Saat malam sudah
tiba, dan Arun baru saja memasuki kamarnya berniat akan membuka pakaiaan
kantornya. Mendadak Shafaq memanggilnya dari meja rias didalam kamarnya. Dan
Arun pun segera menghampiri Shafaq juga berdiam dengan berdiri tepat
dihadapannya.
“Ada apa Permaisuriku? Apakah dirimu akan membawaku
bersamamu untuk makan malam dibawah?”, Arun bertanya dengan mengada-ngada.
Shafaq menggeleng kepadanya melihat cemas, Arun mengangkat kedua tangannya menyentuh
wajah darinya lembut.
“Ashghari, telah
mempersilahkan seorang temannya untuk bermalam dikamarnya tanpa meminta izin
dulu kepadaku!”. Shafaq memberi klunya sedikit, Arun melepaskan tangannya dari
menyentuh wajahnya.
“Sebelum kau
mengetahui, aku sudah lebih dulu yang mengetahuinya! Pada malam kemarin, aku
tidak sengaja mendengar Ashghari berbicara bersama seorang temannya! Aku
sengaja membiarkan Ashghari dan tidak memberitahukannya padamu! Karna aku
percaya padanya, jika dia tidak akan pernah mengecewakan kita sebagai orang
tuanya!”. Arun berkata menenangkan, memberi tatapan pengertian.
“Tapi Pangeran,
aku teringat pada masa lalu kita dulu! Dimana aku telah membiarkanmu untuk
bermalam diruanganku! Bahkan aku sangat teringat akan hal itu, saat Ashghari
berkata bahwa seorang temannya hanya bertujuan ingin memastikan keadaannya
saja!”. Shafaq menyampaikan keluhannya dengan mengulangnya lagi.
“Seorang teman
dari Ashghari, itu sama sepertiku! Tidakkah kau bisa merasa bahagia, karna
mereka telah membuat kita seperti hidup kembali pada masa itu? Meskipun, kau
merasa begitu cemas!”. Arun berkata semakin menenangkannya.
“Aku seorang Ibu!
Aku juga Ibunya! Aku takut dia menjadi rusak karna….?’’. shafaq semakin
mengeluhkan, namun terhenti saat Arun menutup mulutnya dengan jari telunjuk
kanannya.
“Tidak akan terjadi
apapun padanya! Dia hanya mengulang cerita kita pada masa dulu! Semuanya akan
baik-baik saja!”. Arun mengakhiri masih menenangkan, lalu memeluknya.
Shafaq pun
menjadi terbuai akan kata-katanya juga memeluknya disertai keluluhan dari
hatinya. Sedangkan Arun tiba-tiba saja teringat kembali saat Ratu Gandiki
menghakiminya seorang diri saat mengetahui jika dirinya dulu telah bermalam
bersama Tuan Putri Purindah. Dan Arun hanya tersenyum setelah mengingatnya
masih memeluk Shafaq.
Keesokan harinya. . . .
Raizaa yang baru
saja memasuki ruang kelasnya disekolahnya, tiba-tiba saja mendapatkan sebuah
jacket miliknya dengan surat kecil diatasnya tepat dibangkunya sendiri. Raizaa
pun mengambil kertas kecil tersebut lalu membacanya, “Gue balikin jacket lo
lewat temen baik lo! Dan gue harap lo jangan pernah temuin gue lagi, termasuk
datang lagi kerumah gue!”, bertanda tangan Ashghari. Usainya membaca surat
kecil tersebut, Raizaa merasa bingung disertai rasa bertanya-tanya yang begitu
besar.
“Apa yang
terjadi! Jacket gue sempat ketinggalan dirumah Ashghari! Tapi sebuah alasan apa
Ashghari menuliskan surat ini padaku?!”, keluhannya didalam hati sambil
menggenggam jacketnya dengan kedua tangannya, meratapinya.
BHARATAYUDHAseritiga
Raj kembali
berdiri dilapangan basket melihat-lihat semua muridnya yang baru memasuki pintu
gerbang disekolah. Sementara Raf berada dikantin sekolah sambil memikirkan
sesuatu. Dirinya sedang memikirkan jika Raj harus berhati-hati bila berdekatan
dengan Ashghari. Sebab jika bando Ashghari dilepas dari menutupi ubun-ubunnya,
maka peristiwa yang pernah terjadi akan terjadi lagi. Dan itu baru diketahuinya
saat dirinya bersama Raj mengadukan apa yang telah dilihat oleh Raj terhadap
Ashghari.
“Belum diketahui,
siapa yang memiliki kekuatan untuk menyerang, kekuatan yang akan diserang, dan
kekuatan yang akan menjadi perisai diantara keduanya!”, keluhnya dihati masih
memikirkan dikantin sekolah. Sementara disana, Raj yang masih berdiri
dilapangan basket tersebut memanggil Ashghari yang akan melewati dirinya
didepan sebelah kirinya. Mereka berduapun kini saling berpandangan akan
berbicara sedikit masih dalam keadaan yang tadi.
“Selamat pagi Pak
Raj! Ada apa Pak Raj memanggiilku?”. Ashghari memberi salam sambil menanyakan.
“Siapa nama
lengkapmu?”. Raj bertanya ingin mengklarifikasi untuknya sendiri.
“Nama lengkapku
Ashghari Pu Ma! Btw, ada apa ya Pak Raf?”. Ujarnya sambil menannyakannya lagi.
“Tidak ada
apa-apa! Namamu sungguh bagus! Baiklah, silahkan kau lanjutkan kembali
langkahmu! Selamat pagi juga Ashghari!”. Raj mengelak menyembunyikan lalu
mempersilahkannya untuk pergi. Asghari pun memberinya senyuman lagi lalu pergi
meninggalkan.
Beberapa saat kemudian. . . .
Kini Raj telah
berada diruang guru bersama Raf. Meja mereka berbelahan sehingga mereka mudah
sekali untuk berbicara bertukar cerita. Dan Raj pun akan membagi ceritanya saat
berbicara bersama Ashghari pagi tadi.
“Aku sudah
berhasil berkomunikasi dengan Ashghari! Kaka Raf, ini benar-benar sangat
menyenangkan! Rasanya, aku ingin mengulangnya lagi!”. Raj mulai bercerita
membaginya dengan melihat ke Raf menebarkan kebahagiaannya. Sementara Raf baru
saja melihat kepadanya.
“Raj, lain kali
kau harus bisa berhati-hati! Kita berdua harus selalu ingat dengan apa yang
telah Ayah katakan pada kita! Aku masih cemas akan hal itu!”. Raf
mengingatkannya agar lebih untuk berhati-hati, menatapnya penuh perhatian.
“Tapi kaka Raf,
mungkin lebih baik peristiwa yang pernah terjadi dapat terjadi lagi dengan
secepatnya! Karna, aku sangat tidak sabar untuk mengatakan padanya, jika aku
dan kau adalah kedua kakanya!”. Raj mengungkap ketidak tahanannya merahasiakan
tentang jati dirinya dari Ashghari.
“Tidak untuk saat
ini! Saat ini kita hanya untuk bekerja, bukan untuk kembali pada mereka
bertiga! Mengertilah sedikit lagi Raj, jangan pikirkan tentang itu dulu!
Jangankan engkau, aku juga sama sepertimu namun akau masih menahannya lagi,
lagi, dan lagi!”. Raf berkata menenangkan, juga mengungkap apa yang sebenarnya
ia rasakan.
Raj pun menjadi
tersenyum sedikit bisa menahannya, kemudian Arun menepuk pundaknya pelan
mengajaknya bercanda kecil. Dan apa yang telah mereka berdua bicarakan tadi
sedikit sudah bisa mereka berdua melupakannya sejenak.
BHARATAYUDHAseritiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar