Sidang lanjutan kini pun telah diadakan kembali diruang persidangan Istana Wigura masih dengan formasi seperti pada hari kemarin. Sesudahnya melihat kesiapan dari semua orang yang ikut hadir juga terlibat dalam persidangan tahap kedua, Raja Wiranata memerintahkan kepada salah-satu prajuritnya untuk membunyikan sebuah lonceng sebagai pembuka jalannya persidangan tahap kedua. Dan setelahnya Raja Wiranata pun memulainya dengan mengajak berdialog kepada Raja Kharisma.
“Raja
kharishma! Apakah kau masih ingin menindak lanjuti sebuah tawaran peperangan
yang sudah dilayangkan oleh kekerajaanmu itu?”. Tanya Raja Wiranata kepada Raja
kharishma menatap sedikit dingin.
“Yang Mulia,
seperti yang pernah dikatakan oleh Raja Gandaka dari Gapura, sebuah tawaran
peperangan yang sempat dilayangkan oleh Kerajaanku merupakan suatu kesalahan
yang tidak sengaja yang telah dilakukan
oleh anakku sendiri!”. Raja Kharishma menjawabnya dengan mengulang kepada Raja
Wiranata.
“Dan
sekarang, apakah kau akan memilih jalan perdamaiian mengalihkan sebuah tawaran
peperangan itu yang mungkin pasti akan terjadi? Atau malah sebaliknya, kau
masih ingin menghancurkan ketentraman kehidupan dari Putriku setelah
persidangan ini?”. Raja Wiranata mengtakan dua buah pertanyaan yang mungkin
membuat Raja Kharishma sedikit menjadi dilema.
Raja
Kharishma hanya diam setelah mendengarnya dan sedikit mulai memikirkan tentang
dua buah pertanyaan tersebut. Begitupula
Ratu Gandiki juga mulai merasakan hal yang sama melihat ke Raja Wiranata
sedikit cemas namun tidak menunjukkannya. Sedangkan Pangeran Bheeshma melihat
ke Pangeran Karanu disebelahnya menatap curiga. Sementara Pangeran Karanu
melihat ke Raja Kharishma tampak begitu segan.
Dan kemudian
Raja Wiranata memalingkan pandangannya dari Raja Kharishma mengarah kepada Pangeran
Karanu.
“Raja
Gandaka! Raja Kharishma! Perintahkan kedua pangeran dari kalian berdua untuk
berdiri menghadapku dengan masih berada ditempatnya!”, perintah Raja wiranata
melihat sedikit dingin kepada Pangeran Karanu. Ratu Gandiki yang mengerti akan
perintah darinya, mencoba menatap kepada Raja Gandaka yang saat itu sedang
melihat Pangeran Bheeshma. “Tuanku!”, kata bisikan Ratu Gandiki namun tidak
ditanggapi oleh Raja Gandaka.
Begitupun
dengan Pangeran Karanu yang masih menatap segan kepada Raja Kharishma mencoba memanggilnya
berbisik kecil, “A, Ayah!”, namun juga tidak ditanggapi olehnya, Raja
Kharishma. Kemudian mereka berdua, Raja Gandaka dan Raja Kharishma bersama-sama
menyuruh kedua pangeran dari mereka berdua untuk segera berdiri. Dan kedua
pangeran dari mereka berdua pun berdiri menuruti menghadap ke Raja wiranata.
“Pangeran Bheeshma!
Apakah yang terlintas didalam pikiranmu ketika aku memerintahkanmu untuk
berdiri dengan menghadapku?”. Raja Wiranata bertanya kepada Pangeran Bheeshma
masih duduk disinggasananya.
“Aku sempat
merasa terkejut, Yang Mulia! Dan yang terlintas didalam pikiranku, apakah aku
benar ikut terlibat dalam permasalahan ini?”. Jawab Pangeran Bheeshma polos sambil
bertanya menatap segan kepada Raaja wiranata dengan memberi salam.
“Dan juga
kau, Pangeran Karanu! Tentu yang terlintas didalam pikiranmu itu sangatlah
berbeda dengan orang yang berada disebelahmu, bukan! Bukankah benar apa yang
telah aku katakan terhadapmu, Pangeran Karanu!”. Raja Wiranata beralih bertanya
kepada Pangeran Karanu bernadakan halus namun menusuk.
“Mohon ampun
dariku, Yang Mulia! Aku tidak berniat untuk menyakiti! Dan semua hal yang telah
terlanjur aku perbuat, adalah merupakan sebuah kesalahan dari kebodohanku
sendiri!”. Pangeran Karanu meminta mohon ampunan sambil menjelaskan yang
sebenarnya kepada Raja Wiranata, menatapnya sedikit segan.
Setelahnya
mendengar sebuah jawaban dari Pangeran Karanu, Raja Wiranata menoleh kepada
Raja Gandaka dan juga kepada Raja Kharishma dengan tatapan sedikit membingungkan
namun sedikit sudah mendapati sebuah keputusan yang akan diambil.
BHARATAYUDHAserisatu
Tak perlu menunggu lama, Raja Wiranata pun mengatakan
sebuah keputusan yang akan diambilnya mengenai dua buah permasalahan yang belum
juga dapat terselasaikan. “Ayahmu, telah menolak sebuah tawaran itu! Apakah kau
masih ingin menindak lanjuti untuk menghancurkan ketentraman kehidupan dari
seorang Tuan Putri Purindah?”. Raja Wiranata menjelaskan kembali juga bertanya
mengarah kepada Pangeran karanu.
Pangeran
Bheeshma yang juga mendengarnya mencoba melihat ke Pangeran Karanu disebelahnya
masih menatap curiga, begitupula dengan Ratu Gandiki melihat ke Pangeran
Bheeshma dengan mata sedikit berkaca-kaca masih memendam kecemasan.
“Sekali lagi
Pangeran Karanu, jelaskan kepada semua yang ada disini mengapa kau memasuki
daerah Kerajaanku tanpa menunjukkan jati dirimu yang sebenarnya!? Aku ingin kau
menjelaskannya dengan disaksikan oleh semua orang didalam ruanag persidangan
ini!”. Perintahnya sedikit keras masih mengarah ke Pangeran karanu.
“A, aku
memang datang memasuki daerah Istanamu seperti seorang penyusup dengan
menyamarkan jati diriku yang terlihat sebagai seorang prajurit dari Kerajaanku!
Dan maksudku untuk datang lalu pergi keperkebunan milikmu, karna aku berpikir
jika Tuan Putri Purindah akan ada disana dengan alasan ia akan menyiram
tumbuhan yang ada didalamnya! Dan ternyata pemikiranku telah keliru, Yang Mulia!”.
Pengakuannya masih dengan keseganan menatap Raja Wiranata.
Pangeran
Bheeshma yang masih melihatnya, mengaku menjadi begitu terkejut karna pengakuan
darinya yang masih mengarah ke Raja Wiranata. Kemudian Raja Wiranata
mengalihkan pandangannya kepada Pangeran Bheeshma menatap sedikit curiga.
Keheningan pun mulai terjadi mewarnai suasana didalam ruangan persidangan tersebut.
Ratu Gandiki yang mulai merasakan keheningan itu, mencoba melihat ke Raja
Gandaka disampingnya, akan berbisik cemas.
“Suamiku, apa
yang akan terjadi pada selanjutnya?”, tanya dalam kecemasannya sedikit lebih
dalam menatap diam kepada Raja Gandaka. Raja Gandaka pun langsung melihat,
menoleh kepadanya dengan menggelengkan kepalanya yang sedikit menggambarkan
bahwa ia sudah menyerahkan semuanya kepada Raja Wiranata. Sedangkan Raja
Kharishma baru saja menundukkan kepalanya melihat kebawah mencoba merenungi.
Setelah
beberapa saat keheningan itu terjadi, tiba-tiba saja dengan sengaja Raja
Wiranata menepuk tangannya tiga kali masih mengarah ke Pangeran Bheeshma,
pandangannya. Dan atas tepukan tangannya itupun membawa pandangan Pangeran Bheeshma
kini menjadi beralih memandanginya dari Pangeran Karanu. Mengetahui itu, Raja
Wiranata langsung berbicara kepada Pangeran Bheeshma.
“Pangeran Bheeshma!
Adakah keluhan yang ingin kau sampaikan padaku?”. Raja Wiranata menanyai
sedikit menyinggungnya.
“(mengangguk
lalu berdiri memberi salam) Tidak hanya kepadamu, Yang Mulia! Tetapi juga
kepada Pangeran Karanu!”. Pangeran Bheeshma mengutarakan keluhan yang ada
dipikirannya.
“Kalau begitu
maka utarakanlah segera! Sekarang juga kau harus bicarakan keluhanmu itu agar
semua yang hadir disini ikut mendengar keluhanmu!”. Perintah Raja Wiranata
dengan melihat-lihat kesemua orang didalam ruang persidangan.
“Keluhan dari
pemikiranku adalah, Pangeran Karanu tidak semestinya melakukan suatu kesalahan
yang demikian! Sebab Pangeran Karanu hampir saja menodai kehormatannya, juga
dengan jati dirinya yang sebenarnya! Namun tak dapat kupungkiri, bahwa aku
begitu setuju ketika dia mengakui kesalahan yang tidak sengaja dilakukannya
adalah merupakan suatu kesalahan dari kebodohannya sendiri!”. Pangeran Bheeshma
mengutarakannya penuh keyakinan menatap Raja Wiranata.
“Pangeran
Bheeshma, kau tidak mengerti dengan posisiku!”. Pangeran Karanu menyambung dari
sampingnya bernada kecil dengan menoleh, melihat kepadanya masih berdiri
memberi salam kepada Raja Wiranata.
“Biar nanti
saja aku perjelaskan selanjutnya!”. Pangeran Bheeshma menjawabnya dengan
menoleh kepada Pangeran Karanu bernada kecil.
“Baiklah,
temanku!”. Sambung Pangeran Karanu sedikit jengkel lalu beralih kembali melihat
ke Raja Wiranata.
“Sudah
seharusnya kau berkata seperti itu, Pangeran Kar!”. Sambung Pangeran Bheeshma
sedikit tersenyum mengejek dan kembali melihat ke Raja Wiranata.
Ratu Gandiki
menjadi tertawa kecil sesaat mellihat keduanya, Raja kharishma menghelakan
nafasnya setelah melihat keduanya yang tadinya sempat berdebat kecil. Sedangkan
Raja gandaka dan Raja Wiranata saling
berpandangan lalu mengangguk pelan bersama. Kemudian Raja Wiiranata
mempersilahkan kedua Pangeran didepannya untuk duduk kembali dan juga
mengatakan bahwa persidangan dijeda selama beberapa menit masih menempati
didalam ruang persidangan Istana.
Dalam masa
penjedahan, semua harus tetap berada didalam ruang persidangan Istana dan hanya
diperbolehkan untuk makan dan minum yang kini sudah siap disuguhkan oleh para
pelayan Istana yang sedang bertugas didalamnya. Tidak diperkenankan untuk
beristirahat diluar ruang persidangan Istana.
BHARATAYUDHAserisatu
Semua didalam
ruang persidangan mulai menerima suguhannya masing-masing yang telah diberikan
para pelayan Istana yang bertugas didalamnya. kini giliran Pangeran Bheeshma
yang akan menerima suguhannya, kemudian dilanjuti dengan Pangeran Karanu
disebelahnya. Usainya menerima suguhannya, Pangeran Bheeshma duduk manis
kembali juga tidak sengaja melihat Pangeran Karanu disebelahnya yang
mendekatkan kursinya selangkah disampingnya.
Pangeran Bheeshma
yang tidak sengaja mengetahui, ikut juga mendekatkan kursinya selangkah
disamping Pangeran Karanu dengan bertanya-tanya. Kemudian mengarahkan
pandangannya kebawah menikmati makanan yang telah disuguhkan kepadanya tadi.
Sementara Pangeran Karanu yang juga melihatnya akan menagajaknya untuk
berbicara sedikit.
“Lihat kearah
wajahku, Pangeran Bheeshma! Aku telah menunggumu untuk mengatakan sesuatu yang sedang
kau bicarakan tadi!”. Pangeran Karanu memecahkan konsentrasi Pangeran Bheeshma
dengan perintahnya berbisik kecil, mengajak.
“(Menoleh ke
Pangeran Karanu) Kau ingin aku mengatakan apa? Apa kau sudah yakin kalau
bisikan kita berdua tidak terdengar oleh yang lain?”. Pangeran Bheeshma
bertanya membalas perintah darinya, menatap sedikit ragu kepadanya.
“Sudah cukup
bermain-mainnya, temanku! Sekarang juga aku pinta kau jelaskan apa maksud dari
perkataanmu tadi yang mengenai diriku?”. Pangeran Karanu langsung menjawabnya
dengan membahas pokok pembahasannya yang tadi
“Apa yang aku
katakana tadi kepada dirimu, itu mmemang benar adanya!”. Jawabnya singkat
begitu cuek kepada Pangeran Karanu.
“Tidak
mungkin! Kau pasti juga pernah melakukan apa yang sudah terlanjur aku lakukan,
bukan?”. Pangeran Karanu tak percaya, mencoba menerkanya.
“Itu memang
tidak mungkin, temanku! Iya, tidak mungkin aku juga pernah melakukan apa yang
sudah terlanjur kau lakukan! Temanku Pangeran Karanu, aku bukanlah pantulan
dari dirimu!”. Pangeran Bheeshma menjelaskan dengan mengejek sambil tertawa
kecil.
Melihatnya
yang begitu, Pangeran Karanu langsung menarik telinga kanan Pangeran Bheeshma
disambung dengan mengambil air mineral milik Pangeran Bheeshma kemudian
melepaskannya. “Kini kau seperti telah menjadi pantulan dari seorang Putri dari
Istana ini! Kau baru saja melakukan suatu kejahilan dengan satu perintah, maaf,
didalam otakmu!”, Pangeran Bheeshma menegurnya sedikit kesal. Pangeran Karanu pun
menertawainya sambil meminum air mineral yang telah diambilnya darinya.
Raja
Kharishma yang tak sengaja melihat tingkah-laku keduanya, menjadi tertawa kecil
masih menikmati hidangan yang telah disuguhkan kepadanya. Kemudian kedua
Pangeran itu bersama-sama menempatkan kursinya kembali ketempatnya semula, setelah
tadinya berdebat kembali. Sementara pada Raja Wiranata yang masih menikmati
hidangannya, tiba-tiba saja menerima sebuah surat dari Kerajaan lain.
Isi dari
surat yang telah diterimanya memerintahkannya untuk sesegera mungkin kembali
pergi keKerajaan tersebut karna telah muncul sebuah masalah baru yang harus
diselesaikan pada saat ini juga. Dan kini Raja Wiranata pun kembali terpaksa
mengakhiri persidangan tahap keduanya untuk yang kedua kalinya.
“Perhatian
semuanya! Persidangan tahap kedua harus kembali dihentikan! Dan mungkin akan
dilanjuti pada hari esok!”. Raja Wiranata mengumumkannya sedikit lantang dengan
melihat-lihat.
“Gerangan
apakah yang membuatmu kembali menunda persidangan tahap kedua ini, temanku?”.
Tanya Raja Gandaka sedikit terkejut melihatnya.
“Tiba-tiba
saja aku mendapat sebuah surat kembali dari Kerajaan tetangga! Yang memintaku
untuk membantunya dalam menyelesaikan permasalahannya!”. Penjelasan Raja
Wiranata kepada Raja Gandaka sedikit mengeluh.
“Jika memang
benar begitu, maka laksanakanlah Yang Mulia!”. Raja Kharishma menyambung
mempersilahkan, menerima.
“Terimakasih,
Raja Kharishma! Dengan secepat mungkin aku akan kembali melanjuti siding tahap
kedua ini!”. Balas Raja Wiranata dengan ramah kepada Raja Kharishma.
Kemudian Raja
Wiranata berdiri memberi salam penghormatan mengakhiri jalannya persidangan
tahap kedua kepada semua yang ada didalam ruang persidangan tersebut. Melihatn
Raja Wiranata yang memberi salam penghormatannya lebih dulu, semua yang masih
didalam ruang persidangan pun membalasnya dengan memberi salam penghormatan secara
bersama-sama disertai senyuman.
BHARATAYUDHAserisatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar