Esoknya
disiang hari, mendengar suara bel yang telah dibunyikan menandakan berakhirnya
jam belajar pada hari ini Ashghari pun segera berlari kencang usainya melewati
pintu ruang kelasnya kesuatu tempat. Karna diwaktu pada jam istirahat tadi ia
telah membuat janji kepada dua orang sekaligus, yaitu Pak Raj dan Pak Raf
disuatu tempat. Dan kinipun Ashghari telah sampai disuatu tempat tersebut
melihat keadaan Pak Raj dan Pak Raf sudah menunggunya, membelakanginya.
Kemudian
Ashghari melangkah pelan lalu berdiam berjarak lima langkah dari mereka berdua,
dan dilihatnya jika Pak Raj dan Pak Raf berbalik menghadapnya, menatap diam
padanya bersama. Keheningan pun mulai terjadi pada mereka bertiga saling
menatap satu dengan yang lainnya. Merasakan keheningan itu, Ashghari dengan
pelan menyentuh mahkota kecilnya menggunakan kedua tangannya akan segera
menggesernya hingga ubun-ubunnya benar terbuka dari lingkaran kecil yang
menutupinya.
Tak
berapa lama kemudian, ubun-ubun dikepalanya pun terbuka bersentuhan dengan
cahaya diatasnya. Lalu dilihatnya Raj mengalami kesakitan dibagian dadanya. Raf
yang menyaksikannya pun menjadi panik menahan Raj yang akan terjatuh karna
merasakan kesakitannya. Sementara Ashghari masih membiarkannya sebab tujuannya
masih belum tercapai.
“Ashghari,
hentikan penyiksaan ini! Aku mohon, hentikanlah!”. Raf berkata panik sambil
memohon dengan masih menahan Raf, menatap memohon kepadanya.
“Tujuanku
tidak sampai disini saja! Aku akan membiarkannya, sampai kalian berdua
mengatakan siapa jati diri kalian sesungguhnya?”. Ashghari berkata membentak
keras, menatap sangat kejam pada keduanya.
“A,
apa, yang kau, inginkan dari kami! Kami, hanyalah, seorang gurumu sa, saja!”.
Raj menyambungnya dengan menanyakannya terbata-bata karna masih menahan
kesakitannya, menatap penuh kesakitan padanya.
“Assyraf
Pu Ma!”, Ashghari berkata membentak keras sambil menatap kejam pada Raf. Lalu
menatap kejam pada Raj, “Assyraj Pu Ma!”, sambungnya lagi berkata keras. “Dan
aku, Ashghari Pu Ma!”, sambungnya lagi berlanjut berkata keras dengan menunjuk
diri sendiri. “Kita terlahir dari dari dua kata sebuah nama belakang! Tapi
mengapa kalian masih saja mengelak, merahasiakan? Padahal sudah ada bukti kalau
kelemahan Kaka Raj, terletak pada ubun-ubun kepalaku ini?”. Katanya penuh
drama.
“Apakah
Ayah Arun memberitahukan tentang kelemahan Raj itu?”. Raf bertanya segan lalu
terjatuh dengan berlutut sebab tak kuat lagi menahan Raj yang masih memberontak
kecil menahan kesakitannya. Melihat kepadanya lalu melihat ke Raj. Ashghari
menggeleng menatap sedikit luluh kepada keuanya.
“Dewa
memberkatiku dengan mengisyaratkannya lewat mimpi atas semua pertanyaanku! Dari
saat pertama aku tidak sengaja meliihat foto kalian berdua dirumah tiba-tiba
terbayang wajah kalian berdua!”. Ashghari menjelaskannya dengan rasa tidak tega
melihat kesakitan pada Raj lalu menutupi ubun-ubunnya kembali dengan lingkaran
pada mahkota kecilnya.
Dan
Raj pun terbebas dari kesakitannya memberi senyuman kepada Ashghari lalu
menjadi pingsan seketika. Raf yang masih menahannya menjatuhkan kepalanya ke
Raj sambil menangis kecil. Kemudian Ashghari berkata kembali, “Rahasiakan ini!
Jangan kasih tau pada siapapun! Bersikaplah seperti biasa setelah ini! Karna
aku ingin mempermainkan sebuah drama, setelah permainan drama dari kalian sudah
berakhir dihari ini!”.
Setelah mengatakannya ia pun
berbalik beranjak pergi dengan berlari kecil. Sementara Raf baru saja
melihatnya yang sudah pergi berlari kecil membelakangi masih menangis kecil
karna begitu terkejutnya setelah menyaksikan sebuah kejadian yang sama sekali
tak terpikirkan olehnya.
BHARATAYUDHAseritiga
Vikram
yang baru saja menyelasaikan jam belajar home schoolingnya, beralih beranjak
kedapur berniat akan menemui asisten rumahnya dan akan mengajaknya untuk
berbicara sesuatu. Dan kini ia pun telah duduk bersama dengan Asisten rumahnya tepatnya
dimeja makan didapurnya dengan saling berhadapan.
“Sudah
berapa lama Bibi bekerja disini?”. Vikram memulai menanyakannya yang sedasar
mungkin, melihat biasa.
“Satu
tahun sebelum Bhai Vikram lahir?”. Jawab Asisten rumahnya itu dengan tanggap,
melihat biasa juga.
“Coba
jelaskan padaku lagi? Mengapa Bibi memanggilku dengan sebutan Bhai Vikram!”.
Tanyanya kembali, melihat santai sedikit canda.
“Karna
kata Bhai itu kata panggilan dari orang-orang India! Bhai Vikram punya garis
keturunan India dari Tuan dan juga Nyonya! Makanya Bibi memanggil dengan
sebutan Bhai Vikram!”. Jawabnya lagi sedikit canda, melihat penuh keceriaaan.
“Sebelum
aku terlahir, sudah ada berapa penghuni dirumah ini?”. Vikram bertanya sambil
tertawa kecil, memalsukan tatapannya.
“Ada
empat sama Bibi!”. Jawabnya lagi namun ada yang menyerong, masih melihat
santai.
“Ayahanda
sebagai orang kesatu, Ibunda sebagai orang kedua, dan sebagai orang….?”.
sebelum Vikram menjelaskannya lebih panjang mendadak Asisten rumahnya
memotongnya.
“Dan
sebagai orang ketiga adalah, Bayi Raizaa! Dia lebih dulu lahir sebelum Bhai
Vikram! Tapi sayang dia telah diculik oleh Mellissa! Padahal yah, Bayi Raizaa
itu tampan banget! Dan harusnya juga dirumah ini ada dua orang yang akan Bibi panggil
Bhai! Yaitu Bhai Raizaa dan Bhai….?”. asisten rumahnya tak sengaja memotong
penjelasan Vikram kemudian dengan reflek berlanjut menceritakan yang sudah
berlalu. Lalu menjadi terhenti sesaat ketika mulai menyadarinya.
Vikram
yang sudah terlanjur membiarkannya bercerita mulai merasakan kepuasan dengan
latar belakang mengapa Bayi Raizaa bisa hilang dari kebersamaan dirumahnya. Lalu
memberi senyuman kepada Asisten rumahnya itu setelahnya memasang tanggapan
serius diwajahnya tadi.
“Aduh Bhai Vikram, Bibi sudah
berjanji untuk tidak menceritakan tentang Bayi Raizaa kepada siapapun dari
perintah Nyonya! Karna Nyonya takut kalo Bhai Vikram akan merasa sangat
terbohongi! Bagaimana ini Bhai Vikram?”. Asisten mengungkap rasa cemasnya menatap
panik.
“Jangan cemaskan itu, semuanya
akan baik-baik saja! Dan aku, Bhai Vikram, akan siap untuk mengembalikan Bhai
Raizaa kepada Bibi juga kepada kita semua!”. Vikram berkata menenangkannya
dengan berjalan disampingnya, memegang kedua lengan darinya.
“Bhai Vikram sungguh-sungguh atau
PHP?”. Asisten rumahnya menanyakannya polos dengan melihat kepadanya.
“PHP? What do you mean, Aunt?”.
Vikram bertanya balik, menatap ingin mengetahui.
“PHP, itu singkatan dari Pemberi
Harapan Palsu! Ituloh, yang lagi tren sama anak gaul diluar sana! Dari yang
anak kecil, remaja, ibu-ibu, bahkan nenek-nenek sekalipun mereka semua sudah tau
tentang PHP!”. Asisten rumahnya menjelaskannya secara bujur arus, masih
melihatnya polos. Vikram menjadi tersenyum kagum karna kepolosannya.
“Bhai Vikram tidak PHP! Tapi dia
akan PHK?”. Vikram membalas katanya dengan singkatan yang dibuatnya secara
spontan, menatap optimis.
“Loh, Bhai Vikram kerja dimana?
Kok akan di PHK!”. Asisten rumahnya bertanya kaget dengan berdiri menatap bertanya-tanya.
Vikram menepuk jidatnya dengan tangannya sendiri.
“PHK itu, Pemberi Harapan
Kemudian! Artinya, semua yang akan Bhai Vikram lakukan tidak PHP! Alias benar
adanya dan akan berhasil dengan secepatnya!”. Vikram menjelaskannya memakai
canda masih menatapnya, menahan tawanya karna perkataan polos darinya tadi.
Asisten rumahnya pun menganggukkan
kepalanya karna sudah mengerti. “Aku ngerti, Aku ngerti yo Mas Bhai Vikram!”,
katanya lagi mengungkap rasa mengertinya menatap sungguh-sungguh. Kemudian
Vikram menunjukkan telapak tangan kanannya mengajaknya untuk bertos. “Aku
ngerti yo Mas Bhai Vikram!”, katanya sekali lagi sambil menepukkan telapak
tangannya ketelapak tangan Vikram penuh keceriaan. “Sek, tak siapin susu
dulu!”, sambungnya lagi mengakhiri.
Dan kemudian kebersamaan dalam
keceriaan keduanya berakhir. Karna Asisten rumahnya beralih untuk membuatkannya
susu, sementara Vikram duduk kembali dimeja makan didapurnya sambil menunggu
susu yang masih dibuat oleh Asisten rumahnya.
BHARATAYUDHAseritiga
Sementara
disana, Raizaa dirumahnya baru saja melihat mamahnya turun dari anak tangga
akan pergi bekerja saat baru saja membuka pintu kamarnya. “Sudah terfikirkan,
jika aku menanyakannya lagi maka kesekian kalinya Mamah menolak untuk bercerita
tentang masa lalunya!”, bisiknya kecil melihat penuh tanya bercampur haru pada
Mamahnya yang sudah keluar melewati pintu rumahnya. Kemudian dirinya beranjak
berlari kencang kebalkon atas rumahnya dengan berdiam didepan pagar balkonnya.
“Mamah!
Aku sayang Mamah!”. Teriaknya saat melihat mamahnya baru memasuki mobilnya
didepan pagar balkonnya. Mellissa pun mengeluarkan kepalanya sedikit dikaca
mobil yang terbuka melihat kepadanya. “Hari ini Mamah sudah melupakan
sesuatu!”, katanya kembali berteriak.
“Katakan
Bhai, apa yang telah Mamah lupakan?”. Melissa menanyakannya lembut, berteriak
kecil.
“Mamah
lupa untuk berpamitan padaku!”. Raizaa mengatakannya dengan berteriak namun sedikit
mengharukan.
“Sayang,
Mamah pergi dulu! Hari ini Mamah terburu-buru! Dadah sayang! Love you my son!”.
Mellissa berkata meminta maaf dengan melambaikan tangannya melihatnya biasa,
lalu menyuruh supirnya untuk segera berjalan.
Raizaa
pun menarik nafasnya lalu menghembuskannya kembali saat ketika melihat mobil
Mellissa telah beranjak berjalan melewati pintu gerbang rumahnya.
Beberapa saat kemudian. . . .
Raizaa
kini sedang berada diruang perpustakaan tempat Mellissa menyimpan semua berkas
pekerjaannya. Raizaa ditempat itu sedang mencari bukunya setelah beberapa hari
kemarin tertinggal ditempat itu. Saat ketika telah menemukannya, Raizaa pun
langsung beranjak dari tempat itu menuju kamarnya kembali tanpa menyadari kalau
dirinya sedang memegang dua buah barang. Yaitu sebuah buku dan sebuah amplop surat
dilengkapi dengan perangko.
Setibanya
dikamar kembali dengan duduk tegak dimeja belajarnya. Mendadak Ia menjadi kaget
karna baru disadarinya jika dirinya telah membawa dua buah barang. “Buku versus
amplop surat! Buku ini aku sudah tau isinya apaan? Bikin mumet! Kalo isi dari
amplop surat ini kira-kira apa yah isinya? Tapi gue yakin ini gak bakal bikin
mumet!”, bisiknya penasaran setelah menyadarinya, lalu membuka isi dari amplop
surat tersebut.
Baru saja sebuah kertas foto yang
pertama dalam isi surat tersebut terlihat, Raizaa menjadi begitu terkejut
bergemetar. “Apakah benar ini adalah gambaran wajah dari Papahku?”, katanya
terharu sebab telah dilihatnya Mellissa bersama seorang pria memakai seragam
SMA. Kemudian diambilnya lagi beberapa foto didalam amplop surat itu sambil
mengamatinya satu persatu. Foto yang dilihatnya kini sambil diamatinya itu
sangat terlihat mesra.
Dan kemudian Raizaa menemukan jika
nama dari seorang pria tersebut adalah Vin. “Jadi Papah bernama Vin! Hampir
setiap pada tahun-tahun selanjutnya mereka selalu berfoto bersama membuat
kenangan diamasa itu! Tapi mengapa sejak lima tahun atau enam tahun sebelum aku
dilahirkan, mereka tidak berfoto bersama lagi melanjutkan membuat kenangan itu
lagi!”, katanya lagi dengan terheran-heran mulai menyimak sangat teliti pada
beberapa foto tersebut.
Raizaa berkata seperti itu, karna pada
setiap tahun dimulai dari masa SMA Mellissa selalu foto bersama seorang pria
tersebut. Namun ketika pada tahun-tahun kemudian sebelum kelahiran Raizaa, foto
bersama antara keduanya tidak ada lagi yang tercetak alias terabadikan tidak seperti
pada beberapa foto tersebut. Dan kemudian Raizaa pun memilih untuk
merahasiakannya dengan menyembunyikannya disuatu tempat rahasia didalam kamarnya
sendiri.
Dan juga ia akan berdrama sedikit
memperlihatkan rasa ketidaktahuannya akan hal itu. Namun telah tertanam
dibenaknya bahwa ia akan terus mencari tentang seorang pria itu yang
bernamakan, Vin.
BHARATAYUDHAseritiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar