Selasa, 19 Januari 2016

Badung Location. . . . #5



                Mirza yang masih duduk berdiam diruangan kantornya, tepatnya lagi ia sedang memeriksa berkas keuangan tiba-tiba saja ponselnya berdering menandakan ada sebuah pesan suara yang masuk. Mirza pun langsung menekan key untuk membukanya. Dan pesan suara itu dari Mora yang memberi kabar kalau dirinya berhasil bertemu dengan seorang gadis itu. Mora juga mengatakan dalam pesan suaranya kalau dirinya memberi waktu semingggu kepada gadis itu untuk berkata setuju atau tidak.
                Gadis itu bernama Yandra, dan nama gadis itu telah diketahui oleh Mirza karna Mora sempat memberitahukannya pada hari sebelumnya. Mirza pun membalas pesan suara dengan pesan suara pula dengan meminta Mora untuk melanjutkannya. Namun Mirza meminta untuk mempertemukannya dulu gadis itu pada dirinya sendiri. Alasannya agar dirinya dapat mengetahuinya dulu meskipun melalui sebuah gambar foto dari gadis itu saja.

Setelah beberapa hari berjalan. . . .

                Sudah genap seminggu Mora menunggu jawaban dari gadis itu yang hingga kini belum memberinya kabar. Rasa cemas pun mulai muncul didirinya sebab mulai berpikiran kalau usahanya kini akan gagal. Namun ketika dirinya sedang berada disebuah taman bersama Mirza mencoba akan berbagi keluhannya. Tiba-tiba saja ada suara seperti memanggil namanya dibalik dirinya. Secara serentak dirinya bersama Mirza pun membalikkan tubuhnya kebelakang.
                Lalu dilihat oleh keduanya jika ada seorang gadis yang masih berjalan mencoba menghampiri keduanya. Mirza melihat seorang gadis itu dengan bingung lalu memalingkannya melihat ke Mora yang masih melihat seorang gadis itu mulai memberi senyuman padanya. Dan kinipun seorang gadis itu sudah berhenti tepat dihadapan mereka berdua, melihat biasa. Setelah mengetahui seorang gadis itu sudah berada, berdiam berdiri dihadapannya.
Mora akan mengatakan sesuatu kepada Mirza masih melihat ke seorang gadis dihadapannya itu. Sementara Mirza masih melihat kepadanya.
“Dia, seorang gadis yang kuceritakan ada dihadapan kita berdua Mirza!”, katanya membuat Mirza menjadi sedikit kaget sehingga berpaling melihat keseorang gadis itu.
“Apakah, dia yang telah kau maksudkan pada waktu itu?”, seorang gadis itu menanyakan tentang kepastian orang yang telah diceritakan Mora. Melihat begitu bertanya-tanya padanya. Mora menggeleng sambil tersenyum kecil. “Lalu dia? siapa? Mengapa banyak rahasia yang kau tunjukkan dulu padaku?”, seorang gadis itu kembali bertanya resah.
“Yandra, jika kau menyetujuinya! Maka aku sendiri yang akan memberitahukanmu!”, sambung Mirza dengan tiba-tiba. Seorang gadis itu melihat padanya lalu menunduk resah.
Ternyata gadis itu Yandra. Ia kini sedang menunduk resah sambil memikirkan sesuatu. Ia mencoba mengulang pertemuannya pada Mora. Ia mencoba mengingat kembali tatapan mora saat berbicara dengannya. Suara mora dalam memberi penjelasan padanya sebelum memintanya. Juga dengan mimik wajah, bahasa tubuh yang Mora tunjukkan saat masih berbicara dengannya. Usainya memikirkan itu, Yandra mengangkat kembali kepalanya melihat mereka berdua secara bergantian.
Kini telah dilihatnya jika pada raut wajah keduanya sedang menunggu dirinya untuk berbicara. Dan Yandra pun akan berbicara sesuatu kepada mereka berdua demi menghargai sang waktu.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Pertama, Yandra menetap melihat ke Mora akan memulai kata. “Mora, dari awal pertemuan kita, aku mulai percaya padamu! Terlebih lagi saat aku mencoba mengulang memikirkannya, aku semakin percaya jika dirimu memanglah jujur padaku! Aku mau, kau tidak berubah setelah ini!”. Mora yang mendengar kata darinya menjadi tersenyum haru, begitupula Yandra yang baru saja memberi senyuman juga.
Lalu melihat ke Mirza akan memulai kata pula. “Dan kamu, kamu tidak perlu untuk memberitahukanku sekarang! Karna aku tidak ingin mengatakannya saat ini! Maksudku, aku akan mengatakannya saat pengurusan surat pemunduran diriku bekerja dirumah sakit telah dikonfirmasi! Tapi, aku sudah mau kok membantu permasalahan dari kalian berdua!”. Mirza yang mendengar katanya pun menjadi tertawa kecil sambil mengusap matanya karna begitu terharu.
Yandra yang melihatnya seperti itu langsung menertawainya secara spontan, namun terhenti merasa malu ketika Mirza melihat padanya diam. Kemudian Mora memegang tangan Mirza dan Yandra lalu mengatakan, “Kita sekarang bersahabat, setujuuuu?????”. Dan Yandra, Mirza, serentak mengatakan setuju beralih menjadi tertawa bersama.

Tiga hari kemudian. . . .

                Dihari libur kerjanya, Mirza menyempatkan dirinya untuk bermain-main bersama ponakannya dihalaman depan rumahnya. Dan kini ia sedang mencoba meniupkan sebuah balon atas permintaan keponakannya itu. Ketika saat masih meniupkan sebuah balon untuk keponakannya, tiba-tiba saja meletus hingga membuat kedua bibirnya menjadi sedikit sebal. Lalu didengarnya ada suara seorang wanita yang menertawainya dari arah pintu gerbang yang mulai terbuka.
                Kemudian dilihatnya bahwa Yandra mendatanginya dengan menertawainya masih berjalan akan menghampiri. Mirza pun mendesah menghadapkan dirinya kepadanya. “Sudah kelar apa sudah setuju?”, sapanya menanyakan dengan menggodanya setelah dilihatnya Yandra telah berhenti didepannya. Yandra mengangguk menatap biasa. “Tapi sepertinya, aku masih betah menyembuyikan wajah dari temanku itu! Hanya namanya saja yang bisa aku beritahu!”.
Mirza kembali berkata sedikit menggodanya. Yandra yang mendengar katanya lagi pun mulai mendesah lalu mengatakan, “Bagaimanapun juga aku akan bisa melihat wajahnya! Setidaknya wajahnya tidak akan lebih buruk darimu!”. Yandra menagtakannya dengan mengejek kecil sambil menertawainya kecil pula.
                “Namanya Yusra! Dia anak orang kaya! Mempunyai sebuah perusahaan yang besar! Dan rumahnya yang besar juga! Kau pasti bahagia bila menetap disana!”, Mirza membalas sembari mengiming-ngiminginya. Dan Yandra menggelengkan kepalanya.
“Aku tidak tergiur dengan hartanya bahkan dengan tahtanya sekalipun!”. Sahut Yandra hingga membuat Mirza menjadi tersenyum malu akan kata-katanya yang telah diungkap olehnya tadi.
                Sementara Yandra berpaling bermain-main dengan keponakannya. Mirza pun menjadi tambah malu melihatnya yang sedang bermain bersama keponakannya itu. Sementara diluar pintu gerbang rumahnya, Eisya telah melihat mereka berdua melalui jendela kendaraan mobil taxi yang sedang ditumpanginya. Kemudian beranjak pergi dengan membawa kesalah pahaman.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar