Pada malam harinya, bulan sabit telah tampak menghiasi keheningan malam tanpa berbintang. Begitupula dengan Tuan Putri Purindah yang berdiri kembali didepan patung Dewa Shiwa, dikuil Dewa Shiwa didalam Istananya ia menatap penuh kegundahan diwajahnya. “Kemarin, aku memang merindukan wajahnya! Dan siang tadi, aku telah melihat wajahnya kembali!”, ia mengatakan rasa gembiranya sedikit gundah mengingat peristiwa siang tadi saat Pangeran Bheeshma kembali menemui.
“Dewa, aku
ingin melihat wajahnya seperti disaat aku menutup mataku pada malam kemarin
dihadapanmu!”, keluhannya ketika mengingat jika wajah Pangeran Bheeshma
tergambar menggembirakan dimimpinya malam kemarin saat ketika tertidur didepan
patung Dewa Shiwa. Usainya menyampaikan keluhannya, Tuan Putri Purindah pun
memalingkan tatapannya keatas melihat bulan sabit yang sedikit terturtupi
arakan awan putih.
Setelah
beberapa saat melihat bulan sabit diatasnya, Tuan Putri Purindah kembali
melihat ke patung Dewa Shiwa lalu melepaskan tangannya yang memberi salam
kebawah dan berkata. “Aku tidak boleh tertidur disini lagi! Aku tidak mau dia
beranggapan jika aku telah mengkhayalkan dirinya disini! Meskipun sesungguhnya
memang benar begitu adanya!”, katanya sedikit histerias menatap sedikit cemas
meyakinkan kepada patung Dewa Shiwa didepannya.
Dan kemudian
berlari meninggalkan usainya berkata. Ketika akan melewati tempat pelatihan diIstananya,
tiba-tiba saja terhenti sebab hampir saja ia menabrak seseorang didepannya
dengan mata melihat kebawah. “Aaach…..ssssttt……hampir saja!”, katanya mendesah
lalu melihat keatas mencoba melihat
wajah dari orang yang hampir ditabraknya tadi. Baru setengah ia mencoba
melihatnya, orang tersebut langsung berbicara dengan menasehatinya.
“Ini sudah
kedua kalinya, Putri! Semestinya kau harus memeriksakan langkah kakimu kepada
seorang tabib!”. Tuan Putri Purindah pun menjadi terdiam tak bersuara ketika
sudah mengetahuinya. Dan lagi seseorang itu adalah merupakan sosok Pangeran
Bheeshma. kemudian memalingkan wajahnya dari Pangeran Bheeshma berlari meninggalkan.
Sedangkan Pangeran Bheeshma hanya menghelakan nafasnya beranjak pergi dengan
cueknya meninggalkan secara berlawanan arah.
Esok paginya,
Pangeran bheeshma berada ditempat pelatihan Istana, ia sedang memeriksa busur
beserta anak panah didepannya. Tiba-tiba ditemuinya seseorang telah melepaskan
anak panahnya tepat ketitik pusaran didepannya dari arah belakangnya. Dengan rasa
takjub ia pun mencoba melihat kebelakang untuk mengetahui. Tanpa disangka olehnya,
orang yang melepaskan anak panah tersebut adalah Pangeran Karanu.
Pangeran
Bheeshma menjadi tertawa seketika dan mereka kini telah bergabung bersama
mendiami tempat pelatihan itu dengan berdiri berdampingan dengan saling melihat
satu sama lain.
“selamat pagi
temanku!”. Sapa Pangeran karanu memulai.
“Selamat pagi
juga temanku! Ada apa kau bergabung denganku dipagi ini?”. Balas Pangeran Bheeshma
menggodanya, menatap tenang.
“Aku
bergabung denganmu, sebab aku sudah mengetahui jika kau senang sekali bermain
bersama ketiga orang Tuan Putri!”. Balas Pangeran Karanu menggodanya balik lalu
menunjukkannya ketiga orang Tuan Putri yang telah dimaksudnya tadi kepada
Pangeran Bheeshma. Disambung dengan tertawa kecil.
Pangeran
Bheeshma pun mengikuti arahan tunjukkannya, dan secara spontan ia merasa
terkejut seakan tak percaya. Bagaimana tidak, ketiga orang Tuan Putri yang
dimaksudkan oleh Pangeran karanu adalah merupakan ketiga saudaranya. “Temanku,
mereka bertiga yang kau maksud adalah ketiga saudaraku! Dari kapan mereka telah
berada disini?!”, katanya sesaat menyadari melihat ke Pangeran Karanu.
Namun
Pangeran Karanu hanya membalasnya masih dengan tertawa kecil melihat kepadanya
sambil mengejek halus.
BHARATAYUDHAserisatu
Sementara
itu, ditempat lain ketiga saudara dari Pangeran kini berada ditaman belakang Istana
Wigura dan sedikit mengusik Tuan Putri Purindah yang sedang merapikan bunga-bunga
didepan dirinya. Karna mereka bertiga berada disebelah kanan Tuan Putri
Purindah dengan duduk bersama dilesehan taman tersebut.
“Putri,
selamatkan kami!”. Tuan Putri Nanda berkata meminta tolong, mengejutkan Tuan
Putri Purindah.
“Hah, kau ini!
Panggil dia dengan sebutan “Tuan Putri”! karna dia tidak sedarah dengan kita!”.
Tuan Putri Nandara menyambungnya sedikit menghakimi Tuan Putri Nanda.
“Sudahlah
tidak apa-apa! Siapa yang berani membuat kalian cemas seperti ini?”. Tuan Putri
Purindah mulai berbicara dengan melihat ketiganya.
Lalu mereka
menjawab pertanyaannya dengan serentak, “Orang yang mungkin mencintaimu, Tuan Putri!”.
Kemudian mereka menutup mulut mereka masing-masing dengan kedua telapak tangannya
menatap terkejut bersama kepada Tuan Putri Purindah setelah tersadar sudah terlanjur
mengatakaan itu secara serentak. Tuan Putri Purindah pun melihat mereka bertiga
satu-persatu mencoba mengamati kejujuran apa yang telah mereka katakana yang
secara serentak tadi.
“Itu tidak
mungkin! Pangeran Bheeshma tidak sama dengan yang kalian katakan!”. Katanya
menolak sedikit tak percaya masih melihat ketiganya.
“Dia memang
tidak sama dengan yang kami katakan secara serentak tadi! Tetapi kedua matanya
yang telah berbicara!”. Tuan Putri Nadira mencoba menjelaskannya dengan
melepaskan tangannya dari menutup mulutnya. Disusul dengan kedua saudaranya.
“saudaraku
itu, memang sangat pintar menyimpan rahasia tersebut! Tetapi kami bertiga tetap
saja bisa mengetahuinya dari tatapan kedua matanya saat berbicara tentang kau,
Tuan Putri!”. Tuan Putri Nadira mencoba lebih menjelaskan kepada Tuan Putri
Purindah.
“Percayalah
kepada kami! Kau akan mengetahui apa yang diakatakan kami tadi memang benar!”.
Tuan Putri Nandara mencoba meyakinkan.
“dan kau akan
mengetahui itu saat dia menciumi keningmu! Sebab dia pernah berkata, jika dia
akan menunjukkakn rasa cintanya kepada wanita yang dikasihinya dengan menciumi
kening wanita tersebut! Tapi sebelumnya, sembunyikan keberadaan kami segera
Tuan Putri!”. Tuan Putri Nandara membongkar dengan mencoba tuk mengakhiri, memohon.
Tuan Putri
Purindah pun mengerti dan menunjukkan tempat persembunyian untuk mereka
bertiga. Tuan Putri Purindah menyuruh mereka untuk bersembunyi dibalik tumbuhan
rumput yang tingginya kurang lebih tiga meter. Mereka bertiga pun langsung
menuju juga bersembunyi dibalik rumput setinggi tiga meter tersebut.
BHARATAYUDHAserisatu
Disana,
Pangeran Bheeshma mencoba mencari ketiga adiknya yang entah hilang kemana demi
mendapatkan suatu alasan mengapa ketiga saudaranya datang menyusulnya keIstana
Wigura dan juga diwaktu kapan mereka telah berada diistana Wigura yang
dianggapnya telah menyusulnya tadi. kesana-kemari belum juga ditemuinya hingga
akhirnya menuju kesebuah taman belakang Istana mengikuti kata hatinya.
Sesampainya disana, dirinya pun melihat-lihat disekitar taman tersebut, masih
mencari.
Namun yang
kini dilihatnya hanyalah Tuan Putri Purindah yang berdiri sedang memetik bunga
membelakanginya. Lalu ditemuinya sehelai bulu meraknya terbang dan terjatuh
didekat kaki Tuan Putri Purindah. Kemudian berlari kecil berniat akan mengambil
sehelai bulu merak tersebut sebelum kaki dari Tuan Putri Purindah akan
menginjakinya dan lupa dengan tujuannya tadi. Pangeran Bheeshma begitu diam
ketika membungkukkan tubuhnya sesaat akan mengambil sehelai bulu merak miliknya
tersebut.
Sedangkan
Tuan Putri Purindah yang belum mengetahui, membalikkan tubuhnya kepada Pangeran
Bheeshma dengan kedua matanya masih tertuju pada bunga yang telah dipetiknya.
Tiba-tiba secara tidak sengaja, mereka berdua menjadi menabrakan diri mereka
dengan tidak sengaja karna pandangan mereka berdua sama-sama tertuju pada benda
yang dipegangnya. Mereka berdua pun menjadi sama-sama terkejut lalu saling
memandangi.
“Pangeran,
kali ini kau yang telah menabrakku!”. Tuan Putri Purindah mencoba sedikit
menyalahkan.
“Tetapi kau
juga yang telah menabrakku, Putri!”. Pangeran bheeshma mencoba menyalahkannya
balik.
“Tidak! Kau
harus mengalah dengan anak perempuan! Karna anak perempuan menjadi yang
utama!”. Perintahnya membenarkan menatap sedikit mengejek.
“Baiklah!
Kali ini aku yang mengalah! Anak perempuan memang menjadi yang utama! Tetapi
jika anak perempuan mempunyai teman baru, tentu teman lamanya akan dilupakan
begitu saja! Maksudku dinomor duakan! Bukankah begitu, Putri!”. Pangeran
Bheeshma mengalah menyindir halus, mendekatkan wajahnya sedikit kewajah Tuan
Putri Purindah.
Tuan Putri
Purindah yang melihat tingkahnya hanya menggerakan kedua bola matanya
kekanan-kekiri melihat kedua bola mata dari Pangeran Bheeshma sambil
mengeratkan pegangannya kepada bunga yang telah dipetiknya tadi. Kemudian
terhenti saat Pangeran bheeshma melihat ketiga saudaranya berlari menjauhinya.
Dan ia pun kini menjadi setengah berbalik melihat ketiga saudaranya itu.
“Pa, Pangeran
Bheeshmaku!”, Tuan Putri Purindah memanggilnya gugup. Pangeran Bheeshma
menoleh, melihat kepadanya.
“Pangeran
Bheeshmaku! Kalau kuingat-ingat, mungkin sudah kedua kalinya aku mendengar
panggilan itu!”. Pangeran Bheeshma memberikan sebuah komentar cueknya.
“Bukan hanya
dua kali, tetapi sudah berkali-berkali, Pangeran! Hanya saja panggilan itu
selalu ada dibelakangmu! Dari perkataanmu yang kudengar tadi, sepertinya kau
telah menyimpan rasa cemburumu terhadap Pangeran Karanu!”. Tuan Putri Purindah
menjelaskan, mencoba membongkar tuk mengetahui menatap tenang kepada Pangeran
Bheeshma.
“Saat kau
bersamanya, yang aku rasa hanya kecewa! Karna saat kau masih bersamanya, tidak
sekalipun kau menoleh kepadaku! Tidak hanya itu, kau juga seaka-akan telah
mengasingkanku! Dan kau juga telah
menganggap jika Pangeran karanu benar ada bersamamu, nyata didepan
matamu!”. Katanya memberitahukan halus menatap sedikit haru.
“Dari cara bicaramu,
kau telah sedikit peduli dengan kehadiranku! Kau tidak suka bila mengrtahui
kehadiranku disertai dengan orang lain! Kecuali dengan dirimu saja, Pangeran Bheeshma!”.
Tuan Putri Purindah mencoba menyadarkannya dengan tatapan sedikit mengharukan.
Pangeran Bheeshma memberinya senyuman dengan
mata yang berbicara bahagia menerima apa yang telah dikatakannya. Kemudian
merekatkan kembali bulu meraknya dikepala kanannya disebuah ikat kepala yang
ada dikepalanya masih menatap Tuan Putri Purindah. Sedangkan Tuan Putri
Purindah baru mengalihkan tatapannya kepada bulu merak yang telah
direkatkannya. Pangeran Bheeshma pun ikut menyusul melihat bulu merak dikepala
kanannya yang sedang bergoyang.
Kemudian
mereka sama-sama menurunkan kedua bola mata mereka dengan saling bertatapan
lurus kedepan menatap satu sama lain. “Aku harus kembali menghadiri persidangan
lanjutan kemarin! Setelah ini kau tidak perlu diam membisu lagi, Putri!
Bermainlah lagi bersama dayang-dayangmu!”, katanya memberi semangat dengan
berpamitan mengakhiri. Usainya mengatakan, Pangeran Bheeshma langsung berbalik
beranjak pergi meninggalkan.
Sementara
Tuan Putri Purindah masih melihatnya diam lalu menundukkan kepalanya merenungi
yang telah didengarnya tadi dari Pangeran Bheeshma.
BHARATAYUDHAserisatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar