Kini Pangeran Bheeshma bersama Tuan Putri Purindah telah kembali keIstana
Wigura. Ketika mereka berdua telah bersama-bersama memasuki pintu gerbang
istana, Pangeran Bheeshma menghentikan kuda yang ditungganginya lalu menuruni
dirinya menghampiri Tuan Putri Purindah. Dan mengantarkan Tuan Putri Purindah
untuk memasuki pintu masuk kedalam Istana bersama dengan berjalan secara
berdampingan.
Disaat masih
berjalan bersama secara berdampingan akan memasuki pintu masuk istana, Tuan
Putri Purindah terpaut akan perhatiannya yang telah diterimanya kembali. Ia
sesekali melihat Pangeran Bheeshma disampingnya, yang masih berjalan bersama
dengannya cuek. Kemudian mereka bersama-sama berhenti setelah tiga langkah
memasuki pintu masuk kedalam istana. “Terimakasih Pangeran Bheeshma!”, kata
terimakasihnya Tuan Putri Purindah dengan melihatnya disebelahnya.
Pangeran Bheeshma
pun menoleh kepadanya cuek menganggukan kepalanya tersenyum manja melihat
kepadanya. “Sudah seharusnya kau mengatakan itu, Putri!”, jawabnya mengiyakan. Tuan
Putri Purindah menjadi tersenyum melebarkan bibirnya setelah mendengar jawaban
darinya. Kemudian mereka berdua bersama-sama beranjak pergi dari pintu masuk
kedalam istana secara berlawanan arah masih berpandangan lalu memalingkan
pandangannya kearah berlawanan dimana mereka berdua akan pergi.
Beberapa saat kemudian . . . .
Usainya jalan
bersama berdampingan bersama Tuan Putri Purindah tadi. Kini Pangeran Bheeshma
melanjutkan langkahnya ketempat pelatihan Istana Wigura. Dibanding akan
memasuki ruangannya terlebih dahulu untuk melepas lelahnya sejenak. Ditempat
pelatihan itu, ia kembali menuju kesebuah meja yang tersimpan beberapa buah
anak panah beserta busur panahnya. Dan mengambil satu buah anak panah beserta
busur panahnya beranjak pergi menuju kesebuah pusaran.
Pangeran Bheeshma
pun mencoba mengulangi melepaskan membidikkan anak panahnya ketitik target
dipusaran didepannya. Bidikan anak panah yang dilepaskannya tadi ternyata
meleset jauh dari titik target pusarannya. Sontak dirinya menjadi terdiam
dengan menurunkan busur panah yang masih dipegangnya kebawah. Lalu disadarinya
jika keberuntungan yang didapatinya kemarin hanyalah berlaku sekali saja.
Kemudian menarik nafasnya melihat ke anak panahnya dipusaran didepannya.
Tiba-tiba
terdengar seseorang yang berbicara dari arah belakang dirinya, “Kau akan
berhasil membidik anak panahmu sesuai dengan apa yang kau inginkan, yaitu jika
pikiranmu sedang tertuju pada seseorang!”. Saat ketika akan berbalik mengetahui
siapa dari suara seseorang tersebut, mendadak ditemuinya seseorang tersebut
telah berjalan lalu berdiam disebelahnya. Dan ternyata seseorang yang bersuara
tadi adalah pamannya yang bernama Pangeran Raika.
Dan ketika Pangeran Bheeshma akan menyahutnya,
Pangeran Raika memotongnya dengan berkata kembali mendahulukan. “Tidak perlu
kau mengakuinya lagi padaku, keponakanku! Sebab aku telah mengetahuinya jika
kau begitu malu untuk mengakuinya!”, Pangeran Raika membongkar dengan canda
melihatnya. Sedangkan Pangeran Bheeshma hanya berdiam tak bisa berkata lagi meratapinya.
BHARATAYUDHAserisatu
Sementara itu,
Tuan Putri Purindah kini berbaring ditempat tidurnya, didalam ruangannya. Ia
tak henti tersenyum karna memikirkan Pangeran Bheeshma dengan melihat jendela
didalam ruangannya yang terbuka. Kemudian membangunkan tubuhnya menuju
kejendela didalam ruangannya itu. Bersamaan dengan itu, ia membaca kembali kata
puitisnya yang telah ditulisnya beberapa waktu yang lalu kepada Pangeran
Bheeshma hingga sesampainya berhenti tepat didepan jendelanya.
Tiba-tiba
terlihat sehelai bulu merak jatuh dari atas didepan pandangannya, Tuan Putri
Purindah pun mengulurkan tangannya menangkap bulu merak itu. Kemudian hembusan
angin datang menyapanya hingga membuat sehelai bulu merak ditangannya bergoyang
seperti sedang menari-nari mengikuti irama. Tuan Putri Purindah pun menjadi
terhibur apalagi saat mengetahui jika rambutnya sedang melambai-lambai layaknya
sebuah dedaudanan dipohon kelapa karna hembusan angin.
Dan tiba-tiba
dirinya kembali teringat perkataan dari Pangeran Bheeshma yang berkata, “Karna
aku melihat kecantikanmu terpancar dibulu merak ini!”, sesaat ketika menatapi
bulu merak yang masih ada ditangannya. Sedangkan ditempat lain, Pangeran
Bheeshma tampak lesuh dan akan membaringkan tubuhnya untuk beristirahat sejenak
diruangannya diIstana Wigura. Lalu menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya
dengan posisi tidur yang sempurna.
Tiba-tiba
terdengar langkah kaki seseorang datang memasuki ruangannya dan memanggil
namanya dengan bersuarakan seorang wanita. Pangeran Bheeshma langsung
membalasnya, memotongnya. “Sudahlah Putri! Kau pergi saja sana! Aku masih lelah
untuk bermain denganmu lagi!”, katanya mengusir masih menutupi wajahnya dengan
kedua telapak tangannya. Atas perintah mengusirnya, wanita itupun pergi dari
ruangannya dengan terkejut tanpa memberitahukan dirinya.
Wanita itu adalah
Ibu Ratu Gandiki yang menyusulnya keIstana Wigura atas perintah dari Raja
Gandaka. Usainya mengusir seorang wanita yang dianggapnya Tuan Putri Purindah
tadi, Pangeran Bheeshma menjadi tertidur melepaskan pelan kedua telapak tangannya
yang menutupi wajahnya tadi.
BHARATAYUDHAserisatu
Disore harinya,
Tuan Putri Purindah kembali menulis surat kepada Pangeran Bheeshma. Kali ini ia
menulisnya untuk mengajak Pangeran Bheeshma kembali bertemu menemuinya ditaman belakang Istana
pada malam harinya. Dan surat yang ditulisnya itupun telah sampai ke Pangeran
Bheeshma yang kala itu baru saja terbangun dari tidurnya.
Pada malam harinya . . . .
Dikeheningan
malam yang masih berjalan, Tuan Putri Purindah berdiri ditaman belakang Istananya
menatapi bulan sabit diatasnya. Kemudian menjadi terusik saat dirinya melihat
ada sehelai bulu merak disebelahnya. Lalu menjadi tersenyum saatnya masih
melihat sehelai bulu merak itu dengan mengarah kewajah orang yang memilikinya.
Dan Tuan Putri Purindah berjalan menghadapkan tubuhnya kepada Pangeran
Bheeshma. Sedangkan Pangeran Bheeshma masih menatapi bulan sabit diatasnya.
“Pangeran, aku
akan memberitahukanmu sesuatu!”. Tuan Putri Purindah memulai, menatapnya.
“Dalam hal apakah
itu, Putri!”. Mengarahkan tatapannya kepadanya.
“Siang tadi, aku
telah berhasil menangkap sehelai bulu merak yang akan jatuh ketanah dasar
Istanaku! Tahukah kau, Pangeran, jika sehelai bulu merak itu menari-nari saat masih
berada ditangan….?”. Belum sempat meluruskan, Pangeran Bheeshma langsung
memotongnya dengan sebuah ejekan.
“Karna jika tidak
ada hembusan angin, maka sehelai bulu merak yang kau ceritakan tadi tidak akan
bisa menari-nari seperti yang kau bicarakan!”. Katanya memotong memasang
gurauan, tertawa kecil masih menatapnya.
Tuan Putri
Purindah yang menjadi kesal karna melihatnya, mendadak mendorong Pangeran
Bheeshma hingga termundur tiga langkah darinya. Usainya mendorong Pangeran
Bheeshma, ia pun pergi meninggalkan dengan kesal. Kemudian Pangeran Bheeshma
berbalik melihatnya dan memanggil namanya keras sehingga membuat Tuan Putri
Purindah menjadi terhenti membelakangi. Tuan Putri Purindah pun membalikkan
tubuhnya melihat Pangeran Bheeshma
kembali dikejauhan.
“Putri Purindah,
tidakkah kau merindukanku malam ini!”, Pangeran Bheeshma mencoba merayunya dengan
masih melihatnya dikejauhan. Tuan Putri Purindah menggeleng sambil melihatnya
kesal. “Kau tidak mungkin semarah itu jika kau tidak merindukanku malam ini,
Putri! Maaf jika aku sudah terlanjur tidak menghargaimu!”, katanya mencoba
kembali merayunya. Kemudian menjulurkan lidahnya kebawah dengan mengedipkan
mata kanannya kepada Tuan Putri Purindah secara bersamaan.
Setelahnya
Pangeran Bheeshma berbalik membelakangi Tuan Putri Purindah. Dan Tuan Putri
Purindah pun melangkah pergi meninggalkannya sangat kesal berlari kencang.
BHARATAYUDHAserisatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar