Kamis, 21 Januari 2016

Badung Location. . . . #32



                Esok harinya lagi, Yandra kembali menemani Fachri untuk menyambung pembahasannya pada hari kemarin bersama Mirza dikantor. Dan hari ini ia akan membantu Fachri juga Mirza untuk mengerjakan proposal kerjasama bertujuan memajukan rumah sakit pak Mirzain. Mereka bertiga akan melakukan proposal tersebut bersama-sama seperti pada hari kemarin diruang kerja Mirza.

Sementara ditempat lain. . . .

                Setelah beberapa saat berlalu, Yusra merasa jenuh diruang kantornya sendiri dengan duduk bersandar lemas dikursi kerjanya. Ia baru saja menyelesaikan menandatangani beberapa berkas yang memerlukan persetujuannya diatas matrai dari Qiera. “Lemas sekali diriku, rasanya mau pulang saja dan tidur!”, keluhnya berbisik kecil melihat kelangit-langit ruangannya. Lalu dilihatnya Yandra baru memasuki ruangannya dengan menutup kembali pintu ruangannya berjalan menujunya.
Yusra yang semakin mengetahuinya pun masih duduk bersandar lemas dikursi kerjanya, melipatkan kedua tangannya diperutnya. Dan kini Yandra telah berada disampingnya dengan berdiri melihatnya, akan mengajaknya bicara.
“Aku kesini untuk mengingatkanmu bahwa hari ini kita ada pertemuan sama Mirza, Mora dan Eisya!”, Yandra mencoba mengingatkannya sedikit.
“Aku kira cukup kemarin saja ada pertemuan yang lagi dan lagi memakai diriku!”, sahut Yusra masih merasa lemas namun tegas. Melihat biasa.
“Kemarin soal pekerjaanmu, dan sekarang soal kebersamaan kita semua! Bukankah sudah lama kita semua tidak berkumpul seperti waktu pertama kamu diperkenalkan denganku!”, penjelasan Yandra memancingnya untuk berkata “Iya”.
“Atur saja semuanya! Aku tidak berjanji tapi aku akan berusaha untuk bisa datang!”, Yusra memberi jawaban dengan senyuman terpaksa. Masih melihat biasa.
Kemudian Yandra melingkarkan jemarinya berbentuk huruf “O” menunjukkan kepadanya, lalu berbalik pergi meninggalkannya. Yandra membalas perbuatannya beberapa waktu lalu dengan yang demikian pula. Sedangkan Yusra memejamkan kedua matanya untuk tidur sejenak sembari memanjakan rasa lelahnya.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Disebuah taman bermain ,Mirza, Mora, juga Eisya telah duduk bersama disebuah bangku taman. Mereka duduk secara bersejajar berhadapan dengan ketiga kursi yang kosong masih pada satu meja. Mereka bertiga berniat menunggu Yandra dan Yusra yang belum datang untuk berkumpul bersama. Sebab beberapa bulan kedepan Mirza akan melangsungkan pertunangannya bersama Eisya diluar negeri, ditempat keluarga besar dari Eisya.
                Mereka berdua memilih akan melangsungkan pertunangan mereka diluar negeri, agar jati diri dari Yandra sebagai adik kandung dari Mirza tidak diketahui oleh Yusra. Dan yang mengetahui itu hanyalah mereka berdua selain pak Mirzain dan Yandra. Sedangkan Mora dan Yusra masih tidak mengetahuinya, dan itu karna permintaan dari Yandra untuk tidak memberitahukannya pada siapapun dulu.
Sebab Yandra telah memiliki alasan tersendiri bahkan Mirza yang sebagai kakaknya pun tidak mengetahui. Karna Yandra lebih memilih untuk menyimpannya sendiri saja, dan suatu saat nanti biarlah dirinya juga yang mengerti apa yang sudah dilakukannya kini. Kembali pada mereka bertiga, setelah beberapa saat menunggu kedatangan Yandra dan Yusra. Mirza mencoba menghubungi Yusra menanyakan kabar tentang kepastiannya untuk datang bersama mereka.
Namun ketika akan mencoba menghubungi, Mirza melihat jika Yusra sudah berjalan menghampiri yang sudah tak jauh dari keberadaannya. Mirza pun membatalkan niatnya beralih menantikan Yusra untuk duduk bersama. Dan kini Yusra telah duduk menghadap Mirza, mengisi salah-satu dari tiga buah kursi yang kosong belum ditepati. Melihatnya yang sudah duduk sedikit santai, Mirza pun akan mengajaknya berbicara sedikit dengan menanyakan keberadaan Yandra.
“Yandra apa kabar? Kok, dia gak barengan sama lo?”, tanya Mirza melihat tanya.
“Beberapa saat yang lalu dia ngirim pesan kalo sekarang gue harus tiba ditaman! Karna lo dan kedua wanita disebelah lo udah nungguin gue, katanya gitu!”, Yusra menjawabnya dengan menceritakan kembali melihat padanya lalu melihat ke Mora dan Eisya. Berakhir melihat ke Mirza.
“Lo serius, apa sedari masih dikantor udah gak barengan?”, tanya Mirza ingin mengetahui.
“Dia cuma dateng masuk keruangan gue, cuma ngingetin tentang perkumpulan ini! Tapi setelahnya, dia cusss, dan gue gak tau kemana lagi tuh orang!”, Yusra semakin menceritakannya. Memakai tatapan mulai merasa bingung.
“Dan lo pikir, Yandra udah ada disini duluan?”, tanya Mirza kesekian kalinya ingin lebih memastikan. Yusra mengangguk biasa namun masih memakai tatapan merasa bingung.
Eisya yang sudah memperhatikan percakapan keduanya pun mulai menyambungnya, dengan berkomentar sedikit panas ke Yusra. “Ya gak mungkinlah Yandra udah dateng kesini duluan daripada kamu! Kamunya aja kaya gak care gitu ke Yandra!”, sambung Eisya mengomentari. Yusra melihat padanya. “Eisya, stop! Yusra baru datang jangan ajakin brantem dulu!”, sambung Mirza menghentikan dengan memberikan Yusra sebuah cendra mata untuk diwarnai.
Begitupula Mora yang memberi pensil warna kepadanya. Dan kini mereka bersama mewarnai cendramata yang sebagai souvenir untuk pertunangan Mirza dengan Eisya nanti. Cendramatanya berupa benda kecil yang berbentuk hati dengan ukiran bergambar huruf inisial nama mereka, M dan K. yang dimana ukiran inisial nama tersebut diberi warna menggunakan pensil warna.

Beberapa saat kemudian. . . .

                Mereka berempat melihat Yandra bersama Fachri juga kedua orang lainnya, kedua orang lainnya itu adalah dua orang pria yang merupakan teman dari Fachri. Mirza yang semakin melihatnya pun mulai beranjak akan menghampiri mereka yang sudah berhenti sedang berbincang-bincang tak jauh dari tempatnya berkumpul. Dan kini Mora dan Eisya kembali melihat kepekerjaannya, sedangkan Yusra masih melihat Mirza bersama mereka.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Selang waktu berjalan, kini Yandra dan Mirza beralih beranjak dari mereka untuk duduk bersama mereka bertiga yang masih mengerjakan pekerjaannya. Mereka tidak hanya berkumpul, tetapi juga membantu menyelesaikan cendramata yang sebagai souvenir untuk pertunangan kedua teman mereka. Cendramata yang harus diberi warna sebanyak seratus lima buah saja. Dan kini Yandra telah duduk disamping Yusra, begitupun Mirza duduk disamping Eisya kembali.
                Kemudian Mora memberikan beberapa buah cendramata yang harus diwranai kepada Yandra, lalu disusul Yusra yang memberikan pensil warna padanya juga. Sebab pensil warna yang diterimanya berjumlah lebih, maka dari itu Yusra membaginya dengan Yandra. Ditengah asiknya mewarnai cendramata, Mora terpandang ke Fachri yang juga duduk bersama kedua temannya tak jauh dari tempatnya. Fachri sudah lebih dulu terpandang padanya sambil memainkan ponselnya.
                Dan Mora yang menyadarinya langsung memalingkan pandangannya melihat kecendramatanya lagi. Sedangkan Fachri masih sesekali memandangnya sambil memainkan ponselnya. Fachri seakan memperhatikan Mora sesekali bahkan berkali-kali, akan tetapi apa tujuannya bila masih memainkan ponselnya. Matanya, tatapannya, pandangannya memang masih tertuju pada Mora. Tetapi jarinya masih asik memainkan ponselnya, dan itu dilakukannya dengan bersamaan.
Rasa ingin bertanya mengapa Fachri bersikap seperti yang demikian pun mulai muncul dibenaknya. Dan Mora memberanikan diri untuk melihat ke Fachri sekali lagi untuk memastikan. Sementara Fachri bercanda dengan kedua temannya, lalu kedua temannya memberitahukan jika Mora sedang melihat dirinya dengan berbisik. Fachri pun langsung menolehkan kepalanya melihat ke Mora, dan mereka berdua saling memandangi satu sama lain beberapa saat, berpandangan kaku.
Namun Eisya memecahkan pandangan kaku dari mereka berdua, dengan meminta pensil warna ke Mora. Mora yang mulai merasa cemas pun langsung meresponnya meskipun sedikit salah tingkah. Sementara Fachri kembali menoleh kepada kedua temannya sambil mengatakan, “Namanya Mora, teman Yandra dan mereka lainnya!”, melihat santai. Dan kedua temannya menjadi tertawa kecil kembali mengajaknya bercanda seperti tadi.
  Yusra yang mulai jenuh merasakan keheningan, karna mereka yang masih sibuk dengan pengerjaannya mencoba untuk mengerjai Yandra. Yusra mencoba mengerjai Yandra dengan mengajaknya bicara.“Yandra, jari yang sedang aku tunjukkan ini namanya jari apa?”, Yusra memulainya dengan menunjukkan jari kelingking padanya. Yandra menjadi terhenti dari pengerjaannya melihat kejari yang ditunjukkannya.
“Anak kecil pun tau, itu jari kelingking!”, jawab Yandra sedikit canda melihat wajahnya. Yusra memberi senyuman melihat padanya juga.
“Kalau yang ini?”, Yusra menanyakannya lagi dengan menunjukkan jari manisnya.
“Itu jari manis!”, jawab singkat Yandra melihat kejari manis Yusra. “Seperti diriku!”, sambung Yandra dengan tertawa kecil. Yusra menggelengkan kepalanya melihat biasa.
“Dan kalau yang ini? Telah mempunyai bahasa kasar, dan kau tau bahasa kasarnya itu apa yah?”, Yusra menanyakannya lagi dengan menunjukkan jari telunjuknya.
Kemudian secara spontan Yandra menjawab “Fuck you!” masih melihat ke Yusra. Lalu Yusra berkata membantahnya sedikit pura-pura terkejut, “Namaku Yusra, gak pakek fuck!”, berlanjut pura-pura ngambek memalingkan pandangannya. Yandra yang mulai terpancing pun mulai meminta maaf padanya. Sedangkan Mirza, Eisya, dan Mora mulai menertawainya, dan Yandra mulai dibuat bingung oleh mereka bertiga yang masih menertawainya.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

                “Fix, Yusra berhasil mengerjai Yandra!”, kata Mirza membuat Yandra semakin bingung. Melihat ke Yusra lalu ke Yandra.
“Dor! Kacian amat kamuhnya!”, sambung Mora mengejek Yandra melihat biasa.
Sementara Eisya hanya tertawa masih melihat ke Yandra setelah mendengar ejekan dari Mirza dan Mora kepada Yandra. Yandra yang semakin bingung pun mengalihkan pandangannya melihat ke Yusra, sedangkan Yusra baru melihat kepadanya sambil mengatakan “Apa” memakai tatapan sok menantangnya.
“Gak lucu! Boring! Kacangan banget sih!”, balas Yandra merasa kesal lalu beralih mewarnai cendramatanya kembali.
Dan merekapun berhenti dari tawanya menertawai Yandra, termasuk Yusra yang sudah merasa puas mengerjainya. Suasanapun kini kembali seperti semula, kembali pada pengerjaannya masing-masing. Ditengah keheningan yang kembali menyertai, tiba-tiba saja Fachri mendatangi mereka berlima dan berdiri disamping kursi kosong disebelah kursi Yandra. “Maaf kalau gue mengganggu sedikit!”, sapanya sedikit mengejutkan keseriusan mereka berlima. Dan mereka berlima kompak melihat padanya.
“Yandra, ayo kita berangkat!”, ajak Fachri melihat biasa padanya. Mereka berempat kompak beralih melihat ke Yandra. Yandra yang telah mendengar ajakkannya pun beralih untuk pergi bersamanya, berpamitan dengan mereka berempat lalu berjalan dan berdiam disamping Fachri.
“Fachri, jangan lupa nanti malem lo kerumah gue kalo perlu bawa Yandra juga!”, tegur Mirza mengingatkannya. 
“Tapi filenya masih dicancel loh! Itu salah semua!”, sambung Yandra memberitahu melihat ke Mirza dengan polosnya.
Kemudian Fachri berbisik ditelinga Yandra mengatakan kalau dirinya akan memperbaiki file yang dimaksud sebelum pergi kerumah Mirza. Usainya mendengarkan bisikkan dari Fachri, Yandra berkata lagi berpamitan, “Bye semuanya”. Melihat ke mereka berempat secara bergantian lalu mengedipkan mata sebelah kirinya ke Yusra. Yusra yang sudah melihatnya pun merasa biasa saja namun sedikit kaget.
“Hey, Mora!”, tegur Fachri melihat ke Mora.
“Udah pergi! Nanti kamu terlambat loh!”, sahut Mora seperti mengusir. Melihat biasa namun sedikit salah tingkah.
“Gue bingung, itu perhatian, atau memang sengaja lo gak mau gue ada disini!”, Fachri mempertanyakan mempertegas pandangannya.
“Fachri, go away!”, tegur Yandra menghentikan. Fachri pun melihat padanya serta mengangguk.
 Dan kemudian Yandra dan Fachri beranjak pergi bersama disusul dengan kedua teman Fachri yang sudah menunggu. Sementara mereka berempat termasuk Mora masih melihat ke Yandra, Fachri bersama kedua temannya yang sudah berjalan sedikit jauh. Lalu mereka berempat kembali pada pengerjaannya, tak kecuali Mora yang mulai memikirkan pertanyaan terakhir dari Fachri tadi. Dan iapun kembali melihat Fachri yang sudah menjauh mulai menahan rasa cemasnya.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai” 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar