Kamis, 21 Januari 2016

Badung Location. . . . #36



                Pada malam harinya, Yandra sedang duduk ditempat tidurnya. Ia juga sedang berpikir apa yang harus dilakukannya untuk pergi dari rumah Yusra, demi menutupi kehamilannya yang mungkin sebentar lagi akan membesar. Sebab telah disadarinya jika kehamilannya kini telah genap satu bulan. Sementara perjanjian pembatalan pernikahan yang telah disepakati dalam kertas bermatrai, menuliskan satu setengah bulan lagi.
Dan kemudian, tiba-tiba ada suara yang mengetuk pintu kamarnya. Yandra yang sudah mendengarnya pun langsung menyuruh seseorang yang telah mengetuk pintu kamarnya untuk segera masuk. Namun seseorang itu menolaknya malah memintanya untuk membukakan pintu kamarnya dan mengatakan untuk berbicara dengannya diluar kamarnya. Seseorang itu adalah Yusra. Mau tidak mau Yandra pun terpaksa beranjak dari tempat tidurnya beralih membukakan pintu kamarnya.
Dan kini Yandra telah membukakan pintu kamarnya untuk Yusra, mereka berdua berdiri didepan kamar Yandra berhadapan berpandangan pula.
“Aku ingin mengatakan sesuatu padamu!”, Yusra permisi ingin mengatakan sesuatu.
“Katakan?”, sahut Yandra mempersilahkan.
“Besok, dan mungkin beberapa hari kedepan aku akan menginap disebuah apartemen!”, Ungkap Yusra mengatakannya secara bijak.
“Apakah Qiera lagi yang memintamu untuk pergi bersamanya? Sepertinya kedatangan dia kesini, memang sengaja ingin bertemu terus denganmu!”, sahut Yandra seolah-seolah sedang menghakiminya. Menatap sedikit dingin.
“Terserah, intinya sekarang aku ingin tidur, bersamamu dan dikamarmu! Sebab aku menginginkan mendapat satu momen terindah sebelum aku menginap diapartemen!”, Yusra langsung mengungkap keinginan sebenarnya.
                Yandra yang sudah mendengar keinginannya terpaksa mempersilahkan Yusra memasuki kamarnya, sementara dirinya mulai menutup pintu kamarnya. Dan Yusra yang sudah berdiri disamping tepat tidur, membuka jas yang dikenakannya lalu ditaruhnya dikursi samping tempat tidur tersebut. Sementara Yandra perlahan berjalan mendekatinya, dibalik itu sedikit khawatir mulai berpikir jika Yusra akan mengajaknya bercinta lagi.
Namun yang mulai dipikirnya berbalik, karna Yusra telah membaringkan tubuhnya sambil memainkan ponselnya. Sedangkan Yandra yang sudah melihatnya menggantungkan jas Yusra diatas lampu pijarnya. Dan kinipun Yandra berbaring disebelahnya bersamanya dalam satu tempat tidur. Kemudian Yusra menghadapkan tubuhnya ke Yandra, memejamkan matanya untuk tidur. Yandra yang baru menolehkan kepalanya kepadanya, melihatnya lalu ikut memejamkan matanya untuk tidur juga.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

Pagi harinya, usainya melakukan sarapan pagi Yusra mulai beranjak keluar dengan menarik kopernya. Dan kini dirinya sudah berada diteras rumah dengan Yandra disampingnya. Sementara pintu pagar rumahnya baru saja terbuka sebab Mirza bersama supirnya sudah datang untuk menjemputnya. Yusra yang sudah melihat, menyempatkan dirinya untuk melihat ke Yandra disampingnya. Sedangkan Yandra hening melihat kekendaraan Mirza yang akan membawa Yusra pergi darinya.
“Yandra, aku mau pergi sekarang!”, tegur Yusra dengan permisi.
“Pergi saja Yusra!”, sahutnya dengan tersenyum palsu masih melihat ke kendraan Mirza.
Kemudian Yusra mengangkat tangan kananya menyentuh wajah Yandra, sedikit membelainya. Yandra yang merasakannya menoleh melihat padanya. “Kenapa? Kenapa kamu seperti bersedih? Padahal aku perginya masih di Indonesia kok!”, Yusra menyakannya bersuarakan lembut. Yandra pun menjadi tertawa kecil sambil menggeleng. “Sepertinya kau tidak pernah bisa lepas dari perhatian Mirza!”, sahut Yandra mengalihkan pembicaraan.
Dan Yusra pun menjadi mencubit kecil pipinya dengan tersenyum, lalu melepaskannya beranjak menghampiri kendaraan Mirza yang sudah menunggu. Yandra yang masih melihatnya, merasa seperti berbunga-bunga sebab dirasanya jika Yusra telah menunjukkan kasih sayang pada dirinya. Kemudian menjadi tersenyum-senyum sendiri. Sementara Yusra yang akan memasuki kendaraan Mirza, mencoba melihat ke Yandra kembali memakai tatapan diam dan lalu memasuki mobil Mirza.
Dan kini kendaraan yang telah menjemputnya pun mulai beranjak pergi membawanya, begitupula Yandra yang baru saja akan beralih untuk memasuki rumah setelah melihatnya sudah pergi.

Sementara ditempat lain. . . .

                Mora menerima telepon yang menggunakan nomor pribadi lagi, dan ia mengangkatnya namun dimatikan lagi oleh yang meneleponnya itu. Berhubungan dengan itu, Mora pun akan menceritakan pada Eisya yang kebetulan sedang duduk bersamanya. Dan mereka berdua akan saling bercerita singkat, karna mereka telah mencuri waktu kerja mereka masing-masing.
                “Pikiran gue lagi gak sinkron! Ada orang, yang sengaja ngerjain gue dengan memakai nomor pribadi! Awas saja kalau sampai gue tau, gue akan hajar dia dengan silat yang pernah gue pelajarin!”, Mora berbagi kepada Eisya melihat geram sembari menunjukkan ponselnya.
                “Mora, stop! Siapa tau itu adalah modus dari penggemar rahasia lo, biar bisa lebih deket dengan lo! Dan gue harap, lo bisa dapet pacar sekaligus nyusul gue untuk tunangan!”, Eisya menasehatinya berlanjut menyemangatinya.
                “Pemikiran yang basi banget! Gak seharusnya kamu berkata seperti itu disaat begini, yang ada bikin gue emosi kalau dipikir-pikir!”, Mora menyanggahnya frontal kembali ke computer kerjanya.
                Sedangkan Eisya beranjak akan kembali ke meja kerjanya, karna baginya sudah cukup waktunya untuk berbicara dengan Mora walaupun suasananya kurang mengenakan. Sementara disana, Fachri sedang melihat ponselnya dengan duduk dikursi tempat prakteknya. Ia sedang melihat lukisan wajah Mora yang telah dilukisnya pada beberapa waktu lalu. Sebenarnya ia telah memendam keinginannya untuk bertemu melihat Mora kembali.
Dan ternyata yang dilakukannya saat bersama Mora dan juga teman-temanya ditaman itu pada beberapa waktu lalu, dirinya telah diam-diam melukis wajah Mora diponselnya. Sampai-sampai membuat Mora merasa curiga dan berlanjut menegurnya dingin. Dan itu masih menjadi rahasia untuk dirinya sendiri saja saat ini.
    
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Malam harinya, Eisya pergi mengunjungi apartemen yang telah menjadi tempat inap Mirza dan Yusra selama beberapa hari kedepan. Eisya pergi mengunjungi apartemen tersebut hanya untuk bertemu dengan Mirza. Dan kini Mirza sedang menunggunya dikantin pada apartemen yang baru menjadi rumah keduanya untuk beberapa hari kedepan. Tak berapa lama kemudian, Eisya pun datang dengan duduk disampingnya. Dan Mirza yang baru mengetahuinya langsung mencium keningnya.
                “Mirza, gue kangen lo!”, sapa Eisya dengan mencium tangan kanan Mirza.
“Aku juga kangen! Oyah, katanya tadi mau bicara sesuatu sewaktu masih telponan! Ceritain cepet, aku udah penasaran loh!”, Mirza langsung mengungkap rasa penasarannya.
“Itu yank, ada yang mencoba mengerjai Mora dengan menggunakan nomor pribadi? Mora juga ngancem, kalau sampai ketemu orangnya maka dia akan menghajarnya! Kejam banget gak sih, yank?”, Eisya menceritakannya memakai perasaan melihat ke Mirza.
 “Iya sih, tapi lebih kejam kamu yang dulu suka menghajar aku dengan kata-kata, juga dengan kekerasan fisik! Tapi kok, sekarang kamu berubah jadi manis banget yah ke aku! Seperti butiran gula yang melupakan rasa pahitnya!”, Mirza menggoda amarahnya lalu menggombalinya.
Eisya yang mendengarnya pun menjadi tersenyum jahat lalu menepuk pelan lengannya, sedangkan Mirza menjadi tertawa kecil sambil mendekapnya. Kemudian dengan tiba-tiba mereka berdua dikejutkan dengan ada yang bertepuk tangan keras sambil mengatakan “Dor”. Dan kini mereka berdua beralih melihat kedepan dengan melepaskan dekapannya. Dan ternyata Yusra yang telah menganggu kenyamanan dari keduanya.
Sedangkan Yusra yang sudah duduk didepan mereka pada satu meja menjadi tertawa seketika. Lalu menjadi terhenti saat melihat Eisya akan melempar vas bunga kewajahnya. Mirza yang melihat keduanya mulai menahan tawanya dengan melihat-lihat kearah lain.“Apa kabar istrimu yang sedang dirumah, Yusra?”, tanya Eisya menggodanya usainya menaruh vas bunga kembali dimejanya. Yusra kembali tertawa lalu berhenti kembali dengan mengatakan “siapa?”, reflek menanyakannya.
Dan kemudian Mirza juga Eisya serentak mengatakan “Yandra!!!”, bersuara sedikit keras menatap tajam namun mengejeknya sedikit. Yusra pun menjadi terdiam seketika melihat keduanya, lalu mengalihkannya dengan memanggil seorang pelayan untuk memesan makan malam dikantin apartemen tersebut. Sedangkan Mirza dan Eisya yang melihat sikapnya mengalihkan pembicaraan, menjadi berpandangan menunjukkan senyuman yang tertuju pada Yusra.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar