Malam hari pun tiba, begitupula dengan gelisah penuh
tanya tiba diperasaan Mirza terhadap Eisya yang tak kunjung ia tanyakan
kabarnya. Karna kegengsiannya, perhatiannya terhadap Eisya seperti menghilang.
Terlebih lagi Mirza kini teramat merindukan Eisya sebab tidak mengobrol pada
sehari ini. Karna dihari-hari sebelumnya mereka selalu mengobrol walaupun harus
ada pertengkaran kecil ataupun hanya basa-basi saja sebagai lelucon.
Dan kemudian Mirza mulai menghunginya dengan terduduk
didepan jendela kamarnya. Sementara Eisya terlihat sedang merapikan
barang-barangnya kesebuah koper dikediamannya, didalam kamarnya. Dan kinipun
Eisya baru mengetahui kalau Mirza menghubunginya. Namun dirinya enggan tuk
mengangkat telponnya itu. Eisya membalas apa yang telah dilakukan Mirza padanya
sendiri berapa waktu yang dulu.
Karna diwaktu dulu Eisya pernah mencoba menghubungi
Mirza beberapa kali namun Mirza tidak sekalipun mengangkatnya. Dan kala itu
Mirza sedang bersama Yusra disebuah BAR. Dan kemudian lagi Mirza mengirim pesan
suara yang mengatakan, “EDGE, emang dicuekin gini enak!!!”. Eisya yang sudah
menerimanya juga mendengarnya pun menjadi tertawa kecil tidak membalas pesan
suara tersebut.
Sementara dikediaman Yusra, Yusra dan Yandra sedang
berada diruang kerja, Yandra sedang menemani Yusra dalam mengetik tugasnya
dikomputer dengan mendektekan tulisan pada kertas yang dipegangnya. Tak lupa
juga Yandra memberitahu Yusra jika ada kesalahan dalam pengetikannya, dan juga
memberitahu kekurangan apa yang mesti ditambahkannya dalam pengetikan Yusra
tersebut. Dengan senang hati Yusra sesekali menuruti, menerima pemberitahuan
darinya.
Karna memang ada beberapa kekurangan juga beberapa
kelebihan dalam pengetikan tugas yang dikerjakannya bersama Yandra. Setelah
beberapa saat berjalan, Yandra merebahkan kepalanya dilengan Yusra menahan
kantuknya yang mulai dirasakannya. Sedangkan Yusra hanya melihatnya sekali
sambil memeriksa file yang akan dipersentasekannya pada esok hari. Kemudian setelah
beberapa menit berlalu, Yusra merasa bila tubuhnya semakin berat menahan Yandra
yang mungkin sudah terlelap.
Dan dirinya pun memutuskan untuk berhenti memeriksa
filenya beralih menggendong Yandra untuk mengantarkan kekamarnya, menidurkannya
ditempat tidur. Namun ketika telah sampai didepan kamar Yandra, Yusra menjadi
berhenti tepat didepan pintu kamar tersebut. Dan lalu beralih membawa Yandra
kekamarnya sendiri. Setibanya memasuki kamarnya sendiri, Yusra menidurkan
Yandra disisi kiri tempat tidurnya.
Namun ketika akan mematikan lampu pijar menyala
disamping Yandra yang sudah terbaring, mendadak Yusra menjadi terjatuh dengan
terbaring dan lengan kanannya menimpa lengan kiri dari Yandra yang masih
terlelap. Hal itu terjadi karna Yusra kehilangan keseimbangan menahan
kantuknya, dan ia pun kini mencoba berbaring sejenak memejamkan kedua matanya
untuk menghilangkan sedikit kantuknya karna lelahnya. Namun dibalik kesadarannya
ia menjadi tertidur pulas seketika tiba-tiba.
Masih dalam keadaan yang sama mereka tertidur dengan
pulasnya. Sementara Mirza disana tidak bisa tidur mengkhawatirkan Eisya.
Sedangkan Eisya baru saja akan pergi tidur dengan senyuman dengan mengejek
Mirza sedikit, “Bete kan lo gak bisa tidur!”, ejekkannya yang sudah terbaring
dikasur tempat tidurnya akan segera tidur. Kembali pada Mirza, ia berteriak
memanggil Eisya dengan kesalnya seolah-olah telah mendengar kata ejekkan
darinya, dari jarak jauh.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Paginya sekitar
pukul lima pagi, Yusra membawa Yandra untuk mengantar keluarganya kebandara
dengan sudah memakai pakaian kantor. Dan kini mereka semua sudah tiba berada
dilobby bandara tersebut. Mereka saat ini sedang duduk bersama secara
bersejajar disebuh kursi yang tersusun secara bersejajar. Disaat Yusra sedang
duduk bersama mereka disamping Yandra, tiba-tiba saja keponakannya yang bernama
Cherish pergi kepangkuan dirinya.
Yusra yang
mengetahui pun langsung menduduki keponakannya tersebut dipangkuannya sembari
memanjakannya. Sementara pandangannya tertuju pada Yandra, kemudian berkata
“jangan ambil om Yusra dari cherish ya!”. Yandra yang mendengarnya pun langsung
melihat ponakan dari Yusra itu dengan sedikit kaget. Sedangkan Yusra menjadi
tertawa kecil tidak memperdulikan perkataan keponakannya itu, justru semakin
memanjakannya dengan berdiri menggendongnya.
Dan kemudian
keponakan kembar satunya yang bernama ferish berkata, “Sayang om Yusra!”,
dengan menunjuk Yusra duduk dipangkuan ibu kandungnya. Keluarganya yang
mendengarnya pun mulai tersenyum-senyum. Begitupula Yandra yang kini baru
terpandang pada kakak iparnya, dan mereka berpandangan bertukar senyum sapa.
“Cherish, memang
deket ke Yusra! Jika kami pulang ke Indonesia, orang yang pertama dia cari
adalah Yusra! Makanya tadi dia berakta seperti cemburu ke kamu!”, kaka iparnya
berkata dengan senyuman.
“Iya mbak, pantes
aja mereka deket banget seperti sekarang ini!”, balas Yandra dengan senyuman
melihat padanya lalu berhenti melihat ke Yusra yang masih memanjakan
keponakannya itu.
Kemudian
informasi mulai terdengar jika pesawat yang akan ditumpangi oleh keluarganya
akan segera lepas landas dalam waktu tigapuluh menit dari sekarang. Mengetahui
itu, Yusra memberikan keponakannya kepada Yuska lalu mereka saling berpamitan,
tak lupa dengan menjabat tangan juga berpelukan secara bergantian. Namun tetap
dengan senyuman keceriaan. Setelah kepergian keluarganya itu dari kediamannya,
mereka akan kembali tidur dikamar masing-masing.
Beberapa saat kemudian. . . .
Usai sudah Yusra
mengantarkan keluarganya kebandara untuk pulang kembali keluar negeri, dan kini
dirinya bersama Yandra telah tiba kembali dikantornya dengan memakai lift yang
sama. Namun ketika keluar dari lift tersebut, mereka menuju kearah berlawanan.
Yandra pergi menuju ruang kerja Mirza, dan Yusra pergi menuju keruang rapat
karna hari ini telah ada jadwal rapat yang harus dihadiri olehnya.
Sementara didalam
ruang rapat tersebut, tampak Mirza sudah terduduk manis sambil memikirkan
sesuatu. Ia sedang melamun memikirkan kekhawatirannya pada Eisya yang tak
kunjung memberinya kabar sampai-sampai tidak disadarinya jika Yusra telah hadir
dengan duduk disampingnya. “Mirza, berkonsentrasilah untuk saat ini!”, tegur
Yusra melihat padanya. Mirza yang mendengarnya pun mulai terbangun dari
lamunannya dan mulai bersikap seperti biasa.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Saat masih
menjalani rapat tersebut, Mirza tampak begitu gelisah masih memikirkan
kekhawatirannya pada Eisya yang tak kunjung juga membalas pesan darinya. Namun
untung saja dirinya masih mampu untuk berkonsentrasi menyimak sebuah pembahasan
dalam rapat tersebut. lain halnya dengan Yusra yang mulai merasa bosan karna
pembahasan yang sedang dilakukan tersebut sudah tiga kali dijalaninya. Sekali
di Singapura, sekali lagi di Vietnam, dan kini sekali lagi di Indonesia.
Namun ia harus
tetap bertahan walaupun dirinya sudah faseh dengan penjelasan dari pembahasan
tersebut.
Beberapa saat kemudian. . . .
Mirza kini sudah
kembali kedalam ruangannya, rapat yang telah dijalaninya sudah berakhir pada
beberapa saat yang lalu. Kemudian ia memainkan sebuah piano yang sebagai
property bernadakan sebuah lagu daru Glenn Fredly. Yandra yang tak sengaja
mendengarnya yang masih terduduk dimeja kerjanya pun mulai berpaling melihat ke
Mirza. Dan lalu Mirza menyanyikan sebuah reff lagu dari Glenn Fredly yang
berjudul “Sekali ini saja”.
Mirza menyanyikan
lagu tersebut yang berbunyi, “Tuhan bila waktuku telah habis dengannya! Biarkan
cinta ini, hidup untuk sekali ini saja!”. Tak lupa dengan not dari lagu
tersebut masih menggunakan piano. Setelah menyanyikan lagu dari Glenn Fredly
tersebut, Mirza menjadi hening seketika. Sedangkan Yandra yang melihatnya
seperti itu, akan membuka suaranya sembari akan mengajaknya berbicara.
“Lagu untuk
siapakah itu? Kedengarannya sedikit memilukan perasaanmu!”, tanya Yandra ingin
segera mengetahui saiapakah yang telah membuat Mirza menjadi hening seperti
itu. Mirza pun melihat kepadanya sedikit berwajahkan sendu.
“Untuk Cinderella
ku! Yang kini seperti hilang, bagaikan terseret ombak dilautan asmara!”, jawab
Mirza berbahasa kesenduan.
Yandra pun
menjadi terdiam seketika mendengarnya, mulai menatap diam. Sementara Mirza
beralih beranjak kembali menduduki meja kerjanya, lemas.
“Apa kau sedang mencintai seseorang?”, tanya kembali
Yandra sedikit penasaran. Mirza melihat ke meja kerjannya akan menjawab
pertanyaan Yandra kembali.
“Yang pasti aku sudah lama menyayanginya!”, jawabnya
singkat sambil tersenyum kecil menahan harunya.
“Kalau begitu cepat kau ungkapkan perasaanmu padanya!
Kau harus bersikap gentleman agar penderitaanmu kini….!”, belum sempat Yandra
memberinya nasehat Mirza langsung memotongnya.
Mirza memotongnya dengan mengatakan bahwa Cinderella
yang ia maksudkan adalah Eisya. Dan itu semakin membuat Yandra terkejut tak
menyangka. Dan juga Mirza meminta Yandra untuk tidak memberitahu apa yang telah
dikatakannya kepada siapapun. Cukuplah ini menjadi rahasia mereka berdua saja. Sementara
dibalik sepengetahuan Yandra, Yusra telah mengetahui tentang Mirza yang telah
menyayangi Eisya sejak lama namun merahasiakannya juga dari siapapun.
Dan disana pula, Mora sudah mengetahui kalau Eisya
teramat menyukai Mirza namun dirinya merahasikannya dari mereka berdua, Yusra
dan Mirza. Tanpa sepengetahuan mereka masing-masing, mereka telah merahasiakan
satu rahasia yang sama pada dua orang yang berbeda.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar