Esok paginya, saat menikmati sarapan pagi bersama.
Yusra kembali teringat pada seorang pria yang bersama Yandra pada tadi malam.
Dan Yusra pun akan bertanya tentang pria itu kepada Yandra yang masih sibuk
dengan makannya.
“Kalau boleh aku tau, siapa nama pria yang sedang
bersamamu tadi malam?”, Yusra memulainya dengan melihat ke Yandra masih
mengunyah makanannya.
“Aku beritahu kamu juga tidak mengenalnya!”, jawab
singkat Yandra masih menikmati makanannya tanpa melihat ke Yusra.
“Jadi kamu mau, merahasiakannya dulu dariku? Atau
jangan-jangan dia adalah….?”, katanya lagi lalu terhenti ketika Yandra melihat
kepadanya.
“Jangan sok cemburu deh! Dari awal kita bertemu
sampai sekarang, tidak ada cinta sedkitpun yang kita rasakan bukan!?”, Yandra
keceplosan dalam berbicara menyikapinya.
Yusra pun menjadi terdiam lalu melihat ke asisten
rumahnya yang masih berdiri didepan mereka, berpandangan diam. Begitupula
Yandra yang mulai menyadari melihat ke asisten rumahnya juga, dengan kepanikan
diwajahnya. “Jangan pernah bicarakan ini lagi secara terbuka!”, kata Yusra kembali
padanya dengan berdiri masih melihat ke asisten rumahnya yang masih melihat
kepadanya. Dan Yandra mengalihkan pandangannya ke Yusra yang kini telah
beranjak segera pergi kekantor.
Beberapa saat
telah berlalu, dan kini Yusra telah berada dikantornya tepatnya diruangannya
sendiri. Ia sedang menunggu kedatangan Qiera untuk membahas beberapa berkas
menyangkut kerjasama perusahaannya dengan perusahaan Qiera yang baru saja dibangun
sekitar dua tahun ini. Dan kini Qiera pun telah datang dengan duduk didepan
meja kerjanya, lalu mereka berdua mulai mendiskusikan pembahasan pada berkas
yang telah dipegang oleh keduanya.
Setelah sepuluh
menit mereka mendiskusikannya dengan membahasnya, Yusra mengajak Qiera untuk
pergi ke pantry bersama demi membuat kopi hangat menggunakan tangan sendiri.
Qiera langsung menyetujuinya dan lalu pergi bersama menuju ke pantry demi
membuat kopi hangat menggunakan tangan sendiri. Selepas mereka membuat kopi
hangat tersebut, merekapun kembali keruangan Yusra untuk melanjutkan diskusi,
pembahasannya.
Namun disaat masih dalam perjalanan menuju keruangannya
kembali, Yusra tidak sengaja melihat Yandra diarah kanan dirinya dikejauhan.
Yandra yang melihat Yusra sedang berjalan bersama Qiera sambil memegang segelas
kopi hangat, beralih beranjak pergi memalingkan pandangannya. Sementara Yusra
masih cuek ketika usainya melihat Yandra pergi meninggalkan. Dan setibanya
didalam ruangannya kembali, Yusra mendapati segelas susu sudah terletak dimeja
kerjanya.
Kemudian mulai teringat kalau dirinya tidak sempat
meminum segelas susu saat ketika usainya menikmati sarapan pagi tadi. Sebab
itulah ia merasa kehausan sebelum mengajak Qiera untuk ke pantry demi membuat
kopi hangat menggunakan tangan sendiri. Dan kinipun Yusra meletakkan kopi
hangatnya dimeja kerjanya beralih meminum segelas susunya akan menghabiskannya.
Sementara Qiera yang sudah melihatnya hanya melihatnya saja dan kembali duduk
memeriksa beberapa berkas miliknya.
Dan Yusra yang sudah berhasil menghabiskan segelas
susunya baru terfikirkan sembari menyadari jika kedatangan Yandra kekantornya
yang tak sengaja dilihatnya tadi, hanya untuk mengantarkan segelas susu itu
untuknya. Dan kembali perhatian dari Yandra itu dirasakan olehnya. Kemudian,
Qiera meminta Yusra untuk menandatangani kalau dirinya bersama Mirza akan pergi
keluar negeri bersamanya.
Alasannya Qiera
ingin Yusra dan Mirza melihat perkembangan perusahaan miliknya secara langsung
diluar negeri sana. Pada sebelumnya, Mirza telah menyetujuinya, dan Yusra pun
juga menyetujuinya juga dimana jadwal keberangkatan jatuh pada esok hari. Dan
mereka akan menetap diluar negeri mungkin sampai tujuh hari kedepan.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Esok harinya lagi, Yusra berpamitan kepada Yandra saat
beriri bersama diteras rumahnya ketika usainya menikmati sarapan pagi serta
menghabiskan segelas susunya. Dan mereka berdua menyempatkan untuk saling berbicara
sebentar sebelum berpisah.
“Setelah aku pergi kerja, kamu jangan mengharapku
untuk pulang pada sore nanti, ataupun pada malam nanti!”, Yusra berkata
memulainya dengan merapikan pakaiannya melihat ke Yandra.
“Kamu lembur lagi? Kan kemarin pulangnya udah
malem?”, tanya polosnya melihat ke Yusra biasa.
“Aku gak lembur kok, cuma mau naik pesawat aja!”,
jawab Yusra mulai menatapnya sedikit serius.
“Bercanda kamu mah!”, balas Yandra makai senyum serta
tatapan mengejek.
“Aku serius Yandra!”, jawab Yusra menegaskan. Yandra
mulai menghentikan senyumnya, menatap diam. “Aku harus keluar negeri bersama
Qiera, wanita yang bersamaku pada acara kemarin malam!”, berlanjut Yusra
menjelaskannya.
“berapa lama?”, tanyanya menahan kagetnya.
“Mungkin sampai tujuh hari kedepan!”, jawab Yusra
biasa saja.
“Aku minta uang jajan tambahan untuk pergi traveling!
Karna aku ingin jalan-jalan juga tapi di Indonesia aja koook!”, Yandra mencoba
mengalihkannya.
Kemudian Yusra memberikan kartu ATM cadangannya
kepadanya, dan Yandra pun mencoba mengambilnya perlahan. Namun ketika akan
mengambilnya dari tangan Yusra, Yusra menjadi memegang tangannya dan itu
membuat Yandra menjadi menatapnya diam kembali. “Aku gak akan nakal kok
disana!”, bisiknya terakhir pada Yandra menatapnya dengan sebuah kejujuran.
Kemudian melepaskan pegangannya dan pergi karna Mirza telah datang bersama
Qiera menjemputnya.
Seketika Yandra tiba-tiba menjadi hening dengan masih
memegang kartu ATM cadangan milik Yusra, lalu berusaha menahan airmatanya karna
terenyuh akan tatapan sebuah kejujuran juga bisikkan terakhir dari Yusra tadi.
Dan kemudian airmatanya pun jatuh setelah mencoba melihat mobil yang menjemput
Yusra telah pergi. Hatinya pun menjerit berteriakkan nama Yusra masih dengan
airmatanya, begitupula Yusra yang sudah didalam perjalanan menuju bandara.
Ia menjadi menutup telinga kanannya seperti ada yang
meneriakkan namanya keras. Entah apa yang telah mengilhami keduanya hingga
menjadi seperti itu. Apakah detik-detik hadirnya cinta sudah mulai akan
menyatukan keduanya atau hanya mengasapi keduanya saja. Pemikiran, sifat Yandra
yang terkadang kekanak-kanakan. Yusra yang terkadang sangat misterius dalam
bersikap. Apakah pernikahan mereka bisa menjadi pernikahan yang seutuhnya
dengan memakai cinta atau tidak sama sekali?
Dan bagaimana juga dengan nasib Mirza dan Eisya, yang
saling menyukai namun saling menyembunyikannya dulu?! Semuanya akan terjawab
dengan kelanjutan kisah mereka berempat ini.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar