Selasa, 10 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-20


                Pangeran Bheeshma kini beranjak pergi memasuki taman didalam istananya, kemudian terduduk dibangku taman dengan membelakangi ketiga saudaranya berjarak dua meter yang belum diketahuinya. Disitu, Pangeran Bheeshma terduduk dengan merenung akibat rasa terkejutnya dilandasi kecemasan yang sempat dirasakannya tadi saat mengetahui sedikit perbincangan kedua orangtuanya diruangan Ratu Gandiki.
Dan tanpa disadari olehnya, ketiga saudaranya itu kini telah melihatnya yang demikian dibelakangnya. Namun ketika ketiga saudaranya  itu akan menghampirinya, tiba-tiba saja menjadi terhenti saat ketika Ratu Gandiki muncul sedang berjalan menuju Pangeran Bheeshma. Mereka bertigapun hanya berdiri memandangi keduanya. Dan kini Ratu Gandiki berada disebelah Pangeran Bheeshma dengan berdiri melihatnya.
                “Anakku, setelah Ibu tidak sengaja melihatmu tadi, Ibu merasa ada sesuatu yang begitu membuatmu terkejut!”. Sapanya sambil bertanya membelai rambut Pangeran bheeshma. “Didalam pikiran juga didalam hati Ibu, Ibu telah memiliki dua alasan setelah apa yang Ibu lihat tadi padamu! Yang pertama, karna kau telah menyayangi Putri dari Wigura itu! Dan yang kedua, kau memang terkejut mendengar kabar ini yang sebelumnya tidak terfikirkan olehmu!”. Mencoba mencurahkannya kepada Pangeran Bheeshma.
                “Bagaimanapun juga aku pernah tinggal diIstana Kerajaan Wigura, Ibu! Jadi sangat wajar jika aku  menjadi begitu terkejut ketika mendengar kabar itu!”. Pangeran Bheeshma mengungkap dengan pandangan lurus kedepan. Ratu Gandiki menggeleng pelan masih melihatnya, membelai rambutnya.
                “Lantas, apa arti dari tetesan airmatamu saat kita bersama-sama akan meninggalkan Istana Kerajaan Wigura? Dan saat itu juga tentu kau sudah melihat dia, bukan!?”. Ratu Gandiki mengulang mengingatkannya. Ketiga saudaranya masih berdiri berdiam semakin menyimak perbincangan mereka yang sudah tak lagi jauh jaraknya dengan mereka berdua. “Tidakkah kau pernah mendengar suara  yang memanggilmu dengan sebutan “Pangeran Bheeshmaku! Cobalah kau mengingatnya kembali, nak!”.
                Sambungnya Rat Gandiki kembali. Kemudian Ratu Gandiki berjalan menuju kedepannya dengan menghadapnya yang masih terduduk dibangku taman didalam Istananya.
“Kau pernah tertidur teramat lelap saat kau ditemani Putri dari Wigura itu, meski alasanmu adalah jika kau tidak sengaja melakukannya! Kau juga pernah hanya berdua saja bersama Putri dari Wigura ditaman belakang Istana Wigura pada malam hari! Dan kau pernah memilih untuk berdiam seorang diri ditaman perbatasan karna dia!”. Sambung kembali Ratu Gandiki semakin menegaskan seolah-olah telah menghakiminya kembali.
Pangeran Bheeshma pun merasa terkejut karna Ratu Gandiki sudah mengetahui semuanya yang sama sekali tidak terfikirkan olehnya. Jiwanya kinipun menjadi bergetar mulai memberanikan dirinya untuk menatap ke Ratu Gandiki yang sedari tadi telah berada didepannya menghadapnya dengan masih berdiri.

BHARATAYUDHAserisatu

                Sungguh perdebatan yang panjang yang telah dilakukan Ratu Gandiki kepada Pangeran Bheeshma. Dan kini Pangeran Bheeshma mulai terbayang kembali dipikirannya saat dirinya masih bersama Putri dari Wigura seperti yang dikatakan Ratu Gandiki kepadanya tadi. Tubuhnya pun mulai bergetar hebat namun tak ditunjukannya karna baru saja menyadari sesuatu yang sudah terjadi kepadanya sejak lama.
                “Ibu, Ibu selalu saja membicarakan hal ini! Aku sangat tidak menyukainya, Ibu! Tolong jangan memaksaku dalam hal ini!”. Ungkap Pangeran Bheeshma dengan berani menolak sambil menegaskan kepada Ratu Gandiki. Ratu Gandiki menjadi terpaku mendengar perkataannya, sedikit merasa tidak mengenakan masih menatap Pangeran Bheeshma. Tiba-tiba Tuan Putri Nadira yang masih bersama kedua saudaranya menyambungnya dari belakang Pangeran Bheeshma.
                “Maafkan aku, Pangeran! Tapi setelah aku mendengar cerita dari Ibu Ratu tadi, aku merasa jika kau mungkin akan mencintainya!”. Mengungkapkan apa yang baru saja ada didalam pikirannya. Pangeran Bheeshma berdiri melirikan matanya kebawah melihat kearah belakangnya yang tertuju kepada ketiga saudaranya, masih membelakangi dan akan mengungkapkan sesuatu yang sebenarnya terjadi pada dirinya.
                “Setiap aku mendengar langkah dari kakinya, langkah dari kakiku seperti ingin berlari menyambutnya!”, dengan terbayang saat dirinya menunggu kedatangan Tuan Putri Purindah pada malam hari ditaman belakang Istana Wigura.  “Dan disetiap aku mendengar suaranya memanggil namaku, aku merasa bahagia dan juga  ingin mengajaknya berbicara terus-menerus!”, dengan terbayang saat Tuan Putri Purindah memanggilnya, “Pangeran Bheeshmaku!”.
“Aku tidak ingin keheningan ada diantara aku dan dia! Dan juga, jantungku selalu berdetak tidak normal saat aku mulai mengetahui kehadiran dirinya!”, dengan terbayang saat pertama kalinya bertemu dengan Tuan Putri Purindah diIstana Kerajaan Wigura dan saat menari bersama ditaman belakang Istana Kerajaan Wigura. Pangeran Bheeshma mengungkapkannya dengan terbayang saatnya masih bersama Tuan Putri Purindah yang begitu singkat.
Kemudian mereka bertiga berlari kecil kedepan menuju Pangeran Bheeshma yang masih bersama Ratu Gandiki, dan kini mereka bertiga telah berada disamping Pangeran Bheeshma. “Saudaraku, perkatannmu telah membuktikan sedikit jika kau benar akan mencintainya! Lebih baik kau jujur saja dengan kami semua disini! Kau tidak perlu lagi meredamkan gejala cinta yang telah lama kau rasakan!”, sambung Putri Nandara penuh keseriusan menatap Pangeran Bheeshma.
Pangeran Bheeshma merasa sedikit bingung setelah mendengar kata darinya dengan membalas tatapan darinya. Sedangkan kedua saudaranya yang lain mulai menertawainya kecil, begitupun Ratu Gandiki menjadi tersenyum lebar setelah mendengar kata darinya juga. Kemudian Pangeran Bheeshma mencubit kedua pipi Tuan Putri Nandara pelan sambil menertawainya. Suasana yang tadinya menegangkan kinipun menjadi begitu ramai dengan canda.

BHARATAYUDHAserisatu

                Kerajaan Wigura kini semakin berada diketerpurukan. Raja Wiranata begitu resah memikirkan bagaimana dengan kesejahteraan kehidupan rakyatnya jika perkebunan miliknya akan diambil paksa oleh Kerajaan Karita. Tidak hanya itu, Raja Wiranata juga menjadi semakin resah saat mulai merasa jika ketentraman dari Putrinya akan terancam karna sudah menolak sebuah tawaran perjodohan yang sudah terlanjur ditolaknya.
                Semakin mengetahui permasalahannya yang semakin rumit, Raja Wiranata mencoba mengirimi surat kembali ke Raja  Gandaka untuk mendiskusikannya secara empat mata disebuah tempat diperbatasan. Dan kini mereka sudah berada ditempat diperbatasan tersebut dengan saling berhadapan menunggangi kudanya bersama beberapa prajuritnya. Mereka saling memandangi satu sama lain.
                “Temanku, aku begitu merasa sangat gelisah karna permasalahan ini! Aku sangat adil pada rakyatku! Namun aku juga tidak mau ketentraman dari Putriku menjadi sedikit terganggu!”. Curahan kegelisahan Raja Wiranata memulai.
                “Seperti yang pernah kau tulis didalam suratmu, aku sedikit bisa mengambil sebuah kesimpulan. Mereka yang merupakan pihak dari Kerajaan Karita, akan melampiaskan dendam mereka dalam dua hal! Dan hanya dapat diselesaikan dengan sebuah peperangan!”. Saran Raja Gandaka menggetarkan Raja Wiranata.
                “Temanku, aku mau saja mereka mengambil paksa hasil dari perkebunan milikku! Namun tetap saja itu tidak akan pernah membuat mereka menjadi cukup puas!”. Raja Wiranata mengatakan rasa dilemanya.
                “Temanku, Raja Wiranata! Bukankah kau begitu menyayangi semua rakyatmu sama seperti kau menyayangi Putrimu? Dan aku sudah mengetahui pasti, kau tidak akan pernah merasa tega jika melihat semua rakyatmu menjadi kelaparan karna tidak bisa menikmati hasil dari perkebunanmu!”. Raja Gandaka mengingatkan kembali.
                “Itu yang membuatku merasa seperti dilema besar! Aku merasa seperti terdampar disebuah pulau terpencil yang tak berpenghuni! Disana aku harus menolong rakyatku atau Putriku! Sementara disaat yang sama mereka sama-sama sangat membutuhkan pertolongankku sebelum ombak dilautan dipulau terpencil itu semakin menyeret salah-satu diantaranya!”. Raja Wiranata mengungkap persamaannya melihat begitu gelisah kepada Raja Gandaka.
                “Tenanglah temanku! Aku akan berusaha meminta keringanan untuk mengalihkan sebuah peperangan sebagai penyelesaiian, menjadi sebuah persidangan sebagai penyelesaiiannya!”. Raja Gandaka menasehatinya, mengatakan tekadnya.
                “Baiklah, temanku Raja Gandaka! Sebaiknya perbincangan kita akhiri saja cukup sampai disini! Dan sampai salamku kepada Ratu Gandiki!”. Raja Wiranata mengakhiri dengan bijaksana.
                Raja Gandaka pun mengangguk kepadanya disertai senyuman dibibirnya. Kemudian mereka berdua bersama-sama telah berbalik arah untuk kembali pulang keIstananya masing-masing.

BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar