Malam pun berakhir, dan kini pagi sudah menyapa menunjukkan pukul lima
pagi. Keadaan mereka berdua kini saling berdekapan satu sama lain dengan tubuh
keduanya telah tertutupi satu selimut yang sama. Yaitu dengan Yusra mendekapnya
dengan terbaring dikasurnya, dan Yandra mendekapnya dengan berada diatas tubuh
darinya. Mereka telah tertidur pulas semalaman.
Udara dingin dipagi hari yang masih berlangit biru pun mulai memasuki
kamar dimana mereka masih tertidur.
Merasakan dinginnya udara pagi yang masuk melalui
ventilasi dari kamar Yusra tersebut, Yandra menjadi terbangun dari dekapannya.
Lalu ia mengangkat kepalanya melihat kewajah Yusra yang masih tertidur
mendekapnya, wajah Yusra yang menghadap kewajah dirinya sendiri. Kemudian dilepaskannya
dekapan darinya itu perlahan agar tidak membangunkannya, dan kemudian beranjak
pergi dari kamar Yusra tersebut usai dirinya berbusana kembali.
Setelah satu setengah jam berlalu, kini Yandra telah
duduk dimeja makan menunggu kedatangan Yusra untuk melakukan sarapan pagi
bersama. Sementara Yusra baru saja keluar dari kamarnya dan kini baru akan
menuruni anak tangga untuk melakukan sarapan pagi. Tak perlu menunggu lebih
lama lagi, Yusra pun kini sudah duduk bersebelahan dimeja makan. Dan Yandra
yang mengetahuinya langsung melihat kepadanya yang sudah mengunyah makanannya.
“Setelah semalaman kau tidur dengan pulas, kau lupa
untuk bangun pagi sehingga menjadi terlambat melakukan sarapan pada pagi ini!”,
Yandra memulai mengomentari keterlambatannya lima menit untuk sarapan pagi.
“Sudah jelas kau berada bersamaku semalaman! Tapi kau
tidak membangunkan diriku, saat kau mulai terbangun dari dekapan tidurmu
bersamaku!”, balas Yusra masih mengunyah makanannya melihat kepadanya juga.
“Mustahil kau bisa mengingatnya!”, jawab Yandra
menyanggahnya karna pikirnya kalau Yusra semalam dalam keadaan mabuk, dan tidak
mungkin bisa mengingat kejadian semalam.
Yusra yang mendengar katanya pun menjadi batuk secara
tiba-tiba, lalu memalingkan pandangannya darinya. Dan berkata lagi untuk mengalihkan
apa yang telah dikatakannya tadi ketika mendengar kata sanggahan dari Yandra.
“Itu karna aku melihat ada noda darah dikasur tempat tidurku!”, kata Yusra
mengagetkan Yandra dengan melihat kepadanya kembali. Dan Yandra pun teringat
pada kejadian semalam yaitu dengan Yusra yang telah merampas keperawanannya,
menatap diam.
Kemudian Yandra memalingkan wajahnya melihat
kemakanannya kembali sedikit merasa hancur. Sedangkan Yusra merasa biasa saja
lalu meminta asisten rumahnya untuk mencuuci seprai tempat tidurnya karna sudah
kotor. Dan dengan cepat Yandra menyanggahnya dengan mengatakan bahwa dirinyalah
yang akan mencuci seprai dari tempat tidur Yusra tersebut. Asisten rumah itupun
menjadi bingung lalu menyerahkannya pada Yandra untuk mencuci seprai dari tempat
tidur Yura.
Setelahnya melakukan yang demikian, Yandra kembali
meliat ke Yusra, begitupula dengan Yusra kepadanya hingga menjadi bertatapan
dingin beberapa saat. Kemudian menjadi terhenti saat ketika Yusra mulai meminum
segelas susunya, sedangkan Yandra beralih pergi meninggalkannya kedapur. Alasan
Yandra untuk tidak membiarkan asisten rumah Yusra mencuci seprai dari tempat
tidur Yusra adalah hanya karna tidak menginginkan asisten rumah Yusra melihat
ada noda darah diseprai tersebut.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Setelah kepergian
Yusra kekantor beberapa saat yang lalu, Yandra pun kini telah memasuki kamar
Yusra dan sedang membuka seprai ditempat tidur Yusra untuk dicuci olehnya
sendiri. Dan ternyata benar bahwa ada noda darah diseprai tempat tidurnya, melihat
adanya noda darah diseprai tersebut ia mengambil kesimpulan jika Yusra tidak
berbohong dengan perkataannya tadi pagi. Kemudian ia membawa seprai itu dikamar
mandi Yusra untuk segera mencucinya.
Setelah beberapa
saat berjalan, Yandra telah berhasil mencuci seprai tersebut dan kini sedang
menjemurnya melewati pintu samping menuju luar masih dari dalam kamar Yusra.
“Conguraltion, Yandra!”, katanya merasa lega usianya menjemur seprai tersebut.
kemudian berbalik arah dan menjadi terkejut, “Kak Mir?”, katanya yang baru
mengetahui kedatangan Mirza secara tiba-tiba. Dan kemudian ia berjalan cepat
mendekati Mirza lalu berhenti dihadapannya.
“Kak Mir? What
are you doing, here?”, tanya Yandra masih terkejut.
“Eisya menitipkan
sebuah contoh undangan tunangan dari kakak ke kamu!”, sahut Mirza
memberitahukan.
“Hah, serius? Kapan kak Mir?”, tanya Yandra menjadi
terkejut bahagia.
“Buka undangannya, dan kamu baca saja sendiri!”,
Mirza menyuruhnya untuk mengetahuinya sendiri.
Usainya mengatakan itu, Mirza pun berpamitan untuk
pergi kembali kekantor. Sedangkan Yandra beralih pergi menuju kekamarnya dan
tidak lagi melalui pintu samping dari kamar Yusra. Pertemuan keduanya pun
berakhir seketika.
Sementara disana. . . .
Yusra sedang menonton film lucu dikomputer meja kerjanya,
ia sedang menghibur dirinya sendiri diwaktu luangnya. Iapun menjadi
tersenyum-senyum menonton film lucu tersebut sambil menggoyangkan kursi yang
didudukinya sesekali. Lalu dilihatnya jika Qiera telah datang memasuki
ruangannya, dan Yusra menghentikan filmnya sejenak menanti Qiera yang masih
berjalan menujunya. Lalu teringat dengan perkataan Yandra yang baru mengetahui
tentang Qiera.
“Oh, jadi wanita yang sudah bersamamu dalam dua acara
sekaligus itu adalah Qiera? Pantas saja kamu menjaga perasaannya!”, kata Yandra
saat mengetahui nama Qiera dari penjelasan Yusra beberapa waktu lalu. Kemudian
Yusra menjadi melamun melihat Qiera teringat perdebatannya bersama Yandra
terkait dengan perkataan Yandra tadi, yang telah terlanjur teringat olehnya.
Kemudian Yusra menjadi tersadar dari lamunannya saat Qiera menepukkan tangannya
dihadapan wajahnya.
“Ada apa, Yusra?”, tanya Qiera merasa aneh padanya.
Yusra hanya menggeleng sambil tersenyum malu. Dan Yusra berlanjut mengalihkannya
dengan menanyakan beberapa berkas yang harus dikoreksi darinya untuknya. Qiera
yang sudah mendengarnya pun langsung memberikan beberapa berkas padanya dan
berlanjut akan mengoreksinya bersama-sama masih dimeja kerja Yusra. Mereka
duduk bersama secara berhadapan dimeja kerja tersebut.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Malam harinya,
sekitar pukul sepuluh malam Yusra baru tiba dirumahnya setelah terjebak macet
beberapa jam diperjalanan tadi. Dan kini ia telah memasuki kamarnya yang sudah
terlihat rapi dengan kasur tempat tidurnya telah memakai seprai yang sama. Seprai
yang tadinya terdapat noda darah, kini sudah bersih tak ada noda sedikitpun.
Kemudian dirinya menjadi tersenyum kecil sembari akan menghubungi Yandra
memakai ponselnya.
Sementara Yandra
yang sudah siap akan memejamkan kedua matanya untuk tidur, menjadi terhenti
karna ponsel miliknya berbunyi dengan tiba-tiba. Dan ketika mengangkatnya,
ternyata Yusra yang menghubunginya mengucapkan terimakasih karna sudah mencuci
seprai dalam waktu beberapa jam saja. Usainya mengatakan ucapan terima kasih
melalui ponselnya, Yusra pun menutup pembicaraannya tanpa basa-basi dulu.
Sedangkan Yandra menjadi tertidur seketika karna merasa lelah.
Esok harinya, Yandra
sedang dance seorang diri memakai music hip-hop ditaman samping rumah. Kemudian
muncul Yusra dibalik dirinya dan akan duduk dikursi ditaman tersebut dengan
mengamati gerakan dance darinya. Yandra yang belum menyadari masih saja
melakukan dancenya dengan buta tak melihat kearah belakangnya sedikitpun.
Setelah beberapa saat kemudian, Yandra pun menyudahi dancenya dengan mematikan
musik hip-hop lalu berbalik kebelakang.
Lalu dilihatnya jika Yusra sudah duduk dikursi
melihat biasa padanya, dan Yandra menjadi teringat tentang festival kemarin
ketika Yusra mengomentari dance yang dilakukannya. Kemudian berjalan
menghampiri Yusra yang masih duduk melihat biasa padanya. “Apakah kamu ingin
kembali mengomentari dance yang aku lakukan tadi?”, tanya Yandra menatap dingin
masih berjalan lalu berhenti dengan berdiri dihadapannya.
Yusra yang sudah mendengarnya memberi senyuman tidak
menyukainya lalu mengatakan bahwa tarian dance dari Yandra mengingatkannya pada
wanita penghibur diBAR yang sering dikunjunginya. Yandra yang mengerti
perkataan darinya langsung membungkukkan tubuhnya menghadapkan wajah dirinya
kewajahnya. “Tarian dance gue, tidak sama dengan tarian mereka!”, kata Yandra
menegaskan pelan. Mulai menatapnya geram.
“Oyah, apa kabar dengan kau yang sudah tidur besamaku
pada malam kemarin?”, tanya Yusra membalasnya. Mulai menatap dingin memakai
senyuman.
“Tidak akan terjadi apa-apa, kau jangan mencoba
menakutiku!”, balas Yandra menyanggahnya. Lalu berdiri tegak dari bungkuknya,
masih menghadap ke Yusra dengan melipatkan kedua tangannya.
“Kau percaya, jika aku benar-benar dalam
keadaan sudah mabuk pada kemarin malam?”, tanya Yusra mengulangnya.
Yandra mengedipkan matanya melirik kesamping, lalu
mengedipkan matanya lagi melirik kepadanya lagi. “Laaaluuu?”, sambungnya
menanyakan bernada dingin. Dan mereka berdua akan saling berbicara menciptakan
sebuah pertengkaran kecil.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
“Sebenarnya, malam itu aku masih dalam keadaan
setengah mabuk!”, buka Yusra sedikit. Menegaskan sedikit.
“Lalu apa bedanya dengan mabuk beneran? Bukankah
dua-duanya sama aja bisa menghilangkan kesadaran seseorang?!”, Yandra
menanyakan perbedaan keduanya dengan menganggap biasa. Yusra menggeleng
menimbulkan tanya padanya.
“Kemarin, mabuk itu hanya menyerang fisikku saja!
Bukan dengan kesadaranku!”, penjelasannya yang sebenarnya.
Yandra yang mendengarnya pun menjadi terkejut
seketika hingga menjatuhkan kedua tangannya keras, sedangkan tatapannya masih
mengarah kewajah Yusra. “Maaf, aku telah sengaja memanfaatkan malam itu untuk bercinta
denganmu!”, sambung Yusra kembali semakin mengejutkan Yandra sehingga mebuat
Yandra menjadi reflek menampar keras dirinya. Yusra yang mendapatkan tamparan
darinya pun hanya diam memalingkan pandangannya.
“Entah, harus gue balas dengan cara apa untuk
membalas perbuatan terburuk dari lo itu!”, kata terkejut Yandra menegaskannya
keras. Membentaknya.
“Gue merasa geram aja, lo terus bersikap seperti
menggoda gue! Dan pada malam itu gue udah gak bisa menahan rasa tergodanya gue
akan diri lo!”, pengakuan Yusra sambil menjelaskannya dengan melihat ke Yandra
kembali. Mulai berdiri dari duduknya.
“Iya! Semua ini terjadi karna dari kebodohan gue!
Gue, gue yang udah berhasil dibutain sama keadaan mabuknya elo! Elo yang kemarin
gue percaya gak inget apa-apa, karna pengaruh dari keadaan mabuk lo itu!”,
Yandra mulai menghakiminya dengan masih membetaknya.
Saat Yusra akan membalas kata darinya, Yandra
langsung mendorong tubuh Yusra hingga menabrak kedinding dibalik kursi yang
telah diduduki Yusra tadi dengan kedua tangannya. Yusra pun mulai menahan
kesakitan pada tubuh belakangnya masih melihat padanya. Kemudian Yandra menarik
bajunya keras sembari menahannya beberapa saat menyalurkan emosinya. “Sakit
yang kamu rasakan kini, tidak seberapa dengan sakit yang aku rasakan karna
terpaksa bercinta denganmu!”.
Sambung lagi Yandra berkata tegas memilukan. Usainya
mengatakan itu, Yandra melepaskan tangannya dari menarik baju Yusra lalu
meneteskan airmata berlanjut menunduk menangis kecil. Yusra yang melihatnya pun
mulai menjadi tersentuh hingga membuatnya tak bisa berkata apa-apa. “Kamu gak
perlu bicara lagi Yusra! Karna dalam kejadian ini kita berdua sama-sama bodoh!”,
sambung Yandra kembali dengan melihat padanya bernada begitu pilu.
Namun Yusra terpaksa berkata lagi karna sudah mulai
merasa bersalah karna terlalu menyakitinya. “Terpaksa aku berkata lagi, karna
aku baru sadar sudah benar-benar menyakitimu dengan memuaskan rasa tergodaku
pada malam itu!”, pengakuan Yusra masih dengan rasa bersalahnya. Menatap sendu.
“Kamu sudah puas? Sudah cukup!”, Yandra menghakiminya
kembali menyuruhnya untuk berhenti. Yandra pun mengusap airmatanya dengan
melihat kearah lain. “Kalau terjadi apa-apa padaku nanti, aku berjanji tidak
akan memberitahumu!”, katanya kembali melihat ke Yusra.
Lalu berpaling pergi meninggalkannya. Sedangkan Yusra
berdiam ditempat itu tidak memperdulikan perkataan Yandra yang terakhir.
Pada malam harinya. . . .
Saat makan malam
telah tiba, Yusra menjadi seorang diri lagi menikmati makan malamnya setelah
tadi siang bertengkar dengan Yandra karna kesalahannya. Saatnya masih menikmati
makan malamnya yang kembali seorang diri, ia menyempatkan dirinya untuk melihat
kearah kamar Yandra yang tertutup. Sedikit merasa sepi dihatinya karna Yandra
tidak duduk disebelahnya menemaninya untuk makan malam bersama.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar