Selasa, 10 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-15



                Dihalaman Istana Wigura, semua prajurit telah berbaris rapi menyambut kedatangan Raja Wiranata bersama Raja Gandaka dari perjalanannya beberapa hari yang lalu. Disaat pintu gerbang istana Wigura terbuka, terlihatlah Raja Wiranata bersama Raja Gandaka memasuki halaman depan Istana Wigura dengan menunggangi kudanya masing-masing berjalan pelan. Semua prajurit pun mulai memberi salam penghormatan mengiringi kedatangan kedua Raja besar itu.
                Pangeran Bheeshma yang telah menunggunya, berlari menghampiri Raja Gandaka dengan berlutut menyentuh kedua kakinya. Lalu berdiri kembali memberi salam kepadanya. Raja Gandaka yang mengetahui menerima salamnya dan memeluknya bahagia. Raja Wiranata pun turut bahagia melihatnya disebelahnya. Dan tiba-tiba ada yang memanggilnya, “Ayah….!”, dikejauhan disekitarnya. Raja Wiranata pun bergetar mencari suara itu. Ternyata suara itu adalah suara dari Putrinya yang berlari menujunya.
                Kemudian Tuan Putri Purindah memeluk Raja Wiranata bersamaan dengan Pangeran Bheeshma yang telah melepaskan pelukannya dari Raja Gandaka. Raja Wiranata mencium kening Putrinya sesaat melihat wajahnya yang begitu bahagia karna kedatangannya. Dan Ratu Gandiki, Pangeran Punka juga Pangeran Raika mengaku terharu menyaksikan pemandangan dari keduanya. Begitupun dengan Pangeran Bheeshma bersama Raja Gandaka yang masih melihatnya disebelahnya.

Beberapa saat kemudian . . . .

                Diruang persidangan istana Wigura, tampak Raja Wiranata, Raja Gandaka, Pangeran Punka juga Pangeran Raika, dan Ibu Ratu Gandiki bersama Pangeran Bheeshma berbaris membentuk sebuah lingkaran kecil saling berhadapan satu sama lain. Mereka berenam terlihat seperti sedang merundingkan sesuatu, dan tidak diketahui oleh mereka jika Tuan Putri Purindah baru saja berdiam melihat mereka berenam yang berbaris membentuk sebuah lingkaran kecil didalam ruangan persidangan itu.
                Tuan Putri Purindah mencoba melihatnya dalam mengamatinya, kemudian memalingkan pandangannya juga berkata, “Apakah mereka disana, sedang merundingkan kepulangan Raja Gandaka beserta keluarganya?”. Tanyanya mencoba menerka dicampur rasa curiga lalu beranjak meninggalkan beralih kesebuah tiang untuk menghilangkan kecurigaannya tak jauh dari ruang persidangan istananya. Kecemasan itupun semakin  dirasakannya hingga memberatkan nafasnya dengan melihat kebawah.
                Selang beberapa menit berlalu, Tuan Putri Purindah menemui Pangeran Bheeshma bersama kedua pamannya melewatinya dirinya diarah kirinya.   Matanya langsung tertuju kepada Pangeran Bheeshma yang belum mengetahuinya karna masih asik berdiskui bersama kedua pamannya. Tuan Putri Purindah semakin menatapnya tajam bahkan ketika Pangeran Bheeshma masih berjalan membelakanginya. Dan cemas yang sempat dirasakannya tadi, kini berubah menjadi rasa takut.
                Sementara Pangeran Raika yang tak sengaja melihatnya, mencoba memberithukan kepada Pangeran Bheeshma dengan memerintahkannya untuk berpaling diarah belakangnya sejenak. Pangeran Bheeshma pun mengiyakan perintahnya berpaling kearah belakangnya. Dan dilihatnya sosok Tuan Putri Purindah yang kini menunduk gelisah pergi meninggalkan sebuah tiang yang telah didiaminya tadi. Dan kembali Pangeran Bheeshma melihatnya gelisah tak beralasan seperti yang pernah ditemuinya.
                Saat terjadi sebuah sidang yang pertama diistana Gapura beberapa waktu yang lalu. Disanalah Pangeran Bheeshma menemukan Tuan Putri Purindah bersedih tanpa diketahui alasannya. Dan kini Tuan Putri Purindah sedang menangisi rasa cemas dibalut dengan rasa ketakutannya. Dirinya tak kuasa hingga meluapkan emosinya diruangannya dengan menengkurapkan tubuhnya dengan memeluk bantalnya ditempat tidurnya.
Tiba-tiba diterimanya sebuah gulungan kertas lemparan dari seseorang untuknya dari arah jendela sisi kanannya masih didalam ruangannya. Setelah dibuka, sebuah gulungan kertas itu merupakan sebuah surat dari Pangeran Bheeshma yang mengajaknya untuk bertemu ditaman biasa mereka bertemu.

BHARATAYUDHAserisatu
                Sedikit ketenangan yang dirasakan Tuan Putri Purindah setelah menerima sebuah gulungan kertas yang merupakan sebuah surat dari Pangeran Bheeshma mengajaknya untuk bertemu. Hal itu terbukti saatnya sedang duduk disebuah ayunan ditaman sambil mengayunkan dirinya pelan. Kemudian berhenti berdiri ketika melihat Pangeran Bheeshma baru saja datang menujunya. Tuan Putri Purindah masih berdiam melihatnya hingga Pangeran Bheeshma telah berada disampingnya, disebelah kanannya.
                Kemudian Pangeran Bheeshma memegang telapak tangan kiri Tuan Putri Purindah dengan tangan kanannya. Lalu Pangeran Bheeshma membawanya beranjak pelan, kemudian berhenti dengan merentangkan tangan kanan Tuan Putri Purindah. Tuan Putri Purindah melihatnya bingung, masih berpikir apa yang mau dilakukan Pangeran Bheeshma terhadapnya. “Menarilah bersamaku, Putri!”, perintahnya dengan senyuman manja begitu menawan.
                Tuan Putri Purindah pun mengerti juga membalas senyuman diwajahnya. Kemudian mereka berdua bersama-sama mengepal  menyatukan kedua telapak tangan. Pangeran Bheeshma mengeratkan genggamannya menarik Tuan Putri Purindah yang bersamanya. Mereka berduapun kini saling bertatapan dengan wajah yang begitu dekat, juga genggaman kedua tangan mereka yang terangkat didepan dada mereka masing-masing.
“Sekali lagi kau menggodaku!”, Tuan Putri Purindah berkata begitu tersipu malu. Usainya berkata, Tuan Putri Purindah Berlari kecil seakan meninggalkan Pangeran Bheeshma, namun tangannya masih menggenggam tangan Pangeran Bheeshma. Melihatnya yang seperti itu, Pangeran Bheeshma langsung menahan genggamannya agar tidak terlepas dari genggamannya. Dan Tuan Putri purindah menjadi terhenti seketika setengah membelakanginya.
“Menghindarlah lagi jika kau bisa!”, perintah Pangeran Bheeshma kembali dengan membingungkannya. Mereka berduapun menjadi hening sesaat, dan tiba-tiba saja Pangeran Bheeshma kembali menarik tangan Tuan Putri Purindah sehingga dirinya menjadi termundur dan setengah jatuh kedalam dekapan Pangeran Bheeshma. kemudian Tuan Putri Purindah mengenggam kedua tangannya dengan kedua tangan Pangeran Bheeshma dan kini beralih menjadi saling berhadapan.
Setelahnya, mereka berdua memundurkan langkah kaki mereka kebelakang hingga tangan mereka   sama-sama terentang dengan berputar bersama selama tujuh putaran dihiasi tawa lepas dari keduanya. Diputaran yang ketujuh, genggaman mereka berdua menjadi terlepas dan hanya Tuan Putri Purindah yang masih berputar mengelilingi Pangeran bheeshma dengan merentangkan tangannya setengah kebawah. Sungguh indah tariannya yang telah ditunjukannya kepada Pangeran Bheeshma.
Sampai-sampai Pangeran Bheeshma dibuatnya tak berdaya juga tak kuasa tuk menghentikan tariannya. Dan disaatnya masih melihat tariannya, Tuan Putri Purindah berhenti mendekapnya dari belakang dengan menyandarkan kepalanya dipunggung belakang Pangeran Bheeshma. Disambung dengan  kedua tangannya yang memeluk erat berada diperut Pangeran Bheeshma. Tuan Putri Purindah masih terhanyut dalam dekapannya kepada Pangeran Bheeshma.
Begitupun Pangeran Bheeshma yang menolehkan kepalanya kesamping meliriknya dengan memegang kedua tangan Tuan Putri Purindah yang masih berada diperutnya. Kemudian Pangeran Bheeshma melepaskan dekapan Tuan Putri Purindah pelan lalu berbalik menghadappnya dengan setengah menunduk melihat kebawah mengambil kedua telapak tangan Tuan Putri Purindah dan mengangkatnya, menciumnya. Tuan Putri Purindah yang merasakannya hanya berdiam melihatnya.
Setelah melakukannya, Pangeran Bheeshma melepaskan tangannya pelan beralih memegang pinggang dari Tuan Putri Purindah dengan kedua tangannya. Tuan Putri Purindah pun membalasnya memegang kedua lengan Pangeran Bheeshma dengan kedua tangannya. Mereka berduapun kini saling bertatapan sambil menari melangkahkan kedua kaki mereka kekiri dan kekanan sambil berbicara.
                “Putri, aku ingin kau mengenangku disini! Karna kepulangan ku sudah menunggu hari!”. Memakai tatapan sangat dekat meyakinkan.
                “Aku sudah memiliki pemikiran seperti itu pada sebelumnya! Aku belum terpuaskan dengan kebersamaan kita!”. Curahan hatinya bergetar-getar.
                “Langkah dari kakimu sekarang sudah kembali normal! Kau sudah bisa menari bersamaku! Bisikan tarian langkah kakimu ini yang kan membuatku untuk selalu mengenangmu!”. Sambungnya meghibur.
                Setelah mendengar katanya, Tuan Putri Purindah berdiam melihat bulu merak diatas telinga kanan dari Pangeran Bheeshma. Sedangkan Pangeran Bheeshma masih menatap wajahnya. Dan tiba-tiba saja Tuan Putri Purindah menghentikan tariannya dengan menatap kembali wajah Pangeran Bheeshma.
                “Pangeran, aku akui jika aku memang terlambat dalam mengetahui kedatanganmu!”. Pengakuan Tuan Putri Purindah tentang kejujuran.
                “Dan pada saat itu juga aku masih belum terfikirkan tentang dirimu!”. Balas Pangeran Bheeshma dengan kejujuran.
                “Kedatanganmu yang tidak aku ketahui pada sebelumnya, mengapa mendadak aku dapati kabar kepulanganmu yang aku rasa begitu cepat!”. Sambungnya diakhiri sebuah pertanyaan.
                “Karna rumahmu bukanlah rumahku! Istanamu, Kerajaanmu, Ayahmu, juga ketiga dayangmu bukanlah milikku juga! Sebab itulah aku harus pulang bersama sesuatu yang telah aku miliki sejak lama!”. Sambung kembali Pangeran Bheeshma menjelaskan, sedikit menenangkan.
                “Kalau begitu, temui aku lagi malam nanti disini! Mugkin malam ini merupakan malam yang terakhir untukku bersamamu!”. Perintahnya meminta dengan merenung menatapnya.
                Anginpun mulai berhembus pelan menerpa keduanya hingga membuat rambut dari Tuan Putri Purindah berterbangan pelan. Kemudian Pangeran Bheeshma mengalihkan kedua tangannya untuk membelai wajah Tuan Putri Purindah dengan memegang kedua pipinya. Sedangkan Tuan Putri Purndah menglihkan kedua tangannya kedada Pangeran Bheeshma dengan menarik pelan bajunya. Dan Pangeran Bheeshma menarik kepala dari Tuan Putri Purindah dengan kedua tangannya.
Pangeran Bheeshma menariknya hingga kening mereka berdua saling bersentuhan, lalu melanjutkannya dengan saling menyentuhkan kedua ujung hidung dari mereka berdua. Dan kemudian mereka berdua bersama-sama memejamkan kedua matanya mencoba meresapinya penuh perasaan.

BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar