Mirza yang masih
duduk berdiam diruangan kantornya, tepatnya lagi ia sedang memeriksa berkas
keuangan tiba-tiba saja ponselnya berdering menandakan ada sebuah pesan suara
yang masuk. Mirza pun langsung menekan key untuk membukanya. Dan pesan suara
itu dari Mora yang memberi kabar kalau dirinya berhasil bertemu dengan seorang
gadis itu. Mora juga mengatakan dalam pesan suaranya kalau dirinya memberi
waktu semingggu kepada gadis itu untuk berkata setuju atau tidak.
Gadis itu bernama
Yandra, dan nama gadis itu telah diketahui oleh Mirza karna Mora sempat
memberitahukannya pada hari sebelumnya. Mirza pun membalas pesan suara dengan
pesan suara pula dengan meminta Mora untuk melanjutkannya. Namun Mirza meminta
untuk mempertemukannya dulu gadis itu pada dirinya sendiri. Alasannya agar
dirinya dapat mengetahuinya dulu meskipun melalui sebuah gambar foto dari gadis
itu saja.
Setelah beberapa hari berjalan. . . .
Sudah genap
seminggu Mora menunggu jawaban dari gadis itu yang hingga kini belum memberinya
kabar. Rasa cemas pun mulai muncul didirinya sebab mulai berpikiran kalau
usahanya kini akan gagal. Namun ketika dirinya sedang berada disebuah taman
bersama Mirza mencoba akan berbagi keluhannya. Tiba-tiba saja ada suara seperti
memanggil namanya dibalik dirinya. Secara serentak dirinya bersama Mirza pun
membalikkan tubuhnya kebelakang.
Lalu dilihat oleh
keduanya jika ada seorang gadis yang masih berjalan mencoba menghampiri
keduanya. Mirza melihat seorang gadis itu dengan bingung lalu memalingkannya
melihat ke Mora yang masih melihat seorang gadis itu mulai memberi senyuman
padanya. Dan kinipun seorang gadis itu sudah berhenti tepat dihadapan mereka
berdua, melihat biasa. Setelah mengetahui seorang gadis itu sudah berada,
berdiam berdiri dihadapannya.
Mora akan mengatakan sesuatu kepada Mirza masih
melihat ke seorang gadis dihadapannya itu. Sementara Mirza masih melihat
kepadanya.
“Dia, seorang gadis yang kuceritakan ada dihadapan
kita berdua Mirza!”, katanya membuat Mirza menjadi sedikit kaget sehingga
berpaling melihat keseorang gadis itu.
“Apakah, dia yang telah kau maksudkan pada waktu
itu?”, seorang gadis itu menanyakan tentang kepastian orang yang telah
diceritakan Mora. Melihat begitu bertanya-tanya padanya. Mora menggeleng sambil
tersenyum kecil. “Lalu dia? siapa? Mengapa banyak rahasia yang kau tunjukkan
dulu padaku?”, seorang gadis itu kembali bertanya resah.
“Yandra, jika kau menyetujuinya! Maka aku sendiri
yang akan memberitahukanmu!”, sambung Mirza dengan tiba-tiba. Seorang gadis itu
melihat padanya lalu menunduk resah.
Ternyata gadis itu Yandra. Ia kini sedang menunduk
resah sambil memikirkan sesuatu. Ia mencoba mengulang pertemuannya pada Mora.
Ia mencoba mengingat kembali tatapan mora saat berbicara dengannya. Suara mora
dalam memberi penjelasan padanya sebelum memintanya. Juga dengan mimik wajah,
bahasa tubuh yang Mora tunjukkan saat masih berbicara dengannya. Usainya
memikirkan itu, Yandra mengangkat kembali kepalanya melihat mereka berdua
secara bergantian.
Kini telah dilihatnya jika pada raut wajah keduanya
sedang menunggu dirinya untuk berbicara. Dan Yandra pun akan berbicara sesuatu
kepada mereka berdua demi menghargai sang waktu.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Pertama, Yandra
menetap melihat ke Mora akan memulai kata. “Mora, dari awal pertemuan kita, aku
mulai percaya padamu! Terlebih lagi saat aku mencoba mengulang memikirkannya,
aku semakin percaya jika dirimu memanglah jujur padaku! Aku mau, kau tidak
berubah setelah ini!”. Mora yang mendengar kata darinya menjadi tersenyum haru,
begitupula Yandra yang baru saja memberi senyuman juga.
Lalu melihat ke Mirza akan memulai kata pula. “Dan
kamu, kamu tidak perlu untuk memberitahukanku sekarang! Karna aku tidak ingin
mengatakannya saat ini! Maksudku, aku akan mengatakannya saat pengurusan surat
pemunduran diriku bekerja dirumah sakit telah dikonfirmasi! Tapi, aku sudah mau
kok membantu permasalahan dari kalian berdua!”. Mirza yang mendengar katanya
pun menjadi tertawa kecil sambil mengusap matanya karna begitu terharu.
Yandra yang melihatnya seperti itu langsung
menertawainya secara spontan, namun terhenti merasa malu ketika Mirza melihat
padanya diam. Kemudian Mora memegang tangan Mirza dan Yandra lalu mengatakan,
“Kita sekarang bersahabat, setujuuuu?????”. Dan Yandra, Mirza, serentak
mengatakan setuju beralih menjadi tertawa bersama.
Tiga hari kemudian. . . .
Dihari libur
kerjanya, Mirza menyempatkan dirinya untuk bermain-main bersama ponakannya
dihalaman depan rumahnya. Dan kini ia sedang mencoba meniupkan sebuah balon
atas permintaan keponakannya itu. Ketika saat masih meniupkan sebuah balon
untuk keponakannya, tiba-tiba saja meletus hingga membuat kedua bibirnya
menjadi sedikit sebal. Lalu didengarnya ada suara seorang wanita yang
menertawainya dari arah pintu gerbang yang mulai terbuka.
Kemudian
dilihatnya bahwa Yandra mendatanginya dengan menertawainya masih berjalan akan
menghampiri. Mirza pun mendesah menghadapkan dirinya kepadanya. “Sudah kelar
apa sudah setuju?”, sapanya menanyakan dengan menggodanya setelah dilihatnya
Yandra telah berhenti didepannya. Yandra mengangguk menatap biasa. “Tapi
sepertinya, aku masih betah menyembuyikan wajah dari temanku itu! Hanya namanya
saja yang bisa aku beritahu!”.
Mirza kembali berkata sedikit menggodanya. Yandra
yang mendengar katanya lagi pun mulai mendesah lalu mengatakan, “Bagaimanapun
juga aku akan bisa melihat wajahnya! Setidaknya wajahnya tidak akan lebih buruk
darimu!”. Yandra menagtakannya dengan mengejek kecil sambil menertawainya kecil
pula.
“Namanya Yusra!
Dia anak orang kaya! Mempunyai sebuah perusahaan yang besar! Dan rumahnya yang
besar juga! Kau pasti bahagia bila menetap disana!”, Mirza membalas sembari
mengiming-ngiminginya. Dan Yandra menggelengkan kepalanya.
“Aku tidak tergiur dengan hartanya bahkan dengan
tahtanya sekalipun!”. Sahut Yandra hingga membuat Mirza menjadi tersenyum malu
akan kata-katanya yang telah diungkap olehnya tadi.
Sementara Yandra
berpaling bermain-main dengan keponakannya. Mirza pun menjadi tambah malu
melihatnya yang sedang bermain bersama keponakannya itu. Sementara diluar pintu
gerbang rumahnya, Eisya telah melihat mereka berdua melalui jendela kendaraan mobil
taxi yang sedang ditumpanginya. Kemudian beranjak pergi dengan membawa kesalah
pahaman.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar