Vikram kini
sedang merebahkan tubuhnya dengan berbaring disuatu taman tepatnya dipinggir
kolam sambil melihat arakan awan diatas. Dirinya membayangkan kembali apa yang
telah terjadi didepannya tadi. Saat Poosharm mengatakan tentang Raizaa juga
tentang dirinya. “Ibunda, siapa Raizaa itu? Dimana Raizaa sekarang berada?
Mengapa Ibunda bisa terpisah dengannya? Dan aku, sebenarnya aku siapa? Dan juga
siapa Ibundaku yang sebenarnya? Mengapa yang telah kukenal lama kini
menjadi…?”.
Curahannya
berbisik mengeluhkan sambil bertanya-tanya masih melihat kearakan awan diatas.
Lalu menjadi terhenti ketika melihat dua awan yang tadinya masih berjalan
mendekati, kini sudah tergabung dalam kebersamaan. “Lihatlah, arakan awan yang
tadinya masih berjalan mendekati! Kini sudah tergabung dalam kebersamaan! Dan
apakah bila Ibunda bersama kembali dengan Raizaa, maka saat itu juga aku harus pergi
menjauh?”, curahannya kembali menjadi begitu sendu.
Sementara
ditempat lain, Ashghari sedang berjalan memantul-mantulkan bola kasti bermondar-mandir
sambil menunggu jemputan Ayahnya. Namun ketika asyiknya dirinya bermain,
tiba-tiba ada yang menangkap bola tersebut dari arah samping kanannya. Ashghari
pun merasa terganggu dan melihat kewajah orang yang sudah mengganggunya secara
tiba-tiba.
“Gue balikin jacket lo lewat temen baik lo! Dan gue
harap lo jangan pernah temuin gue lagi, termasuk datang lagi kerumah gue!”,
orang itu langsung berbicara menatapnya dingin saat Ashghari baru saja melihat
dengan sempurna kepadanya.
“Raizaa…..?”. Sapa kagetnya akan berbicara namun
terhenti saat Raizaa mendekatkan wajahnya sedikit kepadanya.
“Harusnya lo terima kasih sama gue! Syukur-syukur gue
jengukin lo! Gue masih punya rasa tanggung jawab!”. Raizaa berbicara yang
seharusnya dilakukan oleh Ashghari kepadanya.
“Oke, terima kasih karna lo udah bertanggung jawab ke
gue dengan lo jengukin gue!”. Ashghari mengikuti apa yang dikatakan Raizaa
dengan cuek, menatapnya.
“Gue harap lo jangan pernah temuin gue lagi! Termasuk
datang lagi kerumah gue! Ini kedua kalinya gue mengulang isi dari surat lo
untuk gue!”. Raizaa berkata dengan mengulang lagi isi dari suratnya masih
menatapnya dingin.
Ashghari menjadi diam menatapnya juga biasa. Kemudian
Raizaa memalingkan pandangannya lurus kedepan dengan melemparkan bola kasti
keatas lalu ditangkap oleh Ashghari secara reflek. Setelahnya Raizaa pun
berjalan melewati dirinya dengan jutek, sedangkan Asghari melihat kepadanya
masih memegang bola kasti yag telah ditangkapnya tadi dari lemparan Raizaa.
Beberapa saat kemudian. . . .
Raizaa kini sudah
berada kembali dirumahnya, tepatnya didalam kamarnya sendiri. Ia sedang berdiri
didepan jendela kamarnya dengan berdiri melihat pohon-pohon disekitar rumahnya.
“Cewek bodoh! Cewek bodoh yang susah banget diatur itu elo! Iya elo!
Huuuufftttt!”, keluhannya masih melihat pohon-pohon disekitar rumahnya
berbicara tentang Ashghari. Lalu mengusap-ngusap rambutnya karna tertiup angin
yang begitu menyejukkan namun sedikit mengusik.
Kembali pada
Vikram, dirinya kini sedang berada dikuil Siwa. Ia sedang berdoa’a demi
menenangkan perasaannya sendiri. Namun ketika adzan sholat ashar
dikumandangkan, mendadak dirinya menjadi terhenti dari doanya beralih
mendengarkan adzan sholat ashar tersebut sampai selesai. Begitupula dengan
Asghari yang kini berdiri dibalkon atas rumahnya mendengarkan suara adzan
sholat ashar berkumandang sampai selesai.
Secara diam-diam dan tanpa disadari oleh mereka
berdua sepenuhnya, ada ketenangan dalam diri mereka berdua masing-masing ketika
mendengarkan suara adzan kapanpun, dimanapun mereka berada.
BHARATAYUDHAseritiga
Disebuah lokasi
dijalanan diIbu kota, tiba-tiba saja Mellissa teringat kembali pada masa
lalunya yang begitu kelam dan tidak pernah hilang dari pikirannya. Hal itu
terjadi saat ketika dirinya terpandang pada dua remaja yang bertengkar karna
sang remaja lelaki tidak menerima jika pacarnya sedang mengandung janinnya.
Mellissa yang masih berdiri meratapi tak jauh darinya, kejadian pada masa
lalunya pun kembali bercerita tentang kelamnya dimasa itu.
Sekitar 16 atau 17 tahun yang lalu. . . .
Pada masa
lalunya, Mellissa sempat menjadi korban pemerkosaan dari seorang pria dewasa
yang sedang mabuk. Ia menjadi korban saat baru saja akan masuk kepintu gerbang
rumahnya pada malam hari. Tanpa diduganya, akibat dari pemorkasaan itu Mellissa
divonis positif dalam tes kehamilan. Karna sebelumnya ia merasakan mual,
pusing, setelah pemerkosaan itu terjadi berjalan kurang lebih dua minggu
kemudian dilanjutinya dengan memeriksakan dirinya kedokter.
Ketika usia
kandungannya memasuki dua bulan, ia berniat akan menggugurinya secara diam-diam
dengan seorang dokter. Namun ketika akan melakukan aborsi, dokter yang akan
menanganinya memberi kabar kalau dirinya sedang tidak mengandung. Sungguh amat
terkejut yang dirasakannya, sebab dokter tidak mungkin berbohong. Dan saat
itupun Mellissa merasa bingung betanya-tanya, namun tetap ada bahagia dalam
dirinya karna janin yang telah membuatnya takut kini telah menghilang.
Begitulah sekilas
tentang cerita kelam pada masa lalunya, kemudian ia memegang perutnya setelah
mengingatnya. “Janin dirahimku menghilang secara misterius! Lalu kenapa aku
merasa, janin dirahimku yang telah hilang masih bersamaku!”, ujarnya sambil
bertanya setelah mengingatnya kembali. Sementara dibalik dirinya tak jauh darinya
terlihat sosok Vikram sedang berjalan menyebrangi jalanan kota seorang diri.
Disaat yang
bersamaan pula, Mellissa membalikkan tubuhnya kebelakang seperti ada yang
mengilhaminya. Kemudian dilihatnya Vikram yang sudah menyebrangi jalanan kota
yang tidak dikenalnya, namun drinya sempat menjadi terdiam saat melihatnya
tanpa memanggilnya. “ya ampun, Bhai! Dia pasti sudah pulang! Aku harus
cepat-cepat pulang kerumah!”, Mellissa berkata didalam hatinya ketika mengingat
Raizaa yang telah akrab dipanggilnya Bhai.
Setibanya
dirumah, Mellissa mendapati Raizaa sedang duduk sendiri dengan makanannya yang
masih utuh. Dan Mellissa pun kini telah duduk disampingnya akan menanyakannya
mengapa makanannya masih utuh alias belum sama sekali dijamah olehnya.
“Bhai! Ada apa
denganmu?”. Mellissa menanyakannya lembut memakai tatapan begitu perhatian
kepada Raizaa.
“Aku gak mau
makan sebelum ada Mamah disampingku!”. Raizaa membertahu alasannya, lalu
melihat sendu ke Mellissa.
Kemudian Mellissa
mengusap kepala Raizaa lalu memciumi keningnya. “Sekarang kita makan bersama,
karna Mamah sudah disampingmu Bhai!”, Mellissa berkata mengajak dengan seyuman.
Raizaa pun merasa luluh dan ikut tersenyum. Lalu mereka berdua makan siang
bersama penuh kenikmatan.
BHARATAYUDHAseritiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar