Sabtu, 14 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-29


            Sidang lanjutan kini pun telah diadakan kembali diruang persidangan Istana Wigura masih dengan formasi seperti pada hari kemarin. Sesudahnya melihat kesiapan dari semua orang yang ikut hadir juga terlibat dalam persidangan tahap kedua, Raja Wiranata memerintahkan kepada salah-satu prajuritnya untuk membunyikan sebuah lonceng sebagai pembuka jalannya persidangan tahap kedua. Dan setelahnya Raja Wiranata pun memulainya dengan mengajak berdialog kepada  Raja Kharisma.
“Raja kharishma! Apakah kau masih ingin menindak lanjuti sebuah tawaran peperangan yang sudah dilayangkan oleh kekerajaanmu itu?”. Tanya Raja Wiranata kepada Raja kharishma menatap sedikit dingin.
“Yang Mulia, seperti yang pernah dikatakan oleh Raja Gandaka dari Gapura, sebuah tawaran peperangan yang sempat dilayangkan oleh Kerajaanku merupakan suatu kesalahan yang tidak sengaja yang telah  dilakukan oleh anakku sendiri!”. Raja Kharishma menjawabnya dengan mengulang kepada Raja Wiranata.
“Dan sekarang, apakah kau akan memilih jalan perdamaiian mengalihkan sebuah tawaran peperangan itu yang mungkin pasti akan terjadi? Atau malah sebaliknya, kau masih ingin menghancurkan ketentraman kehidupan dari Putriku setelah persidangan ini?”. Raja Wiranata mengtakan dua buah pertanyaan yang mungkin membuat Raja Kharishma sedikit menjadi dilema.
Raja Kharishma hanya diam setelah mendengarnya dan sedikit mulai memikirkan tentang dua buah  pertanyaan tersebut. Begitupula Ratu Gandiki juga mulai merasakan hal yang sama melihat ke Raja Wiranata sedikit cemas namun tidak menunjukkannya. Sedangkan Pangeran Bheeshma melihat ke Pangeran Karanu disebelahnya menatap curiga. Sementara Pangeran Karanu melihat ke Raja Kharishma tampak begitu segan.
Dan kemudian Raja Wiranata memalingkan pandangannya dari Raja Kharishma mengarah kepada Pangeran Karanu.
“Raja Gandaka! Raja Kharishma! Perintahkan kedua pangeran dari kalian berdua untuk berdiri menghadapku dengan masih berada ditempatnya!”, perintah Raja wiranata melihat sedikit dingin kepada Pangeran Karanu. Ratu Gandiki yang mengerti akan perintah darinya, mencoba menatap kepada Raja Gandaka yang saat itu sedang melihat Pangeran Bheeshma. “Tuanku!”, kata bisikan Ratu Gandiki namun tidak ditanggapi oleh Raja Gandaka.  
Begitupun dengan Pangeran Karanu yang masih menatap segan kepada Raja Kharishma mencoba memanggilnya berbisik kecil, “A, Ayah!”, namun juga tidak ditanggapi olehnya, Raja Kharishma. Kemudian mereka berdua, Raja Gandaka dan Raja Kharishma bersama-sama menyuruh kedua pangeran dari mereka berdua untuk segera berdiri. Dan kedua pangeran dari mereka berdua pun berdiri menuruti menghadap ke Raja wiranata.
“Pangeran Bheeshma! Apakah yang terlintas didalam pikiranmu ketika aku memerintahkanmu untuk berdiri dengan menghadapku?”. Raja Wiranata bertanya kepada Pangeran Bheeshma masih duduk disinggasananya.
“Aku sempat merasa terkejut, Yang Mulia! Dan yang terlintas didalam pikiranku, apakah aku benar ikut terlibat dalam permasalahan ini?”. Jawab Pangeran Bheeshma polos sambil bertanya menatap segan kepada Raaja wiranata dengan memberi salam.
“Dan juga kau, Pangeran Karanu! Tentu yang terlintas didalam pikiranmu itu sangatlah berbeda dengan orang yang berada disebelahmu, bukan! Bukankah benar apa yang telah aku katakan terhadapmu, Pangeran Karanu!”. Raja Wiranata beralih bertanya kepada Pangeran Karanu bernadakan halus namun menusuk.
“Mohon ampun dariku, Yang Mulia! Aku tidak berniat untuk menyakiti! Dan semua hal yang telah terlanjur aku perbuat, adalah merupakan sebuah kesalahan dari kebodohanku sendiri!”. Pangeran Karanu meminta mohon ampunan sambil menjelaskan yang sebenarnya kepada Raja Wiranata, menatapnya sedikit segan.
Setelahnya mendengar sebuah jawaban dari Pangeran Karanu, Raja Wiranata menoleh kepada Raja Gandaka dan juga kepada Raja Kharishma dengan tatapan sedikit membingungkan namun sedikit sudah mendapati sebuah keputusan yang akan diambil.

BHARATAYUDHAserisatu

                Tak perlu menunggu lama, Raja Wiranata pun mengatakan sebuah keputusan yang akan diambilnya mengenai dua buah permasalahan yang belum juga dapat terselasaikan. “Ayahmu, telah menolak sebuah tawaran itu! Apakah kau masih ingin menindak lanjuti untuk menghancurkan ketentraman kehidupan dari seorang Tuan Putri Purindah?”. Raja Wiranata menjelaskan kembali juga bertanya mengarah kepada Pangeran karanu.
Pangeran Bheeshma yang juga mendengarnya mencoba melihat ke Pangeran Karanu disebelahnya masih menatap curiga, begitupula dengan Ratu Gandiki melihat ke Pangeran Bheeshma dengan mata sedikit berkaca-kaca masih memendam kecemasan.
“Sekali lagi Pangeran Karanu, jelaskan kepada semua yang ada disini mengapa kau memasuki daerah Kerajaanku tanpa menunjukkan jati dirimu yang sebenarnya!? Aku ingin kau menjelaskannya dengan disaksikan oleh semua orang didalam ruanag persidangan ini!”. Perintahnya sedikit keras masih mengarah ke Pangeran karanu.
“A, aku memang datang memasuki daerah Istanamu seperti seorang penyusup dengan menyamarkan jati diriku yang terlihat sebagai seorang prajurit dari Kerajaanku! Dan maksudku untuk datang lalu pergi keperkebunan milikmu, karna aku berpikir jika Tuan Putri Purindah akan ada disana dengan alasan ia akan menyiram tumbuhan yang ada didalamnya! Dan ternyata pemikiranku telah keliru, Yang Mulia!”. Pengakuannya masih dengan keseganan menatap Raja Wiranata.
Pangeran Bheeshma yang masih melihatnya, mengaku menjadi begitu terkejut karna pengakuan darinya yang masih mengarah ke Raja Wiranata. Kemudian Raja Wiranata mengalihkan pandangannya kepada Pangeran Bheeshma menatap sedikit curiga. Keheningan pun mulai terjadi mewarnai suasana didalam ruangan persidangan tersebut. Ratu Gandiki yang mulai merasakan keheningan itu, mencoba melihat ke Raja Gandaka disampingnya, akan berbisik cemas.
“Suamiku, apa yang akan terjadi pada selanjutnya?”, tanya dalam kecemasannya sedikit lebih dalam menatap diam kepada Raja Gandaka. Raja Gandaka pun langsung melihat, menoleh kepadanya dengan menggelengkan kepalanya yang sedikit menggambarkan bahwa ia sudah menyerahkan semuanya kepada Raja Wiranata. Sedangkan Raja Kharishma baru saja menundukkan kepalanya melihat kebawah mencoba merenungi.
Setelah beberapa saat keheningan itu terjadi, tiba-tiba saja dengan sengaja Raja Wiranata menepuk tangannya tiga kali masih mengarah ke Pangeran Bheeshma, pandangannya. Dan atas tepukan tangannya itupun membawa pandangan Pangeran Bheeshma kini menjadi beralih memandanginya dari Pangeran Karanu. Mengetahui itu, Raja Wiranata langsung berbicara kepada Pangeran Bheeshma.
“Pangeran Bheeshma! Adakah keluhan yang ingin kau sampaikan padaku?”. Raja Wiranata menanyai sedikit menyinggungnya.
“(mengangguk lalu berdiri memberi salam) Tidak hanya kepadamu, Yang Mulia! Tetapi juga kepada Pangeran Karanu!”. Pangeran Bheeshma mengutarakan keluhan yang ada dipikirannya.
“Kalau begitu maka utarakanlah segera! Sekarang juga kau harus bicarakan keluhanmu itu agar semua yang hadir disini ikut mendengar keluhanmu!”. Perintah Raja Wiranata dengan melihat-lihat kesemua orang didalam ruang persidangan.
“Keluhan dari pemikiranku adalah, Pangeran Karanu tidak semestinya melakukan suatu kesalahan yang demikian! Sebab Pangeran Karanu hampir saja menodai kehormatannya, juga dengan jati dirinya yang sebenarnya! Namun tak dapat kupungkiri, bahwa aku begitu setuju ketika dia mengakui kesalahan yang tidak sengaja dilakukannya adalah merupakan suatu kesalahan dari kebodohannya sendiri!”. Pangeran Bheeshma mengutarakannya penuh keyakinan menatap Raja Wiranata.
“Pangeran Bheeshma, kau tidak mengerti dengan posisiku!”. Pangeran Karanu menyambung dari sampingnya bernada kecil dengan menoleh, melihat kepadanya masih berdiri memberi salam kepada Raja Wiranata.
“Biar nanti saja aku perjelaskan selanjutnya!”. Pangeran Bheeshma menjawabnya dengan menoleh kepada Pangeran Karanu bernada kecil.
“Baiklah, temanku!”. Sambung Pangeran Karanu sedikit jengkel lalu beralih kembali melihat ke Raja Wiranata.
“Sudah seharusnya kau berkata seperti itu, Pangeran Kar!”. Sambung Pangeran Bheeshma sedikit tersenyum mengejek dan kembali melihat ke Raja Wiranata.
Ratu Gandiki menjadi tertawa kecil sesaat mellihat keduanya, Raja kharishma menghelakan nafasnya setelah melihat keduanya yang tadinya sempat berdebat kecil. Sedangkan Raja gandaka  dan Raja Wiranata saling berpandangan lalu mengangguk pelan bersama. Kemudian Raja Wiiranata mempersilahkan kedua Pangeran didepannya untuk duduk kembali dan juga mengatakan bahwa persidangan dijeda selama beberapa menit masih menempati didalam ruang persidangan Istana.
Dalam masa penjedahan, semua harus tetap berada didalam ruang persidangan Istana dan hanya diperbolehkan untuk makan dan minum yang kini sudah siap disuguhkan oleh para pelayan Istana yang sedang bertugas didalamnya. Tidak diperkenankan untuk beristirahat diluar ruang persidangan Istana.

BHARATAYUDHAserisatu

Semua didalam ruang persidangan mulai menerima suguhannya masing-masing yang telah diberikan para pelayan Istana yang bertugas didalamnya. kini giliran Pangeran Bheeshma yang akan menerima suguhannya, kemudian dilanjuti dengan Pangeran Karanu disebelahnya. Usainya menerima suguhannya, Pangeran Bheeshma duduk manis kembali juga tidak sengaja melihat Pangeran Karanu disebelahnya yang mendekatkan kursinya selangkah disampingnya.
Pangeran Bheeshma yang tidak sengaja mengetahui, ikut juga mendekatkan kursinya selangkah disamping Pangeran Karanu dengan bertanya-tanya. Kemudian mengarahkan pandangannya kebawah menikmati makanan yang telah disuguhkan kepadanya tadi. Sementara Pangeran Karanu yang juga melihatnya akan menagajaknya untuk berbicara sedikit.
“Lihat kearah wajahku, Pangeran Bheeshma! Aku telah menunggumu untuk mengatakan sesuatu yang sedang kau bicarakan tadi!”. Pangeran Karanu memecahkan konsentrasi Pangeran Bheeshma dengan perintahnya berbisik kecil, mengajak.
“(Menoleh ke Pangeran Karanu) Kau ingin aku mengatakan apa? Apa kau sudah yakin kalau bisikan kita berdua tidak terdengar oleh yang lain?”. Pangeran Bheeshma bertanya membalas perintah darinya, menatap sedikit ragu kepadanya.
“Sudah cukup bermain-mainnya, temanku! Sekarang juga aku pinta kau jelaskan apa maksud dari perkataanmu tadi yang mengenai diriku?”. Pangeran Karanu langsung menjawabnya dengan membahas pokok pembahasannya yang tadi
“Apa yang aku katakana tadi kepada dirimu, itu mmemang benar adanya!”. Jawabnya singkat begitu cuek kepada Pangeran Karanu.
“Tidak mungkin! Kau pasti juga pernah melakukan apa yang sudah terlanjur aku lakukan, bukan?”. Pangeran Karanu tak percaya, mencoba menerkanya.
“Itu memang tidak mungkin, temanku! Iya, tidak mungkin aku juga pernah melakukan apa yang sudah terlanjur kau lakukan! Temanku Pangeran Karanu, aku bukanlah pantulan dari dirimu!”. Pangeran Bheeshma menjelaskan dengan mengejek sambil tertawa kecil.
Melihatnya yang begitu, Pangeran Karanu langsung menarik telinga kanan Pangeran Bheeshma disambung dengan mengambil air mineral milik Pangeran Bheeshma kemudian melepaskannya. “Kini kau seperti telah menjadi pantulan dari seorang Putri dari Istana ini! Kau baru saja melakukan suatu kejahilan dengan satu perintah, maaf, didalam otakmu!”, Pangeran Bheeshma menegurnya sedikit kesal. Pangeran Karanu pun menertawainya sambil meminum air mineral yang telah diambilnya darinya.
Raja Kharishma yang tak sengaja melihat tingkah-laku keduanya, menjadi tertawa kecil masih menikmati hidangan yang telah disuguhkan kepadanya. Kemudian kedua Pangeran itu bersama-sama menempatkan kursinya kembali ketempatnya semula, setelah tadinya berdebat kembali. Sementara pada Raja Wiranata yang masih menikmati hidangannya, tiba-tiba saja menerima sebuah surat dari Kerajaan lain.
Isi dari surat yang telah diterimanya memerintahkannya untuk sesegera mungkin kembali pergi keKerajaan tersebut karna telah muncul sebuah masalah baru yang harus diselesaikan pada saat ini juga. Dan kini Raja Wiranata pun kembali terpaksa mengakhiri persidangan tahap keduanya untuk yang kedua kalinya.
“Perhatian semuanya! Persidangan tahap kedua harus kembali dihentikan! Dan mungkin akan dilanjuti pada hari esok!”. Raja Wiranata mengumumkannya sedikit lantang dengan melihat-lihat.
“Gerangan apakah yang membuatmu kembali menunda persidangan tahap kedua ini, temanku?”. Tanya Raja Gandaka sedikit terkejut melihatnya.
“Tiba-tiba saja aku mendapat sebuah surat kembali dari Kerajaan tetangga! Yang memintaku untuk membantunya dalam menyelesaikan permasalahannya!”. Penjelasan Raja Wiranata kepada Raja Gandaka sedikit mengeluh.
“Jika memang benar begitu, maka laksanakanlah Yang Mulia!”. Raja Kharishma menyambung mempersilahkan, menerima.
“Terimakasih, Raja Kharishma! Dengan secepat mungkin aku akan kembali melanjuti siding tahap kedua ini!”. Balas Raja Wiranata dengan ramah kepada Raja Kharishma.
Kemudian Raja Wiranata berdiri memberi salam penghormatan mengakhiri jalannya persidangan tahap kedua kepada semua yang ada didalam ruang persidangan tersebut. Melihatn Raja Wiranata yang memberi salam penghormatannya lebih dulu, semua yang masih didalam ruang persidangan pun membalasnya dengan memberi salam penghormatan secara bersama-sama disertai senyuman.


BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar