BHARATAYUDHAserisatu
Lima jam
kemudian, tepatnya pukul sepuluh pagi keluarga
dari Raja Gandaka sudah bersiap-siap untuk kepulangannya kembali keIstana
Kerajaan asalnya. Mereka kini sedang
berada diruang persidangan Istana Wigura untuk memberi salam penghormatan.
Mereka berdiri dengan mendatar secara sejajar berurutan mennghadap Raja
Wiranata yang juga berdiri didahadapan mereka, disusul dengan Tuan Putri
Purindah tiga langkah dari arah kiri belakang Raja Wiranata.
Tuan Putri
Purindah terlihat sejajar dengan Pangeran Bheeshma, berhadapan. Dan Raja
Wiranata pun memulainya dengan melihat mereka secara bergantian.
“Sudah tibanya
kalian semua untuk pulang keIstana asal kalian semua! Sedikit terpaksa aku
mempersilahkan kalian semua untuk pulang! Sesuai dengan kebijakan yang telah
kita susun beberapa waktu yang lalu! Mohon maaf jika kalian semua merasakan ketidak
puasan selama tinggal diIstanaku ini!”, Raja Wiranata memulai dengan mengungkap
keluluhannya.
“Tidak, Yang
Mulia Raja Wiranata! Kami semua sudah merasa cukup terpuaskan! Terlebih lagi
saat kau dan aku sudah menjalin sebuah persahabatan! Dan perlu kau ketahui,
jalinan persahabatan itulah yang membuat kami semua menjadi bangga padamu!”.
Balas Raja Gandaka menccurahkan isi hatinya menatap bangga ke Raja Wiranata.
Kemudian Raja Wiranata menjadi tertawa bangga melihat Raja Gandaka setelah
mendengarnya.
Disusul dengan
kedua saudara dari Raja Gandaka ikut tertawa bahagia melihat keduanya.
Begitupula dengan Ratu Gandiki juga Pangeran Bheeshma. Ketika saatnya mereka
semua akan memberi salam penghormatam berpamitan bersama-sama kepada Raja Wiranata,
Ratu Gandiki tidak sengaja melihat Tuan Putri Purindah yang memberi salam
kepada Pangeran Bheeshma seperti sudah terikat pernikahan dengan polosnya.
Lalu melihat ke Pangeran Bheeshma yang menerima salam
dari Tuan Putri Purindah seperti yang demikian juga dengan polosnya, mereka
berdua melakukannya saling bertatapan diam. Dan mereka berdua tidak mengetahui
jika Ratu Gandiki secara diam-diam telah melihat apa yang telah mereka berdua
lakukan tadi.
Beberapa saat kemudian . . . .
Kini keluarga
dari Raja Gandaka telah bersiap-siap dengan menaiki kendaraannya masing-masing
dihalaman depan pintu gerbang Istana Wigura. Dengan dua saudaranya diarah
kanannya bersebelahan, Pangeran Bheeshma disebelah kirinya. dan Raja Gandaka
bersama Ratu Gandiki memakai kereta kencana dibelakangnya tepat sejajaran
dibelakang Pangeran Raika (ditengah). Sementara Pangeran Punka disebelah
kanannya.
Raja Wiranata
yang sedang bersama Tuan Putri Purindah menatap bangga melihat mereka semua
yang telah bersiap-siap untuk berangkat dari pintu masuk kedalam istananya.
Sedangkan Tuan Putri Purindah begitu mendalami tatapannya kepada Pangeran
Bheeshma yang masih membelakanginya. Tiba-tiba
saja Pangeran Bheeshma yang masih berdiam menunggangi kudanya tertarik untuk
melihat kearah belakangnya karna bisikan kecil dari hatinya.
Pangeran Bheeshma
pun melakukannya dan terlihatlah Tuan Putri Purindah yang masih bersama Raja
Wiranata melihat dirinya tanpa mengedipkan kedua matanya. Melihatnya yang
seperti itu, Pangeran Bheeshma menggelengkan lepalanya pelan kepadanya. Tuan
Putri Purindah pun melirikan matanya kebawah meneteskan airmata kanannya lalu
mengusapnya. Tanpa diketahui Pangeran Bheeshma kembali, Ratu Gandiki kembali secara
diam-diam telah mengetahuinya.
Suara terompet bak
sangkakala pun mulai diperbunyikan dan itu menandakan telah dipersilahkannya
keluaraga dari Raja Gandaka untuk meninggalkan Istana Wigura. Mengetahui yang
demikian, Tuan Putri Purindah kembali melirikan matanya ke Pangeran Bheeshma
yang sudah berpaling kedepan darinya. Kemudian tanpa disadari mereka berdua,
mereka berdua meneteskan airmata kirinya dengan bersamaan saat Pangeran
Bheeshma baru saja beranjak pergi bersama keluarganya.
Kemudian Tuan Putri Purindah melirikkan kedua matanya
kembali melihat ke Pangeran Bheeshma dan
mereka berdua kini saling mengusap airmatanya dengan jemari tangan kanannya
dengan bersamaan kembali, masih dibalik kesadaran dari mereka berdua.
BHARATAYUDHAserisatu
Selang waktu
berjalan, Raja Gandaka beserta keluarganya kini pun telah tiba diistana
asalnya. Begitu pintu gerbang Istananya terbuka, terlihatlah pasti kedatangan dari
Raja Gandaka beserta keluarganya melewati
pintu gerbang Istananya memasuki halaman depan setelah melewati pintu
gerbang Istananya. Kini mereka semua mulai memasuki ruangan masing-masing. Dan
tiba-tiba saja saat dalam perjalanan, Raja Gandaka yang bersama Ratu Gandiki
menghentikan Pangeran Bheeshma.
“Berhentilah sejenak, Anakku!”, perintahnya
menghentikan Pangeran Bheeshma. Pangeran Bheeshma menghadapkan tubuhnya
kehadapannya, Ratu Gandiki ikut berhenti disebelah Raja Gandaka dengan melihat
ke Pangeran Bheeshma.
“Ayah telah tidak sengaja melihat Ibumu menjadi hening
ketika melihatmu sewaktu kita akan melewati pintu gerbang Istana Wigura! Apa
yang telah terjadi padamu, juga dengan Ibumu, Anakku?”. Raja Gandaka memakai
wajah sedikit curiga. Ratu Gandiki terkejut kecil melirikan matanya kepadanya.
“Tu, Tuanku….?”. Ratu Gandiki sedikit gugup menatap
terkejut kecil kepadanya. Pangeran Bheeshma langsung memotongnya.
“Begini Ayah, Ibu hanya ingin memastikan keadaanku!
Apakah aku baik-baik saja atau malah sebaliknya! Bukankah Ayah sudah
mengetahui, jika Ibu sangat menyayangiku bahkan pernah melupakan Ayah yang
sebagaii suaminya!”, sambungnya berani menatap Raja Gandaka dengan meyakinkan
memakai sedikit canda. Kemudian berpaling ke Ratu Gandiki, “Bukankah benar
begitu, Ibu!”. Tanyanya tentang kebenaran kepada Ratu Gandiki, sedikit
berbohong kepada Raja Gandaka.
Ratu Gandiki menjadi sedikit hening menatap Pangeran
Bheeshma karna perkataannya. Sedangkan Raja Gandaka baru saja memalingkan
pandangannya dari Pangeran Bheeshma kepada
Ratu Gandiki. Kemudian Ratu Gandiki mengarahkan pandangannya kepada Raja
Gandaka mengangguk dengan memberi senyuman keterpaksaan. Sementara Pangeran Bheeshma
yang melihat keduanya menjadi merenung melirikan matanya kebawah.
Diluar disana, dipintu
gerbang Istana Gapura kembali terbuka karna kedatangan tiga orang Tuan Putri
yang belum diketahui identitasnya.
Mereka bertiga kini sedang berjalan
menyusuri kerikil kecil yang bertaburan dihalaman. Setibanya dipintu masuk
kedalam istana, wajah mereka menjadi berseri-seri kemudian berlari kecil menuju
kesuatu ruangan didalam istana tersebut. Mereka bertiga seperti bak bidadari
yang tiba-tiba saja muncul dengan memakai pakaiian berselendang berwarnakan
tiga warna.
Sementara itu,
Pangeran Bheeshma masih berdiam diri dalam keheningan diruangannya. Masih
memakai bulu merak diatas telinga kanannya, ia membaringkan tubuhnya sambil
memeluk salah-satu bantalnya. Tiba-tiba terdengar suara tak bertuan yang
memanggilnya dari arah pintu juga dari
arah jendela diruangannya. Kemudian ia membangunkan dirinya mencari kearah
suara tak bertuan yang telah
memanggilnya tadi.
Ketika baru saja
membuka kedua pintu dari dalam ruangannya, terlihatlah tiga orang Tuan Putri
yang melihatnya dengan berbaris bersejajar menebarkan sennyuman untuknya.
“Salam Tuanku!”, sapa ketiga orang Tuan Putri itu bersama memberi salam.
Pangeran Bheeshma pun menjadi tersenyum melihat ketiganya yang bertingkah seperti
itu, lalu melangkah dua langkah kedepan mereka bertiga.
“Ternyata suara yang
tak bertuan tadi sekaligus telah mencoba mengusikku, adalah suara dari kalian
bertiga! Apakah kalian bertiga ingin bermain bersamaku sekarang!. Pangeran Bheeshma
membongkar dengan bertanya, mengajak.
“Pangeran, maukah kau menagjak ketiga adikmu
ini untuk bermain bersamamu lagi?”. Salah-satu dari ketiga Tuan Putri itu
bertanya balik mewakili.
“Kalian bertiga akan merugi bila tidak bermain bersamaku sekarang!
Putri Nanda, tanyakan kepada kedua Tuan Putri ini! Apakah mereka akan ikut
bergabung, atau malah menyendiri saja didapur istana disana”. Pangeran Bheeshma
berkata mengejak melihat mereka bertiga.
Tuan Putri Nanda
pun mencoba melihat kedua saudaranya, saudaranya membalas pandangannya dengan
bersamaan. Kemudian mereka bertiga
melihat ke Pangeran Bheeshma kembali dengan menjatuhkan setengah kepalnya
kekanan dan kekiri dengan tersenyum menampakan giginya mengatakan “iya”.
Pangeran Bheeshma menjadi tersenyum manja
melihat ketiga Tuan Putri itu.
Setelahnya, mereka bertiga langsung memegang tubuh Pangeran Bheeshma
membawanya pergi.
Sedangkan Pangeran Bheeshma merasa kewalahan karnanya
dan membiarkan mereka bertiga membawa dirinya yang entah kemana tujuannya.
BHARATAYUDHAserisatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar