Rabu, 20 Januari 2016

Badung Location. . . . #17



Malam hari pun tiba, begitupula dengan gelisah penuh tanya tiba diperasaan Mirza terhadap Eisya yang tak kunjung ia tanyakan kabarnya. Karna kegengsiannya, perhatiannya terhadap Eisya seperti menghilang. Terlebih lagi Mirza kini teramat merindukan Eisya sebab tidak mengobrol pada sehari ini. Karna dihari-hari sebelumnya mereka selalu mengobrol walaupun harus ada pertengkaran kecil ataupun hanya basa-basi saja sebagai lelucon.
Dan kemudian Mirza mulai menghunginya dengan terduduk didepan jendela kamarnya. Sementara Eisya terlihat sedang merapikan barang-barangnya kesebuah koper dikediamannya, didalam kamarnya. Dan kinipun Eisya baru mengetahui kalau Mirza menghubunginya. Namun dirinya enggan tuk mengangkat telponnya itu. Eisya membalas apa yang telah dilakukan Mirza padanya sendiri berapa waktu yang dulu.
Karna diwaktu dulu Eisya pernah mencoba menghubungi Mirza beberapa kali namun Mirza tidak sekalipun mengangkatnya. Dan kala itu Mirza sedang bersama Yusra disebuah BAR. Dan kemudian lagi Mirza mengirim pesan suara yang mengatakan, “EDGE, emang dicuekin gini enak!!!”. Eisya yang sudah menerimanya juga mendengarnya pun menjadi tertawa kecil tidak membalas pesan suara tersebut.
Sementara dikediaman Yusra, Yusra dan Yandra sedang berada diruang kerja, Yandra sedang menemani Yusra dalam mengetik tugasnya dikomputer dengan mendektekan tulisan pada kertas yang dipegangnya. Tak lupa juga Yandra memberitahu Yusra jika ada kesalahan dalam pengetikannya, dan juga memberitahu kekurangan apa yang mesti ditambahkannya dalam pengetikan Yusra tersebut. Dengan senang hati Yusra sesekali menuruti, menerima pemberitahuan darinya.
Karna memang ada beberapa kekurangan juga beberapa kelebihan dalam pengetikan tugas yang dikerjakannya bersama Yandra. Setelah beberapa saat berjalan, Yandra merebahkan kepalanya dilengan Yusra menahan kantuknya yang mulai dirasakannya. Sedangkan Yusra hanya melihatnya sekali sambil memeriksa file yang akan dipersentasekannya pada esok hari. Kemudian setelah beberapa menit berlalu, Yusra merasa bila tubuhnya semakin berat menahan Yandra yang mungkin sudah terlelap.
Dan dirinya pun memutuskan untuk berhenti memeriksa filenya beralih menggendong Yandra untuk mengantarkan kekamarnya, menidurkannya ditempat tidur. Namun ketika telah sampai didepan kamar Yandra, Yusra menjadi berhenti tepat didepan pintu kamar tersebut. Dan lalu beralih membawa Yandra kekamarnya sendiri. Setibanya memasuki kamarnya sendiri, Yusra menidurkan Yandra disisi kiri tempat tidurnya.
Namun ketika akan mematikan lampu pijar menyala disamping Yandra yang sudah terbaring, mendadak Yusra menjadi terjatuh dengan terbaring dan lengan kanannya menimpa lengan kiri dari Yandra yang masih terlelap. Hal itu terjadi karna Yusra kehilangan keseimbangan menahan kantuknya, dan ia pun kini mencoba berbaring sejenak memejamkan kedua matanya untuk menghilangkan sedikit kantuknya karna lelahnya. Namun dibalik kesadarannya ia menjadi tertidur pulas seketika tiba-tiba.
Masih dalam keadaan yang sama mereka tertidur dengan pulasnya. Sementara Mirza disana tidak bisa tidur mengkhawatirkan Eisya. Sedangkan Eisya baru saja akan pergi tidur dengan senyuman dengan mengejek Mirza sedikit, “Bete kan lo gak bisa tidur!”, ejekkannya yang sudah terbaring dikasur tempat tidurnya akan segera tidur. Kembali pada Mirza, ia berteriak memanggil Eisya dengan kesalnya seolah-olah telah mendengar kata ejekkan darinya, dari jarak jauh.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Paginya sekitar pukul lima pagi, Yusra membawa Yandra untuk mengantar keluarganya kebandara dengan sudah memakai pakaian kantor. Dan kini mereka semua sudah tiba berada dilobby bandara tersebut. Mereka saat ini sedang duduk bersama secara bersejajar disebuh kursi yang tersusun secara bersejajar. Disaat Yusra sedang duduk bersama mereka disamping Yandra, tiba-tiba saja keponakannya yang bernama Cherish pergi kepangkuan dirinya.
                Yusra yang mengetahui pun langsung menduduki keponakannya tersebut dipangkuannya sembari memanjakannya. Sementara pandangannya tertuju pada Yandra, kemudian berkata “jangan ambil om Yusra dari cherish ya!”. Yandra yang mendengarnya pun langsung melihat ponakan dari Yusra itu dengan sedikit kaget. Sedangkan Yusra menjadi tertawa kecil tidak memperdulikan perkataan keponakannya itu, justru semakin memanjakannya dengan berdiri menggendongnya.
                Dan kemudian keponakan kembar satunya yang bernama ferish berkata, “Sayang om Yusra!”, dengan menunjuk Yusra duduk dipangkuan ibu kandungnya. Keluarganya yang mendengarnya pun mulai tersenyum-senyum. Begitupula Yandra yang kini baru terpandang pada kakak iparnya, dan mereka berpandangan bertukar senyum sapa.
                “Cherish, memang deket ke Yusra! Jika kami pulang ke Indonesia, orang yang pertama dia cari adalah Yusra! Makanya tadi dia berakta seperti cemburu ke kamu!”, kaka iparnya berkata dengan senyuman.
                “Iya mbak, pantes aja mereka deket banget seperti sekarang ini!”, balas Yandra dengan senyuman melihat padanya lalu berhenti melihat ke Yusra yang masih memanjakan keponakannya itu.
                Kemudian informasi mulai terdengar jika pesawat yang akan ditumpangi oleh keluarganya akan segera lepas landas dalam waktu tigapuluh menit dari sekarang. Mengetahui itu, Yusra memberikan keponakannya kepada Yuska lalu mereka saling berpamitan, tak lupa dengan menjabat tangan juga berpelukan secara bergantian. Namun tetap dengan senyuman keceriaan. Setelah kepergian keluarganya itu dari kediamannya, mereka akan kembali tidur dikamar masing-masing.

Beberapa saat kemudian. . . .

                Usai sudah Yusra mengantarkan keluarganya kebandara untuk pulang kembali keluar negeri, dan kini dirinya bersama Yandra telah tiba kembali dikantornya dengan memakai lift yang sama. Namun ketika keluar dari lift tersebut, mereka menuju kearah berlawanan. Yandra pergi menuju ruang kerja Mirza, dan Yusra pergi menuju keruang rapat karna hari ini telah ada jadwal rapat yang harus dihadiri olehnya.
                Sementara didalam ruang rapat tersebut, tampak Mirza sudah terduduk manis sambil memikirkan sesuatu. Ia sedang melamun memikirkan kekhawatirannya pada Eisya yang tak kunjung memberinya kabar sampai-sampai tidak disadarinya jika Yusra telah hadir dengan duduk disampingnya. “Mirza, berkonsentrasilah untuk saat ini!”, tegur Yusra melihat padanya. Mirza yang mendengarnya pun mulai terbangun dari lamunannya dan mulai bersikap seperti biasa.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Saat masih menjalani rapat tersebut, Mirza tampak begitu gelisah masih memikirkan kekhawatirannya pada Eisya yang tak kunjung juga membalas pesan darinya. Namun untung saja dirinya masih mampu untuk berkonsentrasi menyimak sebuah pembahasan dalam rapat tersebut. lain halnya dengan Yusra yang mulai merasa bosan karna pembahasan yang sedang dilakukan tersebut sudah tiga kali dijalaninya. Sekali di Singapura, sekali lagi di Vietnam, dan kini sekali lagi di Indonesia.
                Namun ia harus tetap bertahan walaupun dirinya sudah faseh dengan penjelasan dari pembahasan tersebut.

Beberapa saat kemudian. . . .

                Mirza kini sudah kembali kedalam ruangannya, rapat yang telah dijalaninya sudah berakhir pada beberapa saat yang lalu. Kemudian ia memainkan sebuah piano yang sebagai property bernadakan sebuah lagu daru Glenn Fredly. Yandra yang tak sengaja mendengarnya yang masih terduduk dimeja kerjanya pun mulai berpaling melihat ke Mirza. Dan lalu Mirza menyanyikan sebuah reff lagu dari Glenn Fredly yang berjudul “Sekali ini saja”.
                Mirza menyanyikan lagu tersebut yang berbunyi, “Tuhan bila waktuku telah habis dengannya! Biarkan cinta ini, hidup untuk sekali ini saja!”. Tak lupa dengan not dari lagu tersebut masih menggunakan piano. Setelah menyanyikan lagu dari Glenn Fredly tersebut, Mirza menjadi hening seketika. Sedangkan Yandra yang melihatnya seperti itu, akan membuka suaranya sembari akan mengajaknya berbicara.
                “Lagu untuk siapakah itu? Kedengarannya sedikit memilukan perasaanmu!”, tanya Yandra ingin segera mengetahui saiapakah yang telah membuat Mirza menjadi hening seperti itu. Mirza pun melihat kepadanya sedikit berwajahkan sendu.
                “Untuk Cinderella ku! Yang kini seperti hilang, bagaikan terseret ombak dilautan asmara!”, jawab Mirza berbahasa kesenduan.
                Yandra pun menjadi terdiam seketika mendengarnya, mulai menatap diam. Sementara Mirza beralih beranjak kembali menduduki meja kerjanya, lemas.
“Apa kau sedang mencintai seseorang?”, tanya kembali Yandra sedikit penasaran. Mirza melihat ke meja kerjannya akan menjawab pertanyaan Yandra kembali.
“Yang pasti aku sudah lama menyayanginya!”, jawabnya singkat sambil tersenyum kecil menahan harunya.
“Kalau begitu cepat kau ungkapkan perasaanmu padanya! Kau harus bersikap gentleman agar penderitaanmu kini….!”, belum sempat Yandra memberinya nasehat Mirza langsung memotongnya.
Mirza memotongnya dengan mengatakan bahwa Cinderella yang ia maksudkan adalah Eisya. Dan itu semakin membuat Yandra terkejut tak menyangka. Dan juga Mirza meminta Yandra untuk tidak memberitahu apa yang telah dikatakannya kepada siapapun. Cukuplah ini menjadi rahasia mereka berdua saja. Sementara dibalik sepengetahuan Yandra, Yusra telah mengetahui tentang Mirza yang telah menyayangi Eisya sejak lama namun merahasiakannya juga dari siapapun.
Dan disana pula, Mora sudah mengetahui kalau Eisya teramat menyukai Mirza namun dirinya merahasikannya dari mereka berdua, Yusra dan Mirza. Tanpa sepengetahuan mereka masing-masing, mereka telah merahasiakan satu rahasia yang sama pada dua orang yang berbeda.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar