Rabu, 13 Juli 2016

METAMORFOSA *31*



Malam takbiran kemudian. . . .

Hari pernikahan Bayu dan Inairtif akan dilakukan pada malam takbiran, pada malam ini menyambut hari Raya Idul Fitri pada hari esok dirumah kediaman Bayu. Beberapa tamu saja yang diundang dalam acara akad nikah mereka berdua, termasuk keluarga dari kedua mempelai. Pak penghulu sudah duduk ditempatnya untuk menikahkan kedua sang mempelai. Begtupun sang kedua mempelai yang sudah duduk didepan pak penghulu, menunggu akad akan dilakukan.
Para tamu sudah memusatkan perhatiannya kepada kedua sang mempelai, mulai merasakan suasana begitu hikmat menunggu menyaksikan akad nikah pada keduanya akan segera dilakukan. Susana semakin begitu hikmat, mulai disertai tegang namun terbayar dengan keharuan dalam pernikahan keduanya. Ketika Bayu berhasil mengucapkan ijab qabul dalam satu nafas, satu nada yang begitu khusyu. Sehingga membuat orangtua dari kedua mempelai menjadi meneteskan airmata haru.
Dan kini mereka semua melakukan do’a bersama untuk sang pengantin, begitupula sang pengantin. Setelah melakukan do’a bersama untuk sang pengantin, mereka semua saling mengucapkan kata “sah” disambung dengan ucapan syukur yang berupa kalimat tasbih. Mereka semua dibimbing oleh pak penghulu. Dan yang paling bersemangat mengucapkan kata “Sah” disertai rasa syukur berucap kalimat tasbih adalah El Scant.
Sehingga perhatian Bayu tertuju padanya dengan senyuman bertatap haru. Kemudian Bayu mulai membatalkan wudhunya dengan mencium kening dari Inairtif yang sudah sah menjadi istrinya. Begitupula Inairtif yang mencium tangannya. Mereka yang sudah melihat kedua mempelai, menjadi bertepuk tangan sambil mengucapkan takbir. Sungguh penuh hikmat, serta romantis suasana pada malam ini.
Setelah akad nikah berlangsung, berjalan lancar. Mereka semua kini beralih dengan berada dihalaman depan rumah. Mereka disana mengucap takbir tuk menyambut hari Raya Idul Fitri. Sedangkan kedua mempelai, berdiri berdampingan ditaman samping halaman depan rumah bersalaman dengan para tamu undangan. Pesta singkat telah terjadi pada rumah kediaman Bayu. Karna semua tamu ikut bergembira merayakan hari pernikahannya.
Dan serta merta ikut bergembira bertakbir bersama menyambut hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada hari esok. Begitupun Dhiya yang sedang bertakbir bersama mereka sambil memainkan kembang api dengan Raffisa, yang kini sudah menjadi teman barunya.

Lebaran esoknya. . . .

Dipagi hari, mereka berlima yang terdiri dari Bayu, Inairtif dan El Scant, Re Becca serta Dhiya. Telah tidak sengaja bertemu disebuah masjid yang sama. Karna pada sebelumnya mereka tidak membuat janji akan menunaikan ibadah sholat Idul Fitri disebuah masjid yang sama. Mereka bertemu disaat sama-sama masih berjalan dihalaman masjid, lalu mereka saling bersalaman memohon maaf lahir dan bathin.
Dan setelah saling bersalaman memohon maaf lahir dan bathin, mereka pun berjalan bersama akan segera memasuki masjid. Selang waktu berjalan, kini mereka telah usai menunaikan ibadah sholat Idul Fitri. Dan kini mereka sedang berjalan bersama dengan pasangannya masing-masing, dengan Dhiya berada ditengah-tengah mereka berempat. Suasana hubungan kekeluargaan mulai terlihat dari kebersamaan mereka berlima.
Karna mereka berlima wajahnya berseri-seri, begitu ceria, bahagia dapat bersama dalam satu momen awal dihari raya Idul Fitri. Sebelum pulang kerumah kediamannya masing-masing.

Inilah akhir dari kisah mereka berlima. . . .

Mereka berlima telah menjalani hidupnya dengan bermetamorfosa. Layaknya seperti sebelum menjadi kupu-kupu, mereka berlima menghadapi takdir hidup yang tak pernah disangka-sangka. Awalnya, hanya ada Bayu dan El Scant layaknya seekor ulat yang sedang mencari jati diri. Lalu pada tiga bulan kemudian El Scant resmi menikahi Re Becca dan disekian bulan kemudian Bayu baru mengetahui kalau dosanya dimasa lalu telah berbuah.
Yiatu dengan Inairtif yang telah diam-diam menyembunyikan kandungannya darinya. Dan terakhir layaknya sebuah kepompong yang sudah meretas menjadi seekor kupu-kupu cantik. Dan seekor kupu-kupu cantik itu adalah Dhiya, seorang anak yang kini telah hadir ditengah mereka berempat. Sempurna sudah, kini metamorfosa tentang perjalanan kehidupan mereka berlima. Karna kesalahan, kekeliruan, serta dosa dimasa lalu sudah terungkap dan sudah termaafkan.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

-Berakhir Bahagia-

METAMORFOSA *30*



Hari telah berganti, hari ini adalah hari libur kerja. Jadi Bayu bisa berkunjung kerumah kediaman dari Inairtif, mewujudkan apa yang sudah Inairtif katakan padanya melalui sebuah pesan dihari kemarin. Dan Bayu sudah mengabari Inairtif melalui sebuah pesan sejak baru saja memasuki mobil kendaraannya, akan segera mengendarainya sendiri. selang waktu berjalan, kini Bayu sudah berada dijalan dekat rumah kediaman dari Inairtif berada.
Begitu sampai dirumah kediaman dari Inairtif, Bayu disambut Raffisa yang sudah menunggu kedatangannya sedang berdiri dibagian tengah halaman rumah. Sesaat Bayu sudah berjalan menuju kehalaman rumah, sudah membelakangi pintu gerbang rumah. Lalu Bayu melihat kearah samping kanannya, ada ibu dan Inairtif sudah duduk menunggunya tepat ditaman samping halaman. Keduanya menunjukkan senyum sambutan padanya. Bayu menjadi terhenti langkahnya sejenak melihat ke Raffisa.
“Ayo, om. Kita duduk bareng sama omah juga tante!”, ajak Raffisa berwajahkan ceria lalu beranjak lebih dulu menghampiri mereka berdua. Bayu pun menyusulnya tuk menghampiri mereka berdua. Dan kini Bayu telah duduk disamping ibu, sedangkan Raffisa duduk disamping Inairtif. Posisi kursi yang diduduki Bayu dan Raffisa, sama-sama menyerong kedalam. “Bukankah, kau sering menghabiskan waktu luangmu ditempat terbuka.”, tanya Inairtif mencoba menyapanya.
Memberi senyum melihat bahagia. Bayu mengangguk mengiyakan, memberi senyum pula mencoba menatapinya. Namun tidak menemukan mata dari Inairtif yang dulu pernah melihat dirinya. “Jaga pandanganmu, nak. Ini bulan suci, bahkan dibulan yang lainnya juga kamu wajib menjaga pandanganmu.”, tegur ibu dari Inairtif ketika tidak sengaja melihat Bayu yang sedang menatapi putrinya. Inairtif menjadi tertawa kecil melihat ke Raffisa, Raffisa pun begitu padanya.
Sedangkan Bayu menjadi salah tingkah, memilih melihat kebawah sambil berkata, “Maaf ibu, bukan maksudku berperilaku yang demikian.”. Pinta maafnya menyadari kesalahannya.
“Dimana keluargamu, apa keluargamu sudah tau tentang kesalahan apa yang sudah kamu lakukan bersama putri saya?”, tanya ibu dari Inairtif melihat serius padanya. Bayu menjadi terdiam berpikir, lalu melihat ke ibu dari Inairtif.
“Saya tidak pernah menceritakannya, ibu. Tapi bila saya diberitahu tentang kenyataan yang sebenarnya oleh Ina, maka saya akan menceritkan penuh kepada keluarga saya.”, ujar Bayu mengutarakannya berandai mengetahui lebih awal yang telah lalu.
“Mengapa kamu tidak berusaha, membujuknya tuk bercerita tentang kenyataan yang baru kamu ketahui?”, tanya Ibu dari Inairtif ingin mengetahui jawaban darinya.
“Dia lebih mengutamakan kesalahannya pada istri dari temanku. Karna jika saya sudah mengetahui kenyataan itu, saya tidak akan membiarkannya tuk memberi putri kami pada mereka. Karna, saya mengutaman tanggung jawab saya sebagai ayah dari putri kami.”, ungkap Bayu mengutarakan isi pemikirannya jika memang sudah mengetahui kenyataan itu sebelumnya.
 Ibu dari Inairtif menjadi hening menatapnya, sedikit merasa puas dari jawaban dirinya. lalu beralih melihat ke Inairtif, Inairtif pun melihat ke ibunya sambil mengangguk mengedipkan kedua matanya. Bayu mulai merasa bingung melihat sikap dari keduanya. Kemudian ibu dari Inairtif mengajak Inairtif serta Raffisa tuk berdiri dari duduknya, disusul oleh ibunya. Lalu melihat ke Bayu sambil berkata, “Tunggulah disini sebentar, sebab saya harus berbicara tanpa kamu bersama anak saya serta Raffisa!”.
Ibu dari Inairtif memberi perintah kepada Bayu, memberi ketegasan. Bayu menjadi bingung lagi menatapi ibu dari Inairtif, “Insya Allah, saya akan usahakan”, jawabnya menerima. Sebab hati kecilnya berharap bisa bertemu dengan Inairtif yang dulu pernah ditemuinya. Dan mereka bertigapun mulai beranjak bersama meninggalkan Bayu, sikapnya sama-sama cuek pula. Bayu yang sudah melihat mereka bertiga bersikap cuek, hanya berdiam menunggu hikmah yang akan didapatinya setelah ini, pikirnya.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Setelah lima menit Bayu menunggu, masih duduk dalam keadaan seorang diri ditempatnya. Tiba-tiba saja Bayu mendengar suara dari Inairtif membacakan ulang isi dari surat, yang telah ditulisnya dan telah sampai pada Inairtif dihari kemarin. Bayu menjadi terdiam kaku mendengarkannya, melihat lurus kedepan hening lalu berdiri dari duduknya. Lalu menghadapkan tubuhnya ke arah suara dari Inairtif itu berasal, barulah dilihatnya kalau Inairtif sedang menghampiri dirinya.
“Maha Besar Engkau, Tuhanku. Telah memberiku hikmah, sementara baru saja tadi aku memikirkan hikmah setelah ini.”, bisik Bayu dihatinya menatapi Inairtif yang masih berusaha menghampirinya.
“Suara itu, adalah suara dimana kita pernah saling berbicara. Mata itu, adalah mata saat dimana pertama kamu melihatku. Dan hati kecilku, baru meneriakkan namamu seakan-akan menyambut kedatanganmu kini didepanku.”, ungkap Bayu ketika mengetahui Inairtif sudah berhenti didepannya.
“Ternyata, Dokter masih menyimpan kenangan dulu. Dan baru saja Dokter mengutarakan kenangan dulu itu.”, Inairtif menyahut berbalas mengenang yang dulu.
Bayu menjadi hening menatapinya, bertanya sendiri mengapa baru merasa telah menemukan Inairtif yang dulu. Berbeda ketika sedang duduk bersama Inairtif, saat tadi. Sedangkan Inairtif memberinya senyum lalu beralih melihat kepintu masuk rumah disana. Dan Bayu mengikutinya masih menatap hening dalam tanyanya sendiri. Kemudian menjadi terkejut karna menemukan Inairtif yang lain, yang baru saja membuka pintu masuk rumah dan berdiri disana.
“Apakah aku sedang dipermainkan? Cukup aku menjadi yang tertinggal, dan yang ditinggal!”, tanya Bayu berkeluh menegaskan melihat ke Inairtif yang sedang berada disini. Mulai merasa sebuah keanehan. “Sudah, jangan drama dulu, Dokter!”, sanggah Inairtif menghentikannya melihat ke Bayu. Inairtif lain yang sedang berada disana mulai berkata terhadap mereka berdua. “Aku menunggu kabar baik dari kalian berdua. Ina dan Dokter Bayu.”, Inairtif dengan berteriak kecil memakai keceriaan.
Inairtif yang sedang bersama Bayu, menjadi tersenyum bahagia. Sedangkan Bayu beralih melihat Inairtif didepannya, memakai wajah tanya menunggu penjelasan darinya. “Jadi, kalian berdua adalah saudara kembar? Sungguh, kalian hanya memiliki satu perbedaan, yaitu hanya nama panggilannya saja.”, tanya Bayu lalu mengutarakan pengamatannya. Inairtif yang sudah melihat padanya menjadi tersenyum mengangguk.
“Kita berjumpa lagi di Jakarta, Dokter.”, Inairtif berucap selamat datang menatap ceria. Bayu teringat pada chat terakhir sewaktu Inairtif masih berada dluar kota. “Dan sekarang baru kumengerti, bagaimana membuatmu untuk berpikir dua kali ketika akan meninggalkanku lagi.”, Bayu mengutarakan sedikit isi hatinya. Masih hening, tenang. Inairtif berdiam menatapnya akan berbicara menyahutnya hingga membuat Bayu menjadi terkejut sejenak.
“Tapi sayang, sebentar lagi aku harus membicarakan pernikahanku dengan seorang pria. Sebab, telah ada seorang pria yang sedang menungguku tuk membicarakan itu, Dokter.”, Inairtif berbicara menyatakan mmakai keseriusan dirinya sendiri. Bayu menjadi tertegun, gugup serta terkejut sejenak. Wajahnya mulai menyerah akan sebuah pernyataan, teringat dengan kegagalannya untuk menemui Inairtif demi membicarakan keseriusan tentang hubungan keduanya.
“Dokter, aku sama sekali tidak menyukai, Dokter. Karna, aku sudah terlanjur mencintai seorang pria dari ayah kandung putriku sendiri.”, Inairtif berkata mencoba menyindirnya. Bayu yang sudah mengerti maksud dari sindirannya, merasa lemas tersenyum lepas karna bahagia. “Insya Allah, sebelum dimana hari umat muslim kembali pada fitrahnya. Kita berdua sudah menjadi pasangan yang halal lagi baik dihadapan-Nya.”, Bayu langsung berbicara pada topiknya.
Menetapkan hari dimana keduanya akan melepaskan status lajang mereka. Inairtif menjadi tersenyum malu, karna begitu tersanjungi lalu menunjukkan jari manisnya yang telah memakai cincin dari pemberiannya. Dan Bayu yang sudah melihatnya menjadi bahagia bahkan amat bahagia, namun tidak sampai berlebihan. Sementara ibu, saudara perempuannya, serta Raffisa telah melihat keduanya dari jendela didalam rumah.
Mereka bertiga juga ikut merasa bahagia karna melihat keduanya yang kelihatannya akan bersatu. Dan tinggal menunggu harinya saja tuk menyaksikan penyatuan cinta diantara keduanya.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

METAMORFOSA *29*



Hari telah berganti, Bayu sedang berdiri menatapi jendela membelakangi pintu, didalam ruang prakteknya. Ia sedang merenung, apakah kotak yang sudah dipersiapkannya pada hari kemarin sudah sampai ketangan seorang wanita yang dimaksud. Seorang wanita yang dimaksud tak lain adalah Inairtif. Sambil menunggu jam prakeknya berstastus open, Bayu bertahan dalam keadaannya. Kemudian tiba-tiba ada suara dari Dhiya yang memanggilnya, “Papa Bayu” dari arah pintu ruangannya.
Bayu pun membalikkan tubuhnya, melihat Dhiya bersama El Scant sedang berdiri membelakangi pintu yang masih terbuka. “Bayu, Dhiya ingin bersamamu pada pagi ini.”, ucap El Scant permisi lalu pergi meninggalkan setelah mengucapkan salam pamit. Bayu sudah mendengarnya juga sudah mengerti, baru melihat ke Dhiya yang kini sudah berjalan cepat akan menghampiri dirinya. Dan ketika Dhiya sudah berada didepan dirinya.
Dhiya menunjukkan tatapan tanya seolah menyakan dimana mamanya sedang berada. Dhiya semakin menunjukkan dengan kebungkamannya menunggu Bayu untuk segera bicara. Sedangkan Bayu baru merasa peka atas tatapan darinya itu, akan berbicara dan mereka berdua akan saling berbicara. “Dhiya, mau banget ya ketemu sama mama?”, tanya halus Bayu dengan merundukkan dirinya menatap sayang padanya. Dhiya menganguk akan berbicara.
“Dhiya ingin merasa pelukan dari mama. Seperti Dhiya merasakan pelukan dari papa pada waktu itu. Rasanya nyaman sekali papa.”, Dhiya mengutarakan apa yang sudah dirasakannya dulu sewaktu dipeluk olehnya.
“Akan ada harinya untuk kita dapat bersama. Allah telah menyiapkan hari itu dengan sangat rahasia. Berdo’alah, karna do’a seorang anak untuk kedua orangtuanya akan segera dijabah oleh Tuhan.”, Bayu memberi nasehat mencoba mencerahkan perasaan putrinya.
Dhiya pun menjadi tersenyum, lalu memegang wajah Bayu dengan kedua tangan mungilnya merasa senang. Dan Bayu menjadi tersenyum menunjukkan sayangnya. Namun Bayu masih memikirkan apa yang tadi telah dipikirkannya.      

Sementara disana. . . .

Dirumah kediamannya, Inairtif sedang menyirami bunga-bunga ditaman samping, dihalaman depan rumahnya. Ia sedang menyirami tanaman bunga mawar yang beraneka ragam jenisnya serta warnanya. “Subahanallah, bunga-bunga ini dapat aku lukiskan keindahanya bak tanaman yang sedang tumbuh merekah ditaman surga sana.”, kata kagumnya merasa kedamaian dipagi hari. Lalu tidak sengaja terpandang ke arah pintu gerbang rumah.
Dimana sudah terlihat pak satpam rumah sedang berjalan menuju padanya, dengan memabwa sebuah kotak berukuran sedang. Dan ketika pak satpam rumahnya itu telah sampai padanya, Inairtif mulai bertanya dalam hatinya sebuah kotak apakah itu dan dikirim oleh siapa? Inairtif semakin bertanya dalam hatinya ketika sebuah kotak itu sudah berada ditangannya, menatapi pak satpam rumah yang sudah pergi membelakangi.
“Teruntuk kamu, dariku Dokter Bayu”, sebuah tulisan yang tertera pada tutup sebuah kotak itu. setelah mengetahuinya, Inairtif langsung beranjak masuk akan segera menemui saudara perempuannya. Setelah menempuh beberapa langkah tuk menemui saudara perempuannya, ia pun sudah menemukan Inairtif yang sedang duduk santai diruang keluarga mengesampingkan dirinya. “Ina, ada sebuah bingkisan kiriman dari Dokter Bayu untukmu.”.
Tegur Inairtif dengan memberikannya dari samping dirinya dengan tegak berdiri. Saudara perempuannya yang masih duduk santai itupun menoleh padanya, melihat sedikit terusik. Ternyata, mereka berdua adalah saudara kembar. Nama keduanya sama, yaitu Inairtif. Berbeda nama panggilannya saja, yaitu Ina dan Irtif. Kembali pada mereka berdua, bingkisan yang dimaksud oleh Irtif telah berada ditangan Ina. Dan Irtif sudah pergi meninggalkan Ina diruang keluarga sendiri.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Kini Inairtif akan memulai tuk membuka isi pada bingkisan tersebut. Inairtif akan mengalami sebuah metamorfosa tentang pearsaannya, ketika membaca sesuatu yang sudah tertulis disebuah kertas didalam kotak bingkisan itu. Pertama, ia akan menjadi takjub karna ada tulisan kaligrafi Al-Qur’an pada kertas yang pertama. Kedua, ia akan menjadi gugup karna ada tulisan yang berupa sebuah curahan dari sang pengirim pada kertas kedua.
Dan ketiga, ia akan menjadi tertegun membaca tulisan pada kertas yang terakhir. Kemudian diakhiri dengan ia akan melingkarkan sebuah cincin dijari manisnya. Dan berikut adalah penggalan dari isi dibalik kotak bingkisan tersebut.

Pada kertas bagian terdepan, pertama. . . .

Bertuliskan kaligrafi Al-Qur’an yang bisa dibaca, “Aku Rindu Kamu”. Tulisannya begitu indah dari tangan Dokter Bayu sendiri. Dokter Bayu memulainya dengan cara uniknya seperti itu. Bagaimana perasaannya tidak menjadi takjub, sebab dirinya merasa tersanjungi oleh Dokter Bayu sang pengirim.

Pada kertas bagian tengah, kedua. . . .

Bertuliskan abjad, “Aku merasa ditinggal, aku merasa tertinggal. Kau meninggalkan, masih kuingat kala itu kau telat berucap pamit padaku. Sungguh, apa yang tertulis pada surat yang pertama dariku tadi. Menggambarkan kejenuhanku dalam merindu lagi menunggu.”. Bagaimana perasaannya tidak menjadi gugup, sebab Dokter Bayu telah mencurahkan apa yang sudah terjadi pada dirinya sendiri sejak ditinggal pergi secara tiba-tiba oleh Inairtif.

Pada kertas bagian akhir, ketiga. . . .

Sebelum Inairtif menemukan sebuah cincin yang terselip dibalik kertas bagian akhir, ketiga. Bertuliskan, “Surga yang terlewati, mudahnya aku bersahaja setelah menyentuhnya. Tanpa mencaritahu dulu akibat dari menyentuh surga itu. Sehingga aku terbayang-bayangi akan dosa dimasa lalu, berkepanjangan. Lingkarkanlah dijari manismu, periksa benda apa saja yang baru kau temukan. Karna itu sebagai tanda keseriusan dariku untukmu.”.
Perasaannya sudah cukup menjadi tertegun pada kertas ketiga, terakhir. Inairtif akan segera memeriksanya berakhir menemukan suatu benda.

Usainya membaca ketiga buah tulisan tersebut. . . .

Inairtif baru saja menemukan sebuah cincin bermotif kupu-kupu dari berlian yang berkilau, namun penampilannya sederhana. Dan dengan cepat Inairtif melingkarkan cincin itu dijari manis tangan kanannya. Lalu ia berpikir, alasan dari Dokter Bayu mengunjungi rumahnya tuk bertemu dengannya. Hanya ingin berbicara tentang keseriusan dalam hubungan mereka berdua. Menatapi cincin yang melingkar dijari manisnya.
“Esok, aku akan mencoba menghubunginya. Insya Allah, ibu akan menerima niat baiknya itu yang sudah ingin sekali dia bicarakan padaku. Kemarin, kau boleh saja gagal dalam penyampaianmu yang hanya padaku. Tapi pada hari esok, kita harus berjuang. Karna aku loving you, Dokter.”, katanya berbicara kecil lalu mencium cincin yang melingkar dijari manisnya itu. Dan tanpa diketahuinya, ibunya telah mengintip dirinya sedari tadi.
Ibunya sudah mengetahui apa yang sudah dilakukan putri bungsunya itu dalam seorang diri, bahkan ibunya sudah mendengar putri bungsunya itu sedang berbicara apa dengan kesendiriannya. Usainya mengintip putri bungsunya, ibunya pun pergi tanpa memberitahu keberadaannya. Awalnya tidak sengaja melihatnya, namun akhirnya mencoba mengintip lama karna mulai merasa penasaran terhadap isi pada bingkisan pada putri bungsunya itu.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Sore harinya, El Scant sudah berada dirumah kediamannya. Ia sedang bersantai dikolam renang dibelakang rumahnya, mencoba melepas penat serta rasa sedikit stress karna aktivitas yang sudah dilakukannya hampir seharian ini. Ia juga sedang menikmati oksigen dari pohon-pohon yang tumbuh didepan kolam renangnya. “Maka, nikmat dari Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”, ujarnya merasakan kenikmatan yang kini sedang dirasakannya.
Kemudian datanglah Dhiya dengan langsung berdiam disampingnya, merebahkan kepalanya bersandar dilengan El Scant sedikit bermanja. “Wah putri abi kenapa nih? Datang menghampiri abi tapi kok, langsung bersandar begini yah?”, tanya El Scant menggoda melirik ke Dhiya. Dhiya mendekap lengan dirinya sambil tertawa kecil masih bersandar, akan mengungkap sesuatu.
“Abi, bila nanti papa sudah pertemukan Dhiya sama mama. Dhiya masih boleh main-main kesini kan?”, ungkap Dhiya mulai menatap sedikit sendu kedepan.
“Memangnya apa yang sedang Dhiya pikirkan?”, tanya El Scant ingin menghiburnya. Melihat lurus kedepan, tenang.
“Papa Bayu pasti menuntut Dhiya untuk tinggal bersama mereka. Dhiya takut tidak bisa bertemu abi disetiap waktu lagi, seperti Dhiya tinggal dirumah ini.”, Dhiya semakin mengungkap yang telah menjadi kegelisahannya.
Lalu Dhiya melepaskan dekapannya dengan duduk tegak, melihat ke El Scant. El Scant baru melihat kepadanya menunjukkan senyum. “Dhiya jangan mencemaskan pemikiran Dhiya tentang itu. Karna papa Bayu orangnya baik, Insya Allah akan selalu adil kepada Dhiya juga kepada kami semua.”, El Scant memberi nasehat berniat menenangkannya. Lalu membelai rambut Dhiya serta mencium keningnya.
“Dhiya sayang abi”, curahan sayang Dhiya sambil memeluk El Scant mengisyaratkan takut kehilangan. Dan El Scant pun memeluknya balik, memanjakannya layaknya seorang ayah kandung darinya. Sementara Re Becca, menjadi haru karna telah diam-diam melihat keduanya, mendengarkan percakapan keduanya sedari tadi dibalik keduanya.

Sementara disana. . . .

Bayu dirumah kediamannya, sedang berada diruang untuk sholat. Ia sedang duduk menghadap kiblat, berpakaian atasan muslim dengan sarungnya serta sebuah Al-Qur’an didepannya. Ia akan mencoba menguji kehafalannya pada ayat-ayat Al-Qur’an. Dan kini ia akan membaca surah Ar-Rahman. Ia memulainya dengan membaca ta’awuz lebih dulu, disambung membaca basmalah baru membaca surah Ar-Rahman. Butuh waktu beberapa menit untuk Bayu membaca surah Ar-Rahman.
Karna memakai qori serta ilmu tajwid tak lupa juga makhraj hurufnya. Setelah membaca surah kelima dari Ar-Rahman, tiba-tiba saja ada sebuah pesan masuk diponselnya. Bayu pun beralih tuk membuka sebuah pesan diponselnya. Tertulis dalam pesan diponselnya, “Dokter Bayu, esok ibu mengundangmu kerumah. Bila sudah siap kemari, kabari saya lagi ya.”. Sebuah pesan dari Inairtif yang kontaknya bernama “Wanita”, yang baru saja diterima olehnya.           
Dan Bayu hanya bersikap menerima pesan darinya saja, daripada mesti membalas pesan darinya. Karna Bayu lebih memilih tuk melanjutkan kehafalannya membaca ayat-ayat Al-Qur’an, memanfaatkan waktu luang yang telah dimilikinya saat ini.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

METAMORFOSA *28*



Dan Inairtif langsung berkata mengiyakan memang menginginkannya karna sudah merasa terpojokkan oleh mereka berdua. Inairtif mulai beranjak pergi akan segera meninggalkan setelah mengucapkan salam kepada keduanya, dan mereka berduapun menjawab salam darinya bersama-sama. Pertemuan El Scant dan Bayu, dengan Inairtif sudah berakhir sampai disini. Perasaan El Scant biasa saja mengakhiri pertemuannya dengan Inairtif, terhadap Inairtif.
Namun tidak bagi Bayu yang memiliki firasat bahwa ada suatu ketidak benaran terhadap Inairtif. Dan Bayu bertekad akan segera mengetahui suatu ketidak benaran yang telah dimiliki dalam firasatnya, memakai caranya sendiri namun harus dilandasi dengan sebuah do’a permohonan kepada Tuhan.

Sore harinya. . . .

 Dirumah kediaman kakak iparnya, Inairtif sedang berada dibalkon atas rumah. Ia sedang melihat arakan awan diatas, yang tertera dengan susunan indahnya bak ombak dipantai. Kemudian tidak sengaja ia meihat Bayu sudah berjalan dihalaman rumah, dan hanya bisa melhat Bayu dari balkon atas rumah secara diam-diam. Lalu ia berbalik menghadap kepintu masuk, dan terlihat Raffisa datang padanya dengan membawa sebuah kipas angin berukuran sedang.
Dan Raffisa menghidupkan kipas angin itu kearah dirinya, sehingga angin kencang dari kipas angin itu meniup dirinya sampai-sampai selendang yang sedang ditudungkan dikepalanya menjadi terbang, akan jatuh kebawah. Inairtif menjadi terdiam mencoba memikirkan. Sementara selendang miliknya jatuh menutupi Bayu yang kebetulan sedang menaiki tangga kedua akan menginjaki teras rumah, tepat dibawah balkon atas rumah.
Bayu yang langkahnya sudah menjadi terhenti ditempat, mencoba memegang selendang itu melepaskannya dari menutupi wajahnya. “ina???”, gumamnya dihati ketika sudah melihat selendang itu digenggaman kedua tangannya. Lalu melanjutkan langkahnya berjalan diteras rumah akan mengetuk pintu masuk rumah tersebut. Namun ketika akan mengetuk dengan tangan kanannya, karna tangan kirinya mengenggam selendang itu.
Tiba-tiba saja ada seorang wanita paruh baya membuka pintu masuk lalu terkejut melihat kedatangan dirinya. seorang wanita itu berlanjut melihat angkuh pada dirinya, sedangkan Bayu mulai melihat tanya disertai bingung. “As-sala-mualai-kum”, sapa Bayu mengucapkan salam sedikit gugup memberanikan untuk menyapa lebih dulu. “Walaikumsalam, Dokter Bayu”, balas sapa seorang wanita paruh baya itu masih penglihatannya yang angkuh padanya.
Bayu menjadi terkejut semakin bingung, semakin melihat tanya sambil menggenggam selendang itu dengan kedua tangannya. Karna seorang wanita paruh baya itu sudah mengetahui nama dari dirinya. “Maaf, jika saya boleh mengetahui, saya sedang berbicara dengan ibu siapa?”, tanya Bayu permisi menatap segan. Seorang wanita paruh baya itu langsung menjawab, “Saya adalah seorang ibu dari seorang putri bungsu yang telah kau nodai kesuciannya.”, tegas dalam tatapan serta bicaranya.
Bayu menjadi amat terkejut, hampir tak berdaya menatap wajah yang kini sedang ditatapnya adalah wajah dari seorang ibu yang telah melahirkan Inairtif. Lalu Bayu menjadi tertunduk melihat kebawah, semakin menggenggam selendang itu milik Inairtif. Dan keduanya akan saling berbicara.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

“Ibunya lah yang paling terluka, saat putri bungsunya mengutarakan apa yang sudah terjadi pada dirinya. Ibunya yang membantu dirinya dalam merawat kandungan dirinya. Ibunya juga yang turut melihat cucu dari putri bungsunya itu lahir, tanpa ayah kandung disamping cucunya dan diadzani oleh pamannya.”, ibu dari Inairtif mengutarakan yang telah lalu sambil mengingatnya kembali. Bayu menjadi teringat dengan dosanya dimasa lalu bersama Inairtif, masih tertunduk melihat kebawah.
“Dan yang membuat saya semakin mengerti dengan kebesaran Tuhan. Saat putri saya bercerita kalau anak dari kalian berdua telah dirawat oleh seorang sahabat darimu, sesama Dokter pula.”, sambung ibu dari Inairtif semakin mengutarakannya.
“Maafkan kami yang sudah berperilaku khilaf dimasa lalu, ibu. Sungguh, kalau saja aku mengetahui jika dosa kami yang sudah terlanjur kami lakukan telah berbuah. Maka aku akan bersimpuh kepadamu, meminta maaf sepenuhnya padamu sembari akan mencoba tuk menikahi putrimu.”, ungkap Bayu mengisyaratkan tentang sebuah penyesalan. Dengan kembali melihat ke ibu dari Inairtif kembali terbangun dari tunduknya.
“Berialh sebuah pengakuan pada saya, sebab saya masih kurang menerima kedatanganmu kemari!”, ibu dari Inairtif memberi perintah padanya. Mulai menatap luluh namun masih sedikit angkuh.
“Setelah peristiwa pada malam itu terjadi, disuatu hari kemudian saya selalu dibayang-bayangi dosa kami karna peristiwa pada malam itu. Sungguh, saya merasa kalau diri saya telah celaka. Hingga pada suatu hari dikemudian lagi, saya memimpikan putri dari ibu. Kami bertemu disana, lalu putri dari ibu berkata jika dosa kami telah berbuah. Dan ternyata, apa yang telah dikatakannya didalam mimpi saya benar-benar menyata.”, Bayu membuat pengakuan dengan menceritakannya secara panjang lebar.
Ibu dari Inairtif menjadi terdiam merasa begitu tersentuh, karna sudah merasa ketulusan serta kejujuran dari pengakuan dirinya. “Saat ini, urungkan niatmu tuk menemui putri bungsuku karna saya tidak mengijinkan.”, ibu dari Inairtif melarangnya halus. Bayu sudah mengerti mulai bertatap pasrah lalu memberikan selendang yang masih digenggamnya dengan kedua tangannya, kepadanya. Namun ketika dilihatnya kedua tangan dari ibu sudah menyentuh selendang itu akan mengambilnya.
Bayu langsung memegang kedua tangan dari ibu lalu menciumnya beberapa saat, hingga membuatnya hampir tidak sadar menangis kecil, berusaha kecil memohon ampunan padanya. Sedangkan ibu dari Inairtif memilih membairkannya, walau rasa kurang ikhlas ada dihatinya. “Assalamu’alaikum ibu”, kata pamitnya dengan melepasakn ciumannya. Kedua tangannya masih memegang kedua tangan dari Ibu, tertunduk melihat kebawah.
Lalu melepaskan pegangannya, terbangun dari tunduknya masih melihat kebawah. Dan begitu ibu dari Inairtif memablas salam padanya, Bayu pun berbalik pergi beranjak meninggalkan dengan suasana hatinya yang sudah pilu. Inairtif yang masih berada dibalkon atas rumah, ikut merasa sedih melihat Bayu yang masih bejalan beranjak pergi menuju kepintu gerbang rumah. Karna sedari tadi ia telah mendengar percakapan Bayu dan ibunya.
Sementara ibunya, sudah menutup kembali pintu masuk rumah dan kini sedang berjalan menuju tangga rumah. Ibunya berjalan menuju ketangga rumah sebab Inairtif telah menunggu di anak tangga kedua dari bawah. “Ibu?”, Inairtif menyapanya seolah-olah bertanya apakah yang sedang terjadi? Namun ibunya yang sudah berada didepannya kini dilantai dasar, hanya memberikan selendang itu kepadanya. Lalu pergi meninggalkan, cuek.
Sedangkan Inairtif memegang selendang itu, menatapinya saja tidak menudungkan dikepalanya. Sebab dkepalanya telah ada selendang yang sudah tertudung. Dan sebenarnya milik siapakah selendang itu, mengapa ada dua selendang dalam satu orang yang memakainya? Pikirkan lagi sejenak, satu orang yang memakainya atau memang ada orang lain? Dan siapakah Ina dan Irtif? Ikuti pada kelanjutan cerita tentang siapa Ina dan Irtif itu?
Yang sudah membuat Bayu merasa ada sebuah ketidak benaran diantara keduanya.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Bayu baru saja sampai kerumah kediamannya, namun ketika akan mengetuk pintu masuk rumah kediamannya. Bayu teringat dengan niatnya tadi ketika mengunjungi rumah kediaman dari Inairtif, hingga membuatnya menjadi berdiri didepan pintu masuk rumah kediamannya itu. karna ia baru saja tersadar, jika telah gagal tuk mengajak Inairtif berbicara tentang keseriusan dalam hubungan keduanya. “Allah belum menghendaki niatku tuk tersampaikan padanya. Sebab Innallaha ma’as-shobirin.”.
Bisiknya menatapi pintu masuk rumah kediamannya, meratapi kegagalannya lagi menegarkan dirinya sendiri. lalu mengetuk pintu masuk rumah kediamannya menunggu asisten rumah dirinya membukakan pintu untuknya.

Beberapa saat kemudian. . . .

Kini Bayu sudah berada diruang kerja dirumahnya, ia sedang duduk dimeja kerjanya sambil memegang selembar kertas folio polos. Ia mulai melipat kertas folio polos itu menjadi tiga bagian, lalu dipotongnya kertas folio polos itu menjadi tiga bagian pula dengan masing-masing berukuran yang sama. Setelah mendapatkan tiga buah potongan dari kertas folio polos itu, Bayu pun mengambil pada setiap bagian kertas folio polos itu untuk dituliskannya sesuatu.
Butuh waktu sepuluh menit untuk Bayu menuliskan sebuah tulisan pada setiap bagian dari kertas folio polos itu yang berjumlah tiga buah bagian. Dan setelahnya usai menuliskan sebuah tulisan pada setiap bagian dari kertas folio polos itu, Bayu mengambil sebuah kotak berukuran sedang. Lalu membuka tutup kotak tersebut sembari memasukkan tiga buah bagian dari kertas folio polos itu kedalamnya.
  Kemudian dilanjuti dengan mengambil sebuah cincin bermotif kupu-kupu, dari berlian yang berkilau dan dimasukkannya juga kedalam kotak tersebut. Namun cincin bermotif kupu-kupu itu masih berpenampilan sederhana. Setelah dirasanya semua sudah tergabung didalam kotak tersebut, Bayu pun menutup kotak tersebut. Berniat akan mengirimkannya pada seorang wanita tuk menunjukkan keseriusannya lagi.
“Insya Allah. Jika memang sudah waktunya, maka Allah tidak akan memungkiri janji-Nya.”, do’anya ketika mulai berharap bahwa dirinya akan berhasil dalam usaha menunjukkan keseriusannya untuk kali ini.

Dirumah kediaman El Scant. . . .

Re Becca sedang menemani Dhiya belajar menulis huruf hijaiyah, diruang keluarga. Kemudian datanglah El Scant menghampiri mereka berdua diruang keluarga dengan menunjukkan wajah gembira. Lalu El Scant duduk disamping kanan Dhiya yang melihatnya tanya padanya, Dhiya berpikir tentang kabar berita apakah yang telah dibawa olehnya. Sedangkan El Scant langsung memberikan sebuah map yang telah dibawanya kepada Re Becca, yang sedang duduk disamping kiri Dhiya.
Re Becca pun mengambilnya lalu membuka map yang telah diberikan oleh El Scant. Lalu Re Becca dan Dhiya menjadi terkejut kecil disertai bahagia, karna isi pada map tersebut adalah sebuah akta kelahiran dari Dhiya. “Alhamdulillah, sukron yaa abi.”, ucap terimakasih Dhiya melihat ke El Scant dengan wajah ceria merasa senang. El Scant pun mengangguk memberi senyuman lepas padanya marasa senang. begitupula Re Becca yang mulai terharu melihat keduanya ikut merasa senang, ceria.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”