Jumat, 09 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 14)



                Esoknya disiang hari, mendengar suara bel yang telah dibunyikan menandakan berakhirnya jam belajar pada hari ini Ashghari pun segera berlari kencang usainya melewati pintu ruang kelasnya kesuatu tempat. Karna diwaktu pada jam istirahat tadi ia telah membuat janji kepada dua orang sekaligus, yaitu Pak Raj dan Pak Raf disuatu tempat. Dan kinipun Ashghari telah sampai disuatu tempat tersebut melihat keadaan Pak Raj dan Pak Raf sudah menunggunya, membelakanginya.
                Kemudian Ashghari melangkah pelan lalu berdiam berjarak lima langkah dari mereka berdua, dan dilihatnya jika Pak Raj dan Pak Raf berbalik menghadapnya, menatap diam padanya bersama. Keheningan pun mulai terjadi pada mereka bertiga saling menatap satu dengan yang lainnya. Merasakan keheningan itu, Ashghari dengan pelan menyentuh mahkota kecilnya menggunakan kedua tangannya akan segera menggesernya hingga ubun-ubunnya benar terbuka dari lingkaran kecil yang menutupinya.
                Tak berapa lama kemudian, ubun-ubun dikepalanya pun terbuka bersentuhan dengan cahaya diatasnya. Lalu dilihatnya Raj mengalami kesakitan dibagian dadanya. Raf yang menyaksikannya pun menjadi panik menahan Raj yang akan terjatuh karna merasakan kesakitannya. Sementara Ashghari masih membiarkannya sebab tujuannya masih belum tercapai.
                “Ashghari, hentikan penyiksaan ini! Aku mohon, hentikanlah!”. Raf berkata panik sambil memohon dengan masih menahan Raf, menatap memohon kepadanya.
                “Tujuanku tidak sampai disini saja! Aku akan membiarkannya, sampai kalian berdua mengatakan siapa jati diri kalian sesungguhnya?”. Ashghari berkata membentak keras, menatap sangat kejam pada keduanya.
                “A, apa, yang kau, inginkan dari kami! Kami, hanyalah, seorang gurumu sa, saja!”. Raj menyambungnya dengan menanyakannya terbata-bata karna masih menahan kesakitannya, menatap penuh kesakitan padanya.
                “Assyraf Pu Ma!”, Ashghari berkata membentak keras sambil menatap kejam pada Raf. Lalu menatap kejam pada Raj, “Assyraj Pu Ma!”, sambungnya lagi berkata keras. “Dan aku, Ashghari Pu Ma!”, sambungnya lagi berlanjut berkata keras dengan menunjuk diri sendiri. “Kita terlahir dari dari dua kata sebuah nama belakang! Tapi mengapa kalian masih saja mengelak, merahasiakan? Padahal sudah ada bukti kalau kelemahan Kaka Raj, terletak pada ubun-ubun kepalaku ini?”. Katanya penuh drama.
                “Apakah Ayah Arun memberitahukan tentang kelemahan Raj itu?”. Raf bertanya segan lalu terjatuh dengan berlutut sebab tak kuat lagi menahan Raj yang masih memberontak kecil menahan kesakitannya. Melihat kepadanya lalu melihat ke Raj. Ashghari menggeleng menatap sedikit luluh kepada keuanya.
                “Dewa memberkatiku dengan mengisyaratkannya lewat mimpi atas semua pertanyaanku! Dari saat pertama aku tidak sengaja meliihat foto kalian berdua dirumah tiba-tiba terbayang wajah kalian berdua!”. Ashghari menjelaskannya dengan rasa tidak tega melihat kesakitan pada Raj lalu menutupi ubun-ubunnya kembali dengan lingkaran pada mahkota kecilnya.
                Dan Raj pun terbebas dari kesakitannya memberi senyuman kepada Ashghari lalu menjadi pingsan seketika. Raf yang masih menahannya menjatuhkan kepalanya ke Raj sambil menangis kecil. Kemudian Ashghari berkata kembali, “Rahasiakan ini! Jangan kasih tau pada siapapun! Bersikaplah seperti biasa setelah ini! Karna aku ingin mempermainkan sebuah drama, setelah permainan drama dari kalian sudah berakhir dihari ini!”.
Setelah mengatakannya ia pun berbalik beranjak pergi dengan berlari kecil. Sementara Raf baru saja melihatnya yang sudah pergi berlari kecil membelakangi masih menangis kecil karna begitu terkejutnya setelah menyaksikan sebuah kejadian yang sama sekali tak terpikirkan olehnya.

BHARATAYUDHAseritiga

                Vikram yang baru saja menyelasaikan jam belajar home schoolingnya, beralih beranjak kedapur berniat akan menemui asisten rumahnya dan akan mengajaknya untuk berbicara sesuatu. Dan kini ia pun telah duduk bersama dengan Asisten rumahnya tepatnya dimeja makan didapurnya dengan saling berhadapan.
                “Sudah berapa lama Bibi bekerja disini?”. Vikram memulai menanyakannya yang sedasar mungkin, melihat biasa.
                “Satu tahun sebelum Bhai Vikram lahir?”. Jawab Asisten rumahnya itu dengan tanggap, melihat biasa juga.
                “Coba jelaskan padaku lagi? Mengapa Bibi memanggilku dengan sebutan Bhai Vikram!”. Tanyanya kembali, melihat santai sedikit canda.
                “Karna kata Bhai itu kata panggilan dari orang-orang India! Bhai Vikram punya garis keturunan India dari Tuan dan juga Nyonya! Makanya Bibi memanggil dengan sebutan Bhai Vikram!”. Jawabnya lagi sedikit canda, melihat penuh keceriaaan.
                “Sebelum aku terlahir, sudah ada berapa penghuni dirumah ini?”. Vikram bertanya sambil tertawa kecil, memalsukan tatapannya.
                “Ada empat sama Bibi!”. Jawabnya lagi namun ada yang menyerong, masih melihat santai.
                “Ayahanda sebagai orang kesatu, Ibunda sebagai orang kedua, dan sebagai orang….?”. sebelum Vikram menjelaskannya lebih panjang mendadak Asisten rumahnya memotongnya.
                “Dan sebagai orang ketiga adalah, Bayi Raizaa! Dia lebih dulu lahir sebelum Bhai Vikram! Tapi sayang dia telah diculik oleh Mellissa! Padahal yah, Bayi Raizaa itu tampan banget! Dan harusnya juga dirumah ini ada dua orang yang akan Bibi panggil Bhai! Yaitu Bhai Raizaa dan Bhai….?”. asisten rumahnya tak sengaja memotong penjelasan Vikram kemudian dengan reflek berlanjut menceritakan yang sudah berlalu. Lalu menjadi terhenti sesaat ketika mulai menyadarinya.
                Vikram yang sudah terlanjur membiarkannya bercerita mulai merasakan kepuasan dengan latar belakang mengapa Bayi Raizaa bisa hilang dari kebersamaan dirumahnya. Lalu memberi senyuman kepada Asisten rumahnya itu setelahnya memasang tanggapan serius diwajahnya tadi.
“Aduh Bhai Vikram, Bibi sudah berjanji untuk tidak menceritakan tentang Bayi Raizaa kepada siapapun dari perintah Nyonya! Karna Nyonya takut kalo Bhai Vikram akan merasa sangat terbohongi! Bagaimana ini Bhai Vikram?”. Asisten mengungkap rasa cemasnya menatap panik.
“Jangan cemaskan itu, semuanya akan baik-baik saja! Dan aku, Bhai Vikram, akan siap untuk mengembalikan Bhai Raizaa kepada Bibi juga kepada kita semua!”. Vikram berkata menenangkannya dengan berjalan disampingnya, memegang kedua lengan darinya.
“Bhai Vikram sungguh-sungguh atau PHP?”. Asisten rumahnya menanyakannya polos dengan melihat kepadanya.
“PHP? What do you mean, Aunt?”. Vikram bertanya balik, menatap ingin mengetahui.
“PHP, itu singkatan dari Pemberi Harapan Palsu! Ituloh, yang lagi tren sama anak gaul diluar sana! Dari yang anak kecil, remaja, ibu-ibu, bahkan nenek-nenek sekalipun mereka semua sudah tau tentang PHP!”. Asisten rumahnya menjelaskannya secara bujur arus, masih melihatnya polos. Vikram menjadi tersenyum kagum karna kepolosannya.
“Bhai Vikram tidak PHP! Tapi dia akan PHK?”. Vikram membalas katanya dengan singkatan yang dibuatnya secara spontan, menatap optimis.
“Loh, Bhai Vikram kerja dimana? Kok akan di PHK!”. Asisten rumahnya bertanya kaget dengan berdiri menatap bertanya-tanya. Vikram menepuk jidatnya dengan tangannya sendiri.
“PHK itu, Pemberi Harapan Kemudian! Artinya, semua yang akan Bhai Vikram lakukan tidak PHP! Alias benar adanya dan akan berhasil dengan secepatnya!”. Vikram menjelaskannya memakai canda masih menatapnya, menahan tawanya karna perkataan polos darinya tadi.
Asisten rumahnya pun menganggukkan kepalanya karna sudah mengerti. “Aku ngerti, Aku ngerti yo Mas Bhai Vikram!”, katanya lagi mengungkap rasa mengertinya menatap sungguh-sungguh. Kemudian Vikram menunjukkan telapak tangan kanannya mengajaknya untuk bertos. “Aku ngerti yo Mas Bhai Vikram!”, katanya sekali lagi sambil menepukkan telapak tangannya ketelapak tangan Vikram penuh keceriaan. “Sek, tak siapin susu dulu!”, sambungnya lagi mengakhiri.
Dan kemudian kebersamaan dalam keceriaan keduanya berakhir. Karna Asisten rumahnya beralih untuk membuatkannya susu, sementara Vikram duduk kembali dimeja makan didapurnya sambil menunggu susu yang masih dibuat oleh Asisten rumahnya.     

BHARATAYUDHAseritiga

                Sementara disana, Raizaa dirumahnya baru saja melihat mamahnya turun dari anak tangga akan pergi bekerja saat baru saja membuka pintu kamarnya. “Sudah terfikirkan, jika aku menanyakannya lagi maka kesekian kalinya Mamah menolak untuk bercerita tentang masa lalunya!”, bisiknya kecil melihat penuh tanya bercampur haru pada Mamahnya yang sudah keluar melewati pintu rumahnya. Kemudian dirinya beranjak berlari kencang kebalkon atas rumahnya dengan berdiam didepan pagar balkonnya.
                “Mamah! Aku sayang Mamah!”. Teriaknya saat melihat mamahnya baru memasuki mobilnya didepan pagar balkonnya. Mellissa pun mengeluarkan kepalanya sedikit dikaca mobil yang terbuka melihat kepadanya. “Hari ini Mamah sudah melupakan sesuatu!”, katanya kembali berteriak.
                “Katakan Bhai, apa yang telah Mamah lupakan?”. Melissa menanyakannya lembut, berteriak kecil.
                “Mamah lupa untuk berpamitan padaku!”. Raizaa mengatakannya dengan berteriak namun sedikit mengharukan.
                “Sayang, Mamah pergi dulu! Hari ini Mamah terburu-buru! Dadah sayang! Love you my son!”. Mellissa berkata meminta maaf dengan melambaikan tangannya melihatnya biasa, lalu menyuruh supirnya untuk segera berjalan.
                Raizaa pun menarik nafasnya lalu menghembuskannya kembali saat ketika melihat mobil Mellissa telah beranjak berjalan melewati pintu gerbang rumahnya.

Beberapa saat kemudian. . . .

                Raizaa kini sedang berada diruang perpustakaan tempat Mellissa menyimpan semua berkas pekerjaannya. Raizaa ditempat itu sedang mencari bukunya setelah beberapa hari kemarin tertinggal ditempat itu. Saat ketika telah menemukannya, Raizaa pun langsung beranjak dari tempat itu menuju kamarnya kembali tanpa menyadari kalau dirinya sedang memegang dua buah barang. Yaitu sebuah buku dan sebuah amplop surat dilengkapi dengan perangko.
                Setibanya dikamar kembali dengan duduk tegak dimeja belajarnya. Mendadak Ia menjadi kaget karna baru disadarinya jika dirinya telah membawa dua buah barang. “Buku versus amplop surat! Buku ini aku sudah tau isinya apaan? Bikin mumet! Kalo isi dari amplop surat ini kira-kira apa yah isinya? Tapi gue yakin ini gak bakal bikin mumet!”, bisiknya penasaran setelah menyadarinya, lalu membuka isi dari amplop surat tersebut.
Baru saja sebuah kertas foto yang pertama dalam isi surat tersebut terlihat, Raizaa menjadi begitu terkejut bergemetar. “Apakah benar ini adalah gambaran wajah dari Papahku?”, katanya terharu sebab telah dilihatnya Mellissa bersama seorang pria memakai seragam SMA. Kemudian diambilnya lagi beberapa foto didalam amplop surat itu sambil mengamatinya satu persatu. Foto yang dilihatnya kini sambil diamatinya itu sangat terlihat mesra.
Dan kemudian Raizaa menemukan jika nama dari seorang pria tersebut adalah Vin. “Jadi Papah bernama Vin! Hampir setiap pada tahun-tahun selanjutnya mereka selalu berfoto bersama membuat kenangan diamasa itu! Tapi mengapa sejak lima tahun atau enam tahun sebelum aku dilahirkan, mereka tidak berfoto bersama lagi melanjutkan membuat kenangan itu lagi!”, katanya lagi dengan terheran-heran mulai menyimak sangat teliti pada beberapa foto tersebut.
Raizaa berkata seperti itu, karna pada setiap tahun dimulai dari masa SMA Mellissa selalu foto bersama seorang pria tersebut. Namun ketika pada tahun-tahun kemudian sebelum kelahiran Raizaa, foto bersama antara keduanya tidak ada lagi yang tercetak alias terabadikan tidak seperti pada beberapa foto tersebut. Dan kemudian Raizaa pun memilih untuk merahasiakannya dengan menyembunyikannya disuatu tempat rahasia didalam kamarnya sendiri.
Dan juga ia akan berdrama sedikit memperlihatkan rasa ketidaktahuannya akan hal itu. Namun telah tertanam dibenaknya bahwa ia akan terus mencari tentang seorang pria itu yang bernamakan, Vin.

BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar