Rabu, 11 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-21


                Tuan Putri Nadira, Tuan Putri Nandara, dan juga Tuan Putri Nanda sedang berjalan-jalan mengelilingi seluruh tempat didalam diistana Gapura. Mereka bertiga terlihat begitu ceria, dan juga tertawa lepas karna tidak mengetahui sebuah permasalahan dimana Raja Gandaka ikut terlibat didalamnya. Kemudian mereka bertiga menjadi berhenti saat ketika Raja Gandaka berjalan melewati mereka bertiga dari samping kanannya.
                “Paman!”, teriakan mereka bertiga sambil berlari mendekati Raja Gandaka, menghentikannya. Raja Gandaka pun menjadi berhenti dengan melihat mereka bertiga yang kini telah berada disamping kiriny . “Salam Paman!”, mereka bertiga bersapa serentak kembali memberi salam kepada Raja Gandaka
“Terbekatilah kalian bertig! Dan dimanakah kedua Ayah dari kalian bertiga?”. Raja Gandaka menerima salam dari mereka bertiga sambil menanyakan keberadaan Ayah dari mereka bertiga.
                “Paman, kami bertiga menghampiri Paman karna kami  ingin meminta izin kepada Paman!”. Tuan Putri Nandara membongkar maksudnya, mewakili kedua saudaranya.
                “Karna Ibu Ratu yang menyuruh kami untuk meminta izin darimu, setelah kami sudah mendapatkan izin darinya!”. Tuan Putri Nanda menyambung membongkar maksudnya.
                “Menginginkan sebuah izin dariku dalam hal apa, ketiga keponakanku?”. Raja Gandaka bertanya merasa sedikit bingung melihat ketiganya.
                “Begini Paman, kami semua ingin bermain ditaman perba….?”. Tuan Putri Nandara akan menjelaskan dengan yakin. Raja Gandaka langsung menghentikannya dengan memotongnya.
                “Paman tidak mengizinkan kalian bertiga untuk bermain kesana selama beberapa hari kedepan, termasuk pada saat ini! Dan sekarang kalian bertiga pergilah mencari keberadaan kedua Ayah kalian untuk menemui Paman segera diruang sidang Istana!”. Raja Gandaka melarang keras dan memerintahkan sangat tegas lalu pergi meninggalkan.
                Mereka bertiga pun menjadi terdiam tak bisa membalas perkataanntya, kemudian bersama berbalik arah mencari keberadaan kedua Ayah dari mereka bertiga.

Selang beberapa waktu kemudian . . . .

                Selang beberapa waktu mencari keberadaan kedua Ayahnya, mereka bertiga pun kini telah menemuinya didepan pintu gerbang Istana. Mereka bertiga menghentikan dengan menghalangi kedua Ayahnya dari arah depan Ayahnya, menatap biasa.
                “Ayah, kami telah diperintahkah oleh Yang Mulia Paman, kalau Ayah harus segera menemuinya diruang persidangan istana!”. Tuan Putri Nandara memberitahukan.
                “Begitupun dengan Ayah Raika!”. Tuan Putri Nanda menyambung memberitahukan.
                “Tapi sebelumnya Ayah, bolehkah kami mendapat izin darimu untuk bermain ditaman perbatasan kembali! Karna kami telah gagal mendapatkan izin dari Yang Mulia Paman!”. Tuan Putri Nadira mencoba meminta izin kembali kepada kedua Ayahnya.
                Kedua Ayahnya, Ayah Punka dan Ayah Raika menggelengkan kepalanya kepada mereka bertiga. Kemudian berkata, “Larangan dari Yang Mulia Paman tidak dapat diganggugugat, Anakku sekalian!”, mereka berdua berkata dengan serentak ikut melarangnya juga. Dan sesudahhnya mengatakan itu kedua Ayahnya pun pergi meninggalkan mereka bertiga.

BHARATAYUDHAserisatu

                Pangeran Punka dan Pangeran Raika kini telah sampai keruangan persidangan Istana menemui Raja Gandaka yang telah menunggunya tadi. Dengan keberadaan Raja Gandaka berdiri dianak tangga ketiga dari singgasanannya menghadap ke mereka berdua, menganggukan kepalanya pelan ketika mengetahui kedua saudaranya telah datanng menemuinya, menyambutnya. Disusul dengan Ratu Gandiki yang kini juga berjalan berdiam dianak tangga kedua disamping kiri belakang Raja Gandaka.
                Pangeran Punka dan Pangeran Raika telah berdiam didepan mereka secara berhadapan berjarak lima belas langkah dari Raja Gandaka. Dan mereka semua kini mulai membincangkan sesuatu dengan saling melihat satu dengan yang lain.
                “Seperti yang pernah kalian ketahui. Bahwa isu peperangan yang akan terjadi antara Kerajaan Wigura dan Kerajaan Karita, sudah menjadi buah bibir dimana-mana! Maka dari itu aku mengajak kalian berdua untuk menemuiku disini hanya ingin mendengarkan pendapat dari kalian berdua. Bagaimanakah mencari jalan keluar menyelesaikan permasalahan ini tanpa adanya sebuah peperangan!”. Raja Gandaka memulai perbincangan dengan melihat kedua saudaranya.
                “Sebelumnya aku meminta maaf, saudaraku! Kesimpulan yang aku dapatkan dari mempelajari masalah ini, peperangan tidak akan dapat dielakkan!”. Pengeran Punka memberikan sarannya.
                “Benar yang dikatakan Pangeran Punka, saudaraku! Kerajaan Wigura dan Kerajaan Karita sama-sama memiliki seorang Raja yang sangat keras. Dan bila salah satu dari keduanya ada yang mengalah, maka yang masih mengingat pun tidak akan merasa puas. Contohnya apa yang telah dilakukan oleh Raja Wiranata dari Kerajaan Wigura. Respon mengalahnya sama sekali tidak ditanggapi oleh Raja Kharishma dari Kerajaan Karita!”. Pangeran Raika mencoba menjelaskan lebih rinci.
                Raja Gandaka yang sudah mendengarkan dan juga menyimak sebuah pendapat dari kedua saudaranya itu, menundukkan kepalanya menjadi hening sejenak. Begitupula dengan Ratu Gandiki dan kedua saudaranya memandanginya dalam hening. Setelah keheningan terjadi selama beberapa saat, Raja Gandaka pun mengangkat kepalanya dengan menegakkannya kembali akan melanjutkan perbincangannya melihat kepada kedua saudaranya.
                “Setelah aku mengheningkan sebuah pendapat yang telah aku dapatkan dari kalian berdua, bisa saja peperangan yang tak dapat dielakkan itu benar akan terjadi! Akan tetapi, ada satu masalah lagi yang harus kita diskusikan kembali kepada Raja Wiranata secara langsung. Dan kuharap kalian berdua dapat ikut serta dalam mendiskusikan satu masalah tersebut!”. Raja Gandaka memberitahukan masalah yang kedua kepada kedua saudaranya itu.
                “Sebuah Masalah apakah itu, Tuanku?”. Ratu Gandiki bertanya, sedikit terkejut.
                “Ratuku, masalah selanjutnya adalah yang menyangkut dengan ketentraman Putri kandung dari Raja Wiranata! Pernah suatu hari beberapa waktu yang lalu, Raja Wiranata pernah menolak sebuah tawaran perjodohan yang sempat dilayangkan oleh Kerajaan Karita!”. Raja Gandaka menjelaskannya secara terbuka dengan melihat Ratu Gandiki disampingnya.
                “Tapi Tuanku, kemarin kau tidak memberitahuku tentang masalah yang kedua ini!”. Balasnya tegas mengingatkan menatap tajam Raja Gandaka.
                “Kau tidak perlu terkejut seperti itu, Ratuku! Karena aku mengetahui masalah yang kedua ini setelah aku menemuimu kemarin!”. Kata jujur Raja Gandaka yang sedikit lupa masih menatap Ratu Gandiki.
                Kemudian Ratu Gandiki memalingkan pandangannya kearah samping kanannya sambil mendesahkan nafasnya. Sementara kedua saudaranya itu masih dalam keheningan melihat Raja Gandaka. Dan kemudian Raja Gandaka kembali berbicara meluruskan perdebatannya. “Mengenai kesimpulan yang aku inginkan dari permasalahan yang kedua ini, aku telah memutuskan agar kalian berdua untuk ikut bersamaku membujuk Raja Wiranata agar segera menikahkan Putrinya!”.
                Ratu Gandiki yang tak sengaja mendengarnya terkejut seketika seakan-akan dirinya ingin berteriak mengatakan, “Tidak!”. Namun ia hanya bisa menahan rasa keterkejutannya dengan nafasnya yang sedikit terengah-engah. Sedangkan Pangeran Raika mencoba menolah kearah belakangnya berharap Pangeran Bheeshma tidak menyaksikannya dengan wajah yang begitu cemas.

BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar