Rabu, 20 Januari 2016

Badung Location. . . . #30



           Malam pun berakhir, dan kini pagi sudah menyapa menunjukkan pukul lima pagi. Keadaan mereka berdua kini saling berdekapan satu sama lain dengan tubuh keduanya telah tertutupi satu selimut yang sama. Yaitu dengan Yusra mendekapnya dengan terbaring dikasurnya, dan Yandra mendekapnya dengan berada diatas tubuh darinya. Mereka telah tertidur pulas semalaman.  Udara dingin dipagi hari yang masih berlangit biru pun mulai memasuki kamar dimana mereka masih tertidur. 
Merasakan dinginnya udara pagi yang masuk melalui ventilasi dari kamar Yusra tersebut, Yandra menjadi terbangun dari dekapannya. Lalu ia mengangkat kepalanya melihat kewajah Yusra yang masih tertidur mendekapnya, wajah Yusra yang menghadap kewajah dirinya sendiri. Kemudian dilepaskannya dekapan darinya itu perlahan agar tidak membangunkannya, dan kemudian beranjak pergi dari kamar Yusra tersebut usai dirinya berbusana kembali.
Setelah satu setengah jam berlalu, kini Yandra telah duduk dimeja makan menunggu kedatangan Yusra untuk melakukan sarapan pagi bersama. Sementara Yusra baru saja keluar dari kamarnya dan kini baru akan menuruni anak tangga untuk melakukan sarapan pagi. Tak perlu menunggu lebih lama lagi, Yusra pun kini sudah duduk bersebelahan dimeja makan. Dan Yandra yang mengetahuinya langsung melihat kepadanya yang sudah mengunyah makanannya.
“Setelah semalaman kau tidur dengan pulas, kau lupa untuk bangun pagi sehingga menjadi terlambat melakukan sarapan pada pagi ini!”, Yandra memulai mengomentari keterlambatannya lima menit untuk sarapan pagi.
“Sudah jelas kau berada bersamaku semalaman! Tapi kau tidak membangunkan diriku, saat kau mulai terbangun dari dekapan tidurmu bersamaku!”, balas Yusra masih mengunyah makanannya melihat kepadanya juga.
“Mustahil kau bisa mengingatnya!”, jawab Yandra menyanggahnya karna pikirnya kalau Yusra semalam dalam keadaan mabuk, dan tidak mungkin bisa mengingat kejadian semalam.
Yusra yang mendengar katanya pun menjadi batuk secara tiba-tiba, lalu memalingkan pandangannya darinya. Dan berkata lagi untuk mengalihkan apa yang telah dikatakannya tadi ketika mendengar kata sanggahan dari Yandra. “Itu karna aku melihat ada noda darah dikasur tempat tidurku!”, kata Yusra mengagetkan Yandra dengan melihat kepadanya kembali. Dan Yandra pun teringat pada kejadian semalam yaitu dengan Yusra yang telah merampas keperawanannya, menatap diam.
Kemudian Yandra memalingkan wajahnya melihat kemakanannya kembali sedikit merasa hancur. Sedangkan Yusra merasa biasa saja lalu meminta asisten rumahnya untuk mencuuci seprai tempat tidurnya karna sudah kotor. Dan dengan cepat Yandra menyanggahnya dengan mengatakan bahwa dirinyalah yang akan mencuci seprai dari tempat tidur Yusra tersebut. Asisten rumah itupun menjadi bingung lalu menyerahkannya pada Yandra untuk mencuci seprai dari tempat tidur Yura.
Setelahnya melakukan yang demikian, Yandra kembali meliat ke Yusra, begitupula dengan Yusra kepadanya hingga menjadi bertatapan dingin beberapa saat. Kemudian menjadi terhenti saat ketika Yusra mulai meminum segelas susunya, sedangkan Yandra beralih pergi meninggalkannya kedapur. Alasan Yandra untuk tidak membiarkan asisten rumah Yusra mencuci seprai dari tempat tidur Yusra adalah hanya karna tidak menginginkan asisten rumah Yusra melihat ada noda darah diseprai tersebut.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Setelah kepergian Yusra kekantor beberapa saat yang lalu, Yandra pun kini telah memasuki kamar Yusra dan sedang membuka seprai ditempat tidur Yusra untuk dicuci olehnya sendiri. Dan ternyata benar bahwa ada noda darah diseprai tempat tidurnya, melihat adanya noda darah diseprai tersebut ia mengambil kesimpulan jika Yusra tidak berbohong dengan perkataannya tadi pagi. Kemudian ia membawa seprai itu dikamar mandi Yusra untuk segera mencucinya.
                Setelah beberapa saat berjalan, Yandra telah berhasil mencuci seprai tersebut dan kini sedang menjemurnya melewati pintu samping menuju luar masih dari dalam kamar Yusra. “Conguraltion, Yandra!”, katanya merasa lega usianya menjemur seprai tersebut. kemudian berbalik arah dan menjadi terkejut, “Kak Mir?”, katanya yang baru mengetahui kedatangan Mirza secara tiba-tiba. Dan kemudian ia berjalan cepat mendekati Mirza lalu berhenti dihadapannya.
                “Kak Mir? What are you doing, here?”, tanya Yandra masih terkejut.
                “Eisya menitipkan sebuah contoh undangan tunangan dari kakak ke kamu!”, sahut Mirza memberitahukan.
“Hah, serius? Kapan kak Mir?”, tanya Yandra menjadi terkejut bahagia.
“Buka undangannya, dan kamu baca saja sendiri!”, Mirza menyuruhnya untuk mengetahuinya sendiri.
Usainya mengatakan itu, Mirza pun berpamitan untuk pergi kembali kekantor. Sedangkan Yandra beralih pergi menuju kekamarnya dan tidak lagi melalui pintu samping dari kamar Yusra. Pertemuan keduanya pun berakhir seketika.

Sementara disana. . . .

Yusra sedang menonton film lucu dikomputer meja kerjanya, ia sedang menghibur dirinya sendiri diwaktu luangnya. Iapun menjadi tersenyum-senyum menonton film lucu tersebut sambil menggoyangkan kursi yang didudukinya sesekali. Lalu dilihatnya jika Qiera telah datang memasuki ruangannya, dan Yusra menghentikan filmnya sejenak menanti Qiera yang masih berjalan menujunya. Lalu teringat dengan perkataan Yandra yang baru mengetahui tentang Qiera.
“Oh, jadi wanita yang sudah bersamamu dalam dua acara sekaligus itu adalah Qiera? Pantas saja kamu menjaga perasaannya!”, kata Yandra saat mengetahui nama Qiera dari penjelasan Yusra beberapa waktu lalu. Kemudian Yusra menjadi melamun melihat Qiera teringat perdebatannya bersama Yandra terkait dengan perkataan Yandra tadi, yang telah terlanjur teringat olehnya. Kemudian Yusra menjadi tersadar dari lamunannya saat Qiera menepukkan tangannya dihadapan wajahnya.
“Ada apa, Yusra?”, tanya Qiera merasa aneh padanya. Yusra hanya menggeleng sambil tersenyum malu. Dan Yusra berlanjut mengalihkannya dengan menanyakan beberapa berkas yang harus dikoreksi darinya untuknya. Qiera yang sudah mendengarnya pun langsung memberikan beberapa berkas padanya dan berlanjut akan mengoreksinya bersama-sama masih dimeja kerja Yusra. Mereka duduk bersama secara berhadapan dimeja kerja tersebut.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Malam harinya, sekitar pukul sepuluh malam Yusra baru tiba dirumahnya setelah terjebak macet beberapa jam diperjalanan tadi. Dan kini ia telah memasuki kamarnya yang sudah terlihat rapi dengan kasur tempat tidurnya telah memakai seprai yang sama. Seprai yang tadinya terdapat noda darah, kini sudah bersih tak ada noda sedikitpun. Kemudian dirinya menjadi tersenyum kecil sembari akan menghubungi Yandra memakai ponselnya.
                Sementara Yandra yang sudah siap akan memejamkan kedua matanya untuk tidur, menjadi terhenti karna ponsel miliknya berbunyi dengan tiba-tiba. Dan ketika mengangkatnya, ternyata Yusra yang menghubunginya mengucapkan terimakasih karna sudah mencuci seprai dalam waktu beberapa jam saja. Usainya mengatakan ucapan terima kasih melalui ponselnya, Yusra pun menutup pembicaraannya tanpa basa-basi dulu. Sedangkan Yandra menjadi tertidur seketika karna merasa lelah.
                Esok harinya, Yandra sedang dance seorang diri memakai music hip-hop ditaman samping rumah. Kemudian muncul Yusra dibalik dirinya dan akan duduk dikursi ditaman tersebut dengan mengamati gerakan dance darinya. Yandra yang belum menyadari masih saja melakukan dancenya dengan buta tak melihat kearah belakangnya sedikitpun. Setelah beberapa saat kemudian, Yandra pun menyudahi dancenya dengan mematikan musik hip-hop lalu berbalik kebelakang.
Lalu dilihatnya jika Yusra sudah duduk dikursi melihat biasa padanya, dan Yandra menjadi teringat tentang festival kemarin ketika Yusra mengomentari dance yang dilakukannya. Kemudian berjalan menghampiri Yusra yang masih duduk melihat biasa padanya. “Apakah kamu ingin kembali mengomentari dance yang aku lakukan tadi?”, tanya Yandra menatap dingin masih berjalan lalu berhenti dengan berdiri dihadapannya.
Yusra yang sudah mendengarnya memberi senyuman tidak menyukainya lalu mengatakan bahwa tarian dance dari Yandra mengingatkannya pada wanita penghibur diBAR yang sering dikunjunginya. Yandra yang mengerti perkataan darinya langsung membungkukkan tubuhnya menghadapkan wajah dirinya kewajahnya. “Tarian dance gue, tidak sama dengan tarian mereka!”, kata Yandra menegaskan pelan. Mulai menatapnya geram.
“Oyah, apa kabar dengan kau yang sudah tidur besamaku pada malam kemarin?”, tanya Yusra membalasnya. Mulai menatap dingin memakai senyuman.
“Tidak akan terjadi apa-apa, kau jangan mencoba menakutiku!”, balas Yandra menyanggahnya. Lalu berdiri tegak dari bungkuknya, masih menghadap ke Yusra dengan melipatkan kedua tangannya.   
                 “Kau percaya, jika aku benar-benar dalam keadaan sudah mabuk pada kemarin malam?”, tanya Yusra mengulangnya.
Yandra mengedipkan matanya melirik kesamping, lalu mengedipkan matanya lagi melirik kepadanya lagi. “Laaaluuu?”, sambungnya menanyakan bernada dingin. Dan mereka berdua akan saling berbicara menciptakan sebuah pertengkaran kecil.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

“Sebenarnya, malam itu aku masih dalam keadaan setengah mabuk!”, buka Yusra sedikit. Menegaskan sedikit.
“Lalu apa bedanya dengan mabuk beneran? Bukankah dua-duanya sama aja bisa menghilangkan kesadaran seseorang?!”, Yandra menanyakan perbedaan keduanya dengan menganggap biasa. Yusra menggeleng menimbulkan tanya padanya.
“Kemarin, mabuk itu hanya menyerang fisikku saja! Bukan dengan kesadaranku!”, penjelasannya yang sebenarnya.
Yandra yang mendengarnya pun menjadi terkejut seketika hingga menjatuhkan kedua tangannya keras, sedangkan tatapannya masih mengarah kewajah Yusra. “Maaf, aku telah sengaja memanfaatkan malam itu untuk bercinta denganmu!”, sambung Yusra kembali semakin mengejutkan Yandra sehingga mebuat Yandra menjadi reflek menampar keras dirinya. Yusra yang mendapatkan tamparan darinya pun hanya diam memalingkan pandangannya.
“Entah, harus gue balas dengan cara apa untuk membalas perbuatan terburuk dari lo itu!”, kata terkejut Yandra menegaskannya keras. Membentaknya.
“Gue merasa geram aja, lo terus bersikap seperti menggoda gue! Dan pada malam itu gue udah gak bisa menahan rasa tergodanya gue akan diri lo!”, pengakuan Yusra sambil menjelaskannya dengan melihat ke Yandra kembali. Mulai berdiri dari duduknya.
“Iya! Semua ini terjadi karna dari kebodohan gue! Gue, gue yang udah berhasil dibutain sama keadaan mabuknya elo! Elo yang kemarin gue percaya gak inget apa-apa, karna pengaruh dari keadaan mabuk lo itu!”, Yandra mulai menghakiminya dengan masih membetaknya.
Saat Yusra akan membalas kata darinya, Yandra langsung mendorong tubuh Yusra hingga menabrak kedinding dibalik kursi yang telah diduduki Yusra tadi dengan kedua tangannya. Yusra pun mulai menahan kesakitan pada tubuh belakangnya masih melihat padanya. Kemudian Yandra menarik bajunya keras sembari menahannya beberapa saat menyalurkan emosinya. “Sakit yang kamu rasakan kini, tidak seberapa dengan sakit yang aku rasakan karna terpaksa bercinta denganmu!”.
Sambung lagi Yandra berkata tegas memilukan. Usainya mengatakan itu, Yandra melepaskan tangannya dari menarik baju Yusra lalu meneteskan airmata berlanjut menunduk menangis kecil. Yusra yang melihatnya pun mulai menjadi tersentuh hingga membuatnya tak bisa berkata apa-apa. “Kamu gak perlu bicara lagi Yusra! Karna dalam kejadian ini kita berdua sama-sama bodoh!”, sambung Yandra kembali dengan melihat padanya bernada begitu pilu.
Namun Yusra terpaksa berkata lagi karna sudah mulai merasa bersalah karna terlalu menyakitinya. “Terpaksa aku berkata lagi, karna aku baru sadar sudah benar-benar menyakitimu dengan memuaskan rasa tergodaku pada malam itu!”, pengakuan Yusra masih dengan rasa bersalahnya. Menatap sendu.
“Kamu sudah puas? Sudah cukup!”, Yandra menghakiminya kembali menyuruhnya untuk berhenti. Yandra pun mengusap airmatanya dengan melihat kearah lain. “Kalau terjadi apa-apa padaku nanti, aku berjanji tidak akan memberitahumu!”, katanya kembali melihat ke Yusra.
Lalu berpaling pergi meninggalkannya. Sedangkan Yusra berdiam ditempat itu tidak memperdulikan perkataan Yandra yang terakhir. 

Pada malam harinya. . . .

                Saat makan malam telah tiba, Yusra menjadi seorang diri lagi menikmati makan malamnya setelah tadi siang bertengkar dengan Yandra karna kesalahannya. Saatnya masih menikmati makan malamnya yang kembali seorang diri, ia menyempatkan dirinya untuk melihat kearah kamar Yandra yang tertutup. Sedikit merasa sepi dihatinya karna Yandra tidak duduk disebelahnya menemaninya untuk makan malam bersama.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar