Pada malam
harinya, Yandra sedang duduk ditempat tidurnya. Ia juga sedang berpikir apa
yang harus dilakukannya untuk pergi dari rumah Yusra, demi menutupi
kehamilannya yang mungkin sebentar lagi akan membesar. Sebab telah disadarinya
jika kehamilannya kini telah genap satu bulan. Sementara perjanjian pembatalan
pernikahan yang telah disepakati dalam kertas bermatrai, menuliskan satu
setengah bulan lagi.
Dan kemudian, tiba-tiba ada suara yang mengetuk pintu
kamarnya. Yandra yang sudah mendengarnya pun langsung menyuruh seseorang yang
telah mengetuk pintu kamarnya untuk segera masuk. Namun seseorang itu menolaknya
malah memintanya untuk membukakan pintu kamarnya dan mengatakan untuk berbicara
dengannya diluar kamarnya. Seseorang itu adalah Yusra. Mau tidak mau Yandra pun
terpaksa beranjak dari tempat tidurnya beralih membukakan pintu kamarnya.
Dan kini Yandra telah membukakan pintu kamarnya untuk
Yusra, mereka berdua berdiri didepan kamar Yandra berhadapan berpandangan pula.
“Aku ingin mengatakan sesuatu padamu!”, Yusra permisi
ingin mengatakan sesuatu.
“Katakan?”, sahut Yandra mempersilahkan.
“Besok, dan mungkin beberapa hari kedepan aku akan
menginap disebuah apartemen!”, Ungkap Yusra mengatakannya secara bijak.
“Apakah Qiera lagi yang memintamu untuk pergi
bersamanya? Sepertinya kedatangan dia kesini, memang sengaja ingin bertemu
terus denganmu!”, sahut Yandra seolah-seolah sedang menghakiminya. Menatap
sedikit dingin.
“Terserah, intinya sekarang aku ingin tidur,
bersamamu dan dikamarmu! Sebab aku menginginkan mendapat satu momen terindah
sebelum aku menginap diapartemen!”, Yusra langsung mengungkap keinginan sebenarnya.
Yandra yang sudah
mendengar keinginannya terpaksa mempersilahkan Yusra memasuki kamarnya,
sementara dirinya mulai menutup pintu kamarnya. Dan Yusra yang sudah berdiri disamping
tepat tidur, membuka jas yang dikenakannya lalu ditaruhnya dikursi samping tempat
tidur tersebut. Sementara Yandra perlahan berjalan mendekatinya, dibalik itu
sedikit khawatir mulai berpikir jika Yusra akan mengajaknya bercinta lagi.
Namun yang mulai dipikirnya berbalik, karna Yusra telah
membaringkan tubuhnya sambil memainkan ponselnya. Sedangkan Yandra yang sudah
melihatnya menggantungkan jas Yusra diatas lampu pijarnya. Dan kinipun Yandra
berbaring disebelahnya bersamanya dalam satu tempat tidur. Kemudian Yusra
menghadapkan tubuhnya ke Yandra, memejamkan matanya untuk tidur. Yandra yang baru
menolehkan kepalanya kepadanya, melihatnya lalu ikut memejamkan matanya untuk
tidur juga.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Pagi harinya, usainya melakukan sarapan pagi Yusra mulai
beranjak keluar dengan menarik kopernya. Dan kini dirinya sudah berada diteras
rumah dengan Yandra disampingnya. Sementara pintu pagar rumahnya baru saja
terbuka sebab Mirza bersama supirnya sudah datang untuk menjemputnya. Yusra
yang sudah melihat, menyempatkan dirinya untuk melihat ke Yandra disampingnya.
Sedangkan Yandra hening melihat kekendaraan Mirza yang akan membawa Yusra pergi
darinya.
“Yandra, aku mau pergi sekarang!”, tegur Yusra dengan
permisi.
“Pergi saja Yusra!”, sahutnya dengan tersenyum palsu
masih melihat ke kendraan Mirza.
Kemudian Yusra mengangkat tangan kananya menyentuh
wajah Yandra, sedikit membelainya. Yandra yang merasakannya menoleh melihat
padanya. “Kenapa? Kenapa kamu seperti bersedih? Padahal aku perginya masih di
Indonesia kok!”, Yusra menyakannya bersuarakan lembut. Yandra pun menjadi
tertawa kecil sambil menggeleng. “Sepertinya kau tidak pernah bisa lepas dari
perhatian Mirza!”, sahut Yandra mengalihkan pembicaraan.
Dan Yusra pun menjadi mencubit kecil pipinya dengan
tersenyum, lalu melepaskannya beranjak menghampiri kendaraan Mirza yang sudah
menunggu. Yandra yang masih melihatnya, merasa seperti berbunga-bunga sebab
dirasanya jika Yusra telah menunjukkan kasih sayang pada dirinya. Kemudian
menjadi tersenyum-senyum sendiri. Sementara Yusra yang akan memasuki kendaraan
Mirza, mencoba melihat ke Yandra kembali memakai tatapan diam dan lalu memasuki
mobil Mirza.
Dan kini kendaraan yang telah menjemputnya pun mulai
beranjak pergi membawanya, begitupula Yandra yang baru saja akan beralih untuk
memasuki rumah setelah melihatnya sudah pergi.
Sementara ditempat lain. . . .
Mora menerima
telepon yang menggunakan nomor pribadi lagi, dan ia mengangkatnya namun
dimatikan lagi oleh yang meneleponnya itu. Berhubungan dengan itu, Mora pun
akan menceritakan pada Eisya yang kebetulan sedang duduk bersamanya. Dan mereka
berdua akan saling bercerita singkat, karna mereka telah mencuri waktu kerja
mereka masing-masing.
“Pikiran gue lagi
gak sinkron! Ada orang, yang sengaja ngerjain gue dengan memakai nomor pribadi!
Awas saja kalau sampai gue tau, gue akan hajar dia dengan silat yang pernah gue
pelajarin!”, Mora berbagi kepada Eisya melihat geram sembari menunjukkan
ponselnya.
“Mora, stop!
Siapa tau itu adalah modus dari penggemar rahasia lo, biar bisa lebih deket
dengan lo! Dan gue harap, lo bisa dapet pacar sekaligus nyusul gue untuk
tunangan!”, Eisya menasehatinya berlanjut menyemangatinya.
“Pemikiran yang
basi banget! Gak seharusnya kamu berkata seperti itu disaat begini, yang ada
bikin gue emosi kalau dipikir-pikir!”, Mora menyanggahnya frontal kembali ke
computer kerjanya.
Sedangkan Eisya
beranjak akan kembali ke meja kerjanya, karna baginya sudah cukup waktunya
untuk berbicara dengan Mora walaupun suasananya kurang mengenakan. Sementara
disana, Fachri sedang melihat ponselnya dengan duduk dikursi tempat prakteknya.
Ia sedang melihat lukisan wajah Mora yang telah dilukisnya pada beberapa waktu
lalu. Sebenarnya ia telah memendam keinginannya untuk bertemu melihat Mora
kembali.
Dan ternyata yang dilakukannya saat bersama Mora dan juga
teman-temanya ditaman itu pada beberapa waktu lalu, dirinya telah diam-diam
melukis wajah Mora diponselnya. Sampai-sampai membuat Mora merasa curiga dan
berlanjut menegurnya dingin. Dan itu masih menjadi rahasia untuk dirinya
sendiri saja saat ini.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Malam harinya,
Eisya pergi mengunjungi apartemen yang telah menjadi tempat inap Mirza dan
Yusra selama beberapa hari kedepan. Eisya pergi mengunjungi apartemen tersebut
hanya untuk bertemu dengan Mirza. Dan kini Mirza sedang menunggunya dikantin
pada apartemen yang baru menjadi rumah keduanya untuk beberapa hari kedepan.
Tak berapa lama kemudian, Eisya pun datang dengan duduk disampingnya. Dan Mirza
yang baru mengetahuinya langsung mencium keningnya.
“Mirza, gue
kangen lo!”, sapa Eisya dengan mencium tangan kanan Mirza.
“Aku juga kangen! Oyah, katanya tadi mau bicara
sesuatu sewaktu masih telponan! Ceritain cepet, aku udah penasaran loh!”, Mirza
langsung mengungkap rasa penasarannya.
“Itu yank, ada yang mencoba mengerjai Mora dengan
menggunakan nomor pribadi? Mora juga ngancem, kalau sampai ketemu orangnya maka
dia akan menghajarnya! Kejam banget gak sih, yank?”, Eisya menceritakannya
memakai perasaan melihat ke Mirza.
“Iya sih, tapi
lebih kejam kamu yang dulu suka menghajar aku dengan kata-kata, juga dengan
kekerasan fisik! Tapi kok, sekarang kamu berubah jadi manis banget yah ke aku!
Seperti butiran gula yang melupakan rasa pahitnya!”, Mirza menggoda amarahnya
lalu menggombalinya.
Eisya yang mendengarnya pun menjadi tersenyum jahat
lalu menepuk pelan lengannya, sedangkan Mirza menjadi tertawa kecil sambil
mendekapnya. Kemudian dengan tiba-tiba mereka berdua dikejutkan dengan ada yang
bertepuk tangan keras sambil mengatakan “Dor”. Dan kini mereka berdua beralih
melihat kedepan dengan melepaskan dekapannya. Dan ternyata Yusra yang telah
menganggu kenyamanan dari keduanya.
Sedangkan Yusra yang sudah duduk didepan mereka pada
satu meja menjadi tertawa seketika. Lalu menjadi terhenti saat melihat Eisya
akan melempar vas bunga kewajahnya. Mirza yang melihat keduanya mulai menahan
tawanya dengan melihat-lihat kearah lain.“Apa kabar istrimu yang sedang
dirumah, Yusra?”, tanya Eisya menggodanya usainya menaruh vas bunga kembali
dimejanya. Yusra kembali tertawa lalu berhenti kembali dengan mengatakan
“siapa?”, reflek menanyakannya.
Dan kemudian Mirza juga Eisya serentak mengatakan
“Yandra!!!”, bersuara sedikit keras menatap tajam namun mengejeknya sedikit.
Yusra pun menjadi terdiam seketika melihat keduanya, lalu mengalihkannya dengan
memanggil seorang pelayan untuk memesan makan malam dikantin apartemen
tersebut. Sedangkan Mirza dan Eisya yang melihat sikapnya mengalihkan
pembicaraan, menjadi berpandangan menunjukkan senyuman yang tertuju pada Yusra.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar