Sabtu, 14 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-30


Setelah kepergian Raja Wiranata dari Istananya, Tuan Putri Purindah seperti mendapatkan sedikit kebebasan untuknya bermain diluar Istana. Namun ketika saat akan melewati pintu gerbang Istananya, tiba-tiba saja seorang prajurit yang menjaga pintu gerbang Istananya mencoba menghalanginya, tidak memperbolehkannya untuk keluar dari Istananya. Sesuai dengan apa yang telah dipesankan oleh Raja Wiranata sebelum pergi meninggalkan Istana Kerajaannya.
Sedikit tidak puas yang dirasakannya. Kemudian beranjak pergi dari pintu gerbang Istananya menuju ketaman belakang Istananya dengan berlari kencang dipenuhi rasa kekesalan karna ketidak puasan dihatinya. Sesampainya ditaman belakang istana, Tuan Putri Purindah pun menjatuhkan dirinya dengan terduduk dibawah bangku ditaman belakang Istana. Kemudian tanpa diduganya ia kini telah didatangi oleh ketiga saudara dari Pangeran Bheeshma.
Yang kini baru saja duduk bersamanya dilesehan mengelilinginya dari depan  disisi kanan darinya, Tuan Putri Purindah pun langsung melihat mereka bertiga satu-persatu, lebih mengetahui kehadiran mereka bertiga bersamanya.
“Ada apa kalian semua kesini? Apakah kalian semua bernasib sama denganku! Tidak diijinkan untuk pergi keluar Istana?”. Tuan Putri Purindah menegur juga menanyakan.
“Tuan Putri, untuk apa kau kesana? Bukankah kakak ku itu masih berada didalam Istanamu?!”. Tuan Putri Nanda mencoba menenangkannya.
“Aku sudah melakukan apa yang kalian katakan padaku! Dan tentu kalian semua pasti sudah melihatnya, bukan?”. Tuan Putri Purindah menjawabnya dengan berkeluh melihat kebawah.
“Putri dengarkan kami, kau tidak boleh menyerah dulu karna kau baru saja memulainya! Pangeranku memang seperti itu, butuh waktu untuk membuatnya mengatakan apa yang sebenarnya dia rasakan kepada dirimu!”. Tuan Putri Nandara mencoba menyemangatinya sekaligus menghiburnya.
Tuan Putri Purindah pun melirikkan matanya dengan melihat mereka bertiga usai mendengarkan perkataaan dari Tuan Putri Nandara. Dan kemudian Tuan Putrid Nanda mengarahkannya dengan menunjukkannya kepada Pangeran Bheeshma yang sedang bersama Pangeran Karanu. Tuan Putri Purindah yang sudah mengerti segera melihatnya mengikuti arahan yang telah ditunjukannya, begitupula kedua saudaranya yang penglihatannya kini tertuju kepada Pangeran Bheeshma.
“Tuan Putri, jika kau sudah menyerah sampai disini! Maka kau telah kalah dengan Pangeran Karanu yang kini tertawa bersama Pangeran Bheeshma!”, Tuan Putri Nanda mencoba berbisik sedikit mengejek namun menyemangatkannya. Tuan Putri Purindah pun melirikkan matanya kesamping kebawah merenungkan apa yang telah dibisikkan Tuan Putri Nanada kepadanya. Sementara mereka bertiga masih tertuju kepada mereka berdua dikejauhan.

BHARATAYUDHAserisatu

                Kini Pangeran Karanu berdiam ditempat pelatihan Istana dengan duduk manis dibangku tanpa bertemankan seseorang. Dirinya tampak seperti menunggu seseorang setelah berpisah dari Pangeran Bheeshma yang tadi masih bersamanya. Dirinya pun kini menjadi sedikit hening dengan pandangannya lurus kedepan dan tiba-tiba saja terdengar suara seperti ada yang berbicara kepanya dari arah kirinya. “Pangeran Karanu! Sedang apa kau disini?”. Tanya seseorang itu sedikit mengusiknya.
Pangeran Karanu pun langsung menoleh kearah suara tersebut lalu menjadi terkejut sesaat baru mengetahui siapa yang telah mengusiknya tadi. Ditemuinya sosok Tuan Putri Purindah yang sudah duduk bersamanya melihat kepadanya dari sudut belakang dirinya dibangku yang sama.
“Tuan Putri, aku, sedang ber, bersantai saja disini!”. Pangeran karanu menjawab dengan tatapan sedikit gugup kepadanya.
“Kau hanya seorang diri disini, kau juga terlihat begitu tenang! Adakah ada sesuatu yang juga ikut mengilhami dirimu, Pangeran?”. Jawabnya dengan menatap tenang kepada Pangeran Karanu.
“(tertawa kecil melihat Tuan Putri Purindah) Aku memang hanya seorang diri disini! Tapi tidak lama lagi akan ada seseorang yang akan kembali untuk bersamaku!”. Sambungnya sedikit bercanda.
“Dan seseorang yang kau maksud adalah Pangeran Bheeshma, karna aku telah melihat dirimu bersama dirinya tadi! Pangeran Karanu, cara apakah yang telah kau lakukan sehingga kau bisa sedekat itu saat kau sedang bersama dirinya?”. Tuan Putri Purindah mencoba memancing Pangeran Karanu untuk mengatakannya memakai tatapan sedikit serius.
“Itu karna Pangeran Bheeshma orangnya baik! Jika kami sedang berbicara dia suka memasukan kehumorisannya sedikit! Dia orangnya juga asik, selalu memberi tanggapan yang masuk akal! Tapi yang banyak aku dapatkan dari dirinya, kalau dia suka sekali bermain-main!”. Pangeran Karanu mengutarakannya dengan bermain-main namun memang benar adanya.
“Dibalik rasa suka dalam bermain-mainnya tentu masih ada keseriusan didalamnya! hanya kita saja yang tidak mengetahui tentang itu! Bukankah benar apa yang baru saja aku katakan padamu, Pangeran Karanu!”. Tuan Putri Purindah mencoba mengutarakan apa yang telah dirasakannya setelah mengenal Pangeran Bheeshma memakai bahasa sedikit membuat Pangeran Karanu menjadi terdiam menatapnya.
Mereka berdua kini pun saling bertatapan diam. Pangeran Karanu telah dibuatnya menjadi terdiam membisu kaku entah apa yang harus dikatakannya kembali kepadanya. Sedsangkan Tuan Putri Purindah baru saja akan beranjak pergi meninggalkannya sendiri lagi usai mengutarakan katanya tadi, tanpa mengetahui jika Pangeran Bheeshma berdiam dibelakangnya dikejauhan yang sudah melihatnya saat masih akan  meninggalkan Pangeran Karanu yang masih duduk menatapnya diam.
   Setelahnya menyaksikan yang demikian, Pangeran Bheeshma pun melangkahkan kakinya kembali menghampiri Pangeran Karanu dan kini dirinya telah duduk bersama Pangeran Karanu disampingnya, melihatnya yang sedang hening dengan pandangannya lurus kedepan.
“Pangeran karanu, sudah puaskah kau meratapi keheninganmu ini?”. Pangeran Bheeshma mencoba menyapa menghentikan.
“Darimana saja kau, Pangeran Bheeshma? Karna menunggumu, aku menjadi begitu terhanyut dalam keheningan ini!”. Pangeran karanu menanyakannya dengan menoleh melihat kepadanya.
“Benarkah yang kau katakan itu, temanku? Jika memang benar begitu, aku jadi ingin tau berapa lama kau akan semakin terhanyut dalam keheningan!”. Pangeran Bheeshma menjawabnya sambil bercanda.
“(Berdiri masih melihat Pangeran bheeshma) Aku tidak sampai begitu, Pangeran! Sebab tadi telah ada seseorang yang mendatangiku, dan sepertinya seseorang itu sangat mengenal akan dirmu! Apakah aku yang sudah keliru menanggapinya, atau memang benar begitu adanya?!”. Pangeran Karanu mencoba terbuka memberitahu sekaligus menjelaskan, sedikit menerka.
“Aku sama sekali tidak mengenal seseorang yang kau bicarakan, pangeran! Atau jangan-jangan seseorang yang kau bicarakan itu merupakan salah satu dari kedua pamanku?!”. Pangeran Bheeshma sedikit berbohong mengalihkannya menatapnya tenang.
“Bukan mereka yang sedang aku bicarakan!”. Pangeran karanu memberontak kecil.
“Sudahalah, tenangkan dirimu! Temanku disini hanya dirimu seorang! Dan sangat tidak mungkin aku berteman bersama dayang-dayang Istana Wigura!”. Sambungnya kembali dengan tatapan begitu meyakinkan.
Kemudian Pangeran Bheeshma menyusulnya ikut berdiri menghadapnya, lalu menarik lengan kanan Pangeran Karanu membawanya pergi meninggalkan tempat tersebut dan akan beralih kesuatu tempat.

BHARATAYUDHAserisatu

                Disore harinya, Pangeran Bheeshma tampak kebingungan mencari tempat yang cocok untuk dijadikannya sebagai tempatnya melihat matahari terbenam dengan sempurna. Ia tak henti-hentinya terus mencoba mencari sebuah tempat dengan sesuai apa yang ada didalam pikirannya. Hingga pada akhirnya ia pun telah menemukan tempat yang ada dalam pikirannya. Tempat tersebut begitu pas menghadap kearah barat dimana matahari akan terbenam dengan sesempurna mungkin.
Ditempat itu, Pangeran Bheeshma menemukan keadaan matahari yang sudah menjadi setengah menururn. Sementara Tuan Putri Purindah yang berada diruangannya baru saja akan beranjak menuju kejendela didalam ruangannya yang juga mengarah kebarat. Tanpa diketahui oleh keduanya, mereka kini telah berada didalam tempat yang sama namun berbeda dengan keberadaannya. Yaitu Tuan Putri Purindah yang kini berada didalam ruangannya pada lantai ketiga didalam Istananya.
Sedangkan Pangeran Bheeshma berada dibawahnya pada lantai dasar tepatnya diluar ruangan Istana. Dan kini mereka berdua bersama-sama berdiri tegak menghadap kematahari yang sebentar lagi akan menurunkan dirinya kembali. Kemudian mereka bersama memberi salam penghormatan kepada matahari, yang dipandanganya sebagai Dewa Surya. Lalu dilanjutkannya dengan menutup kedua mata mereka berdua dan berdoa’a yang terdengar sama dari keduanya.
“Dewa Surya, terimalah salam kami yang mewakili keluarga kami! Dan sertakanlah kepada kami malam hari yang indah!”, secara tidak langsung mereka berdua memanjatkan do’a yang sama. Setelahnya memanjatkan do’a, Pangeran Bheeshma membuka kedua matanya kembali dengan tergerak hatinya untuk melihat keatas kearah samping dibelakangnya. Kemudian terlihatlah Tuan Putri Purindah diatasnya masih menutup kedua matanya yang juga akan melanjutkan do’anya.
“Dewa Surya, malam nanti merupakan malam bulan purnama! Maka izinkanlah aku untuk melihat wajahnya kembali dengan menerawanginya layaknya seorang istri yang berbakti kepada suaminya!”, do’a kedua yang dipanjatkan oleh Tuan Putri Purindah dengan penuh pengharapan. Sementara Pangeran Bheeshma yang melihatnya mulai memalingkan penglihatannya kesemula masih memberi salam menatap sedikit bertanya-tanya.
sebab baru saja ditemuinya sosok Tuan Putri Purindah berada didekatnya tepatnya diatas dirinya tanpa diduga olehnya. Disaaat matahari akan benar-benar terbenam, perasaan Pangeran Bheeshma mulai sedikit menjadi kacau namun berusaha untuk tetap tenang. Karna bila tidak untuk tetap tenang, maka Tuan Putri Purindah akan membuka matanya lalu mengetahui kehadirannya dibawahnya, pikirnya sedikit merenungi.
Setelah beberapa saat berjalan, matahari pun mulai terbenam hampir sempurna, dan itu bisa dirasakan disaat cahayanya sudah setengah menjadi redup. Tuan Putri Purindah yang merasakan tak ada cahaya lagi yang menembus kedalam kedua matanya, akan membuka kedua matanya kembali secara perlahan. Dan disaat yang bersamaan, Pangeran Bheeshma langsung beranjak pergi meninggalkan ketika Tuan Putri Purindah benar akan membuka kedua matanya kembali secara perlahan.
Dan kini Tuan Putri Purindah punsudah membuka kedua matanya kembali dengan melihat lurus kedepan tanpa mencurigakan pemandangan dibawahnya. Alhasil, Pangeran bheeshma bisa dibilang bahwa ia telah berhasil merahasiakan kehadirannya dari sepengetahuan Tuan Putri Purindah.

BHARATAYUDHAserisatu

BHARATAYUDHAserisatu Part-29


            Sidang lanjutan kini pun telah diadakan kembali diruang persidangan Istana Wigura masih dengan formasi seperti pada hari kemarin. Sesudahnya melihat kesiapan dari semua orang yang ikut hadir juga terlibat dalam persidangan tahap kedua, Raja Wiranata memerintahkan kepada salah-satu prajuritnya untuk membunyikan sebuah lonceng sebagai pembuka jalannya persidangan tahap kedua. Dan setelahnya Raja Wiranata pun memulainya dengan mengajak berdialog kepada  Raja Kharisma.
“Raja kharishma! Apakah kau masih ingin menindak lanjuti sebuah tawaran peperangan yang sudah dilayangkan oleh kekerajaanmu itu?”. Tanya Raja Wiranata kepada Raja kharishma menatap sedikit dingin.
“Yang Mulia, seperti yang pernah dikatakan oleh Raja Gandaka dari Gapura, sebuah tawaran peperangan yang sempat dilayangkan oleh Kerajaanku merupakan suatu kesalahan yang tidak sengaja yang telah  dilakukan oleh anakku sendiri!”. Raja Kharishma menjawabnya dengan mengulang kepada Raja Wiranata.
“Dan sekarang, apakah kau akan memilih jalan perdamaiian mengalihkan sebuah tawaran peperangan itu yang mungkin pasti akan terjadi? Atau malah sebaliknya, kau masih ingin menghancurkan ketentraman kehidupan dari Putriku setelah persidangan ini?”. Raja Wiranata mengtakan dua buah pertanyaan yang mungkin membuat Raja Kharishma sedikit menjadi dilema.
Raja Kharishma hanya diam setelah mendengarnya dan sedikit mulai memikirkan tentang dua buah  pertanyaan tersebut. Begitupula Ratu Gandiki juga mulai merasakan hal yang sama melihat ke Raja Wiranata sedikit cemas namun tidak menunjukkannya. Sedangkan Pangeran Bheeshma melihat ke Pangeran Karanu disebelahnya menatap curiga. Sementara Pangeran Karanu melihat ke Raja Kharishma tampak begitu segan.
Dan kemudian Raja Wiranata memalingkan pandangannya dari Raja Kharishma mengarah kepada Pangeran Karanu.
“Raja Gandaka! Raja Kharishma! Perintahkan kedua pangeran dari kalian berdua untuk berdiri menghadapku dengan masih berada ditempatnya!”, perintah Raja wiranata melihat sedikit dingin kepada Pangeran Karanu. Ratu Gandiki yang mengerti akan perintah darinya, mencoba menatap kepada Raja Gandaka yang saat itu sedang melihat Pangeran Bheeshma. “Tuanku!”, kata bisikan Ratu Gandiki namun tidak ditanggapi oleh Raja Gandaka.  
Begitupun dengan Pangeran Karanu yang masih menatap segan kepada Raja Kharishma mencoba memanggilnya berbisik kecil, “A, Ayah!”, namun juga tidak ditanggapi olehnya, Raja Kharishma. Kemudian mereka berdua, Raja Gandaka dan Raja Kharishma bersama-sama menyuruh kedua pangeran dari mereka berdua untuk segera berdiri. Dan kedua pangeran dari mereka berdua pun berdiri menuruti menghadap ke Raja wiranata.
“Pangeran Bheeshma! Apakah yang terlintas didalam pikiranmu ketika aku memerintahkanmu untuk berdiri dengan menghadapku?”. Raja Wiranata bertanya kepada Pangeran Bheeshma masih duduk disinggasananya.
“Aku sempat merasa terkejut, Yang Mulia! Dan yang terlintas didalam pikiranku, apakah aku benar ikut terlibat dalam permasalahan ini?”. Jawab Pangeran Bheeshma polos sambil bertanya menatap segan kepada Raaja wiranata dengan memberi salam.
“Dan juga kau, Pangeran Karanu! Tentu yang terlintas didalam pikiranmu itu sangatlah berbeda dengan orang yang berada disebelahmu, bukan! Bukankah benar apa yang telah aku katakan terhadapmu, Pangeran Karanu!”. Raja Wiranata beralih bertanya kepada Pangeran Karanu bernadakan halus namun menusuk.
“Mohon ampun dariku, Yang Mulia! Aku tidak berniat untuk menyakiti! Dan semua hal yang telah terlanjur aku perbuat, adalah merupakan sebuah kesalahan dari kebodohanku sendiri!”. Pangeran Karanu meminta mohon ampunan sambil menjelaskan yang sebenarnya kepada Raja Wiranata, menatapnya sedikit segan.
Setelahnya mendengar sebuah jawaban dari Pangeran Karanu, Raja Wiranata menoleh kepada Raja Gandaka dan juga kepada Raja Kharishma dengan tatapan sedikit membingungkan namun sedikit sudah mendapati sebuah keputusan yang akan diambil.

BHARATAYUDHAserisatu

                Tak perlu menunggu lama, Raja Wiranata pun mengatakan sebuah keputusan yang akan diambilnya mengenai dua buah permasalahan yang belum juga dapat terselasaikan. “Ayahmu, telah menolak sebuah tawaran itu! Apakah kau masih ingin menindak lanjuti untuk menghancurkan ketentraman kehidupan dari seorang Tuan Putri Purindah?”. Raja Wiranata menjelaskan kembali juga bertanya mengarah kepada Pangeran karanu.
Pangeran Bheeshma yang juga mendengarnya mencoba melihat ke Pangeran Karanu disebelahnya masih menatap curiga, begitupula dengan Ratu Gandiki melihat ke Pangeran Bheeshma dengan mata sedikit berkaca-kaca masih memendam kecemasan.
“Sekali lagi Pangeran Karanu, jelaskan kepada semua yang ada disini mengapa kau memasuki daerah Kerajaanku tanpa menunjukkan jati dirimu yang sebenarnya!? Aku ingin kau menjelaskannya dengan disaksikan oleh semua orang didalam ruanag persidangan ini!”. Perintahnya sedikit keras masih mengarah ke Pangeran karanu.
“A, aku memang datang memasuki daerah Istanamu seperti seorang penyusup dengan menyamarkan jati diriku yang terlihat sebagai seorang prajurit dari Kerajaanku! Dan maksudku untuk datang lalu pergi keperkebunan milikmu, karna aku berpikir jika Tuan Putri Purindah akan ada disana dengan alasan ia akan menyiram tumbuhan yang ada didalamnya! Dan ternyata pemikiranku telah keliru, Yang Mulia!”. Pengakuannya masih dengan keseganan menatap Raja Wiranata.
Pangeran Bheeshma yang masih melihatnya, mengaku menjadi begitu terkejut karna pengakuan darinya yang masih mengarah ke Raja Wiranata. Kemudian Raja Wiranata mengalihkan pandangannya kepada Pangeran Bheeshma menatap sedikit curiga. Keheningan pun mulai terjadi mewarnai suasana didalam ruangan persidangan tersebut. Ratu Gandiki yang mulai merasakan keheningan itu, mencoba melihat ke Raja Gandaka disampingnya, akan berbisik cemas.
“Suamiku, apa yang akan terjadi pada selanjutnya?”, tanya dalam kecemasannya sedikit lebih dalam menatap diam kepada Raja Gandaka. Raja Gandaka pun langsung melihat, menoleh kepadanya dengan menggelengkan kepalanya yang sedikit menggambarkan bahwa ia sudah menyerahkan semuanya kepada Raja Wiranata. Sedangkan Raja Kharishma baru saja menundukkan kepalanya melihat kebawah mencoba merenungi.
Setelah beberapa saat keheningan itu terjadi, tiba-tiba saja dengan sengaja Raja Wiranata menepuk tangannya tiga kali masih mengarah ke Pangeran Bheeshma, pandangannya. Dan atas tepukan tangannya itupun membawa pandangan Pangeran Bheeshma kini menjadi beralih memandanginya dari Pangeran Karanu. Mengetahui itu, Raja Wiranata langsung berbicara kepada Pangeran Bheeshma.
“Pangeran Bheeshma! Adakah keluhan yang ingin kau sampaikan padaku?”. Raja Wiranata menanyai sedikit menyinggungnya.
“(mengangguk lalu berdiri memberi salam) Tidak hanya kepadamu, Yang Mulia! Tetapi juga kepada Pangeran Karanu!”. Pangeran Bheeshma mengutarakan keluhan yang ada dipikirannya.
“Kalau begitu maka utarakanlah segera! Sekarang juga kau harus bicarakan keluhanmu itu agar semua yang hadir disini ikut mendengar keluhanmu!”. Perintah Raja Wiranata dengan melihat-lihat kesemua orang didalam ruang persidangan.
“Keluhan dari pemikiranku adalah, Pangeran Karanu tidak semestinya melakukan suatu kesalahan yang demikian! Sebab Pangeran Karanu hampir saja menodai kehormatannya, juga dengan jati dirinya yang sebenarnya! Namun tak dapat kupungkiri, bahwa aku begitu setuju ketika dia mengakui kesalahan yang tidak sengaja dilakukannya adalah merupakan suatu kesalahan dari kebodohannya sendiri!”. Pangeran Bheeshma mengutarakannya penuh keyakinan menatap Raja Wiranata.
“Pangeran Bheeshma, kau tidak mengerti dengan posisiku!”. Pangeran Karanu menyambung dari sampingnya bernada kecil dengan menoleh, melihat kepadanya masih berdiri memberi salam kepada Raja Wiranata.
“Biar nanti saja aku perjelaskan selanjutnya!”. Pangeran Bheeshma menjawabnya dengan menoleh kepada Pangeran Karanu bernada kecil.
“Baiklah, temanku!”. Sambung Pangeran Karanu sedikit jengkel lalu beralih kembali melihat ke Raja Wiranata.
“Sudah seharusnya kau berkata seperti itu, Pangeran Kar!”. Sambung Pangeran Bheeshma sedikit tersenyum mengejek dan kembali melihat ke Raja Wiranata.
Ratu Gandiki menjadi tertawa kecil sesaat mellihat keduanya, Raja kharishma menghelakan nafasnya setelah melihat keduanya yang tadinya sempat berdebat kecil. Sedangkan Raja gandaka  dan Raja Wiranata saling berpandangan lalu mengangguk pelan bersama. Kemudian Raja Wiiranata mempersilahkan kedua Pangeran didepannya untuk duduk kembali dan juga mengatakan bahwa persidangan dijeda selama beberapa menit masih menempati didalam ruang persidangan Istana.
Dalam masa penjedahan, semua harus tetap berada didalam ruang persidangan Istana dan hanya diperbolehkan untuk makan dan minum yang kini sudah siap disuguhkan oleh para pelayan Istana yang sedang bertugas didalamnya. Tidak diperkenankan untuk beristirahat diluar ruang persidangan Istana.

BHARATAYUDHAserisatu

Semua didalam ruang persidangan mulai menerima suguhannya masing-masing yang telah diberikan para pelayan Istana yang bertugas didalamnya. kini giliran Pangeran Bheeshma yang akan menerima suguhannya, kemudian dilanjuti dengan Pangeran Karanu disebelahnya. Usainya menerima suguhannya, Pangeran Bheeshma duduk manis kembali juga tidak sengaja melihat Pangeran Karanu disebelahnya yang mendekatkan kursinya selangkah disampingnya.
Pangeran Bheeshma yang tidak sengaja mengetahui, ikut juga mendekatkan kursinya selangkah disamping Pangeran Karanu dengan bertanya-tanya. Kemudian mengarahkan pandangannya kebawah menikmati makanan yang telah disuguhkan kepadanya tadi. Sementara Pangeran Karanu yang juga melihatnya akan menagajaknya untuk berbicara sedikit.
“Lihat kearah wajahku, Pangeran Bheeshma! Aku telah menunggumu untuk mengatakan sesuatu yang sedang kau bicarakan tadi!”. Pangeran Karanu memecahkan konsentrasi Pangeran Bheeshma dengan perintahnya berbisik kecil, mengajak.
“(Menoleh ke Pangeran Karanu) Kau ingin aku mengatakan apa? Apa kau sudah yakin kalau bisikan kita berdua tidak terdengar oleh yang lain?”. Pangeran Bheeshma bertanya membalas perintah darinya, menatap sedikit ragu kepadanya.
“Sudah cukup bermain-mainnya, temanku! Sekarang juga aku pinta kau jelaskan apa maksud dari perkataanmu tadi yang mengenai diriku?”. Pangeran Karanu langsung menjawabnya dengan membahas pokok pembahasannya yang tadi
“Apa yang aku katakana tadi kepada dirimu, itu mmemang benar adanya!”. Jawabnya singkat begitu cuek kepada Pangeran Karanu.
“Tidak mungkin! Kau pasti juga pernah melakukan apa yang sudah terlanjur aku lakukan, bukan?”. Pangeran Karanu tak percaya, mencoba menerkanya.
“Itu memang tidak mungkin, temanku! Iya, tidak mungkin aku juga pernah melakukan apa yang sudah terlanjur kau lakukan! Temanku Pangeran Karanu, aku bukanlah pantulan dari dirimu!”. Pangeran Bheeshma menjelaskan dengan mengejek sambil tertawa kecil.
Melihatnya yang begitu, Pangeran Karanu langsung menarik telinga kanan Pangeran Bheeshma disambung dengan mengambil air mineral milik Pangeran Bheeshma kemudian melepaskannya. “Kini kau seperti telah menjadi pantulan dari seorang Putri dari Istana ini! Kau baru saja melakukan suatu kejahilan dengan satu perintah, maaf, didalam otakmu!”, Pangeran Bheeshma menegurnya sedikit kesal. Pangeran Karanu pun menertawainya sambil meminum air mineral yang telah diambilnya darinya.
Raja Kharishma yang tak sengaja melihat tingkah-laku keduanya, menjadi tertawa kecil masih menikmati hidangan yang telah disuguhkan kepadanya. Kemudian kedua Pangeran itu bersama-sama menempatkan kursinya kembali ketempatnya semula, setelah tadinya berdebat kembali. Sementara pada Raja Wiranata yang masih menikmati hidangannya, tiba-tiba saja menerima sebuah surat dari Kerajaan lain.
Isi dari surat yang telah diterimanya memerintahkannya untuk sesegera mungkin kembali pergi keKerajaan tersebut karna telah muncul sebuah masalah baru yang harus diselesaikan pada saat ini juga. Dan kini Raja Wiranata pun kembali terpaksa mengakhiri persidangan tahap keduanya untuk yang kedua kalinya.
“Perhatian semuanya! Persidangan tahap kedua harus kembali dihentikan! Dan mungkin akan dilanjuti pada hari esok!”. Raja Wiranata mengumumkannya sedikit lantang dengan melihat-lihat.
“Gerangan apakah yang membuatmu kembali menunda persidangan tahap kedua ini, temanku?”. Tanya Raja Gandaka sedikit terkejut melihatnya.
“Tiba-tiba saja aku mendapat sebuah surat kembali dari Kerajaan tetangga! Yang memintaku untuk membantunya dalam menyelesaikan permasalahannya!”. Penjelasan Raja Wiranata kepada Raja Gandaka sedikit mengeluh.
“Jika memang benar begitu, maka laksanakanlah Yang Mulia!”. Raja Kharishma menyambung mempersilahkan, menerima.
“Terimakasih, Raja Kharishma! Dengan secepat mungkin aku akan kembali melanjuti siding tahap kedua ini!”. Balas Raja Wiranata dengan ramah kepada Raja Kharishma.
Kemudian Raja Wiranata berdiri memberi salam penghormatan mengakhiri jalannya persidangan tahap kedua kepada semua yang ada didalam ruang persidangan tersebut. Melihatn Raja Wiranata yang memberi salam penghormatannya lebih dulu, semua yang masih didalam ruang persidangan pun membalasnya dengan memberi salam penghormatan secara bersama-sama disertai senyuman.


BHARATAYUDHAserisatu

Jumat, 13 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-28



Sidang lanjutan kini pun telah diadakan kembali diruang persidangan Istana Wigura masih dengan formasi seperti pada hari kemarin. Sesudahnya melihat kesiapan dari semua orang yang ikut hadir juga terlibat dalam persidangan tahap kedua, Raja Wiranata memerintahkan kepada salah-satu prajuritnya untuk membunyikan sebuah lonceng sebagai pembuka jalannya persidangan tahap kedua. Dan setelahnya Raja Wiranata pun memulainya dengan mengajak berdialog kepada  Raja Kharisma.
“Raja kharishma! Apakah kau masih ingin menindak lanjuti sebuah tawaran peperangan yang sudah dilayangkan oleh kekerajaanmu itu?”. Tanya Raja Wiranata kepada Raja kharishma menatap sedikit dingin.
“Yang Mulia, seperti yang pernah dikatakan oleh Raja Gandaka dari Gapura, sebuah tawaran peperangan yang sempat dilayangkan oleh Kerajaanku merupakan suatu kesalahan yang tidak sengaja yang telah  dilakukan oleh anakku sendiri!”. Raja Kharishma menjawabnya dengan mengulang kepada Raja Wiranata.
“Dan sekarang, apakah kau akan memilih jalan perdamaiian mengalihkan sebuah tawaran peperangan itu yang mungkin pasti akan terjadi? Atau malah sebaliknya, kau masih ingin menghancurkan ketentraman kehidupan dari Putriku setelah persidangan ini?”. Raja Wiranata mengtakan dua buah pertanyaan yang mungkin membuat Raja Kharishma sedikit menjadi dilema.
Raja Kharishma hanya diam setelah mendengarnya dan sedikit mulai memikirkan tentang dua buah  pertanyaan tersebut. Begitupula Ratu Gandiki juga mulai merasakan hal yang sama melihat ke Raja Wiranata sedikit cemas namun tidak menunjukkannya. Sedangkan Pangeran Bheeshma melihat ke Pangeran Karanu disebelahnya menatap curiga. Sementara Pangeran Karanu melihat ke Raja Kharishma tampak begitu segan.
Dan kemudian Raja Wiranata memalingkan pandangannya dari Raja Kharishma mengarah kepada Pangeran Karanu.
“Raja Gandaka! Raja Kharishma! Perintahkan kedua pangeran dari kalian berdua untuk berdiri menghadapku dengan masih berada ditempatnya!”, perintah Raja wiranata melihat sedikit dingin kepada Pangeran Karanu. Ratu Gandiki yang mengerti akan perintah darinya, mencoba menatap kepada Raja Gandaka yang saat itu sedang melihat Pangeran Bheeshma. “Tuanku!”, kata bisikan Ratu Gandiki namun tidak ditanggapi oleh Raja Gandaka.  
Begitupun dengan Pangeran Karanu yang masih menatap segan kepada Raja Kharishma mencoba memanggilnya berbisik kecil, “A, Ayah!”, namun juga tidak ditanggapi olehnya, Raja Kharishma. Kemudian mereka berdua, Raja Gandaka dan Raja Kharishma bersama-sama menyuruh kedua pangeran dari mereka berdua untuk segera berdiri. Dan kedua pangeran dari mereka berdua pun berdiri menuruti menghadap ke Raja wiranata.
“Pangeran Bheeshma! Apakah yang terlintas didalam pikiranmu ketika aku memerintahkanmu untuk berdiri dengan menghadapku?”. Raja Wiranata bertanya kepada Pangeran Bheeshma masih duduk disinggasananya.
“Aku sempat merasa terkejut, Yang Mulia! Dan yang terlintas didalam pikiranku, apakah aku benar ikut terlibat dalam permasalahan ini?”. Jawab Pangeran Bheeshma polos sambil bertanya menatap segan kepada Raaja wiranata dengan memberi salam.
“Dan juga kau, Pangeran Karanu! Tentu yang terlintas didalam pikiranmu itu sangatlah berbeda dengan orang yang berada disebelahmu, bukan! Bukankah benar apa yang telah aku katakan terhadapmu, Pangeran Karanu!”. Raja Wiranata beralih bertanya kepada Pangeran Karanu bernadakan halus namun menusuk.
“Mohon ampun dariku, Yang Mulia! Aku tidak berniat untuk menyakiti! Dan semua hal yang telah terlanjur aku perbuat, adalah merupakan sebuah kesalahan dari kebodohanku sendiri!”. Pangeran Karanu meminta mohon ampunan sambil menjelaskan yang sebenarnya kepada Raja Wiranata, menatapnya sedikit segan.
Setelahnya mendengar sebuah jawaban dari Pangeran Karanu, Raja Wiranata menoleh kepada Raja Gandaka dan juga kepada Raja Kharishma dengan tatapan sedikit membingungkan namun sedikit sudah mendapati sebuah keputusan yang akan diambil.

BHARATAYUDHAserisatu

                Tak perlu menunggu lama, Raja Wiranata pun mengatakan sebuah keputusan yang akan diambilnya mengenai dua buah permasalahan yang belum juga dapat terselasaikan. “Ayahmu, telah menolak sebuah tawaran itu! Apakah kau masih ingin menindak lanjuti untuk menghancurkan ketentraman kehidupan dari seorang Tuan Putri Purindah?”. Raja Wiranata menjelaskan kembali juga bertanya mengarah kepada Pangeran karanu.
Pangeran Bheeshma yang juga mendengarnya mencoba melihat ke Pangeran Karanu disebelahnya masih menatap curiga, begitupula dengan Ratu Gandiki melihat ke Pangeran Bheeshma dengan mata sedikit berkaca-kaca masih memendam kecemasan.
“Sekali lagi Pangeran Karanu, jelaskan kepada semua yang ada disini mengapa kau memasuki daerah Kerajaanku tanpa menunjukkan jati dirimu yang sebenarnya!? Aku ingin kau menjelaskannya dengan disaksikan oleh semua orang didalam ruanag persidangan ini!”. Perintahnya sedikit keras masih mengarah ke Pangeran karanu.
“A, aku memang datang memasuki daerah Istanamu seperti seorang penyusup dengan menyamarkan jati diriku yang terlihat sebagai seorang prajurit dari Kerajaanku! Dan maksudku untuk datang lalu pergi keperkebunan milikmu, karna aku berpikir jika Tuan Putri Purindah akan ada disana dengan alasan ia akan menyiram tumbuhan yang ada didalamnya! Dan ternyata pemikiranku telah keliru, Yang Mulia!”. Pengakuannya masih dengan keseganan menatap Raja Wiranata.
Pangeran Bheeshma yang masih melihatnya, mengaku menjadi begitu terkejut karna pengakuan darinya yang masih mengarah ke Raja Wiranata. Kemudian Raja Wiranata mengalihkan pandangannya kepada Pangeran Bheeshma menatap sedikit curiga. Keheningan pun mulai terjadi mewarnai suasana didalam ruangan persidangan tersebut. Ratu Gandiki yang mulai merasakan keheningan itu, mencoba melihat ke Raja Gandaka disampingnya, akan berbisik cemas.
“Suamiku, apa yang akan terjadi pada selanjutnya?”, tanya dalam kecemasannya sedikit lebih dalam menatap diam kepada Raja Gandaka. Raja Gandaka pun langsung melihat, menoleh kepadanya dengan menggelengkan kepalanya yang sedikit menggambarkan bahwa ia sudah menyerahkan semuanya kepada Raja Wiranata. Sedangkan Raja Kharishma baru saja menundukkan kepalanya melihat kebawah mencoba merenungi.
Setelah beberapa saat keheningan itu terjadi, tiba-tiba saja dengan sengaja Raja Wiranata menepuk tangannya tiga kali masih mengarah ke Pangeran Bheeshma, pandangannya. Dan atas tepukan tangannya itupun membawa pandangan Pangeran Bheeshma kini menjadi beralih memandanginya dari Pangeran Karanu. Mengetahui itu, Raja Wiranata langsung berbicara kepada Pangeran Bheeshma.
“Pangeran Bheeshma! Adakah keluhan yang ingin kau sampaikan padaku?”. Raja Wiranata menanyai sedikit menyinggungnya.
“(mengangguk lalu berdiri memberi salam) Tidak hanya kepadamu, Yang Mulia! Tetapi juga kepada Pangeran Karanu!”. Pangeran Bheeshma mengutarakan keluhan yang ada dipikirannya.
“Kalau begitu maka utarakanlah segera! Sekarang juga kau harus bicarakan keluhanmu itu agar semua yang hadir disini ikut mendengar keluhanmu!”. Perintah Raja Wiranata dengan melihat-lihat kesemua orang didalam ruang persidangan.
“Keluhan dari pemikiranku adalah, Pangeran Karanu tidak semestinya melakukan suatu kesalahan yang demikian! Sebab Pangeran Karanu hampir saja menodai kehormatannya, juga dengan jati dirinya yang sebenarnya! Namun tak dapat kupungkiri, bahwa aku begitu setuju ketika dia mengakui kesalahan yang tidak sengaja dilakukannya adalah merupakan suatu kesalahan dari kebodohannya sendiri!”. Pangeran Bheeshma mengutarakannya penuh keyakinan menatap Raja Wiranata.
“Pangeran Bheeshma, kau tidak mengerti dengan posisiku!”. Pangeran Karanu menyambung dari sampingnya bernada kecil dengan menoleh, melihat kepadanya masih berdiri memberi salam kepada Raja Wiranata.
“Biar nanti saja aku perjelaskan selanjutnya!”. Pangeran Bheeshma menjawabnya dengan menoleh kepada Pangeran Karanu bernada kecil.
“Baiklah, temanku!”. Sambung Pangeran Karanu sedikit jengkel lalu beralih kembali melihat ke Raja Wiranata.
“Sudah seharusnya kau berkata seperti itu, Pangeran Kar!”. Sambung Pangeran Bheeshma sedikit tersenyum mengejek dan kembali melihat ke Raja Wiranata.
Ratu Gandiki menjadi tertawa kecil sesaat mellihat keduanya, Raja kharishma menghelakan nafasnya setelah melihat keduanya yang tadinya sempat berdebat kecil. Sedangkan Raja gandaka  dan Raja Wiranata saling berpandangan lalu mengangguk pelan bersama. Kemudian Raja Wiiranata mempersilahkan kedua Pangeran didepannya untuk duduk kembali dan juga mengatakan bahwa persidangan dijeda selama beberapa menit masih menempati didalam ruang persidangan Istana.
Dalam masa penjedahan, semua harus tetap berada didalam ruang persidangan Istana dan hanya diperbolehkan untuk makan dan minum yang kini sudah siap disuguhkan oleh para pelayan Istana yang sedang bertugas didalamnya. Tidak diperkenankan untuk beristirahat diluar ruang persidangan Istana.

BHARATAYUDHAserisatu

BHARATAYUDHAserisatu Part-27


            Pada malam harinya, bulan sabit telah tampak menghiasi keheningan malam tanpa berbintang. Begitupula dengan Tuan Putri Purindah yang berdiri kembali didepan patung Dewa Shiwa, dikuil Dewa Shiwa didalam Istananya ia menatap penuh kegundahan diwajahnya. “Kemarin, aku memang merindukan wajahnya! Dan siang tadi, aku telah melihat wajahnya kembali!”, ia mengatakan rasa gembiranya sedikit gundah mengingat peristiwa siang tadi saat Pangeran Bheeshma kembali menemui.
“Dewa, aku ingin melihat wajahnya seperti disaat aku menutup mataku pada malam kemarin dihadapanmu!”, keluhannya ketika mengingat jika wajah Pangeran Bheeshma tergambar menggembirakan dimimpinya malam kemarin saat ketika tertidur didepan patung Dewa Shiwa. Usainya menyampaikan keluhannya, Tuan Putri Purindah pun memalingkan tatapannya keatas melihat bulan sabit yang sedikit terturtupi arakan awan putih.
Setelah beberapa saat melihat bulan sabit diatasnya, Tuan Putri Purindah kembali melihat ke patung Dewa Shiwa lalu melepaskan tangannya yang memberi salam kebawah dan berkata. “Aku tidak boleh tertidur disini lagi! Aku tidak mau dia beranggapan jika aku telah mengkhayalkan dirinya disini! Meskipun sesungguhnya memang benar begitu adanya!”, katanya sedikit histerias menatap sedikit cemas meyakinkan kepada patung Dewa Shiwa didepannya.
Dan kemudian berlari meninggalkan usainya berkata. Ketika akan melewati tempat pelatihan diIstananya, tiba-tiba saja terhenti sebab hampir saja ia menabrak seseorang didepannya dengan mata melihat kebawah. “Aaach…..ssssttt……hampir saja!”, katanya mendesah lalu melihat keatas mencoba melihat  wajah dari orang yang hampir ditabraknya tadi. Baru setengah ia mencoba melihatnya, orang tersebut langsung berbicara dengan menasehatinya.
“Ini sudah kedua kalinya, Putri! Semestinya kau harus memeriksakan langkah kakimu kepada seorang tabib!”. Tuan Putri Purindah pun menjadi terdiam tak bersuara ketika sudah mengetahuinya. Dan lagi seseorang itu adalah merupakan sosok Pangeran Bheeshma. kemudian memalingkan wajahnya dari Pangeran Bheeshma berlari meninggalkan. Sedangkan Pangeran Bheeshma hanya menghelakan nafasnya beranjak pergi dengan cueknya meninggalkan secara berlawanan arah.
Esok paginya, Pangeran bheeshma berada ditempat pelatihan Istana, ia sedang memeriksa busur beserta anak panah didepannya. Tiba-tiba ditemuinya seseorang telah melepaskan anak panahnya tepat ketitik pusaran didepannya dari arah belakangnya. Dengan rasa takjub ia pun mencoba melihat kebelakang untuk mengetahui. Tanpa disangka olehnya, orang yang melepaskan anak panah tersebut adalah Pangeran Karanu.
Pangeran Bheeshma menjadi tertawa seketika dan mereka kini telah bergabung bersama mendiami tempat pelatihan itu dengan berdiri berdampingan dengan saling melihat satu sama lain.
“selamat pagi temanku!”. Sapa Pangeran karanu memulai.
“Selamat pagi juga temanku! Ada apa kau bergabung denganku dipagi ini?”. Balas Pangeran Bheeshma menggodanya, menatap tenang.
“Aku bergabung denganmu, sebab aku sudah mengetahui jika kau senang sekali bermain bersama ketiga orang Tuan Putri!”. Balas Pangeran Karanu menggodanya balik lalu menunjukkannya ketiga orang Tuan Putri yang telah dimaksudnya tadi kepada Pangeran Bheeshma. Disambung dengan tertawa kecil.
Pangeran Bheeshma pun mengikuti arahan tunjukkannya, dan secara spontan ia merasa terkejut seakan tak percaya. Bagaimana tidak, ketiga orang Tuan Putri yang dimaksudkan oleh Pangeran karanu adalah merupakan ketiga saudaranya. “Temanku, mereka bertiga yang kau maksud adalah ketiga saudaraku! Dari kapan mereka telah berada disini?!”, katanya sesaat menyadari melihat ke Pangeran Karanu.
Namun Pangeran Karanu hanya membalasnya masih dengan tertawa kecil melihat kepadanya sambil mengejek halus.

BHARATAYUDHAserisatu


Sementara itu, ditempat lain ketiga saudara dari Pangeran kini berada ditaman belakang Istana Wigura dan sedikit mengusik Tuan Putri Purindah yang sedang merapikan bunga-bunga didepan dirinya. Karna mereka bertiga berada disebelah kanan Tuan Putri Purindah dengan duduk bersama dilesehan taman tersebut.
“Putri, selamatkan kami!”. Tuan Putri Nanda berkata meminta tolong, mengejutkan Tuan Putri Purindah.
“Hah, kau ini! Panggil dia dengan sebutan “Tuan Putri”! karna dia tidak sedarah dengan kita!”. Tuan Putri Nandara menyambungnya sedikit menghakimi Tuan Putri Nanda.
“Sudahlah tidak apa-apa! Siapa yang berani membuat kalian cemas seperti ini?”. Tuan Putri Purindah mulai berbicara dengan melihat ketiganya.
Lalu mereka menjawab pertanyaannya dengan serentak, “Orang yang mungkin mencintaimu, Tuan Putri!”. Kemudian mereka menutup mulut mereka masing-masing dengan kedua telapak tangannya menatap terkejut bersama kepada Tuan Putri Purindah setelah tersadar sudah terlanjur mengatakaan itu secara serentak. Tuan Putri Purindah pun melihat mereka bertiga satu-persatu mencoba mengamati kejujuran apa yang telah mereka katakana yang secara serentak tadi.
“Itu tidak mungkin! Pangeran Bheeshma tidak sama dengan yang kalian katakan!”. Katanya menolak sedikit tak percaya masih melihat ketiganya.
“Dia memang tidak sama dengan yang kami katakan secara serentak tadi! Tetapi kedua matanya yang telah berbicara!”. Tuan Putri Nadira mencoba menjelaskannya dengan melepaskan tangannya dari menutup mulutnya. Disusul dengan kedua saudaranya.
“saudaraku itu, memang sangat pintar menyimpan rahasia tersebut! Tetapi kami bertiga tetap saja bisa mengetahuinya dari tatapan kedua matanya saat berbicara tentang kau, Tuan Putri!”. Tuan Putri Nadira mencoba lebih menjelaskan kepada Tuan Putri Purindah.
“Percayalah kepada kami! Kau akan mengetahui apa yang diakatakan kami tadi memang benar!”. Tuan Putri Nandara mencoba meyakinkan.
“dan kau akan mengetahui itu saat dia menciumi keningmu! Sebab dia pernah berkata, jika dia akan menunjukkakn rasa cintanya kepada wanita yang dikasihinya dengan menciumi kening wanita tersebut! Tapi sebelumnya, sembunyikan keberadaan kami segera Tuan Putri!”. Tuan Putri Nandara membongkar dengan mencoba tuk mengakhiri, memohon.
Tuan Putri Purindah pun mengerti dan menunjukkan tempat persembunyian untuk mereka bertiga. Tuan Putri Purindah menyuruh mereka untuk bersembunyi dibalik tumbuhan rumput yang tingginya kurang lebih tiga meter. Mereka bertiga pun langsung menuju juga bersembunyi dibalik rumput setinggi tiga meter tersebut.

BHARATAYUDHAserisatu

Disana, Pangeran Bheeshma mencoba mencari ketiga adiknya yang entah hilang kemana demi mendapatkan suatu alasan mengapa ketiga saudaranya datang menyusulnya keIstana Wigura dan juga diwaktu kapan mereka telah berada diistana Wigura yang dianggapnya telah menyusulnya tadi. kesana-kemari belum juga ditemuinya hingga akhirnya menuju kesebuah taman belakang Istana mengikuti kata hatinya. Sesampainya disana, dirinya pun melihat-lihat disekitar taman tersebut, masih mencari.
Namun yang kini dilihatnya hanyalah Tuan Putri Purindah yang berdiri sedang memetik bunga membelakanginya. Lalu ditemuinya sehelai bulu meraknya terbang dan terjatuh didekat kaki Tuan Putri Purindah. Kemudian berlari kecil berniat akan mengambil sehelai bulu merak tersebut sebelum kaki dari Tuan Putri Purindah akan menginjakinya dan lupa dengan tujuannya tadi. Pangeran Bheeshma begitu diam ketika membungkukkan tubuhnya sesaat akan mengambil sehelai bulu merak miliknya tersebut.
Sedangkan Tuan Putri Purindah yang belum mengetahui, membalikkan tubuhnya kepada Pangeran Bheeshma dengan kedua matanya masih tertuju pada bunga yang telah dipetiknya. Tiba-tiba secara tidak sengaja, mereka berdua menjadi menabrakan diri mereka dengan tidak sengaja karna pandangan mereka berdua sama-sama tertuju pada benda yang dipegangnya. Mereka berdua pun menjadi sama-sama terkejut lalu saling memandangi.
“Pangeran, kali ini kau yang telah menabrakku!”. Tuan Putri Purindah mencoba sedikit menyalahkan.
“Tetapi kau juga yang telah menabrakku, Putri!”. Pangeran bheeshma mencoba menyalahkannya balik.
“Tidak! Kau harus mengalah dengan anak perempuan! Karna anak perempuan menjadi yang utama!”. Perintahnya membenarkan menatap sedikit mengejek.
“Baiklah! Kali ini aku yang mengalah! Anak perempuan memang menjadi yang utama! Tetapi jika anak perempuan mempunyai teman baru, tentu teman lamanya akan dilupakan begitu saja! Maksudku dinomor duakan! Bukankah begitu, Putri!”. Pangeran Bheeshma mengalah menyindir halus, mendekatkan wajahnya sedikit kewajah Tuan Putri Purindah.
Tuan Putri Purindah yang melihat tingkahnya hanya menggerakan kedua bola matanya kekanan-kekiri melihat kedua bola mata dari Pangeran Bheeshma sambil mengeratkan pegangannya kepada bunga yang telah dipetiknya tadi. Kemudian terhenti saat Pangeran bheeshma melihat ketiga saudaranya berlari menjauhinya. Dan ia pun kini menjadi setengah berbalik melihat ketiga saudaranya itu.
“Pa, Pangeran Bheeshmaku!”, Tuan Putri Purindah memanggilnya gugup. Pangeran Bheeshma menoleh, melihat kepadanya.
“Pangeran Bheeshmaku! Kalau kuingat-ingat, mungkin sudah kedua kalinya aku mendengar panggilan itu!”. Pangeran Bheeshma memberikan sebuah komentar cueknya.
“Bukan hanya dua kali, tetapi sudah berkali-berkali, Pangeran! Hanya saja panggilan itu selalu ada dibelakangmu! Dari perkataanmu yang kudengar tadi, sepertinya kau telah menyimpan rasa cemburumu terhadap Pangeran Karanu!”. Tuan Putri Purindah menjelaskan, mencoba membongkar tuk mengetahui menatap tenang kepada Pangeran Bheeshma.
“Saat kau bersamanya, yang aku rasa hanya kecewa! Karna saat kau masih bersamanya, tidak sekalipun kau menoleh kepadaku! Tidak hanya itu, kau juga seaka-akan telah mengasingkanku! Dan kau juga telah  menganggap jika Pangeran karanu benar ada bersamamu, nyata didepan matamu!”. Katanya memberitahukan halus menatap sedikit haru.
“Dari cara bicaramu, kau telah sedikit peduli dengan kehadiranku! Kau tidak suka bila mengrtahui kehadiranku disertai dengan orang lain! Kecuali dengan dirimu saja, Pangeran Bheeshma!”. Tuan Putri Purindah mencoba menyadarkannya dengan tatapan sedikit mengharukan.
 Pangeran Bheeshma memberinya senyuman dengan mata yang berbicara bahagia menerima apa yang telah dikatakannya. Kemudian merekatkan kembali bulu meraknya dikepala kanannya disebuah ikat kepala yang ada dikepalanya masih menatap Tuan Putri Purindah. Sedangkan Tuan Putri Purindah baru mengalihkan tatapannya kepada bulu merak yang telah direkatkannya. Pangeran Bheeshma pun ikut menyusul melihat bulu merak dikepala kanannya yang sedang bergoyang.
Kemudian mereka sama-sama menurunkan kedua bola mata mereka dengan saling bertatapan lurus kedepan menatap satu sama lain. “Aku harus kembali menghadiri persidangan lanjutan kemarin! Setelah ini kau tidak perlu diam membisu lagi, Putri! Bermainlah lagi bersama dayang-dayangmu!”, katanya memberi semangat dengan berpamitan mengakhiri. Usainya mengatakan, Pangeran Bheeshma langsung berbalik beranjak pergi meninggalkan.
Sementara Tuan Putri Purindah masih melihatnya diam lalu menundukkan kepalanya merenungi yang telah didengarnya tadi dari Pangeran Bheeshma.

BHARATAYUDHAserisatu