Selasa, 10 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-17



BHARATAYUDHAserisatu

                Lima jam kemudian, tepatnya pukul sepuluh pagi keluarga  dari Raja Gandaka sudah bersiap-siap untuk kepulangannya kembali keIstana Kerajaan asalnya.  Mereka kini sedang berada diruang persidangan Istana Wigura untuk memberi salam penghormatan. Mereka berdiri dengan mendatar secara sejajar berurutan mennghadap Raja Wiranata yang juga berdiri didahadapan mereka, disusul dengan Tuan Putri Purindah tiga langkah dari arah kiri belakang Raja Wiranata.
                Tuan Putri Purindah terlihat sejajar dengan Pangeran Bheeshma, berhadapan. Dan Raja Wiranata pun memulainya dengan melihat mereka secara bergantian.
                “Sudah tibanya kalian semua untuk pulang keIstana asal kalian semua! Sedikit terpaksa aku mempersilahkan kalian semua untuk pulang! Sesuai dengan kebijakan yang telah kita susun beberapa waktu yang lalu! Mohon maaf jika kalian semua merasakan ketidak puasan selama tinggal diIstanaku ini!”, Raja Wiranata memulai dengan mengungkap keluluhannya.
                “Tidak, Yang Mulia Raja Wiranata! Kami semua sudah merasa cukup terpuaskan! Terlebih lagi saat kau dan aku sudah menjalin sebuah persahabatan! Dan perlu kau ketahui, jalinan persahabatan itulah yang membuat kami semua menjadi bangga padamu!”. Balas Raja Gandaka menccurahkan isi hatinya menatap bangga ke Raja Wiranata. Kemudian Raja Wiranata menjadi tertawa bangga melihat Raja Gandaka setelah mendengarnya.
                Disusul dengan kedua saudara dari Raja Gandaka ikut tertawa bahagia melihat keduanya. Begitupula dengan Ratu Gandiki juga Pangeran Bheeshma. Ketika saatnya mereka semua akan memberi salam penghormatam berpamitan bersama-sama kepada Raja Wiranata, Ratu Gandiki tidak sengaja melihat Tuan Putri Purindah yang memberi salam kepada Pangeran Bheeshma seperti sudah terikat pernikahan dengan polosnya.
Lalu melihat ke Pangeran Bheeshma yang menerima salam dari Tuan Putri Purindah seperti yang demikian juga dengan polosnya, mereka berdua melakukannya saling bertatapan diam. Dan mereka berdua tidak mengetahui jika Ratu Gandiki secara diam-diam telah melihat apa yang telah mereka berdua lakukan tadi.

Beberapa saat kemudian . . . .
               
                Kini keluarga dari Raja Gandaka telah bersiap-siap dengan menaiki kendaraannya masing-masing dihalaman depan pintu gerbang Istana Wigura. Dengan dua saudaranya diarah kanannya bersebelahan, Pangeran Bheeshma disebelah kirinya. dan Raja Gandaka bersama Ratu Gandiki memakai kereta kencana dibelakangnya tepat sejajaran dibelakang Pangeran Raika (ditengah). Sementara Pangeran Punka disebelah kanannya.
                Raja Wiranata yang sedang bersama Tuan Putri Purindah menatap bangga melihat mereka semua yang telah bersiap-siap untuk berangkat dari pintu masuk kedalam istananya. Sedangkan Tuan Putri Purindah begitu mendalami tatapannya kepada Pangeran Bheeshma  yang masih membelakanginya. Tiba-tiba saja Pangeran Bheeshma yang masih berdiam menunggangi kudanya tertarik untuk melihat kearah belakangnya karna bisikan kecil dari hatinya.         
                Pangeran Bheeshma pun melakukannya dan terlihatlah Tuan Putri Purindah yang masih bersama Raja Wiranata melihat dirinya tanpa mengedipkan kedua matanya. Melihatnya yang seperti itu, Pangeran Bheeshma menggelengkan lepalanya pelan kepadanya. Tuan Putri Purindah pun melirikan matanya kebawah meneteskan airmata kanannya lalu mengusapnya. Tanpa diketahui Pangeran Bheeshma kembali, Ratu Gandiki kembali secara diam-diam telah mengetahuinya.
                Suara terompet bak sangkakala pun mulai diperbunyikan dan itu menandakan telah dipersilahkannya keluaraga dari Raja Gandaka untuk meninggalkan Istana Wigura. Mengetahui yang demikian, Tuan Putri Purindah kembali melirikan matanya ke Pangeran Bheeshma yang sudah berpaling kedepan darinya. Kemudian tanpa disadari mereka berdua, mereka berdua meneteskan airmata kirinya dengan bersamaan saat Pangeran Bheeshma baru saja beranjak pergi bersama keluarganya.
Kemudian Tuan Putri Purindah melirikkan kedua matanya kembali melihat ke Pangeran Bheeshma  dan mereka berdua kini saling mengusap airmatanya dengan jemari tangan kanannya dengan bersamaan kembali, masih dibalik kesadaran dari mereka berdua.  

BHARATAYUDHAserisatu
                Selang waktu berjalan, Raja Gandaka beserta keluarganya kini pun telah tiba diistana asalnya. Begitu pintu gerbang Istananya terbuka, terlihatlah pasti kedatangan dari Raja Gandaka beserta keluarganya melewati  pintu gerbang Istananya memasuki halaman depan setelah melewati pintu gerbang Istananya. Kini mereka semua mulai memasuki ruangan masing-masing. Dan tiba-tiba saja saat dalam perjalanan, Raja Gandaka yang bersama Ratu Gandiki menghentikan Pangeran Bheeshma.
“Berhentilah sejenak, Anakku!”, perintahnya menghentikan Pangeran Bheeshma. Pangeran Bheeshma menghadapkan tubuhnya kehadapannya, Ratu Gandiki ikut berhenti disebelah Raja Gandaka dengan melihat ke Pangeran Bheeshma.
“Ayah telah tidak sengaja melihat Ibumu menjadi hening ketika melihatmu sewaktu kita akan melewati pintu gerbang Istana Wigura! Apa yang telah terjadi padamu, juga dengan Ibumu, Anakku?”. Raja Gandaka memakai wajah sedikit curiga. Ratu Gandiki terkejut kecil melirikan matanya kepadanya.
“Tu, Tuanku….?”. Ratu Gandiki sedikit gugup menatap terkejut kecil kepadanya. Pangeran Bheeshma langsung memotongnya.
“Begini Ayah, Ibu hanya ingin memastikan keadaanku! Apakah aku baik-baik saja atau malah sebaliknya! Bukankah Ayah sudah mengetahui, jika Ibu sangat menyayangiku bahkan pernah melupakan Ayah yang sebagaii suaminya!”, sambungnya berani menatap Raja Gandaka dengan meyakinkan memakai sedikit canda. Kemudian berpaling ke Ratu Gandiki, “Bukankah benar begitu, Ibu!”. Tanyanya tentang kebenaran kepada Ratu Gandiki, sedikit berbohong kepada Raja Gandaka.
Ratu Gandiki menjadi sedikit hening menatap Pangeran Bheeshma karna perkataannya. Sedangkan Raja Gandaka baru saja memalingkan pandangannya dari Pangeran Bheeshma kepada  Ratu Gandiki. Kemudian Ratu Gandiki mengarahkan pandangannya kepada Raja Gandaka mengangguk dengan memberi senyuman keterpaksaan. Sementara Pangeran Bheeshma yang melihat keduanya menjadi merenung melirikan matanya kebawah.
                Diluar disana, dipintu gerbang Istana Gapura kembali terbuka karna kedatangan tiga orang Tuan Putri yang belum diketahui  identitasnya. Mereka bertiga kini sedang  berjalan menyusuri kerikil kecil yang bertaburan dihalaman. Setibanya dipintu masuk kedalam istana, wajah mereka menjadi berseri-seri kemudian berlari kecil menuju kesuatu ruangan didalam istana tersebut. Mereka bertiga seperti bak bidadari yang tiba-tiba saja muncul dengan memakai pakaiian berselendang berwarnakan tiga warna.
                Sementara itu, Pangeran Bheeshma masih berdiam diri dalam keheningan diruangannya. Masih memakai bulu merak diatas telinga kanannya, ia membaringkan tubuhnya sambil memeluk salah-satu bantalnya. Tiba-tiba terdengar suara tak bertuan yang memanggilnya dari arah pintu juga  dari arah jendela diruangannya. Kemudian ia membangunkan dirinya mencari kearah suara tak bertuan  yang telah memanggilnya tadi.
                Ketika baru saja membuka kedua pintu dari dalam ruangannya, terlihatlah tiga orang Tuan Putri yang melihatnya dengan berbaris bersejajar menebarkan sennyuman untuknya. “Salam Tuanku!”, sapa ketiga orang Tuan Putri itu bersama memberi salam. Pangeran Bheeshma pun menjadi tersenyum melihat ketiganya yang bertingkah seperti itu, lalu melangkah dua langkah kedepan mereka bertiga.
                “Ternyata suara yang tak bertuan tadi sekaligus telah mencoba mengusikku, adalah suara dari kalian bertiga! Apakah kalian bertiga ingin bermain bersamaku sekarang!. Pangeran Bheeshma membongkar dengan bertanya, mengajak.
                 “Pangeran, maukah kau menagjak ketiga adikmu ini untuk bermain bersamamu lagi?”. Salah-satu dari ketiga Tuan Putri itu bertanya balik mewakili. 

             “Kalian bertiga akan merugi bila tidak bermain bersamaku sekarang! Putri Nanda, tanyakan kepada kedua Tuan Putri ini! Apakah mereka akan ikut bergabung, atau malah menyendiri saja didapur istana disana”. Pangeran Bheeshma berkata mengejak melihat mereka bertiga.
                Tuan Putri Nanda pun mencoba melihat kedua saudaranya, saudaranya membalas pandangannya dengan bersamaan.  Kemudian mereka bertiga melihat ke Pangeran Bheeshma kembali dengan menjatuhkan setengah kepalnya kekanan dan kekiri dengan tersenyum menampakan giginya mengatakan “iya”. Pangeran Bheeshma menjadi tersenyum manja  melihat ketiga Tuan Putri itu.  Setelahnya, mereka bertiga langsung memegang tubuh Pangeran Bheeshma membawanya pergi.
Sedangkan Pangeran Bheeshma merasa kewalahan karnanya dan membiarkan mereka bertiga membawa dirinya yang entah kemana tujuannya.  

BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar