Kamis, 21 Januari 2016

Badung Location. . . . #41 (akhir, lanjut season 2)



                Dan kini Yandra telah tiba dikantor tempat Mora bekerja, dan kini pula ia sedang menunggu kedatangan Mora dicafe pada lobby kantor tersebut. Tak berapa lama menunggu, Mora pun datang masih berusaha berjalan menghampiri. Sementara Yandra yang baru saja melihat kedatangannya, memberi senyuman menyambutnya. Dan Mora pun telah sampai padanya dengan memberi cipika-cipiki sebagai menyapanya. Lalu duduk didepan Yandra pada satu meja, berhadapan.
“Mora, aku ingin kau bertanggung jawab dengan apa yang sudah terjadi padaku!”, sapa Yandra dengan meminta Mora untuk bertanggung jawab. Melihat biasa.
“Memangnya kamu mau minta tanggung jawab apalagi sama aku? Kamu jangan mencemaskan, kami pasti akan bertanggung jawab!”, tanya dan penjealsan Mora belum mengetahui.
“Sembunyikan aku segera, karna aku, telah mengandung seorang putra dari Yusra! Dan itu terjadi diluar dugaan kami! Karna kala itu, Yusra dalam keadaan setengah mabuk dan aku terjebak didalamnya!”, Yandra memberi penjelasan hingga membuat Mora menatap kaget.
“Sudah memasuki usia keberapa kau telah mengandung putra dari Yusra?”, tanya Mora mulai penasaran.
“Sudah satu bulan setengah! Mirza juga sudah aku beritahu, bahkan dia yang pertama! Dan juga, aku memintanya untuk mencari tempat agar aku bisa bersembunyi sekaligus menyembunyikan kehamilanku ini!”, Yandra menjelaskannya secara panjang lebar.
“Kalau begitu, kau lebih mempercayakan siapa? Aku, atau Mirza yang akan membawamu, menyembunyikanmu serta dengan kehamilanmu?”, Mora menanyakan keyakinannya.
 Yandra pun langsung menjawab “Mirza”, memakai tatapan yang begitu yakin kepadanya. Dan Mora hanya tersenyum lalu menjelaskan kalau dirinya bukan maksud untuk tidak bertanggung jawab, hanya saja dirinya tidak mempunyai tempat untuk menyembunyikan Yandra. Sedangkan Yandra yang sudah mendengar penjelasan darinya, mengaku begitu mengerti memberikan senyuman. “Jaga dia baik-baik! Dan bila sudah lahir, tunjukkan pada kami semua!”, pesan Mora kepada Yandra penuh harap.
Yandra yang mendengar katanya lagipun semakin bahagia hingga dirinya menjadi tertawa namun berbisik-bisik. Begitupula Mora yang mulai ikut tertawa bersamanya.

Esok harinya. . . .

                Yusra memutuskan untuk pulang lebih awal dari jam normal pulang kantornya, lebih awal satu jam dari jam normal pulang kantornya. Setibanya dirumah, ia melihat suasana kediamannya yang begitu sepi dan dilihatnya pula Omah sedang duduk sendiri ditaman samping sambil membaca tabloid. Kemudian pandangannya tertuju pada kamar Yandra yang tampak sepi begitupula dengan pintu kamar tertutup rapat.
Dan kini Yusra dengan mudahnya memasuki kamar Yandra karna pintu kamar tidak dikunci. Usainya menutup pintu kamar tersebut, Yusra melihat seisi kamar yang telah terpajang beberapa foto memakai bingkai berbagai macam ukuran. Beberapa foto tersebut adalah foto pre-wedd, foto Yandra sedang traveling dibeberapa tempat wisata dan foto keponakan kembar dari Yusra terletak didinding atas tempat tidur Yandra.
“Ternyata Yandra telah diam-diam mencetak foto kedua keponakan kembarku!”, bisik Yusra mengomentari dengan berjalan mendekat lalu berdiri disamping tempat tidur. Dan kemudian dilihatnya ada sepucuk surat berbentuk hati yang tersimpan pada bantal dan disamping bantal tersebut ada sebuah boneka pemberian dari Eisya sebagai hadiah pernikahan. Yusra baru saja mengambil sepucuk surat berbentuk hati itu sembari akan membacanya. Duduk ditempat tidur.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

Untuk Yusra,
Kamu yang kini mungkin sudah berada dikamarku. Aku ingin menuliskan sesuatu padamu. Walaupun aku sudah pergi tanpa memberitahumu dulu!!

Hey,
Apa kabar Yusra? Tentu kau merasa kecewa lagi bukan? Karna aku bersikap seperti bocah pada hari ini!

Hey,
Aku ingin memberitahukan alasanku. Mengapa aku melakukan ini lagi, lagi, dan lagi! Padahal seingat kita berdua. Kemarin baru saja kau menegurku karna aku tidak memberitahumu. Saat aku ketahuan telah pergi kekantor menemui Mirza karna tujuanku yang spele!

Hey Yusra,
Mungkin ini ketiga kalinya. Dan mungkin juga kata “Hey” yang terakhir kutulis didalam surat ini! Aku pergi tanpa memberitahumu. Itu karna aku tidak ingin kau mencegahku dengan alasan yang kau beri. Alasan yang mungkin bisa membatalkan niatku untuk pergi!

Yusra….aku pergi dulu yah! Selamat datang dirumah kembali. Jangan lupa minum susu! Oyah tolong katakan pada Omah, pada bibi dan semuanya yang aku kenal! Dan juga mereka yang mengenalku bahwa aku sangat menyayangi mereka semua!

Salam manis untukmu <(‘,’)> Yusra
                                         Dariku  \(*<*)/ Yandra

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Usainya membaca isi surat tersebut, Yusra berdiri dari duduknya lalu berjalan memasuki toilet dikamar tersebut. didalam toilet tersebut, Yusra menghadapkan dirinya kedepan cermin. Ia sedang melihat wajahnya yang mulai memerah seperti menyesali sesuatu. “Percuma saja kau bilang sayang!!! Kalau nyatanya kini kau sudah pergi meninggalkan kami!!!”, Yusra berkata dengan membentak keras. Kemudian ia teringat sesuatu, ia teringat dengan barang yang sudah disembunyikannya dibalik cermin.
                Dan kinipun ia sudah mengambilnya lalu beranjak keluar dari toilet berdiri didekat tempat tidur kembali. Masih memegang barang yang telah diambilnya dibalik cermin tadi, ia memutarkan dirinya melihat ke semua foto Yandra yang masih terpajang. “Seandainya kau berpamitan padaku! Maka aku akan memarahimu, mengumbar lagi yang tlah lalu! Agar kau tidak pergi dariku!”, berbisik dihatinya masih memutari dirinya melihat semua foto Yandra.
                Kemudian ia berhenti dengan terduduk dilantai bersandar pada kerangka samping tempat tidur. Lalu dibukanya tutup barang yang dipegangnya berlanjut menghirupnya perlahan. Benda itu adalah mirip seperti pasta gigi, namun berisi zat yang bersifat racun. Yang mana bila dihirup dengan sengaja dan lama, maka akan mengakibatkan tak sadarkan diri. Begitulah yang Yusra lakukan sambil mengingat kenangannya bersama Yandra dulu.
                Dalam waktu empatpuluh menit kemudian, Yusrapun menjadi tak sadarkan diri dengan benda yang dihirupnya tadi dan terlepas dari pegangannya terbuang memasuki kolong tempat tidur. Dan setelah tiga jam berlalu, dirinya yang masih tak sadarkan diri baru ditemui oleh Omah yang memasuki kamar Yandra mencari dirinya. Omah yang mengetahuinya pun langsung mencoba tuk menyadarkannya, namun tetap tak kunjung sadar. Dan kemudian Omah menelepon rumah sakit untuk segera ditangani.

Beberapa saat kemudian. . . .

                Kini Yusra sedang ditangani diUGD rumah sakit, dan selanjutnya dipindahkan keruangan ICCU. Karna kondisi Yusra sudah setengah parah. Omah yang sudah mendengar dari Dokter menangani Yusra, meneteskan airmatanya seketika begitu terkejut mengkhawatirkan. Dan kini Yusra sudah berada diruangan ICCU, dengan banyak memakai peralatan medis. Dari oksigen yang menutup setengah wajahnya, alat pendeteksi jantung dan jarum infus ditangannya.
                Kemudian Dokter menvoniskan jika Yusra akan mengalami koma untuk beberapa hari, karna zat beracun yang ia hirup belum berhasil dikeluarkan semuanya. Omah yang mendengar pernyataan dari Dokter yang menanganinya, menjadi terduduk didepan pintu ruang ICCU mulai menangis kecil dengan memabyangkan wajah Yusra yang masih sehat. Disaatnya masih menangis kecil, masih juga membayangkan wajah Yusra yang masih sehat tiba-tiba ada yang menyapanya dengan sebutan “Omah”.
“Yusra?”, sahutnya dengan reflek memanggil nama Yusra berdiri dari duduknya. Melihat kepintu ruangan ICCU yang masih tertutup. “Aku Fachri, omah!”, sapa kembali orang yang telah menyapanya tadi. Omah yang sudah mendengar pun melihat ke Fachri disampingnya. “Fachri, cucuku, Yusra sedang tidur! Tolong, tolong bangunkan dia, nak! Demi Omah, tolong bangunkan dia, nak!”, omah memohon dengan sedikit histeris.
Fachri mencoba melihat kepintu ruangan ICCU, terdiam karna mendengar permintaan Omah yang sedikit histeris. “Fachri, cucuku pingsan sewaktu, omah menemukannya dikamar Yandra! Kata Dokter, dia telah menghirup zat beracun! Dan dia, divonis akan mengalami koma!”, sambung Omah menjelaskan lagi masih sedikit histeris. Fachri melihat ke Omah kembali mulai mengerti. Melihat Omah yang semakin meneteskan airmatanya, memancing Fachri untuk berkata sesuatu.
“Omah jangan berkata lagi! Aku tidak sanggup mendengarnya! Aku janji, aku akan menyelamatkan Yusra!”, pinta Fachri dengan rasa ketidaktegaannya. Lalu mencium kedua tangan omah untuk mendapatkan restu darinya. Dan kemudian pergi memasuki pintu ICCU melihat keadaan Yusra yang sudah terpasang alat-alat medis. Setibanya didalam ruang ICCU, dirinya mengaku sangat tidak tega dan bertekad akan membangunkan Yusra kembali seperti permintaan dari Omah yang didengarnya tadi.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Disana, Mirza yang baru akan beranjak dari kursi kerjanya tiba-tiba menjadi berhenti karna ponselnya berdering. Ketika dicek, diterimanya pesan BBM dari Fachri yang memberikan kabar jika Yusra sedang sekarat dirumah sakit. Fachri mengirim sebuah foto Yusra dengan keadaannya diruang ICCU. Seketika Mirza pun menjadi terduduk kembali dan matanya mulai berkaca-kaca, begitu terkejut karna tidak menyangkanya sama sekali.
                Begitupun Eisya disana, menjadi menangis kecil setelah menerima pesan yang sama dari Fachri. Dan Mora yang telah berada diakmarnya, langsung melihat ke salib dikamarnya meneteskan airmata mendoakan Yusra. Saat ketika baru menerima pesan BBM dari Fachri yang demikian pula. Beginilah akhir dari cerita mereka berlima, ditambah lagi dengan Fachri yang akan berlanjut pada Season 2. Kisah mereka akan semakin menjadi-jadi pada cerita Season 2.
Ini bukanlah cerita akhir dari mereka berlima ditambah lagi dengan Fachri, dan cerita Qiera akan diadakan kembali walaupun hanya sebentar. Dan lagi ada seseorang yang akan menyapa kehidupan Yusra karna dorongan dari keluarga besarnya, terutama pada Omah.

Berlanjut pada
Badung Location. . . . (Pernikahan Diatas MATRAI) Season 2

Badung Location. . . . #40



Setelah beberapa saat keheningan itu terjadi, Yusra akan memecahkannya dengan akan kembali berkata sesuatu. Dan kali ini dirinya tidak membahas permasalahannya tersebut.
“Aku lelah, begitupun dengan mereka! Tadinya, aku dan mereka ingin bersantai demi melepas lelah sehabis kami semua berjalan-jalan tadi! Namun yang mereka dapatkan, malah sebaliknya dan mereka harus menguras tenaga lagi untuk bertahan kuat menghadapi Omah!”, Yusra mengatakannya dengan sedikit merasa bersalah melihat mereka.
“Tidak Yusra, masalahmu masalah kami juga!”, sanggah Eisya mulai melihat sedih ke Yusra.
“Ini adalah tanggung jawab kita semua!”, sambung Mirza melihat tegar ke Yusra.
“Aku setuju dengan mereka, walaupun aku sama sekali tidak ikut terlibat dalam permasalahan ini!”, sambung Fachri memberi pengertian melihat semangat ke Yusra.
“Yandra? Bagaimana kabarmu?”, Mora menanyakan kabar Yandra yang masih bersembunyi dibalik Yusra. Yusra yang sudah melihat ke Mora pun akan berkata mewakili Yandra.
“Mora, dan juga kalian semua! Tidak perlu menghawatirkan Yandra, karna aku yang akan bertanggung jawab atas dirinya!”, Yusra memberi jawaban yang membuat Mora mulai terkagum-kagum.
Dan kemudian suasana menjadi sedikit mereda dari ketegangan, karna mereka satu-persatu mulai tersenyum setelah mendengar perkataan Yusra. “Dan sekarang, sudah tibanya kalian untuk pulang! Jangan pikirkan lagi kejadian pada hari ini!”, sambung Yusra sembari tersenyum melihat mereka semua. Sedangkan Omah menjadi bingung atas sikap Yusra dan mereka semua. Dan kemudian lagi merekapun mulai beranjak pergi usainya berpamitan dengan Omah dengan bersamaan.
Setelah mereka semua beranjak pergi meninggalkan kediamannya, kini hanya tinggal mereka bertiga. “Pergilah kekamarmu Yandra!”, perintah Yusra melihat tegas ke Omah. Begitupula Omah melihat padanya. Sementara Yandra mulai mengangkat kepalanya dari rebahan ditubuh belakang Yusra, lalu menggeserkan dirinya dari balik tubuh Yusra melihat ke Omah. Yusra yang merasakannya, langsung membetaknya kecil, “Pergi segera sayang!! Sebelum Omah menanyakan sesuatu lagi padamu!!”.
Yandra yang sudah mendengar terpaksa untuk pergi namun sudah berpamitan kepada Omah dengan memakai isyarat, dan Omah pun sudah melihatnya. Usainya memerintahkan Yandra yang kedua kalinya memakai bentakkan kecil, ia melangkah maju tiga langkah mendekati Omah. Sedangkan Omah baru saja melihat jika Yandra telah memasuki kamar yang berbeda, lalu memalingkannya ke Yusra akan menanyakannya. Namun didahulukan oleh Yusra sebab dirinya telah mengetahui isi pemikiran darinya.
“Omah sudah melihatnya? Dan itulah kenyataan yang sudah lama kami lakukan, selagi kami masih tinggal dalam satu atap! Kami telah lama tinggal bersama, namun kami tetap dan konsisten menjalani hidup secara masing-masing! Bahkan sewaktu kami tinggal dihotel, kami memakai kamar hotel yang berbeda!”, ujar Yusra memberitahukan kenyataan yang sebenarnya.
“Ternyata pada sebelumnya kau telah menghukum Omah lebih dulu! Omah sangat tidak menyangka Yusra!”, Omah mengungkap kekecewaannya.
Usainya Omah mengungkap kekecewaannya, Omah pun langsung beranjak pergi menuju kamarnya. Sementara Yusra mulai tersenyum jahat lalu melihat Omah yang masih beranjak. Dan Yandra yang sudah mengintip percakapan mereka berdua dari balik pintu kamarnya, menutup pintu kamarnya kembali dengan berdiam dibalik pintu kamarnya. “Yusra, ternyata pemikiranmu lebih parah daripada yang pernah aku bayangkan!”, bisik kecil Yandra setelah mengetahui.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Saat malam hari tiba, Yandra melakukan makan malam bersama Omah dari Yusra. Dan kini mereka saling menikmati makanannya masing-masing tanpa menyempatkan diri untuk saling bicara. Selang beberapa saat berlalu, Yandra kini telah berada dikamarnya kembali bersandar ditempat tidurnya. Kemudian diingatnya lagi pada kejadian tadi siang yang sama sekali tidak disangka-sangka olehnya. Dan lalu ia mulai menyadari sesuatu.
“Apakah ini adalah jawabannya, penjelasannya! Mengapa aku bisa menyembunyikan kehamilanku dari mereka semua! Sungguh, awalnya aku tidak menyadari dengan perbuatanku menyembunyikan kehamilanku! Dan sekarang, aku baru menyadari dan kehamilanku akan semakin membesar!”, bisiknya yang baru menyadarinya. Dan kemudian mulai mencemaskan tentang kehamilannya yang mungkin akan membesar, hingga membuatnya berpikiran untuk pergi jauh.
Pemikiran itu ia dapatkan, ketika mulai menyadari tentang usia kehamilannya. Dan pada esok harinya, ia bertujuan akan menemukan Mirza yang sudah terbukti adalah seorang kakak kandungnya.

Pada esok harinya. . . .

                Omah, Yandra juga Yusra sedang melakukan sarapan pagi bersama. Dan ketika Yusra sudah berdiri akan berbalik pergi dari tempat duduknya, Yandra menahannya dengan menginjak kecil kaki kanan Yusra. Yusra pun menjadi terhenti sembari melihat padanya, sedangkan Yandra berlanjut memintanya untuk berpamitan dahulu kepada Omah. Dan Yusra menurutinya meskipun merasa sedikit segan masih dengan keangkuhannya.
Usainya berpamitan dengan Omah, Yusra kini benar berbalik pergi menuju pintu rumah untuk segera kekantornya. Setelah melihat Yusra sudah keluar melewati pintu rumah, Yandra melihat ke Omah meminta ijin untuk pergi kesuatu tempat pada pukul Sembilan nanti. Respon Omah hanya mengangguk mempersilahkannya melihat biasa, dan Yandra yang sudah melihat respon darinya mulai memberikan senyuman sembari membalasnya.
Selang beberapa waktu berjalan, kinipun Yandra pergi kesuatu tempat. Dan ternyata tempat yang sedang ditujunya adalah kantor perusahaan Yusra. Disana, ia bukan berniat akan menemui Yusra tetapi menemui Mirza. Sementara disana, Mirza menjadi terkejut saat ketika dilihatnya Yandra telah memasuki ruangan kerjanya lalu duduk dikursi didepan meja kerja darinya. Mirza yang benar mengetahui kedatangannya mulai meniadakan pekerjaannya beberapa saat.
“Kak Mir, aku mau pergi dari kediaman Yusra dan aku janji akan kembali lagi ketika perceraian itu akan dilakukan!”, sapa Yandra mengungkap niatnya setelah duduk manis dikursi didepan meja kerja Mirza. Dan ketika Mirza akan menanyakan maksud dari perkataannya barusan, Yandra mengisyaratkannya untuk diam karna dirinya akan berkata kembali dengan memberitahukan sesuatu. Mirza pun menurutinya walau sedikit terpaksa.
Kini Yandra mulai berkata dengan memberitahukan bahwa dirinya sedang mengandung sekitar satu bulan setengah. Itu terjadi karna kesalahan dari dirinya bersama Yusra, dijelaskannya bahwa Yusra sengaja menjebak dirinya dengan pura-pura mabuk sehingga membuat mereka berdua bercinta. Dan itu baru dikeahui oleh dirinya saat ketika Yusra memberitahukan semuanya. Dikatakannya lagi, niatnya untuk pergi dari kediaman Yusra hanya untuk menutupi sembari merahasiakan kehamilannya.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

Mendengar ceritanya itu, Mirza sempat menjadi terkejut namun kini sudah bisa menerima kenyataan yang terjadi pada Yandra dan Yusra dibelakangnya.
“Kakak menyetujuinya, karna bagaimanapun juga kehamilanmu akan membesar pada setiap bulan selanjutnya! Oyah, cara makan kamu tetap jaga, agar tubuh kamu tidak terlihat seperti orang yang sedang mengandung!”, Mirza memberi saran melihat peduli.
“Kak Mir, maafin aku ya karna udah melanggar perjanjian pernikahan diatas matrai itu! Tapi sungguh kak, kami melakukannya memang tidak sengaja! Maksudku, kami tidak berpikir kalau kami akan mendapat seorang putra dari kesalahan yang telah kami lakukan itu!”, ujar Yandra mengakui kesalahannya.
“Setap dua orang lawan jenis tinggal bersama, berbeda ataupun satu kamar! Maka gejolak ingin seperti itu pasti akan menggoda keduanya! Kakak mengerti akan hal itu, karna kita sudah dewasa bukan?”, Mirza memberi pengertian.
“Lalu langkah apa yang harus aku ambil selanjutnya, kak?”, tanya Yandra muali gelisah.
“Pergi saja Yandra! Tapi kamu harus menepati janji kamu! Dan satu lagi, jaga anak dari Yusra baik-baik yah! Siapa tau dengan kelahirannya kelak, bisa merubah hubungan kalian berdua!”, Mirza menyetujui permintaannya sembari memberikan doa padanya.
Usainya mengatakan itu, Mirza memberi senyuman melihat ceria padanya. Sedangkan Yandra menjadi tersenyum manja karna menadapatkan dukungan dari Mirza, yang sebagai kakak kandungnya. Kemudian Yandra berkata berpamitan untuk pergi akan menemui Mora dikantornya. Mereka berduapun sama-sama berdiri lalu saling berjabat tangan dengan diakhiri Yandra mencium tangan Mirza. Dan Mirza yang melihatnya menjadi terharu begitu bahagia.
“Mirzara….?”, bisk hatinya mengingat nama Yandra sewaktu masih kecil dulu. Dan kini Yandra telah berbalik pergi menuju pintu ruangannya, namun ketika akan membuka pintu tiba-tiba saja Yusra membuka pintu ruangan Mirza akan memasuki. Dengan seketika mereka berdua pun menjadi berpandangan diam serta sedikit terkejut.
“Sedang apa kau disini? Pergi kesini tanpa memberitahuku dulu!”, Yusra menanyakan dengan berbisik.
“Aku pergi kesini hanya meminta alamat dimana kantor tempat Mora bekerja! Gak penting juga kalau harus memberitahumu tentang tujuanku yang spele ini!”, sahut Yandra sedikit berbohong.
Kemudian mereka saling berpaling untuk pergi meninggalkan. Sedangkan Mirza yang sudah melihat keduanya duduk kembali menanti Yusra duduk bersamanya, dikursi didepan meja kerjanya.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

Badung Location. . . . #39



                Setelah beberapa saat berjalan, Yandra yang masih duduk seorang diri melihat pemandangan yang ada tiba-tiba saja melihat Yusra langsung memberikannya minuman disamping kirinya. Mereka saling berpandangan biasa, saat ketika Yandra mengambil minuman dari tangan Yusra hingga Yusra beralih duduk disamping kanannya dalam satu buah kursi persegi panjang. Dan lalu mereka saling memalingkan pandangannya dengan melihat lurus kedepan.
Kemudian dengan perlahan Yandra menggeserkan dirinya mendekati Yusra perlahan, lalu merangkul lengan Yusra sembari merebahkan kepalanya dilengan Yusra sedikit bermanja. Yusra yang sudah mengetahuinya pun menolehkan kepalanya melihat kewajah Yandra, berdiam. Dan Yandra yang mengetahui Yusra sedang melihat kewajah dirinya masih berdiam, Yandra menunjukkan Yusra pemandangan didepan mereka. Seketika Yusra mengikuti melihat apa yang telah ditunjukkannya. 
Yandra menunjukkan sepasang kekasih sedang bermanja sama dengan yang dilakukan dirinya kepada Yusra. “Aku hanya ingin seperti mereka Yusra”, dengan menurunkan tangannya yang menunjuk pasangan kekasih didepannya. Yusra yang masih melihat dan sudah mendengar kata darinya mulai menjadi hening melihat sepasang kekasih didepannya. Lalu secara tiba-tiba dirasanya jika Yandra mencium pipinya dan itu membuatnya untuk menoleh melihat ke Yandra kembali.
Sedangkan Yandra baru melepaskan ciumannya melihat hening padanya. Yusra mulai melihatnya dingin menahan tanya, akan segera menanyakan sesuatu.
“Kau selalu menciumku tanpa berkata permisi dulu padaku! Sementara diriku tidak pernah kau ijinkan tuk menciummu balik!”, tegur Yusra berkeluh masih melihat dingin.
“Daripada kamu bersikap dingin, mending kita selfie bareng! Mumpung masih berpakaian bebas, karna kamu selalu terlihat sering memakai pakaian kantor!”, Yandra mengalihkan pembicaraan.
Usainya berbicara mengalihkannya, Yandra mengulurkan tangannya meminta Yusra untuk menunjukkan ponselnya. Yusra yang mengerti langsung mengambil ponselnya dari saku celananya lalu diberikannya ke Yandra. Namun Yandra memberikannya balik ketangan Yusra sambil mengatakan, “Kau saja yang mengambil gambarnya! Dan aku yang mengatur gayanya!”. Sedikit berat hati Yusra pun menuruti kemauannya
Dan kini mereka akan bersiap-siap untuk berfoto selfie. Merekapun mulai saling menyerongkan wajah mereka hingga seperti berhadapan melihat kekamera ponsel yang dipegang Yusra. Lalu mereka bergaya seolah-olah tertawa bersama hingga menunjukkan gigi mereka masing-masing. Berlanjut memakai gaya saling mengedipkan salah-satu mata dari mereka, Yusra mengedipkan mata kanannya dan Yandra mengedipkan mata kirinya.
Berlanjut lagi memakai gaya saling menunjukkan bibir mereka seperti akan mencium seseorang. Dan terakhir mereka memakai gaya saling menyentuhkan pipi mereka yang secara reflek mereka lakukan sambil tersenyum manja. Usainya mereka berfoto selfie, Yandra meminta Yusra untuk mengunggah foto selfienya diakun instagram milik Yusra.
“Berapa banyak?”, tanya Yusra menuruti permintaannya lagi.
“Semuanya dong! Setelahnya aku unggah juga diakun instagramku!”, pinta Yandra kembali mengungkap niatnya.
Dan Yandra kini sedang melihat Yusra mengunggah foto selfie mereka diakun instagram, lalu dilihatnya jika pengikut Yusra sebanyak tiga ribu lima ratus dan mengikuti hanya delapanpuluh lima saja. Sedangkan diakun instagram Yandra pengikutnya sebanyak dua ribu lima ratus, dan mengikuti seratus lima. Usainya melihat Yusra berhasil mengunggah foto selfie mereka berdua, Yandra baru memegang ponselnya sendiri akan mengambil foto dari instagram Yusra untuk diunggah diiakun instagramnya.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Sementara disana, Mirza, Eisya, Mora juga Fachri sedang duduk bersama dengan bersejajar. Mereka berempat baru saja memainkan gadget masing-masing. Kemudian Mirza, Eisya juga Mora membuka akun instagram masing-masing dengan bersamaan. Lalu mereka melihat postingan baru dari akun instagram Yusra sebanyak empat buah foto selfie Yusra bersama Yandra. Sedangkan Fachri mulai merasa aneh melihat ketiganya mendadak tersenyum-senyum sambil memainkan gadget bersamaan.
Fachri pun kini menanyakan mengapa diri mereka bertiga menjadi tersenyum-senyum seperti itu, dan mereka bertiga dengan serentak menolehkan kepalanya melihat ke Fachri.
“Punya akun instagram kan?”, tanya Mirza memulai.
“Punya kuota juga kan? Follow akun instagram Yusra sekarang!”, sambung Eisya memerintahkan.
“Cek postingan terbaru Yusra selfie sama Yandra! Lalu jangan lupa kasih sweet komen pada postingan terbaru dari Yusra!”, sambung Mora sambil memintanya.
“Gue punya ide, kita kasih satu buah komen tapi ditulis pada beberapa postingan terbaru dari Yusra! Isengin Yusra dikit gak apa-apa kali!”, Fachri memberikan masukan mengungkap ide konyolnya untuk mengerjai Yusra.
Mereka bertigapun serentak mengatakan “Setuju broh!” meskipun membalasnya sedikit alay. Dan mereka berempat kinipun mulai melakukanya dengan menahan tawa masing-masing. Kembali pada Yusra dan Yandra, keduanya masih memainkan gadgetnya masing-masing. Yandra sedang mengedit foto sefienya tadi bersama Yusra, dan Yusra menerima notifikasi dari akun instagramnya. Dan kini dirinya pun mulai membuka akun instagramnya kembali akan segera mengetahuinya.
Ternyata notifikasi tersebut dari Mirza, Eisya, Mora juga Fachri. Dibacanya pada komen pertama dari Mirza, “Apa-apaan nih? Merusak pemandangan gue aja!”, dengan diakhiri memberi emoticon hati. Lalu dilanjutinya pada komen kedua dari Eisya, “Yusra, lo jangan lebih mesra dari gue dong!”, dengan diakhiri memberi emoticon bibir. Terus dilanjutinya lagi membaca komen ketiga dari Mora, “Ehemb, kok gue yang menjadi menggebu-gebu?”, diakhiri memberi emoticon bom dan pistol.
Dan terakhir pada komen keempat dari Fachri, “Nice couple! Semoga cepat dapet momongan biar gue bisa kasih ice cream waktu bayi lo nangis pas brojol nanti!”, diakhiri memberi emoticon wajah bayi dan ice cream. Yusra yang sudah membaca komentar dari merekapun mulai membalas, “Ciyeeee yang pada dadakan care sama gue!”, diakhiri dengan emoticon pistol dan cium. Yusra membalasnya seperti mereka, membalas satu buah komen pada keempat posting terbarunya.
Setelah membalas komentar dari mereka, dilanjutinya mengikuti balik akun instagram Fachri, karna Fachri telah mengikuti akun instagram dirinya lebih dulu. Usainya mengikuti balik akun instagram Fachri, diterimanya notifikasi bahwa Yandra menyukai keempat fotonya dan membuat Yusra menjadi stalking diinstagram Yandra. Kemudian disukainya postingan Yandra yang telah diedit menggunakan fram berisi empat buah kotak, dimana foto dirinya bersama Yandra telah diedit pada fram tersebut.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

Dan kemudian lagi secara tiba-tiba, Yandra menjadi kaget karna Yusra mengganti foto profil akun instagramnya dengan menggunakan foto selfienya bersama Yandra. Yusra memakai foto selfienya bersama Yandra yang bergaya menunjukkan bibir mereka seperti akan mencium seseorang. “Yusra?”, tegur Yandra pelan melihat padanya. Yusra baru saja melihat padanya, “Lucu aja!”, sahutnya dengan tersenyum manja. Yandra yang sudah mendengar katanya pun menjadi menatap malu, tersenyum.

Selang beberapa waktu berjalan. . . .

Kini mereka berenam telah meninggalkan pameran tersebut, dan kinipula mereka berenam akan bersantai dikediaman Yusra. Begitu sudah tiba dikediaman Yusra juga telah memasuki kedalam rumah kediaman Yusra, tiba-tiba saja mereka serentak menjadi terhenti dari langkahnya sebab telah dilihatnya jika Omah dari Yusra telah berdiam didepan mereka secara tiba-tiba, menatap tegas pula. Seketika mereka mejadi terdiam kaku melihat Omah dari Yusra itu.
Kemudian Omah dari Yusra memerintahkan mereka untuk duduk bersama diruang tamu karna ada sesuatu yang perlu dibicarakan. Dan kinipun mereka telah duduk bersama diruang tamu. Yusra bersama Yandra dihadapan omah, Mirza bersama Eisya disisi kanan omah dan Fachri bersama Mora disisi kiri omah. Mereka duduk bersama menghadap ke Omah dari Yusra, begitupula dengan pandangan mereka yang masih terdiam kaku padanya.
Omah yang masih duduk mencoba mengambil selembar kertas folio polos lalu berdiri dengan memegang kertas folio polos tersebut, sembari memperlihatkannya sisi belakang kertas folio tersebut kepada mereka semua. Kemudian kertas folio tersebut dibalik hingga menjadi sisi depan yang terlihat. Yusra, Yandra, Mirza, Eisya juga Mora yang melihatnya pun menjadi serentak berdiri dari duduknya sangat terkejut, tercengang cuma-cuma. Sementara Fachri masih terduduk tidak mengerti.
“Jelaskan pada saya, surat perjanjian apa ini?”, kata Omah begitu tegas melihat ke mereka yang telah berdiri.
“Itu adalah surat perjanjian, pernikahan diatas matrai!”, Yusra menjawabnya santai menahan terkejutnya.
“Kawin kontrak! Itulah bahasa kasarnya dari permainan kalian berdua!”, kata Omah kembali membentak Yusra dan Yandra. Melihat menajamkannya.
“Jangan menatap istriku seperti itu Omah!”, perintah Yusra memintanya mulai bernada tegas.
Mendengar katanya, Omah memalingkan pandangannya ke Yusra masih menatap tajam. Sedangkan Yusra melangkah dua langkah kedepan, lalu bergeser menutupi Yandra dibaliknya. Yandra yang mengetahuinya hanya berdiam menikmati suasana walaupun masih begitu tegang. Dan lalu Yusra menyuruh mereka yang berdiri untuk duduk kembali. Mengetahui Mora yang sudah duduk kembali, Fachri mencoba menoleh padanya berharap akan mendapat kejelasan.
Namun Mora hanya berdiam masih melihat ke Omah, dan mau tidak mau Fachri melihat ke mereka semua lalu berhenti melihat ke Omah dari Yusra. Dan perdebatan pun akan dimulai kembali demi mendapatkan sebuah kejelasan.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

                “Untuk saat ini, biarkan saja aku yang berbicara! Dan kalian harus tetap diam, termasuk kamu yang sengaja aku tutupi dirimu dari hadapan Omah!”, Yusra berkata kembali dengan melihat kemereka lalu berhenti melirik kebelakang tetuju pada Yandra.
“Yusra, kamu adalah peran utama dalam permainan ini? Dan kamu, telah membohongi keluarga besarmu sendiri!”, Omah memberitahu masih dengan ketegasannya.
“Itu semua terpaksa Yusra lakukan, karna Yusra sudah tidak tahan dengan ambisi Omah yang terus meminta Yusra untuk segera menikah! Dan sekarang, Omah harus bahagia dengan pernikahan Yusra walaupun hanya sebuah pernikahan diatas matrai saja!”, Yusra mulai mengungkap kebenaran.
Omah yang mendengar perkataannya menjadi terdiam mulai melihat mereka semua secara bergantian, hening. Sedangkan Yandra merebahkan kepalanya ditubuh belakang Yusra seolah-olah sedang berkeluh kesah, dan Yusra yang merasakannya menundukkan kepalanya melihat kebawah. Sementara Fachri baru mengerti terhadap permasalahan yang sedang dibicarakan kini, melihat ke Yusra setelah mendengar perkataan darinya yang terakhir tadi.
“Omah tidak mau membahas masalah ini lagi! Tetapi Omah menuntut pada kalian semua, perjanjian, permainan ini harus segera dibatalkan!”, omah berakta lagi masih melihat mereka secara bergantian. “Dan tetapi lagi, omah mau kalian berdua bercerai dipengadilan yang sesungguhnya! Bukan dengan membatalkan surat perjanjian pernikahan diatas matrai ini!”, sambung lagi Omah menetap melihat ke Yusra dan Yandra sembari menunjukkan surat perjanjian yang dimaksud.
Yusra pun menjadi terkejut perlahan menegakkan kepalanya melihat ke Omah, Yandra mengangkat kedua telapak tangannya menaruhnya didadanya masih merebahkan kepalanya ditubuh belakang Yusra. Begitupula yang lainnya menjadi serentak berdiri melihat sangat terkaget-kaget ke Omah. Mereka semua seperti tak menyangka jika Omah akan berkata menuntut hal yang tak pernah mereka bayangkan, bahkan terbesit sedikitpun tidak pernah.
“Haruskah, perceraian mereka dilakukan dipengadilan yang sesungguhnya!? Bukankah, bisa dilakukan secara kekeluargaan?!”, Mora memberanikan diri memberikan pendapatnya. Omah melihat padanya, bungkam.
“Omah, alangkah baiknya jika dilakukan secara kekeluargaan saja! Jangan menghukum mereka sampai kesana omah!”, sambung Eisya memberi pendapatnya pula. Omah baru berpaling melihat ke Eisya lalu berhenti melihat ke Yusra.
Suasanapun mulai sedikit tegang, dan menjadi semakin tegang saat ketika Omah merobek surat perjanjian pernikahan diatas matrai didepan mereka semua. Spontan, mereka dibuat menjadi amat kaget hingga terdiam tak bisa berkomentar. “Dengan saya merobek surat perjanjian pernikahan diatas matrai ini! Maka kalian tidak bisa mengelak lagi dari tuntutan saya kepada Yusra dan Yandra!”, katanya lagi menegaskan. Dan mereka berlima menjadi bersama berkata, “Omah?”, sedikit sedih.
Hanya Yandra saja yang tidak ikut berkata, sebab ia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Dan alasan Omah merobek surat perjanjian pernikahan diatas matrai itu, karna sudah tertulis jika prceraian antara Yusra dan Yandra dilakukan secara kekeluargaan telah tertulis serta sudah disetujui dengan menandatangani diatas matrai yang telah tertempel. Dan lagi merekapun dapat mengerti akan hal yang demikian itu. Keheningan mulai terjadi.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”