apa yang telah dilihat oleh Raj terhadap Ashghari.
                “Belum diketahui, siapa yang memiliki kekuatan untuk menyerang, kekuatan yang akan diserang, dan kekuatan yang akan menjadi perisai diantara keduanya!”, keluhnya dihati masih memikirkan dikantin sekolah. Sementara disana, Raj yang masih berdiri dilapangan basket tersebut memanggil Ashghari yang akan melewati dirinya didepan sebelah kirinya. Mereka berduapun kini saling berpandangan akan berbicara sedikit masih dalam keadaan yang tadi.
                “Selamat pagi Pak Raj! Ada apa Pak Raj memanggiilku?”. Ashghari memberi salam sambil menanyakan.
                “Siapa nama lengkapmu?”. Raj bertanya ingin mengklarifikasi untuknya sendiri.
                “Nama lengkapku Ashghari Pu Ma! Btw, ada apa ya Pak Raf?”. Ujarnya sambil menannyakannya lagi.
                “Tidak ada apa-apa! Namamu sungguh bagus! Baiklah, silahkan kau lanjutkan kembali langkahmu! Selamat pagi juga Ashghari!”. Raj mengelak menyembunyikan lalu mempersilahkannya untuk pergi. Asghari pun memberinya senyuman lagi lalu pergi meninggalkan.

Beberapa saat kemudian. . . .

                Kini Raj telah berada diruang guru bersama Raf. Meja mereka berbelahan sehingga mereka mudah sekali untuk berbicara bertukar cerita. Dan Raj pun akan membagi ceritanya saat berbicara bersama Ashghari pagi tadi.
                “Aku sudah berhasil berkomunikasi dengan Ashghari! Kaka Raf, ini benar-benar sangat menyenangkan! Rasanya, aku ingin mengulangnya lagi!”. Raj mulai bercerita membaginya dengan melihat ke Raf menebarkan kebahagiaannya. Sementara Raf baru saja melihat kepadanya.
                “Raj, lain kali kau harus bisa berhati-hati! Kita berdua harus selalu ingat dengan apa yang telah Ayah katakan pada kita! Aku masih cemas akan hal itu!”. Raf mengingatkannya agar lebih untuk berhati-hati, menatapnya penuh perhatian.
                “Tapi kaka Raf, mungkin lebih baik peristiwa yang pernah terjadi dapat terjadi lagi dengan secepatnya! Karna, aku sangat tidak sabar untuk mengatakan padanya, jika aku dan kau adalah kedua kakanya!”. Raj mengungkap ketidak tahanannya merahasiakan tentang jati dirinya dari Ashghari.
                “Tidak untuk saat ini! Saat ini kita hanya untuk bekerja, bukan untuk kembali pada mereka bertiga! Mengertilah sedikit lagi Raj, jangan pikirkan tentang itu dulu! Jangankan engkau, aku juga sama sepertimu namun akau masih menahannya lagi, lagi, dan lagi!”. Raf berkata menenangkan, juga mengungkap apa yang sebenarnya ia rasakan.
                Raj pun menjadi tersenyum sedikit bisa menahannya, kemudian Arun menepuk pundaknya pelan mengajaknya bercanda kecil. Dan apa yang telah mereka berdua bicarakan tadi sedikit sudah bisa mereka berdua melupakannya sejenak.

BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar