Minggu, 08 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-12



              Kini Pangeran Bheeshma bersama Tuan Putri Purindah telah kembali keIstana Wigura. Ketika mereka berdua telah bersama-bersama memasuki pintu gerbang istana, Pangeran Bheeshma menghentikan kuda yang ditungganginya lalu menuruni dirinya menghampiri Tuan Putri Purindah. Dan mengantarkan Tuan Putri Purindah untuk memasuki pintu masuk kedalam Istana bersama dengan berjalan secara berdampingan.
                Disaat masih berjalan bersama secara berdampingan akan memasuki pintu masuk istana, Tuan Putri Purindah terpaut akan perhatiannya yang telah diterimanya kembali. Ia sesekali melihat Pangeran Bheeshma disampingnya, yang masih berjalan bersama dengannya cuek. Kemudian mereka bersama-sama berhenti setelah tiga langkah memasuki pintu masuk kedalam istana. “Terimakasih Pangeran Bheeshma!”, kata terimakasihnya Tuan Putri Purindah dengan melihatnya disebelahnya.
                Pangeran Bheeshma pun menoleh kepadanya cuek menganggukan kepalanya tersenyum manja melihat kepadanya. “Sudah seharusnya kau mengatakan itu, Putri!”, jawabnya mengiyakan. Tuan Putri Purindah menjadi tersenyum melebarkan bibirnya setelah mendengar jawaban darinya. Kemudian mereka berdua bersama-sama beranjak pergi dari pintu masuk kedalam istana secara berlawanan arah masih berpandangan lalu memalingkan pandangannya kearah berlawanan dimana mereka berdua akan pergi.

Beberapa saat kemudian . . . .

                Usainya jalan bersama berdampingan bersama Tuan Putri Purindah tadi. Kini Pangeran Bheeshma melanjutkan langkahnya ketempat pelatihan Istana Wigura. Dibanding akan memasuki ruangannya terlebih dahulu untuk melepas lelahnya sejenak. Ditempat pelatihan itu, ia kembali menuju kesebuah meja yang tersimpan beberapa buah anak panah beserta busur panahnya. Dan mengambil satu buah anak panah beserta busur panahnya beranjak pergi menuju kesebuah pusaran.
                Pangeran Bheeshma pun mencoba mengulangi melepaskan membidikkan anak panahnya ketitik target dipusaran didepannya. Bidikan anak panah yang dilepaskannya tadi ternyata meleset jauh dari titik target pusarannya. Sontak dirinya menjadi terdiam dengan menurunkan busur panah yang masih dipegangnya kebawah. Lalu disadarinya jika keberuntungan yang didapatinya kemarin hanyalah berlaku sekali saja. Kemudian menarik nafasnya melihat ke anak panahnya dipusaran didepannya.
                Tiba-tiba terdengar seseorang yang berbicara dari arah belakang dirinya, “Kau akan berhasil membidik anak panahmu sesuai dengan apa yang kau inginkan, yaitu jika pikiranmu sedang tertuju pada seseorang!”. Saat ketika akan berbalik mengetahui siapa dari suara seseorang tersebut, mendadak ditemuinya seseorang tersebut telah berjalan lalu berdiam disebelahnya. Dan ternyata seseorang yang bersuara tadi adalah pamannya yang bernama Pangeran Raika.
                 Dan ketika Pangeran Bheeshma akan menyahutnya, Pangeran Raika memotongnya dengan berkata kembali mendahulukan. “Tidak perlu kau mengakuinya lagi padaku, keponakanku! Sebab aku telah mengetahuinya jika kau begitu malu untuk mengakuinya!”, Pangeran Raika membongkar dengan canda melihatnya. Sedangkan Pangeran Bheeshma hanya berdiam tak bisa berkata lagi meratapinya.

BHARATAYUDHAserisatu

                Sementara itu, Tuan Putri Purindah kini berbaring ditempat tidurnya, didalam ruangannya. Ia tak henti tersenyum karna memikirkan Pangeran Bheeshma dengan melihat jendela didalam ruangannya yang terbuka. Kemudian membangunkan tubuhnya menuju kejendela didalam ruangannya itu. Bersamaan dengan itu, ia membaca kembali kata puitisnya yang telah ditulisnya beberapa waktu yang lalu kepada Pangeran Bheeshma hingga sesampainya berhenti tepat didepan jendelanya.
                Tiba-tiba terlihat sehelai bulu merak jatuh dari atas didepan pandangannya, Tuan Putri Purindah pun mengulurkan tangannya menangkap bulu merak itu. Kemudian hembusan angin datang menyapanya hingga membuat sehelai bulu merak ditangannya bergoyang seperti sedang menari-nari mengikuti irama. Tuan Putri Purindah pun menjadi terhibur apalagi saat mengetahui jika rambutnya sedang melambai-lambai layaknya sebuah dedaudanan dipohon kelapa karna hembusan angin.
                Dan tiba-tiba dirinya kembali teringat perkataan dari Pangeran Bheeshma yang berkata, “Karna aku melihat kecantikanmu terpancar dibulu merak ini!”, sesaat ketika menatapi bulu merak yang masih ada ditangannya. Sedangkan ditempat lain, Pangeran Bheeshma tampak lesuh dan akan membaringkan tubuhnya untuk beristirahat sejenak diruangannya diIstana Wigura. Lalu menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya dengan posisi tidur yang sempurna.
                Tiba-tiba terdengar langkah kaki seseorang datang memasuki ruangannya dan memanggil namanya dengan bersuarakan seorang wanita. Pangeran Bheeshma langsung membalasnya, memotongnya. “Sudahlah Putri! Kau pergi saja sana! Aku masih lelah untuk bermain denganmu lagi!”, katanya mengusir masih menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Atas perintah mengusirnya, wanita itupun pergi dari ruangannya dengan terkejut tanpa memberitahukan dirinya.
                Wanita itu adalah Ibu Ratu Gandiki yang menyusulnya keIstana Wigura atas perintah dari Raja Gandaka. Usainya mengusir seorang wanita yang dianggapnya Tuan Putri Purindah tadi, Pangeran Bheeshma menjadi tertidur melepaskan pelan kedua telapak tangannya yang menutupi wajahnya tadi.

BHARATAYUDHAserisatu

                Disore harinya, Tuan Putri Purindah kembali menulis surat kepada Pangeran Bheeshma. Kali ini ia menulisnya untuk mengajak Pangeran Bheeshma  kembali bertemu menemuinya ditaman belakang Istana pada malam harinya. Dan surat yang ditulisnya itupun telah sampai ke Pangeran Bheeshma yang kala itu baru saja terbangun dari tidurnya.

Pada malam harinya . . . .

                Dikeheningan malam yang masih berjalan, Tuan Putri Purindah berdiri ditaman belakang Istananya menatapi bulan sabit diatasnya. Kemudian menjadi terusik saat dirinya melihat ada sehelai bulu merak disebelahnya. Lalu menjadi tersenyum saatnya masih melihat sehelai bulu merak itu dengan mengarah kewajah orang yang memilikinya. Dan Tuan Putri Purindah berjalan menghadapkan tubuhnya kepada Pangeran Bheeshma. Sedangkan Pangeran Bheeshma masih menatapi bulan sabit diatasnya.
                “Pangeran, aku akan memberitahukanmu sesuatu!”. Tuan Putri Purindah memulai, menatapnya.
                “Dalam hal apakah itu, Putri!”. Mengarahkan tatapannya kepadanya.
                “Siang tadi, aku telah berhasil menangkap sehelai bulu merak yang akan jatuh ketanah dasar Istanaku! Tahukah kau, Pangeran, jika sehelai bulu merak itu menari-nari saat masih berada ditangan….?”. Belum sempat meluruskan, Pangeran Bheeshma langsung memotongnya dengan sebuah ejekan.
                “Karna jika tidak ada hembusan angin, maka sehelai bulu merak yang kau ceritakan tadi tidak akan bisa menari-nari seperti yang kau bicarakan!”. Katanya memotong memasang gurauan, tertawa kecil masih menatapnya.
                Tuan Putri Purindah yang menjadi kesal karna melihatnya, mendadak mendorong Pangeran Bheeshma hingga termundur tiga langkah darinya. Usainya mendorong Pangeran Bheeshma, ia pun pergi meninggalkan dengan kesal. Kemudian Pangeran Bheeshma berbalik melihatnya dan memanggil namanya keras sehingga membuat Tuan Putri Purindah menjadi terhenti membelakangi. Tuan Putri Purindah pun membalikkan tubuhnya  melihat Pangeran Bheeshma kembali dikejauhan.
                “Putri Purindah, tidakkah kau merindukanku malam ini!”, Pangeran Bheeshma mencoba merayunya dengan masih melihatnya dikejauhan. Tuan Putri Purindah menggeleng sambil melihatnya kesal. “Kau tidak mungkin semarah itu jika kau tidak merindukanku malam ini, Putri! Maaf jika aku sudah terlanjur tidak menghargaimu!”, katanya mencoba kembali merayunya. Kemudian menjulurkan lidahnya kebawah dengan mengedipkan mata kanannya kepada Tuan Putri Purindah secara bersamaan.
                Setelahnya Pangeran Bheeshma berbalik membelakangi Tuan Putri Purindah. Dan Tuan Putri Purindah pun melangkah pergi meninggalkannya sangat kesal berlari kencang.   

BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar