Jumat, 13 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-27


            Pada malam harinya, bulan sabit telah tampak menghiasi keheningan malam tanpa berbintang. Begitupula dengan Tuan Putri Purindah yang berdiri kembali didepan patung Dewa Shiwa, dikuil Dewa Shiwa didalam Istananya ia menatap penuh kegundahan diwajahnya. “Kemarin, aku memang merindukan wajahnya! Dan siang tadi, aku telah melihat wajahnya kembali!”, ia mengatakan rasa gembiranya sedikit gundah mengingat peristiwa siang tadi saat Pangeran Bheeshma kembali menemui.
“Dewa, aku ingin melihat wajahnya seperti disaat aku menutup mataku pada malam kemarin dihadapanmu!”, keluhannya ketika mengingat jika wajah Pangeran Bheeshma tergambar menggembirakan dimimpinya malam kemarin saat ketika tertidur didepan patung Dewa Shiwa. Usainya menyampaikan keluhannya, Tuan Putri Purindah pun memalingkan tatapannya keatas melihat bulan sabit yang sedikit terturtupi arakan awan putih.
Setelah beberapa saat melihat bulan sabit diatasnya, Tuan Putri Purindah kembali melihat ke patung Dewa Shiwa lalu melepaskan tangannya yang memberi salam kebawah dan berkata. “Aku tidak boleh tertidur disini lagi! Aku tidak mau dia beranggapan jika aku telah mengkhayalkan dirinya disini! Meskipun sesungguhnya memang benar begitu adanya!”, katanya sedikit histerias menatap sedikit cemas meyakinkan kepada patung Dewa Shiwa didepannya.
Dan kemudian berlari meninggalkan usainya berkata. Ketika akan melewati tempat pelatihan diIstananya, tiba-tiba saja terhenti sebab hampir saja ia menabrak seseorang didepannya dengan mata melihat kebawah. “Aaach…..ssssttt……hampir saja!”, katanya mendesah lalu melihat keatas mencoba melihat  wajah dari orang yang hampir ditabraknya tadi. Baru setengah ia mencoba melihatnya, orang tersebut langsung berbicara dengan menasehatinya.
“Ini sudah kedua kalinya, Putri! Semestinya kau harus memeriksakan langkah kakimu kepada seorang tabib!”. Tuan Putri Purindah pun menjadi terdiam tak bersuara ketika sudah mengetahuinya. Dan lagi seseorang itu adalah merupakan sosok Pangeran Bheeshma. kemudian memalingkan wajahnya dari Pangeran Bheeshma berlari meninggalkan. Sedangkan Pangeran Bheeshma hanya menghelakan nafasnya beranjak pergi dengan cueknya meninggalkan secara berlawanan arah.
Esok paginya, Pangeran bheeshma berada ditempat pelatihan Istana, ia sedang memeriksa busur beserta anak panah didepannya. Tiba-tiba ditemuinya seseorang telah melepaskan anak panahnya tepat ketitik pusaran didepannya dari arah belakangnya. Dengan rasa takjub ia pun mencoba melihat kebelakang untuk mengetahui. Tanpa disangka olehnya, orang yang melepaskan anak panah tersebut adalah Pangeran Karanu.
Pangeran Bheeshma menjadi tertawa seketika dan mereka kini telah bergabung bersama mendiami tempat pelatihan itu dengan berdiri berdampingan dengan saling melihat satu sama lain.
“selamat pagi temanku!”. Sapa Pangeran karanu memulai.
“Selamat pagi juga temanku! Ada apa kau bergabung denganku dipagi ini?”. Balas Pangeran Bheeshma menggodanya, menatap tenang.
“Aku bergabung denganmu, sebab aku sudah mengetahui jika kau senang sekali bermain bersama ketiga orang Tuan Putri!”. Balas Pangeran Karanu menggodanya balik lalu menunjukkannya ketiga orang Tuan Putri yang telah dimaksudnya tadi kepada Pangeran Bheeshma. Disambung dengan tertawa kecil.
Pangeran Bheeshma pun mengikuti arahan tunjukkannya, dan secara spontan ia merasa terkejut seakan tak percaya. Bagaimana tidak, ketiga orang Tuan Putri yang dimaksudkan oleh Pangeran karanu adalah merupakan ketiga saudaranya. “Temanku, mereka bertiga yang kau maksud adalah ketiga saudaraku! Dari kapan mereka telah berada disini?!”, katanya sesaat menyadari melihat ke Pangeran Karanu.
Namun Pangeran Karanu hanya membalasnya masih dengan tertawa kecil melihat kepadanya sambil mengejek halus.

BHARATAYUDHAserisatu


Sementara itu, ditempat lain ketiga saudara dari Pangeran kini berada ditaman belakang Istana Wigura dan sedikit mengusik Tuan Putri Purindah yang sedang merapikan bunga-bunga didepan dirinya. Karna mereka bertiga berada disebelah kanan Tuan Putri Purindah dengan duduk bersama dilesehan taman tersebut.
“Putri, selamatkan kami!”. Tuan Putri Nanda berkata meminta tolong, mengejutkan Tuan Putri Purindah.
“Hah, kau ini! Panggil dia dengan sebutan “Tuan Putri”! karna dia tidak sedarah dengan kita!”. Tuan Putri Nandara menyambungnya sedikit menghakimi Tuan Putri Nanda.
“Sudahlah tidak apa-apa! Siapa yang berani membuat kalian cemas seperti ini?”. Tuan Putri Purindah mulai berbicara dengan melihat ketiganya.
Lalu mereka menjawab pertanyaannya dengan serentak, “Orang yang mungkin mencintaimu, Tuan Putri!”. Kemudian mereka menutup mulut mereka masing-masing dengan kedua telapak tangannya menatap terkejut bersama kepada Tuan Putri Purindah setelah tersadar sudah terlanjur mengatakaan itu secara serentak. Tuan Putri Purindah pun melihat mereka bertiga satu-persatu mencoba mengamati kejujuran apa yang telah mereka katakana yang secara serentak tadi.
“Itu tidak mungkin! Pangeran Bheeshma tidak sama dengan yang kalian katakan!”. Katanya menolak sedikit tak percaya masih melihat ketiganya.
“Dia memang tidak sama dengan yang kami katakan secara serentak tadi! Tetapi kedua matanya yang telah berbicara!”. Tuan Putri Nadira mencoba menjelaskannya dengan melepaskan tangannya dari menutup mulutnya. Disusul dengan kedua saudaranya.
“saudaraku itu, memang sangat pintar menyimpan rahasia tersebut! Tetapi kami bertiga tetap saja bisa mengetahuinya dari tatapan kedua matanya saat berbicara tentang kau, Tuan Putri!”. Tuan Putri Nadira mencoba lebih menjelaskan kepada Tuan Putri Purindah.
“Percayalah kepada kami! Kau akan mengetahui apa yang diakatakan kami tadi memang benar!”. Tuan Putri Nandara mencoba meyakinkan.
“dan kau akan mengetahui itu saat dia menciumi keningmu! Sebab dia pernah berkata, jika dia akan menunjukkakn rasa cintanya kepada wanita yang dikasihinya dengan menciumi kening wanita tersebut! Tapi sebelumnya, sembunyikan keberadaan kami segera Tuan Putri!”. Tuan Putri Nandara membongkar dengan mencoba tuk mengakhiri, memohon.
Tuan Putri Purindah pun mengerti dan menunjukkan tempat persembunyian untuk mereka bertiga. Tuan Putri Purindah menyuruh mereka untuk bersembunyi dibalik tumbuhan rumput yang tingginya kurang lebih tiga meter. Mereka bertiga pun langsung menuju juga bersembunyi dibalik rumput setinggi tiga meter tersebut.

BHARATAYUDHAserisatu

Disana, Pangeran Bheeshma mencoba mencari ketiga adiknya yang entah hilang kemana demi mendapatkan suatu alasan mengapa ketiga saudaranya datang menyusulnya keIstana Wigura dan juga diwaktu kapan mereka telah berada diistana Wigura yang dianggapnya telah menyusulnya tadi. kesana-kemari belum juga ditemuinya hingga akhirnya menuju kesebuah taman belakang Istana mengikuti kata hatinya. Sesampainya disana, dirinya pun melihat-lihat disekitar taman tersebut, masih mencari.
Namun yang kini dilihatnya hanyalah Tuan Putri Purindah yang berdiri sedang memetik bunga membelakanginya. Lalu ditemuinya sehelai bulu meraknya terbang dan terjatuh didekat kaki Tuan Putri Purindah. Kemudian berlari kecil berniat akan mengambil sehelai bulu merak tersebut sebelum kaki dari Tuan Putri Purindah akan menginjakinya dan lupa dengan tujuannya tadi. Pangeran Bheeshma begitu diam ketika membungkukkan tubuhnya sesaat akan mengambil sehelai bulu merak miliknya tersebut.
Sedangkan Tuan Putri Purindah yang belum mengetahui, membalikkan tubuhnya kepada Pangeran Bheeshma dengan kedua matanya masih tertuju pada bunga yang telah dipetiknya. Tiba-tiba secara tidak sengaja, mereka berdua menjadi menabrakan diri mereka dengan tidak sengaja karna pandangan mereka berdua sama-sama tertuju pada benda yang dipegangnya. Mereka berdua pun menjadi sama-sama terkejut lalu saling memandangi.
“Pangeran, kali ini kau yang telah menabrakku!”. Tuan Putri Purindah mencoba sedikit menyalahkan.
“Tetapi kau juga yang telah menabrakku, Putri!”. Pangeran bheeshma mencoba menyalahkannya balik.
“Tidak! Kau harus mengalah dengan anak perempuan! Karna anak perempuan menjadi yang utama!”. Perintahnya membenarkan menatap sedikit mengejek.
“Baiklah! Kali ini aku yang mengalah! Anak perempuan memang menjadi yang utama! Tetapi jika anak perempuan mempunyai teman baru, tentu teman lamanya akan dilupakan begitu saja! Maksudku dinomor duakan! Bukankah begitu, Putri!”. Pangeran Bheeshma mengalah menyindir halus, mendekatkan wajahnya sedikit kewajah Tuan Putri Purindah.
Tuan Putri Purindah yang melihat tingkahnya hanya menggerakan kedua bola matanya kekanan-kekiri melihat kedua bola mata dari Pangeran Bheeshma sambil mengeratkan pegangannya kepada bunga yang telah dipetiknya tadi. Kemudian terhenti saat Pangeran bheeshma melihat ketiga saudaranya berlari menjauhinya. Dan ia pun kini menjadi setengah berbalik melihat ketiga saudaranya itu.
“Pa, Pangeran Bheeshmaku!”, Tuan Putri Purindah memanggilnya gugup. Pangeran Bheeshma menoleh, melihat kepadanya.
“Pangeran Bheeshmaku! Kalau kuingat-ingat, mungkin sudah kedua kalinya aku mendengar panggilan itu!”. Pangeran Bheeshma memberikan sebuah komentar cueknya.
“Bukan hanya dua kali, tetapi sudah berkali-berkali, Pangeran! Hanya saja panggilan itu selalu ada dibelakangmu! Dari perkataanmu yang kudengar tadi, sepertinya kau telah menyimpan rasa cemburumu terhadap Pangeran Karanu!”. Tuan Putri Purindah menjelaskan, mencoba membongkar tuk mengetahui menatap tenang kepada Pangeran Bheeshma.
“Saat kau bersamanya, yang aku rasa hanya kecewa! Karna saat kau masih bersamanya, tidak sekalipun kau menoleh kepadaku! Tidak hanya itu, kau juga seaka-akan telah mengasingkanku! Dan kau juga telah  menganggap jika Pangeran karanu benar ada bersamamu, nyata didepan matamu!”. Katanya memberitahukan halus menatap sedikit haru.
“Dari cara bicaramu, kau telah sedikit peduli dengan kehadiranku! Kau tidak suka bila mengrtahui kehadiranku disertai dengan orang lain! Kecuali dengan dirimu saja, Pangeran Bheeshma!”. Tuan Putri Purindah mencoba menyadarkannya dengan tatapan sedikit mengharukan.
 Pangeran Bheeshma memberinya senyuman dengan mata yang berbicara bahagia menerima apa yang telah dikatakannya. Kemudian merekatkan kembali bulu meraknya dikepala kanannya disebuah ikat kepala yang ada dikepalanya masih menatap Tuan Putri Purindah. Sedangkan Tuan Putri Purindah baru mengalihkan tatapannya kepada bulu merak yang telah direkatkannya. Pangeran Bheeshma pun ikut menyusul melihat bulu merak dikepala kanannya yang sedang bergoyang.
Kemudian mereka sama-sama menurunkan kedua bola mata mereka dengan saling bertatapan lurus kedepan menatap satu sama lain. “Aku harus kembali menghadiri persidangan lanjutan kemarin! Setelah ini kau tidak perlu diam membisu lagi, Putri! Bermainlah lagi bersama dayang-dayangmu!”, katanya memberi semangat dengan berpamitan mengakhiri. Usainya mengatakan, Pangeran Bheeshma langsung berbalik beranjak pergi meninggalkan.
Sementara Tuan Putri Purindah masih melihatnya diam lalu menundukkan kepalanya merenungi yang telah didengarnya tadi dari Pangeran Bheeshma.

BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar