Pada esok harinya, ditempat pelatihan istana Wigura beberapa
prajurit sedang menguji keahliannya dalam bertarung berduel dengan prajurit
lainnya. Terlihat Pangeran Raika bersama Pangeran Punka sedang bersantai
ditempat itu melihat pemandangan yang ada disekitarnya. Setiap kali mereka
tertawa sesaat ketika melihat prajurit yang sedang latihan berbuat hal yang
ceroboh disekitarnya.
Sementara ditempat bagian lain, masih disekitar
tempat pelatihan Istana tersebut. Terlihat Pangeran Bheeshma yang sedang asik memeriksa
anak panah beserta busurnya. Usainya memeriksa kedua benda tersebut, ia pun kembali
keruangannya untuk bersantai menghindari keramaiian. Dan ketika baru saja
melangkah masuk sepuluh langkah melewati pintu ruangannya, terdengar langkah
kaki seseorang mendekati dirinya dari sisi belakang dirinya.
Pangeran Bheeshma begitu mengenal langkah kaki yang
didengarnya itu, “Suara langkah kakimu, merupakan sura langkah kaki yang
terkadang menyita pemikiranku!”. Tersenyum lalu berbalik usai berkata. Ketika
saatnya membalikkan tubuhnya kebelakang, mendadak senyumnya yang tadi
ditunjukkannya berubah menjadi kekakuan karna terkejut melihat seoranng wanita
didepannya. “Suara langkah kaki dari saiapakah yang kau maksudkan, Anakku?”, Ratu
Gandiki menanyakan bernada curiga.
Sontak Pangeran Bheeshma menjadi terdiam seketika
menatapi Ibunya. Dan ketika akan menjawabnya. Tiba-tiba dilihatnya sosok Tuan
Putri Purindah yang mulai menunjukkan dirinya dari sisi samping dibelakang Ratu
Gandiki. Tuan Putri Purindah menatapnya diam dengan melangkah maju disebelah
Ibu Ratu. Begitu juga Pangeran Bheeshma yang semakin terdiam menatapnya, lalu
menatapi keduanya secara bergantian.
Dimana mereka berdua, Ratu Gandiki dan Tuan Putri
Purindah bersama menatap tajam tanpa berkedip ke Pangeran Bheeshma.
“Anakku, Ibu perlu berbicara kepadamu pada sore
nanti! Karna Ibu baru saja mengetahui, malam tadi kau telah membuat seorang
Putri disebelah ibu ini marah kepadamu!”. Ungkap Ratu Gandiki sambil
memerintah.
“Dayang Naura, dimana dia? Mengapa kau tidak
mengadukan ini kepada dia saja!”. Jawab Pangeran Bheeshma mengalihkan dengan bertanya
kepada Tuan Putri Purindah. Memberi tatapan sedikit melototkan kedua bola matanya.
Mendengar perkataan dari Pangeran bheeshma yang sedikit
menyindirnya itu, Tuan Putri Purindah memanggil namanya pelan, “Pangeran
bheesh….!”, dengan geramnya menatap kesal melototkan kedua bola matanya kecil
lalu berbalik pergi meninggalkan. Ibu Ratu yang menyaksikannya hanya
menggelengkan kepalanya dengan mendesahkan nafasnya melihat ke Pangeran
Bheeshma. Sedangkan Pangeran Bheeshma mulai tertunduk malu setelah mengetahui.
Pada sore
harinya, Pangeran Bheeshma mulai mencari Ratu Gandiki untuk menemuinya atas
perintahnya siang tadi. Tak perlu waktu yang lama untuk mencari, karna kini Pangeran
Bheeshma telah menemuinya didapur istana.
“Ibu, apa yang
sedang Ibu lakukan disini?”. Sapanya ketika telah berada disampingnya.
“Salam Anakku,
Pangeran Bheeshma!”. Ratu Gandiki melihat kepadanya dengan memberinya salam.
“Salam Ibu, maaf
sebelumnya aku lupa memberikan salam kepadamu!”. Katanya meminta maaf memberi
salam.
“Anakku, tidak
bisakah kau membiarkan seorang Tuan Putri dari Wigura untuk melanjutkan
ceritanya kepadamu! Tepatnya malam tadi saat kau bersamanya dibawah bulan sabit
berlokasi ditaman belakang Istana!”. Ratu Gandaka berkata mengulang.
“Ibu, dia hanya
bercerita tentang sehelai bulu merak yang sedang menari-nari digenggamannya!”.
Balasnya terbuka memakai tatapan meyakinkan.
“Semestinya kau
tidak memotong ceritanya dulu, nak! Biarkan saja dia tetap bercerita! Karna
jika kau tidak memotongnya, dia akan melanjutkan ceritanya tentang kedapatannya
menangkap sehelai bulu merak, sangat berhubungan dengan kedatangan Ibu keIstana
Wigura ini!”. Ratu Gandiki menjelaskan.
“Tapi mengapa dia
memperlambat dengan memulai basa-basi itu, Ibu?”. Pangeran menjawab mengeluh.
“Seperti yang Ibu
katakan tadi! Dia menyamakan kedatangan Ibu kesini dengan kedapatannya menangkap
sehelai bulu merak itu!”. Ratu Gandiki kembali mengulang penjelasannya.
Pangeran Bheeshma
merasa tidak puas, memasang wajah sedikit cemberut kepada Ratu Gandiki. Dan
memilih pergi usai memberi salam kepadanya. lalu berdiam dengan bersandar
disebuah tiang ditempat pelatihan sambil berkata didalam hatinya, “Gadis yang
sama akan menyita pemikiranku lagi!”, dengan melihat-lihat disekitarnya
berwajahkan murung.
BHARATAYUDHAserisatu
Yang terjadi pada
hari kemarin, biarlah terjadi. Sebab hari ini akan datang hari yang baru dan
akan menciptakan sesuatu yang baru. Begitulah yang terlihat dari Tuan Putri
Purindah yang sedang bermain bersama ketiga dayang favoritya dihalaman depan Istananya.
Dan kini Tuan Putri melemparkan sebuah bola kecil untuk mencari tawanannya.
Ketiga dayangnya itupun berlari menghindarinya, sedangkan lemparan dari Tuan
Putri Purindah tersebut telah tertuju kepada dayang Naura.
Disaat itu juga, terlihat
Pangeran Bheeshma yang tak sengaja melihat bola lemparan dari Tuan Putri
Purindah akan mengenai dayang Naura. Dengan reflek Pangeran Bheeshma langsung
menghentikannya lemparan bola itu dengan menangkapnya. Kemudian ketiga dayang
itupun langsung memeganginya, menariknya dan membawanya Pangeran Bheeshma pergi
menuju ke Tuan Putri Purindah. Sesampainya disana, Tuan Putri Purindah memasang
tatapan dingin kepada Pangeran Bheeshma.
Sementara Pangeran Bheeshma masih memegang bolanya
menatapnya bingung. “Dimana kecerdasanmu, Pangeran Bheeshma! Dengan kau
menangkap bola kecil itu, maka kau harus menari dipuzzel didepanmu ini!”,
perintah Tuan Putri Purindah menghinanya dengan ejekan. “Baiklah jika ini
merupakan sebuah permainan untukku!”, balas Pangeran Bheeshma langsung
menerimanya. Ketiga dayang favorit Tuan Putri Purindah itupun langsung menertawainya
kecil.
Dan kini Pangeran Bheeshma mulai melangkahkan kaki
kanannya untuk menginjakki ke duapuluh lima puzzle tersebut. Dan ada satu angka
pada puzzle tersebut sebagai jebakan yang akan membuatnya terjatuh ketika
menginjakkinya. Pangeran Bheeshma pun menari-nari dengan menginjakki nomor
puzzle yang diinginkan disertai sebuah senyuman kewaspadaan ditemani bulu merak yang ikut menari diatas telinga
kanannya.
“Pangeran Bheeshma, kau terlihat begitu feminim dengan
bulu merak yang menari-nari diatas telinga kananmu itu!”, Tuan Putri Purindah
menggodanya berusaha memecahkan konsentrasinya. Kemudian disambung ketiga
dayangnya yang semakin menertawainya. Tiba-tiba saja Pangeran Bheeshma menjadi
terjatuh saat menginjakkan kakinya keangka duapuluh. “Lihaltah dayang-dayangku! Kecerdasannya
tidak bisa memberitahukan angka berapa yang sebagai jebakan untuknya!”.
Tuan Putri Purindah kembali menghinanya dengan
ejekan. “Putri Purindah!”, Pangeran Bheeshma menyebutkan namanya dengan tatapan
menggeramkan. Melihatnya yang seperti itu, Tuan Putri Purintah langsug berlari
meninggalkan tanggung jawabnya dari Pangeran Bheeshma. Begitu juga Pangeran
Bheeshma yang baru saja berdiri dari jatuhnya akan segera mengejarnya.
BHARATAYUDHAserisatu
Dimalam harinya,
Tuan Putri Purindah duduk bersandar ditempat tidurnya didalam ruangannya dengan
meluruskan kedua kakinya. Setelah berlari terlalu lama saat menghindari kejaran
dari Pangeran Bheeshma tadi siang. Disaat masih tenangnya berdiam diri,
terdengar suara memangil namanya dari arah jendela disisi kanan didalam
ruangannya, yang saat itu masih terbuka. Tuan Putri Purindah pun langsung
mengarahkan pandangannya kejendela tersebut.
Kemudian dilihatnya
sehelai bulu merak muncul dari bawah naik keatas hingga memunculkan seseorang
yang memiliki sehelai bulu merak tersebut.
“Pangeran Bheeshma!”, bisiikannya kecil ketika mengetahui disertai
keterkejutan kecil. Sedangkan Pangeran Bheeshma yang masih berdiri diluar
jendela didalam ruangannya, mencoba untuk memasukinya dan menujunya. Tuan Putri
Purindah kini menjadi terpana melihatnya hingga Pangeran Bheeshma berada
didekatnya berdiri disisi kanannya.
Disaat mereka
saling memandangi, Tuan Putri Purindah mengaku bingung mengapa Pangeran
Bheeshma bisa memiliki akal untuk menemuinya dengan melewati jendela didalam
ruangannya yang masih terbuka. Juga tidak mengetahui apa yang mendorongny untuk
melakukan hal yang demikian. Pangeran Bheeshma menatapnya diam memberinya
senyuman kecil. Begitu juga Tuan Putri Purindah yang mengetahui, ikut
memberinya senyuman kecil dengan keterpaksaan masih melihatnya.
“Selamat Putri
Purindah! Kau telah berhasil mengalahkanku tadi! Menyelaku dipermainan tarian
puzzle!”. Pangeran Bheeshma memulai memberi selamat, sedikit menyinggung.
“Seharusnya kau
tidak boleh marah, apalagi mengejar orang yang sudah mengalahkanmu!”. Balasnya
memberitahu aturan didalam permainan.
“Tetapi kau juga
menyelaku, Putri!”. Balasnya dengan mengingatkan, sedikit canda.
“Itu merupakan
sebuah hukuman untukmu! Dan itu bisa kau dapatkan saat kau kalah dalam
permainan saja!”. Balasnya kembali dengan tertawa kecil mengejek.
Pangeran Bheeshma
mendesah melihatnya dengan menggeleng pelan, sedangkan Tuan Putri Purindah
menjulurkan lidahnya kebawah mengkedipkan mata kanannya kepadanya dengan
bersamaan. Dan tiba-tiba saja terdengar suara dari pintunya yang seperti terbuka
perlahan. Tuan Putri Purindah pun menjadi sedikit tegang, dan akan mencoba
menolehkan kepalanya kearah pintu didalam ruangannya dengan melirik segan.
Sementara Pangeran Bheeshma yang juga mengetahuinya
segera bersembunyi dibawah kolong tempat tidur Tuan Putri Purindah. Dan
ternyata yang datang memasuki ruangannya adalah dayangnya yang bernama Naura. Tuan
Putri Purindah pun merasa lega menyambutnya. “Ayo, Putri! Tabib Istana telah
datang untuk mengobati rasa kram dikakimu!”, katanya mengajaknya halus.
Tuan Putri Purindah menerima ajakannya dan berjalan
pelan agar kakinya terasa tidak terlalu sakit. Sedangkan Pangeran Bheeshma yang
melihat langkahnya dibawah kolong tempat tidurnya hanya berdiam mengamati.
BHARATAYUDHAserisatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar