Selasa, 19 Januari 2016

Badung Location. . . . #8



                Esok harinya, Yusra dan Mirza sedang mendebatkan sesuatu. Mereka berdua sedang mendebatkan ponsel Yusra yang bordering menandakan ada telpon dari Omah. Yusra pun menggeleng karna tak mau mengangkatnya, sedangkan Mirza menyuruhnya untuk segera mengangkatnya. Dan itu terulang sudah lima kali. Kemudian pada akhirnya yang ketujuh kalinya Mirza dengan tiba-tiba mengangkat teleponnya dan bersapa sopan seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
                “Mirza, berikan ponselnya pada Yusra! Omah mau bicara dengannya!”, perintah Omah sesaat Mirza telah mengangkat teleponnya juga bersapa sopan. Dan kali ini secara terpaksa Yusra akan berbicara dengan Omah memakai spiker, dengan didahulukannya melihat geram pada Mirza. Sedangkan Mirza senyum-senyum cengengesan padanya.
                “Iya Omah, Yusra disini! Maaf, Yusra tadi dari tempat lain terus gak bawa ponsel!”, sapanya secara terpaksa sedikit berbohong dengan melhat keponsel miliknya. 
                 “Tidak apa cucuku! Oyah, Omah telah menyuruh kakakmu untuk segera pulang ke Indonesia dalam waktu dekat! Karna Omah khawatir padamu, Ibumu juga!”, Omah memberitahu alasannya menelepon dirinya.
                “Dalam waktu dekat, kapan itu Omah?”, pertanyaannya sedikit kaget.
                “Kamu saja bisa merahasiakan kapan kamu akan menikah! Omah juga bisa merahasiakan kapan kakakmu akan pulang ke Indonesia!”, Omah mencoba menyindirnya halus.
                “Ya ampun Omah! Omah seperti anak muda aja! Gitu yaaaaa sama Yusra!”, Yusra berkata mengeluhkan sedikit manja. Mirza menahan tawa ketika mendengarnya.
                “Kamu juga begitu sama Omah!”, balas Omah lalu menutup teleponnya secara tiba-tiba.
                Sontak Yusra semakin dibuatnya kaget sembari bertanya-tanya. Lalu Mirza membuka tawanya sambil menepuk kecil pundaknya. “Lo, lihat! Apa yang telah lo lakuin ke gue!”, keluh Yusra sedikit kesal pada Mirza masih melihat keponsel miliknya. Mirza pun semakin tertawa sambil duduk disampingnya.
                “Kalau gue boleh tau, berapa sih usia Omah? Bisa gue pacarin nggak? Secara bahasanya tadi kaya anak muda banget!”, Mirza bertanya sambil mengejeknya.
                “Kalo lagi bicara, teleponan sama cucunya ya gitu! Ikut-ikut bahasa anak muda kadang-kadang juga alay!”, Yusra berkata secara terang-terangan mengeluhkannya.
                “Yuuuupzzz!!!! Itu namanya Omah gaul! Bisa ngikutin bahasa masa kini!”, Mirza semakin mengejeknya. Yusra pun melihat kepadanya diam disertai rasa gelisah dari kedua matanya. “Lo gak usah resah, gelisah seperti itu! Kita sudah punya Yandra! Pikirin aja keberhasilannya! Setujuuuu?”, Mirza berkata menenangkannya sembari menyemangatkannya.
                Yusra pun menjadi tersenyum menyetujuinya, dan mereka berdua mulai tertawa bersama. Sementara disana, Yandra sedang berjalan-jalan disebuah Mall melihat pameran dekorasi untuk kamar pribadi. Disaat dirinya melihat-lihat pameran dekorasi kamar pribadi itu, dirinya mulai membayangkan jika barang-barang dalam pameran dekorasi kamar pribadi itu dapat menjadi miliknya dan sudah terpasang rapi dikamarnya sendiri.
                Setelah membayangkannya, Yandra menjadi senyum-senyum sendiri menikmati pameran dekorasi kamar tersebut. Kemudian mengambil gambar pameran dekorasi untuk kamar tersebut lalu dikirimkannya kepada Mora dengan pesan, “Aku ingin keadaan kamarku seperti ini saat sudah tinggal satu atap dengan Yusra nanti!”. Mora yang baru saja menerima pesan gambar darinya pun menggelengkan kepalanya sedikit merasa lucu.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Esok harinya, Yandra sedang berjalan-jalan disebuah taman dan kini dirinya sedang berdiri sambil melipatkan kedua tangannya melihat-lihat didepan kolam taman tersebut. Dan tiba-tiba saja ada sosok Mirza yang baru datang menghampirinya lalu berdiam disamping dirinya. Kemudian secara tidak sengaja Yandra yang belum menyadari akan kedatangannya tiba-tiba saja terpandang kepadanya. Dan kinipun Yandra dan Mirza saling berpandangan diam satu sama lain.
                Mirza menjadi terpaku melihat wajahnya yang cantik dan terlihat seperti sangat belia, terlebih lagi dengan rambut kriting gantungnya yang dikucir dua buah kanan dan kiri. Mirza semakin menikmati pandangannya, lalu menjadi terhenti saat hatinya seperti mendengar jejak langkah kaki dari Eisya. Sementara yang ia ketahui kalau Eisya sedang tidak bersamanya. “Kita harus melakukan sebuah pemotretan! Atau biasa disebut dengan pre-wedd!”, Mirza berkata mengalihkannya.
Sedangkan Yandra baru saja tersadar dari pandangannya yang diam kepadanya. Lalu Mirza berkata kembali, “Soal kostum, gaun, kami mempersilahkan kamu yang memilihnya! Tapi ketika Yusra berkata setuju dengan yang kamu pilih, maka kami akan setuju pula!”. Mirza begitu sopan dengannya namun pandangannya sedikit menahan pesona padanya. Dan Yandra membalas, “Baiklah!”, dengan senyuman manjanya.
Mirza pun semakin menahan rasa pesonanya, hingga membuatnya harus menyentuh wajah Yandra dengan tangan kanannya. Sedangkan Yandra hanya terdiam melihatnya hingga tangan Mirza benar telah menyentuh wajahnya. Dan lagi, mereka berdua kembali berpandangan seolah-olah ada bara api asmara yang siap akan mengasapi keduanya. Masih dalam keadaan yang sama, Mirza akan  segera mengecup keningnya.
Namun ketika akan sedikit lagi mengecupnya, tiba-tiba saja digagalkan oleh ponselnya yang berdering secara mengejutkannya. Kini Mirza berbalik membelakangi Yandra sambil mengecek ponselnya siapa yang telah menghubunginya. Dan ternyata ada sebuah pesan sms dari Eisya yang memintanya untuk segera menemui Mora, karna Mora telah menunggunya. Mirza yang sudah membacanya meminta izin untuk pamit pergi menemui Mora dan kebersamaan merekapun berakhir.

Beberapa saat kemudian. . . .    
               
                Kini Yandra sedang duduk dibangku taman dengan memakan gulali yang amat disukainya. Sementara dibelakangnya dikejauhan, ada sosok Eisya yang sedang berjalan secara perlahan akan menghampiri dirinya. Sebenarnya, Eisya secara tidak sengaja melihat Mirza bersama Yandra beberapa saat yang lalu. Dan dirinya pula yang telah menggagalkan Mirza untuk mengecup kening Yandra. Karna Eisya tidak sanggup menyaksikan jika Mirza benar akan mengecup kening Yandra.
                Masih dilihatnya Yandra sedang duduk sendiri dibangku taman menikmati gulali yang disukainya, membelakangi dirinya. Dan secara tiba-tiba Eisya menjadi terhenti dari langkahnya yang sudah mendekati Yandra. Sebab Eisya menyadari kalau saat ini dirinya sedang emosi dan tidak ingin sesuatu buruk terjadi. Eisya pun beralih dengan berbalik pergi meninggalkannya tanpa memberitahukan keberadaannya lebih dulu.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Disana, Mora sedang menandatangani beberapa kertas permintaan dari mahasiswa (i) yang sedang magang dikantor perusahaan tempatnya bekerja. Dan tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruangannya, Mora pun langsung membunyikan alarm menyuruhnya untuk segera masuk kedalam ruangannya. Dan orang yang telah mengetuk pintu ruangannya itupun masuk dengan langsung duduk dihadapannya. Mora yang melihatnya juga sudah mengetahuinya langsung melihat ke jam dinding.
                Orang itu adalah Mirza. Sedangkan Mirza masih terduduk manis dihadapannya belum menyadari sesuatu. “Sekarang jam berapa?”, Mora menanyakannya melihat ke Mirza. Mirza yang mendengarnya pun melihat ke jam dinding. Dan Mirza baru tersadar kalau dirinya telah datang lebih awal satu jam dari janjinya untuk bertemu dengannya.
                “Bukannya kamu yang mememintaku untuk segera kesini! Padahal tadi aku baru saja bertemu dengan Yandra, aku sudah berhasil memintanya untuk bertemu dan mengatakan rencana kita itu!”, Mirza meceritakannya menatap ceria.
                “Bravoooo! Tapi ini terlalu awal kamu menemuiku untuk merundingkan rencana kita itu, Mirza! Aku belum menyelesaikan tugasku!”, Mora kembali mengingatkannya.
                “Tapi yang pasti kamu memintaku untuk segera menemuimu melalui Eisya! Hah, kamu gak punya pulsa?”, Mirza menjelaskannya lalu mengejeknya menatap serius.
                Mora pun menepuk jidatnya lalu dijelaskannya kalau dirinya tidak sama sekali meminta Eisya untuk meminta Mirza segera menemuinya. Kemudian Mirza bertanya kembali mengapa Eisya melakukan suatu kebohongan yang demikian. Dan Mora hanya menggeleng lalu menyuruhnya untuk mencari tau sendiri apa sebabnya Eisya telah melakukan suatu kebohongan yang demikian. Mirza pun menjadi hening seketika melihat ke jam dinding.
                Kembali pada Eisya. Setelah tiga jam berlalu, Eisya baru saja pulang kerumahnya masih berjalan melewati pintu gerbang rumahnya memasuki halaman depan rumahnya. Namun ketika akan menekan bel rumahnya, tiba-tiba saja ada yang membukakan pintu rumahnya lebih dulu. Dan yang membukakan pintu rumahnya tersebut adalah Mirza. Sontak Eisya pun menjadi terdiam seketika menatap terkejut.
                “Darimana saja cantik? Sudah dua jam aku menunggumu dirumahmu ini! Yah, aku seperti security rumah ini saja!”, sapa Mirza mengungkap kesalnya. Eisya yang sudah mendengarnya pun memalingkan tatapannya kearah lain, dan Mirza mulai mengerti dengan sikapnya itu. Kemudian disaat yang sama, mereka berdua saling berjalan maju akan saling melewati, meninggalkan. Namun saat ketika saling melewati, sudah saling membelakangi Mirza memegang tangan Eisya sembari menghentikan langkah keduanya.
“Aku lelah dengan sikapmu ini! Dan semoga tidak menganggu rencanaku yang baik kepada Yusra!”, katanya pelan namun menegaskan dingin. Usainya mengatakan itu, Mirza melepaskan tangan dirinya lalu pergi meninggalkan. Sedangkan Eisya mengangkat tangan kirinya yang telah dipegang oleh Mirza tadi lalu memegang pergelangannya dengan tangan kirinya sendiri. Dan saat itupun Eisya merasakan sebuah kesakitan yang begitu menyetrumi dirinya sendiri.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar