Esok harinya,
Mirza kembali bekerja dengan ceria seolah-olah tidak ada kejadian pahitnya
perpisahan pada hari kemarin. Lain halnya dengan Yusra yang sedang bersama
Yandra diruang kantornya sendiri. Mereka berdua sedang sibuk menandatangani
berkas masing-masing. Disaat keduanya masih sibuk menandatangani berkasnya
masing-masing, mendadak tinta dalam pena Yandra habis. Kemudian Yandra
mengambil pena milik Yusra yang nganggur terletak dikertas.
Sebab Yusra
mengambil berkas lainnya untuk ditandatangani pula. Dan saat akan
menandatanganinya, mendadak ia merasa bahwa ia telah kehilangan pena yang
dianggurinya tadi. Lalu terpandang pada jari Yandra yang tengah asik memegang
pena miliknya menandatangani berkasnya. “Itu pena siapa?”, tegur Yusra melihat
dingin sehingga Yandra berhenti dari menandatangani berkasnya melihat kepadanya
pula.
“Ini milikku, dan biarkan aku dulu yang menyelesaikan
tugasku!”, katanya sekali lagi dengan mengambil pena miliknya dari tangan
Yandra. Yandra pun terpaksa merelakan sambil menunggu Yusra menyelesaikan
tugasnya. “Kalau tau begini ujungnya, aku gak akan mengerjakan tugasku
diruanganmu!”, mengeluh Yandra sedikit melas masih melihat padanya. Yandra
terpaksa mengatakan yang demikian walaupun sudah mengetahui kalau ruangan Mirza
masih terkunci.
Dan itu karna Mirza belum datang kekantor sekitar
beberapa menit yang lalu. Karna ruangan Mirza termasuk ruangan yang memakai
privacy, dan kunci kantor ruangannya hanya dipegang oleh dirinya saja. Setelah
beberapa menit menunggu, Yusra terlihat seperti sudah menyelesaikan tugasnya. Yandra
yang kini telah berada disampingnya pun berusaha secara perlahan untuk
mengambil pena yang masih dijemari Yusra.
Namun disaat telah berhasil menyentuhnya akan segera
merebutnya dari tangan Yusra, tiba-tiba saja Yusra reflek menarik tangannya dan
Yandra reflek memegang tangannya serta pena miliknya. Sehingga lengan Yandra
menabrak lengan Yusra, lalu mereka menjadi saling bertatapan sedikit kaget.
Tatapan keduanya menggambarkan sebuah tanya mengapa bisa menjadi seperti ini,
dan siapakah yang lebih dulu memulainya?
Kemudian Yandra tak sengaja menjatuhkan keningnya
hingga menyentuh kening Yusra begitupun dengan ujung hidung keduanya karna
Yandra kehilangan konsentrasinya. Mereka masih bertatapan semakin
betanya-tanya, lalu Yusra sedikit menjadi terbuai karnanya mulai memejamkan
matanya akan beralih mencium bibir Yandra. Namun Yandra menghentikannya dengan
berdiri tegak disampingnya karna mendengar suara pintu ruangannya terbuka.
Sedangkan Yusra baru terbangun dari rasa terbuainya
melihat keseorang karyawan wanita yang sudah berjalan menghampirinya. Setibanya
dihadapan meja kerjanya, seorang wanita itu memberi beberapa berkas padanya.
Dan kemudian Yandra berpamitan untuk keluar membawa berkasnya segera menuju
ruang Mirza. Yusra pun mengangguk mempersilahkannya melihat ke berkas yang
telah diberi oleh seorang karyawan wanitanya itu.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Masih dihari yang
sama, mengetahui hari terakhir Yandra berperan menjadi pengganti sekretaris
dirinya, Mirza mengirimkan pesan untuk mengajaknya bermain sesaat ditaman belakang
gedung kantornya. Dan kini Mirza sedang berbicara dengan Yusra karna sama-sama
tidak sengaja bertemu didepan pintu pantry. Yusra menanyakan kabar Eisya
padanya.
“Dari kapan Eisya pergi meninggalkan Indonesia?”, tanyanya
belum mengetahui menatap biasa.
“Dari hari kemarin?”, jawab Mirza singkat menatap
biasa juga.
“Gue coba buka whatsapp statusnya kaya pergi keluar
negeri gitu! Makanya gue tanyain langsung ke elo!”, Yusra terbuka
memperjelaskannya.
“Dia pergi dengan keangkuhannya! Jadi wajar saja
kalau dia merahasiakannya dari kita!”, jawab Mirza kembali dengan santai.
Kemudian Mirza meminta izin untuk pergi karna sudah
tiba waktunya untuk menemui seseorang, dan Yusra yang mendengarnya langsung
mempersilahkannya dengan cuek. Perbincangan, pertemuan mereka berduapun
berakhir.
Sementara ditempat lain. . . .
Ditaman belakang gedung kantor, Yandra tampak masih
menunggu kedatangan Mirza yang telah memintanya untuk bertemu ditempat tersebut
beberapa saat yang lalu. Dan kini Mirza telah berada ditaman tersebut dengan
memanggil namanya dari arah belakang Yandra. Yandra yang sudah mendengarnya pun
menjadi berbalik badan lalu menerima semprotan air darinya. Yandra mengusap air
yang membasahi wajahnya juga membasahi setengah bajunya.
“Rasanya apa?”, Mirza bertanya menatap canda.
“Aw, dingiiin!”, Yandra menjawabnya memakai gaya
orang yang sedang merasa dingin melihat padanya.
“Apa persamaan dari rasa tersebut?”, tanya Mirza
kembali semakin menatap ceria.
“Aw, sejuuuk!”, Yandra menjawabnya kembali penuh
canda.
Kemudian mereka menjadi tertawa bersama, lalu Mirza
berkata kembali, “Selfiiiieeeee!”. Dan
Mirza menunjukkan kamera depan ponselnya mengajaknya berfoto bersama. Merekapun
berfoto dengan gaya lidah mereka dijulurkan, bibir mereka dimanyunkan, dan
wajah mereka dibuat datar seperti foto untuk pembuatan KTP. Mirza sengaja
melakukannya hanya untuk kenangannya bersama Yandra yang telah bersedia menjadi
sekretaris dirinya selama tujuh hari sama hari ini.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar