Dihalaman Istana
Wigura, semua prajurit telah berbaris rapi menyambut kedatangan Raja Wiranata bersama
Raja Gandaka dari perjalanannya beberapa hari yang lalu. Disaat pintu gerbang
istana Wigura terbuka, terlihatlah Raja Wiranata bersama Raja Gandaka memasuki
halaman depan Istana Wigura dengan menunggangi kudanya masing-masing berjalan pelan.
Semua prajurit pun mulai memberi salam penghormatan mengiringi kedatangan kedua
Raja besar itu.
Pangeran Bheeshma
yang telah menunggunya, berlari menghampiri Raja Gandaka dengan berlutut
menyentuh kedua kakinya. Lalu berdiri kembali memberi salam kepadanya. Raja
Gandaka yang mengetahui menerima salamnya dan memeluknya bahagia. Raja Wiranata
pun turut bahagia melihatnya disebelahnya. Dan tiba-tiba ada yang memanggilnya,
“Ayah….!”, dikejauhan disekitarnya. Raja Wiranata pun bergetar mencari suara
itu. Ternyata suara itu adalah suara dari Putrinya yang berlari menujunya.
Kemudian Tuan
Putri Purindah memeluk Raja Wiranata bersamaan dengan Pangeran Bheeshma yang
telah melepaskan pelukannya dari Raja Gandaka. Raja Wiranata mencium kening
Putrinya sesaat melihat wajahnya yang begitu bahagia karna kedatangannya. Dan Ratu
Gandiki, Pangeran Punka juga Pangeran Raika mengaku terharu menyaksikan
pemandangan dari keduanya. Begitupun dengan Pangeran Bheeshma bersama Raja
Gandaka yang masih melihatnya disebelahnya.
Beberapa saat kemudian . . . .
Diruang
persidangan istana Wigura, tampak Raja Wiranata, Raja Gandaka, Pangeran Punka
juga Pangeran Raika, dan Ibu Ratu Gandiki bersama Pangeran Bheeshma berbaris
membentuk sebuah lingkaran kecil saling berhadapan satu sama lain. Mereka
berenam terlihat seperti sedang merundingkan sesuatu, dan tidak diketahui oleh
mereka jika Tuan Putri Purindah baru saja berdiam melihat mereka berenam yang
berbaris membentuk sebuah lingkaran kecil didalam ruangan persidangan itu.
Tuan Putri
Purindah mencoba melihatnya dalam mengamatinya, kemudian memalingkan
pandangannya juga berkata, “Apakah mereka disana, sedang merundingkan
kepulangan Raja Gandaka beserta keluarganya?”. Tanyanya mencoba menerka
dicampur rasa curiga lalu beranjak meninggalkan beralih kesebuah tiang untuk
menghilangkan kecurigaannya tak jauh dari ruang persidangan istananya.
Kecemasan itupun semakin dirasakannya
hingga memberatkan nafasnya dengan melihat kebawah.
Selang beberapa
menit berlalu, Tuan Putri Purindah menemui Pangeran Bheeshma bersama kedua
pamannya melewatinya dirinya diarah kirinya. Matanya langsung tertuju kepada Pangeran
Bheeshma yang belum mengetahuinya karna masih asik berdiskui bersama kedua
pamannya. Tuan Putri Purindah semakin menatapnya tajam bahkan ketika Pangeran
Bheeshma masih berjalan membelakanginya. Dan cemas yang sempat dirasakannya
tadi, kini berubah menjadi rasa takut.
Sementara
Pangeran Raika yang tak sengaja melihatnya, mencoba memberithukan kepada
Pangeran Bheeshma dengan memerintahkannya untuk berpaling diarah belakangnya
sejenak. Pangeran Bheeshma pun mengiyakan perintahnya berpaling kearah
belakangnya. Dan dilihatnya sosok Tuan Putri Purindah yang kini menunduk
gelisah pergi meninggalkan sebuah tiang yang telah didiaminya tadi. Dan kembali
Pangeran Bheeshma melihatnya gelisah tak beralasan seperti yang pernah
ditemuinya.
Saat terjadi
sebuah sidang yang pertama diistana Gapura beberapa waktu yang lalu. Disanalah
Pangeran Bheeshma menemukan Tuan Putri Purindah bersedih tanpa diketahui
alasannya. Dan kini Tuan Putri Purindah sedang menangisi rasa cemas dibalut
dengan rasa ketakutannya. Dirinya tak kuasa hingga meluapkan emosinya
diruangannya dengan menengkurapkan tubuhnya dengan memeluk bantalnya ditempat
tidurnya.
Tiba-tiba diterimanya sebuah gulungan kertas lemparan
dari seseorang untuknya dari arah jendela sisi kanannya masih didalam
ruangannya. Setelah dibuka, sebuah gulungan kertas itu merupakan sebuah surat
dari Pangeran Bheeshma yang mengajaknya untuk bertemu ditaman biasa mereka
bertemu.
BHARATAYUDHAserisatu
Sedikit
ketenangan yang dirasakan Tuan Putri Purindah setelah menerima sebuah gulungan
kertas yang merupakan sebuah surat dari Pangeran Bheeshma mengajaknya untuk bertemu.
Hal itu terbukti saatnya sedang duduk disebuah ayunan ditaman sambil mengayunkan
dirinya pelan. Kemudian berhenti berdiri ketika melihat Pangeran Bheeshma baru
saja datang menujunya. Tuan Putri Purindah masih berdiam melihatnya hingga
Pangeran Bheeshma telah berada disampingnya, disebelah kanannya.
Kemudian Pangeran
Bheeshma memegang telapak tangan kiri Tuan Putri Purindah dengan tangan
kanannya. Lalu Pangeran Bheeshma membawanya beranjak pelan, kemudian berhenti
dengan merentangkan tangan kanan Tuan Putri Purindah. Tuan Putri Purindah
melihatnya bingung, masih berpikir apa yang mau dilakukan Pangeran Bheeshma
terhadapnya. “Menarilah bersamaku, Putri!”, perintahnya dengan senyuman manja
begitu menawan.
Tuan Putri
Purindah pun mengerti juga membalas senyuman diwajahnya. Kemudian mereka berdua
bersama-sama mengepal menyatukan kedua
telapak tangan. Pangeran Bheeshma mengeratkan genggamannya menarik Tuan Putri
Purindah yang bersamanya. Mereka berduapun kini saling bertatapan dengan wajah
yang begitu dekat, juga genggaman kedua tangan mereka yang terangkat didepan
dada mereka masing-masing.
“Sekali lagi kau menggodaku!”, Tuan Putri Purindah
berkata begitu tersipu malu. Usainya berkata, Tuan Putri Purindah Berlari kecil
seakan meninggalkan Pangeran Bheeshma, namun tangannya masih menggenggam tangan
Pangeran Bheeshma. Melihatnya yang seperti itu, Pangeran Bheeshma langsung
menahan genggamannya agar tidak terlepas dari genggamannya. Dan Tuan Putri
purindah menjadi terhenti seketika setengah membelakanginya.
“Menghindarlah lagi jika kau bisa!”, perintah
Pangeran Bheeshma kembali dengan membingungkannya. Mereka berduapun menjadi
hening sesaat, dan tiba-tiba saja Pangeran Bheeshma kembali menarik tangan Tuan
Putri Purindah sehingga dirinya menjadi termundur dan setengah jatuh kedalam
dekapan Pangeran Bheeshma. kemudian Tuan Putri Purindah mengenggam kedua tangannya
dengan kedua tangan Pangeran Bheeshma dan kini beralih menjadi saling berhadapan.
Setelahnya, mereka berdua memundurkan langkah kaki
mereka kebelakang hingga tangan mereka sama-sama
terentang dengan berputar bersama selama tujuh putaran dihiasi tawa lepas dari
keduanya. Diputaran yang ketujuh, genggaman mereka berdua menjadi terlepas dan
hanya Tuan Putri Purindah yang masih berputar mengelilingi Pangeran bheeshma
dengan merentangkan tangannya setengah kebawah. Sungguh indah tariannya yang
telah ditunjukannya kepada Pangeran Bheeshma.
Sampai-sampai Pangeran Bheeshma dibuatnya tak berdaya
juga tak kuasa tuk menghentikan tariannya. Dan disaatnya masih melihat
tariannya, Tuan Putri Purindah berhenti mendekapnya dari belakang dengan menyandarkan
kepalanya dipunggung belakang Pangeran Bheeshma. Disambung dengan kedua tangannya yang memeluk erat berada diperut
Pangeran Bheeshma. Tuan Putri Purindah masih terhanyut dalam dekapannya kepada
Pangeran Bheeshma.
Begitupun Pangeran Bheeshma yang menolehkan kepalanya
kesamping meliriknya dengan memegang kedua tangan Tuan Putri Purindah yang
masih berada diperutnya. Kemudian Pangeran Bheeshma melepaskan dekapan Tuan
Putri Purindah pelan lalu berbalik menghadappnya dengan setengah menunduk
melihat kebawah mengambil kedua telapak tangan Tuan Putri Purindah dan
mengangkatnya, menciumnya. Tuan Putri Purindah yang merasakannya hanya berdiam
melihatnya.
Setelah melakukannya, Pangeran Bheeshma melepaskan
tangannya pelan beralih memegang pinggang dari Tuan Putri Purindah dengan kedua
tangannya. Tuan Putri Purindah pun membalasnya memegang kedua lengan Pangeran
Bheeshma dengan kedua tangannya. Mereka berduapun kini saling bertatapan sambil
menari melangkahkan kedua kaki mereka kekiri dan kekanan sambil berbicara.
“Putri, aku ingin
kau mengenangku disini! Karna kepulangan ku sudah menunggu hari!”. Memakai
tatapan sangat dekat meyakinkan.
“Aku sudah
memiliki pemikiran seperti itu pada sebelumnya! Aku belum terpuaskan dengan
kebersamaan kita!”. Curahan hatinya bergetar-getar.
“Langkah dari kakimu
sekarang sudah kembali normal! Kau sudah bisa menari bersamaku! Bisikan tarian
langkah kakimu ini yang kan membuatku untuk selalu mengenangmu!”. Sambungnya
meghibur.
Setelah mendengar
katanya, Tuan Putri Purindah berdiam melihat bulu merak diatas telinga kanan
dari Pangeran Bheeshma. Sedangkan Pangeran Bheeshma masih menatap wajahnya. Dan
tiba-tiba saja Tuan Putri Purindah menghentikan tariannya dengan menatap
kembali wajah Pangeran Bheeshma.
“Pangeran, aku
akui jika aku memang terlambat dalam mengetahui kedatanganmu!”. Pengakuan Tuan
Putri Purindah tentang kejujuran.
“Dan pada saat
itu juga aku masih belum terfikirkan tentang dirimu!”. Balas Pangeran Bheeshma
dengan kejujuran.
“Kedatanganmu
yang tidak aku ketahui pada sebelumnya, mengapa mendadak aku dapati kabar
kepulanganmu yang aku rasa begitu cepat!”. Sambungnya diakhiri sebuah
pertanyaan.
“Karna rumahmu
bukanlah rumahku! Istanamu, Kerajaanmu, Ayahmu, juga ketiga dayangmu bukanlah
milikku juga! Sebab itulah aku harus pulang bersama sesuatu yang telah aku
miliki sejak lama!”. Sambung kembali Pangeran Bheeshma menjelaskan, sedikit menenangkan.
“Kalau begitu,
temui aku lagi malam nanti disini! Mugkin malam ini merupakan malam yang
terakhir untukku bersamamu!”. Perintahnya meminta dengan merenung menatapnya.
Anginpun mulai
berhembus pelan menerpa keduanya hingga membuat rambut dari Tuan Putri Purindah
berterbangan pelan. Kemudian Pangeran Bheeshma mengalihkan kedua tangannya
untuk membelai wajah Tuan Putri Purindah dengan memegang kedua pipinya.
Sedangkan Tuan Putri Purndah menglihkan kedua tangannya kedada Pangeran
Bheeshma dengan menarik pelan bajunya. Dan Pangeran Bheeshma menarik kepala
dari Tuan Putri Purindah dengan kedua tangannya.
Pangeran Bheeshma menariknya hingga kening mereka
berdua saling bersentuhan, lalu melanjutkannya dengan saling menyentuhkan kedua
ujung hidung dari mereka berdua. Dan kemudian mereka berdua bersama-sama
memejamkan kedua matanya mencoba meresapinya penuh perasaan.
BHARATAYUDHAserisatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar