Selasa, 06 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 7)



                Vikram kini sedang merebahkan tubuhnya dengan berbaring disuatu taman tepatnya dipinggir kolam sambil melihat arakan awan diatas. Dirinya membayangkan kembali apa yang telah terjadi didepannya tadi. Saat Poosharm mengatakan tentang Raizaa juga tentang dirinya. “Ibunda, siapa Raizaa itu? Dimana Raizaa sekarang berada? Mengapa Ibunda bisa terpisah dengannya? Dan aku, sebenarnya aku siapa? Dan juga siapa Ibundaku yang sebenarnya? Mengapa yang telah kukenal lama kini menjadi…?”.
                Curahannya berbisik mengeluhkan sambil bertanya-tanya masih melihat kearakan awan diatas. Lalu menjadi terhenti ketika melihat dua awan yang tadinya masih berjalan mendekati, kini sudah tergabung dalam kebersamaan. “Lihatlah, arakan awan yang tadinya masih berjalan mendekati! Kini sudah tergabung dalam kebersamaan! Dan apakah bila Ibunda bersama kembali dengan Raizaa, maka saat itu juga aku harus pergi menjauh?”, curahannya kembali menjadi begitu sendu.
                Sementara ditempat lain, Ashghari sedang berjalan memantul-mantulkan bola kasti bermondar-mandir sambil menunggu jemputan Ayahnya. Namun ketika asyiknya dirinya bermain, tiba-tiba ada yang menangkap bola tersebut dari arah samping kanannya. Ashghari pun merasa terganggu dan melihat kewajah orang yang sudah mengganggunya secara tiba-tiba.
“Gue balikin jacket lo lewat temen baik lo! Dan gue harap lo jangan pernah temuin gue lagi, termasuk datang lagi kerumah gue!”, orang itu langsung berbicara menatapnya dingin saat Ashghari baru saja melihat dengan sempurna kepadanya.
“Raizaa…..?”. Sapa kagetnya akan berbicara namun terhenti saat Raizaa mendekatkan wajahnya sedikit kepadanya.
“Harusnya lo terima kasih sama gue! Syukur-syukur gue jengukin lo! Gue masih punya rasa tanggung jawab!”. Raizaa berbicara yang seharusnya dilakukan oleh Ashghari kepadanya.
“Oke, terima kasih karna lo udah bertanggung jawab ke gue dengan lo jengukin gue!”. Ashghari mengikuti apa yang dikatakan Raizaa dengan cuek, menatapnya.
“Gue harap lo jangan pernah temuin gue lagi! Termasuk datang lagi kerumah gue! Ini kedua kalinya gue mengulang isi dari surat lo untuk gue!”. Raizaa berkata dengan mengulang lagi isi dari suratnya masih menatapnya dingin.
Ashghari menjadi diam menatapnya juga biasa. Kemudian Raizaa memalingkan pandangannya lurus kedepan dengan melemparkan bola kasti keatas lalu ditangkap oleh Ashghari secara reflek. Setelahnya Raizaa pun berjalan melewati dirinya dengan jutek, sedangkan Asghari melihat kepadanya masih memegang bola kasti yag telah ditangkapnya tadi dari lemparan Raizaa.  

Beberapa saat kemudian. . . .

                Raizaa kini sudah berada kembali dirumahnya, tepatnya didalam kamarnya sendiri. Ia sedang berdiri didepan jendela kamarnya dengan berdiri melihat pohon-pohon disekitar rumahnya. “Cewek bodoh! Cewek bodoh yang susah banget diatur itu elo! Iya elo! Huuuufftttt!”, keluhannya masih melihat pohon-pohon disekitar rumahnya berbicara tentang Ashghari. Lalu mengusap-ngusap rambutnya karna tertiup angin yang begitu menyejukkan namun sedikit mengusik.
                Kembali pada Vikram, dirinya kini sedang berada dikuil Siwa. Ia sedang berdoa’a demi menenangkan perasaannya sendiri. Namun ketika adzan sholat ashar dikumandangkan, mendadak dirinya menjadi terhenti dari doanya beralih mendengarkan adzan sholat ashar tersebut sampai selesai. Begitupula dengan Asghari yang kini berdiri dibalkon atas rumahnya mendengarkan suara adzan sholat ashar berkumandang sampai selesai.
Secara diam-diam dan tanpa disadari oleh mereka berdua sepenuhnya, ada ketenangan dalam diri mereka berdua masing-masing ketika mendengarkan suara adzan kapanpun, dimanapun mereka berada.  

BHARATAYUDHAseritiga

                Disebuah lokasi dijalanan diIbu kota, tiba-tiba saja Mellissa teringat kembali pada masa lalunya yang begitu kelam dan tidak pernah hilang dari pikirannya. Hal itu terjadi saat ketika dirinya terpandang pada dua remaja yang bertengkar karna sang remaja lelaki tidak menerima jika pacarnya sedang mengandung janinnya. Mellissa yang masih berdiri meratapi tak jauh darinya, kejadian pada masa lalunya pun kembali bercerita tentang kelamnya dimasa itu.

Sekitar 16 atau 17 tahun yang lalu. . . .

                Pada masa lalunya, Mellissa sempat menjadi korban pemerkosaan dari seorang pria dewasa yang sedang mabuk. Ia menjadi korban saat baru saja akan masuk kepintu gerbang rumahnya pada malam hari. Tanpa diduganya, akibat dari pemorkasaan itu Mellissa divonis positif dalam tes kehamilan. Karna sebelumnya ia merasakan mual, pusing, setelah pemerkosaan itu terjadi berjalan kurang lebih dua minggu kemudian dilanjutinya dengan memeriksakan dirinya kedokter.
                Ketika usia kandungannya memasuki dua bulan, ia berniat akan menggugurinya secara diam-diam dengan seorang dokter. Namun ketika akan melakukan aborsi, dokter yang akan menanganinya memberi kabar kalau dirinya sedang tidak mengandung. Sungguh amat terkejut yang dirasakannya, sebab dokter tidak mungkin berbohong. Dan saat itupun Mellissa merasa bingung betanya-tanya, namun tetap ada bahagia dalam dirinya karna janin yang telah membuatnya takut kini telah menghilang.
                Begitulah sekilas tentang cerita kelam pada masa lalunya, kemudian ia memegang perutnya setelah mengingatnya. “Janin dirahimku menghilang secara misterius! Lalu kenapa aku merasa, janin dirahimku yang telah hilang masih bersamaku!”, ujarnya sambil bertanya setelah mengingatnya kembali. Sementara dibalik dirinya tak jauh darinya terlihat sosok Vikram sedang berjalan menyebrangi jalanan kota seorang diri.
                Disaat yang bersamaan pula, Mellissa membalikkan tubuhnya kebelakang seperti ada yang mengilhaminya. Kemudian dilihatnya Vikram yang sudah menyebrangi jalanan kota yang tidak dikenalnya, namun drinya sempat menjadi terdiam saat melihatnya tanpa memanggilnya. “ya ampun, Bhai! Dia pasti sudah pulang! Aku harus cepat-cepat pulang kerumah!”, Mellissa berkata didalam hatinya ketika mengingat Raizaa yang telah akrab dipanggilnya Bhai.
                Setibanya dirumah, Mellissa mendapati Raizaa sedang duduk sendiri dengan makanannya yang masih utuh. Dan Mellissa pun kini telah duduk disampingnya akan menanyakannya mengapa makanannya masih utuh alias belum sama sekali dijamah olehnya.
                “Bhai! Ada apa denganmu?”. Mellissa menanyakannya lembut memakai tatapan begitu perhatian kepada Raizaa.
                “Aku gak mau makan sebelum ada Mamah disampingku!”. Raizaa membertahu alasannya, lalu melihat sendu ke Mellissa.
                Kemudian Mellissa mengusap kepala Raizaa lalu memciumi keningnya. “Sekarang kita makan bersama, karna Mamah sudah disampingmu Bhai!”, Mellissa berkata mengajak dengan seyuman. Raizaa pun merasa luluh dan ikut tersenyum. Lalu mereka berdua makan siang bersama penuh kenikmatan.

BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar