Tuan Putri Nadira, Tuan Putri Nandara, dan juga Tuan Putri Nanda sedang berjalan-jalan mengelilingi seluruh tempat didalam diistana Gapura. Mereka bertiga terlihat begitu ceria, dan juga tertawa lepas karna tidak mengetahui sebuah permasalahan dimana Raja Gandaka ikut terlibat didalamnya. Kemudian mereka bertiga menjadi berhenti saat ketika Raja Gandaka berjalan melewati mereka bertiga dari samping kanannya.
“Paman!”,
teriakan mereka bertiga sambil berlari mendekati Raja Gandaka, menghentikannya.
Raja Gandaka pun menjadi berhenti dengan melihat mereka bertiga yang kini telah
berada disamping kiriny . “Salam Paman!”, mereka bertiga bersapa serentak
kembali memberi salam kepada Raja Gandaka
“Terbekatilah kalian bertig! Dan dimanakah kedua Ayah
dari kalian bertiga?”. Raja Gandaka menerima salam dari mereka bertiga sambil
menanyakan keberadaan Ayah dari mereka bertiga.
“Paman, kami bertiga menghampiri
Paman karna kami ingin meminta izin
kepada Paman!”. Tuan Putri Nandara membongkar maksudnya, mewakili kedua saudaranya.
“Karna Ibu Ratu
yang menyuruh kami untuk meminta izin darimu, setelah kami sudah mendapatkan
izin darinya!”. Tuan Putri Nanda menyambung membongkar maksudnya.
“Menginginkan
sebuah izin dariku dalam hal apa, ketiga keponakanku?”. Raja Gandaka bertanya
merasa sedikit bingung melihat ketiganya.
“Begini Paman,
kami semua ingin bermain ditaman perba….?”. Tuan Putri Nandara akan menjelaskan
dengan yakin. Raja Gandaka langsung menghentikannya dengan memotongnya.
“Paman tidak
mengizinkan kalian bertiga untuk bermain kesana selama beberapa hari kedepan,
termasuk pada saat ini! Dan sekarang kalian bertiga pergilah mencari keberadaan
kedua Ayah kalian untuk menemui Paman segera diruang sidang Istana!”. Raja
Gandaka melarang keras dan memerintahkan sangat tegas lalu pergi meninggalkan.
Mereka bertiga
pun menjadi terdiam tak bisa membalas perkataanntya, kemudian bersama berbalik
arah mencari keberadaan kedua Ayah dari mereka bertiga.
Selang beberapa waktu kemudian . . . .
Selang beberapa
waktu mencari keberadaan kedua Ayahnya, mereka bertiga pun kini telah menemuinya
didepan pintu gerbang Istana. Mereka bertiga menghentikan dengan menghalangi
kedua Ayahnya dari arah depan Ayahnya, menatap biasa.
“Ayah, kami telah
diperintahkah oleh Yang Mulia Paman, kalau Ayah harus segera menemuinya diruang
persidangan istana!”. Tuan Putri Nandara memberitahukan.
“Begitupun dengan
Ayah Raika!”. Tuan Putri Nanda menyambung memberitahukan.
“Tapi sebelumnya
Ayah, bolehkah kami mendapat izin darimu untuk bermain ditaman perbatasan
kembali! Karna kami telah gagal mendapatkan izin dari Yang Mulia Paman!”. Tuan
Putri Nadira mencoba meminta izin kembali kepada kedua Ayahnya.
Kedua Ayahnya,
Ayah Punka dan Ayah Raika menggelengkan kepalanya kepada mereka bertiga.
Kemudian berkata, “Larangan dari Yang Mulia Paman tidak dapat diganggugugat,
Anakku sekalian!”, mereka berdua berkata dengan serentak ikut melarangnya juga.
Dan sesudahhnya mengatakan itu kedua Ayahnya pun pergi meninggalkan mereka
bertiga.
BHARATAYUDHAserisatu
Pangeran Punka
dan Pangeran Raika kini telah sampai keruangan persidangan Istana menemui Raja
Gandaka yang telah menunggunya tadi. Dengan keberadaan Raja Gandaka berdiri
dianak tangga ketiga dari singgasanannya menghadap ke mereka berdua,
menganggukan kepalanya pelan ketika mengetahui kedua saudaranya telah datanng
menemuinya, menyambutnya. Disusul dengan Ratu Gandiki yang kini juga berjalan
berdiam dianak tangga kedua disamping kiri belakang Raja Gandaka.
Pangeran Punka
dan Pangeran Raika telah berdiam didepan mereka secara berhadapan berjarak lima
belas langkah dari Raja Gandaka. Dan mereka semua kini mulai membincangkan
sesuatu dengan saling melihat satu dengan yang lain.
“Seperti yang
pernah kalian ketahui. Bahwa isu peperangan yang akan terjadi antara Kerajaan
Wigura dan Kerajaan Karita, sudah menjadi buah bibir dimana-mana! Maka dari itu
aku mengajak kalian berdua untuk menemuiku disini hanya ingin mendengarkan
pendapat dari kalian berdua. Bagaimanakah mencari jalan keluar menyelesaikan
permasalahan ini tanpa adanya sebuah peperangan!”. Raja Gandaka memulai
perbincangan dengan melihat kedua saudaranya.
“Sebelumnya aku
meminta maaf, saudaraku! Kesimpulan yang aku dapatkan dari mempelajari masalah
ini, peperangan tidak akan dapat dielakkan!”. Pengeran Punka memberikan
sarannya.
“Benar yang
dikatakan Pangeran Punka, saudaraku! Kerajaan Wigura dan Kerajaan Karita
sama-sama memiliki seorang Raja yang sangat keras. Dan bila salah satu dari
keduanya ada yang mengalah, maka yang masih mengingat pun tidak akan merasa
puas. Contohnya apa yang telah dilakukan oleh Raja Wiranata dari Kerajaan
Wigura. Respon mengalahnya sama sekali tidak ditanggapi oleh Raja Kharishma
dari Kerajaan Karita!”. Pangeran Raika mencoba menjelaskan lebih rinci.
Raja Gandaka yang
sudah mendengarkan dan juga menyimak sebuah pendapat dari kedua saudaranya itu,
menundukkan kepalanya menjadi hening sejenak. Begitupula dengan Ratu Gandiki
dan kedua saudaranya memandanginya dalam hening. Setelah keheningan terjadi
selama beberapa saat, Raja Gandaka pun mengangkat kepalanya dengan
menegakkannya kembali akan melanjutkan perbincangannya melihat kepada kedua
saudaranya.
“Setelah aku
mengheningkan sebuah pendapat yang telah aku dapatkan dari kalian berdua, bisa
saja peperangan yang tak dapat dielakkan itu benar akan terjadi! Akan tetapi,
ada satu masalah lagi yang harus kita diskusikan kembali kepada Raja Wiranata
secara langsung. Dan kuharap kalian berdua dapat ikut serta dalam mendiskusikan
satu masalah tersebut!”. Raja Gandaka memberitahukan masalah yang kedua kepada
kedua saudaranya itu.
“Sebuah Masalah
apakah itu, Tuanku?”. Ratu Gandiki bertanya, sedikit terkejut.
“Ratuku, masalah
selanjutnya adalah yang menyangkut dengan ketentraman Putri kandung dari Raja
Wiranata! Pernah suatu hari beberapa waktu yang lalu, Raja Wiranata pernah
menolak sebuah tawaran perjodohan yang sempat dilayangkan oleh Kerajaan
Karita!”. Raja Gandaka menjelaskannya secara terbuka dengan melihat Ratu
Gandiki disampingnya.
“Tapi Tuanku,
kemarin kau tidak memberitahuku tentang masalah yang kedua ini!”. Balasnya tegas
mengingatkan menatap tajam Raja Gandaka.
“Kau tidak perlu
terkejut seperti itu, Ratuku! Karena aku mengetahui masalah yang kedua ini
setelah aku menemuimu kemarin!”. Kata jujur Raja Gandaka yang sedikit lupa
masih menatap Ratu Gandiki.
Kemudian Ratu
Gandiki memalingkan pandangannya kearah samping kanannya sambil mendesahkan
nafasnya. Sementara kedua saudaranya itu masih dalam keheningan melihat Raja
Gandaka. Dan kemudian Raja Gandaka kembali berbicara meluruskan perdebatannya.
“Mengenai kesimpulan yang aku inginkan dari permasalahan yang kedua ini, aku
telah memutuskan agar kalian berdua untuk ikut bersamaku membujuk Raja Wiranata
agar segera menikahkan Putrinya!”.
Ratu Gandiki yang
tak sengaja mendengarnya terkejut seketika seakan-akan dirinya ingin berteriak
mengatakan, “Tidak!”. Namun ia hanya bisa menahan rasa keterkejutannya dengan
nafasnya yang sedikit terengah-engah. Sedangkan Pangeran Raika mencoba menolah
kearah belakangnya berharap Pangeran Bheeshma tidak menyaksikannya dengan wajah
yang begitu cemas.
BHARATAYUDHAserisatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar