Esoknya, Mora,
Mirza juga Eisya melanjutkan kembali mendekorasi calon kamar Yandra dikediaman
Yusra. Eisya sedang asik melukis menara Eiffel pada dinding kamar tersebut,
sementara Mora dan Mirza sedang merapikan tempat tidur berkelambu seperti
tempat tidur seorang putri. Mereka berdua bekerja sama memasang seprai terbuat
dari bulu angsa berwarna putih, dan merapikan kelambu diatas tempat tidur yang
berwarna nila.
Usainya melakukan
yang demikian, Mirza pun berpamitan untuk pergi kebawah menemui Yusra yang
sudah menunggunya. Sedangkan Mora beralih merekatkan stiker kupu-kupu berwarna
ungu muda dan berwarna merah muda disekitar menara Eiffel yang masih dilukis
oleh Eisya. Mereka berdua mengerjakannya dengan sangat hati-hati agar terlihat
rapi. Sementara diruang tamu dilantai bawah kediaman Yusra, sudah terlihat
Mirza dan Yusra duduk bersama sambil melihat kemeja.
“Lukisan pada
meja yang sedang kita pandang, sama dengan bayangan pernikahanmu esok yang
indah!”, Mirza memulai percakapannya. Yusra melihat kepadanya.
“Bayangannya
memang indah, tapi nyatanya penuh dengan kepalsuan!”, sambung Yusra
meluruskannya. Mirza pun melihat kepadanya pula.
“Kita hanya perlu
memakaikan kalian berdua pakaian pengantin! Sementara soal penghulu, itu bisa
kita lakukan lewat kedua temanku juga lewat kedua teman dari Mora!”, Mirza
menjelaskan rencananya.
“Tapi beberapa
hari yang lalu, aku sudah berjanji pada Omah kalau aku akan mengadakan sebuah
resepsi pernikahan! Dan itu akan terlaksana setelah seminggu aku mengadakan
akad nikah!”, Yusra menceritakannya secara terbuka.
“Yaaa, kita susun
saja resepsinya seperti resepsi pernikahan yang sesungguhnya!”, Mirza
memberitahukan solusinya.
Yusra pun menjadi
tersenyum menyetujuinya lalu melihat kearah pintu rumahnya. Dan secara
tiba-tiba terlihatlah sosok kakak kandungnya yang baru saja datang memasuki rumahnya
melewati pintu tersebut. sontak Yusra dan Mirza yang mulai menyadari,
melihatnya menjadi amat kaget hingga keduanya menjadi terdiam memandanginya
resah. Perlahan demi perlahan kakak kandungnya melangkah menghampiri mereka
berdua, dan kini telah duduk dihadapan keduanya.
“Maaf, karna
kakak telah datang secara tiba-tiba ke Indonesia! Ini karna permintaan dari
Omah yang meminta kakak untuk pulang ke Indonesia dalam waktu dekat! Maka dari
itu kakak merasahasiakan kedatangan kakak ke Indonesia darimu, Yusra!”, kakak
kandungnya mejelaskan perihal dan alasan kedatangannya ke Indonesia yang secara
tiba-tiba itu. Yusra mulai menatap diam menundukkan kepadalanya.
“Oh, begitu ya
kak Yuska! No problem sih!”, sahut Mirza mewakili Yusra memberi senyuman palsu
padanya.
Setelah Mirza
mencoba menyahutnya dengan sopan meskipun sedikit kepalsuan, kakak kandungnya
yang bernama Yuska beranjak pergi kekamarnya sendiri untuk melepas penat dengan
mandi. Membasuh tubuhnya yang gerah. Dan Yusra kembali melihat ke kakak
kandungnya sesaat telah berjalan menuju kamarnya dengan amat lesuh. Sedangkan
Mirza memandang langit-langit rumah mulai merasa bingung. Sementara Mora dan
Eisya masih sibuk dengan pekerjaannya belum mengetahuinya.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Selang waktu
berjalan, Mora dan Eisya pun dapat merasa lega karna apa yang mereka berdua
kerjakan sudah selesai dan kini sedang bersama duduk santai masih didalam calon
kamar Yandra tersebut. Sementara diruang tamu dilantai bawah, terlihat Mirza
dan Yusra berbincang-bincang kembali dengan kakak kandungnya yang sudah selesai
mandi. Dan mereka kini duduk bersama kembali saling berhadapan satu dengan yang
lainnya.
“Kakak berencna,
akan menjodohkan kamu dengan anak gadis dari teman kakak! Karna Omah ingin sekali
melihat kamu menikah! Siapa tau, kamu akan merasa cocok ketika sudah bertemu
dengannya!”, Yuska berkata menawarkannya sembari membujuknya. Yusra menjadi
terkejut menatapnya tanya.
“Ternyata Kak
Yuska sama dengan Omah! Selalu menawarkan sesuatu secara tiba-tiba, sementara
yang kak Yuska tau kalau Yusra sangat tidak menyukai tawaran dari kak Yuska
itu!”, Yusra berkata dengan sedikit emosi dari rasa terkejutnya.
“Kakak sebenarnya
mengerti bagaimana yang akan dirasakan Yusra ketika kakak mengatakan ini! Tapi
ini juga sebagai kebaikan dirimu, Yusra!”, Yuska semakin menjelaskan sembari
memberi pengertian padanya. Dan Yusra berdiri dari duduknya menatap dingin pada
Yuska.
“Yusra sudah
punya pasangan! Dan dalam waktu dekat, Yusra akan menikah dengan pasangan Yusra
yang telah Yusra pilih sendiri! Kita berdua sama seorang laki-laki, kak! Dan
Yusra bukan Siti Nurbaya yang harus dijodohkan dulu baru bisa menikah!”, Yusra
menjelaskannya dengan tegas.
Mirza menjadi amat kaget melihat sikap Yusra
begitupun dengan Mora dan Eisya yang sudah terlanjur mendengar perkataannya
dari lantai atas. Tepatnya didepan calon kamar Yandra yang pintunya masih
terbuka. “Kamu serius dengan ucapanmu itu?”, tanya lagi Yuska ingin mendengar
lebih jelas. Dan Yusra langsung menjawabnya, “Bahkan sangat serius, kak
Yuska!”, masih menatap dingin. Lalu memalingkannya melihat ke Mirza sembari
mengajaknya untuk kembali pergi ke kantor.
Sementara Mora dan Eisya yang masih menyaksikannya
menjadi bertanya-tanya lalu keduanya saling berpandangan satu sama lain.
“Eisya…?”, tanya Mora.
“Mora….?”, tanya balik Eisya.
“Apakah semua ini, benar nyata didepan mata kita
berdua sendiri?”, tanya Mora gelisah.
“Sepertinya, kita tidak bisa melakukannya dengan
kebohongan lagi! Sudah ada saksi, kak Yuska!”, Eisya mengungkap keluhannya
masih bertanya-tanya.
“Sepertinya memang harus seperti itu sekarang!
Semuanya kini akan berjalan dengan sungguhan! Namun apa yang telah tertulis
pada perjanjian tetap tidak bisa dibatalkan!”, Mora semakin menjelaskannya
sangat gelisah.
Kemudian mereka berdua bersama melihat ke Yuska yang
kini sedang duduk sendiri sambil memainkan ponsel miliknya. Lalu mereka berdua
beralih memasuki calon kamar Yandra tersebut.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Esoknya lagi,
Yusra meminta Mirza, Mora juga Eisya untuk bertemu disebuah restaurant termasuk
meminta Yandra juga. Namun kini hanya mereka berempat saja direstaurant
tersebut, karna Yandra sedang terjebak macet dalam perjalanannya menuju
restaurant. Mereka berempat telah duduk secara berhadapan pada meja bundar dan akan
memulai perbincangan.
“Gue mau,
pernikahan gue dilakukan pada dua minggu kemudian!”, Yusra memulai menuntut hari
pernikahannya melihat kemereka bertiga.
“Apa masih perlu
kau akan memakai pre-wedd yang kedua!”, tanya Mora melihat padanya. Yusra
mengangguk melihat padanya juga.
“Tentu, karna
kemarin gue sudah menghubungi studio dan gue mendapatkan informasi jika kostum
belanda yang gue mau masih belum disewa oleh siapapun! Jadi tidak ada salahnya
kita memanfaatkan situasi ini!”, Yusra menjelaskan dengan melihat mereka
bertiga kembali.
Mereka bertigapun
langsung menyetujuinya, kemudian secara tiba-tiba baru saja terlihat Yandra
sudah muncul dengan berjalan perlahan menghampiri meja mereka berempat. Mereka
berempat yang baru mengetahui kemunculan dirinya pun hanya melihat dengan
santai menantinya. Dan kini Yandra telah duduk bersama mereka diantara Mora dan
Eisya.
“Sudah setengah
jam kami menunggu!”, tegur Yusra melihat jam tangannya lalu melihat ke Yandra.
“Maaf!”, Yandra
menyahutnya dengan melihat kepadanya lalu melihat kearah lain.
“Yandra, lo
kenapa seperti mulai bingung begitu?”,tegur Eisya melihat padanya.
“Gue udah terima
info dari kalian semua! Gue bingung, bagaimana cari tau keberadaan orangtua gue
untuk pernikahan dadakan ini! Sementara kalian tau, gue ditelantarin diwaktu
gue masih berumur dua tahun!”, Yandra menceritakannya lagi pada Eisya. Masih
melihat bingung.
“Kamu masih punya
ibu, Yandra! Iyah, ibu panti asuhan yang kini sedang kamu tinggali rumahnya!”,
sambung Mirza menenangkan masih melihat santai padanya. Yandra yang sudah
melihat dirinya pun akan menyambung kata lagi.
“Iya juga sih!
Tapi surat perjanjian itu masih berlaku bukan?”, Yandra mengatakannya dengan
melihat ke Yusra. Memakai tatapan meyindir. Yusra yang menyadari akan tatapan
darinya pun mulai akan berbicara.
“Sungguh aku
tidak akan rela, kalau surat perjanjian itu dibatalkan!!!!”, balas Yusra
menegaskan sedikit frontal membalas tatapan darinya.
Melihat perang
dingin yang akan terjadi pada keduanya, Mora pun mencoba menghentikannya dengan
melihat keduanya sambil berkata, “Udah, cukup, jangan seperti anak kecil yang mau
berantem karna hal spele!”. Lalu Mirza yang mendengarnya juga ikut menyambung,
“Wah, kayanya ketularan gue nih udah mulai mau berantem!”, dengan tertawa kecil
mengejek. Sedangkan Eisya yang mulai merasa bahwa Mirza telah sedikit menyindir
dirinya hanya diam masih dengan kesantaiannya.
Dan kemudian mereka
kini pun mulai mengejek Mirza karna bagi mereka sangatlah lucu sekaligus
meramaikan kebersamaaan mereka berlima.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar