Selasa, 19 Januari 2016

Badung Location. . . . #3




                Sore harinya, Mora mengajak Mirza untuk bertemu disebuah danau untuk membincangkan sesuatu. Dan kini mereka berdua telah berdiri bersama menghadap ke air danau tersebut saling mencerminkan wajah keduanya masing-masing di air danau yang tenang. Kemudian Mora memulai perbincangan dengan menawarkan sesuatu kepada Mirza yang mungkin akan membuat Mirza menjadi terkejut.     
Mora mengatakan kalau dirinya akan menggantikan tugas Eisya untuk mencari seorang wanita untuknya dan Yusra. Mendengar kata penawaran darinya itu, Mirza mengalihkan pandangannya ke Mora dengan terkejut tak menyangka. Mirza pun membalasnya dengan menggeleng masih terkejut, sedangkan Mora mengangguk optimis lalu melihat padanya pula.
                “Tadi, saat pagi menjelang siang aku menemukan sosok wanita yang pas untuk menghibur kamu dan Yusra!”, Mora membuka apa yang telah ditemuinya tadi. Namun tidak diceritakannya jika ada Yusra yang juga bersama wanita itu.
                “Aku tau, dalam permasalahan ini kau yang lebih mengerti daripada Eisya! Dan karna itu juga, aku akan memberitahukan kebenarannya tepatnya saat ini!”, Mirza akan membongkar rahasianya yang belum diceritakannya pada Eisya.
                Mirza menceritakan bahwa yang lebih membutuhkan seorang wanita bukanlah dirinya, tetapi Yusra. Ia meminta Eisya mencarikan seorang wanita dari salah satu temannya, bertujuan agar cepat mendapatkan seorang wanita demi membebaskan Yusra sedikit dari bebannya. Namun kesalahan darinya dalam menyampaikan membuat hubungannya bersama Eisya menjadi kacau seperti sekarang ini. Belum sepenuhnya Mirza memberitahukan kebenarannya, Mora langsung memotongnya.
                “Yusra, beban apa yang sedang dia hadapi? Apakah dengan kehadiran seorang wanita bebannya akan sedikit menjadi hilang?”, Mora bertanya memakai tatapan serius padanya.
                “Yusra dituntut untuk segera menikah diwaktu dekat oleh Omahnya! Alasannya sih karna jabatannya yang sebagai wakil direktur diperusahaan almarhum ayahnya sendiri!”, Mirza membuka kebenarannya memakai tatapan serius namun sedikit santai.
                “Jadi, kalian berdua akan memainkan sebuah permainan untuk menipu Omah dari Yusra?”, Mora bertanya kembali untuk lebih memastikan. Mirza mengangguk masih menatap santai.
                Keadaan pun menjadi hening seketika. Kemudian Mora berkata kembali kalau ia bersedia untuk membantu. Dan berpesan pada Mirza untuk menunggunya mengasih kabar tentang seorang wanita yang telah dibicarakannya tadi. Mirza yang sudah mendengarnya pun menjadi tersenyum, percaya akan kata-katanya.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Pada malam harinya, Yusra sedang terduduk ditempat tidurnya melamunkan tentang tuntutan dari Omahnya. Wajahnya begitu murung, bahkan saat menyantap makan malam dirumahnya pun terlihat begitu tak bersemangat. Tidak hanya itu, ia juga memikirkan apakah Mirza mencarikan lagi seorang wanita untuknya melalui salah satu teman dari Eisya. Sementara yang sudah ia ketahui jika Eisya tak mau memberikan salah satu temannya padanya.
                “Apakah aku yang harus meminta langsung pada Eisya? Sehingga Eisya tidak akan salah paham lagi seperti ini!”, bisiknya kecil masih merenungkan. Disaat dirinya masih merenungkan, Mirza menghubunginya dengan tiba-tiba namun tidak ditanggapi olehnya. Justru dirinya lebih memilih untuk tidur mengakhiri perenungannya.

Sementara ditempat lain. . . .

                Masih dimalam yang sama, Mirza mencoba mendatangi rumah Eisya demi melihat keadaannya. Dan kini ia telah sampai dirumah Eisya dengan berdiri, berdiam didepan pintu masuk rumahnya. Disaat akan menekan bel rumahnya, Mirza mendapat kesulitan karna merasa ragu antara harus menekan atau malah pergi membatalkannya. Kemudian dengan tiba-tiba ia melihat pintu rumah tersebut terbuka dan dibuka oleh Eisya sendiri.
Mirza pun menjadi terdiam kaku melihatnya. Sedangkan Eisya baru saja terpandang kepadanya. “Masih berusaha untuk mencari wanita hiburan? Sorry, temen gue pada sibuk!”, sapanya menyindir keras. Usainya mengatakan itu, Eisya berniat akan menutup pintunya kembali namun dicegah oleh Mirza. Dan seketika mereka berduapun kembali berpandangan dingin lalu berbalas kata.
“Dimana Mora?”, tanya Mirza.
“Dia membantu permasalahanmu?”, Eisya bertanya balik.
“Iya! Setidaknya dia berniat baik karna menggantikan tugasmu dariku!”, penjelasannya menyindir.
“Dia sudah menceritakan semuanya!”, Eisya mencoba menutup pembicaraan.
“Ya sudah, aku merindukanmu!”, Mirza membalas menutup pembicaraannya pula lalu berbalik pergi.
Sedangkan Eisya merasa terkejut sedikit terpaku lalu menundukkan kepalanya sambil berbisik dihatinya. “Mirza selalu memberi kejutan yang tak ku kira!”, kemudian menutup pintu rumahnya kembali. Sementara diluar rumahnya, dipintu gerbang rumahnya Mirza masih berdiam diri menunggu kedatangan Mora. Setelah beberapa saat berlalu, Mora pun datang dengan menggunakan kendaraan Taxi lalu turun dari kendaraan Taxi tersebut menghampiri dirinya.     
Disitulah mereka berdua mulai berdiskusi tentang rencana mereka untuk mencari identitas seorang wanita dan waktu yang tepat untuk mempertemukan wanita itu pada Yusra. Mirza mengaku kalau dirinya belum memberitahu tentang wanita itu pada Yusra. Dan Mora mengatakan kalau dirinya mulai mencari identitas wanita itu melalui beberapa teman-temannya yang sebagai mata-mata. Dan kemudian mereka berdua mulai mengambil kesimpulan.
Kesimpulan yang mereka ambil adalah jika rencana yang telah mereka susun akan berjalan lancar hampir tak berkendala. Hanya butuh waktu saja untuk menyempurnakannya.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Dikediamannya, tepatnya dikolam renang rumahnya terlihat Yusra sedang duduk termenung sambil memperhatikan sebuah botol yang pernah dijadikannya sebagai wadah penyimpanan pil terlarang. Disitu dirinya sedang berpikir secara berputar-putar, apakah harus mengkonsumsi kembali pil terlarang itu atau tetap bebas dari pil terlarang itu seperti sekarang ini. Dan ini adalah tahun ketiga dirinya telah terbebas dari mengkonsumsi pil terlarang itu.
                Sementara dihalaman rumahnya, tampak Eisya baru saja tiba dan berniat akan menemuinya segera. Kemudian diadapatinya kabar jika Yusra sedang bersantai dikolam renang rumahnya dari asisten rumah tersebut. Dan Eisya pun langsung beranjak pergi ketempat tersebut. lalu setibanya disana, tiba-tiba saja dirinya menjadi terkejut karena dilihatnya lagi jika Yusra sedang memegang wadah yang sudah diketahuinya sejak dulu.
                Eisya pun langsung berlari secara perlahan lalu merampas wadah itu dari genggaman tangan Yusra. Sontak Yusra menjadi begitu terkejut dengan berdiri langsung menatapnya geram.
                “Ternyata wadah ini masih kamu simpan!? Dulu kamu bilang, “Iya aku sudah membuangnya jauh-jauh!”. Tapi ini apa, Yusraaa?!”, Eisya berkata mengakiminya keras sedikit.
                “Aku hanya bernostalgia! Karna aku kecewa sama kamu! Kamu gak mau memberi salah satu teman wanitamu ke aku! Please, aku butuh banget Eisya!”, Yusra mengungkap dengan memohon pasrah.
                “No!!!! Daripada kamu meminta padaku seperti itu, mengapa tidak cari saja seorang wanita lain untuk kau nikahi? Aku mohon, sekarang bukan saatnya lagi untuk bermain-main seperti yang dulu!”, Eisya membentaknya lalu berkata memberi pengertian padanya.
                “Aku masih belum mau untuk itu! Aku masih asik dengan diriku sendiri!”, Yusra berkata menolak.
                “Terserah, aku benar-benar kecewa sama kamu! Terlebih lagi dengan sahabat nakalmu itu!”, Eisya berkata menyerah mengakhiri.
                Namun ketika akan melangkah pergi meninggalkan, Yusra menghentikannya dengan meminta wadah yang masih berada ditangannya. Eisya pun menunjukkan wadah tersebut didepan wajah Yusra, lalu membantingkannya keras kebawah hingga menjadi terpecah belah. Usainya melakukan itu, Eisya benar-benar pergi meninggalkannya sendiri dengan berlari kencang disertai rasa begitu kecewa. Sedangkan Yusra bersimpuh mengambil puing pecahan wadah tersebut.
“Mereka yang kupercaya, mereka pula yang membuyarkan kepercayaanku”, keluh Eisya sesaat berhasil berhenti dihalaman Rumah Yusra kembali.

Sementara disana. . . .

                Mora sedang bertemu dengan beberapa temannya yang ditugasinya sebagai mata-mata hanya untuk mencari identitas seorang gadis diwaktu itu. Dan Mora berhasil mendapatkan informasi tentang identitasnya, seorang gadis itu bernama Yandra Ratu dan bekerja sebagai perawat disalah-satu rumah sakit. Mora yang sudah mengetahuinya pun langsung menghubungi Mirza dan berhasil memberitahukannya.
Setelah dirinya menghubungi Mirza, dirinya berniat akan menemui seorang gadis yang sudah diketahui namanya itu seorang diri. Dengan maksud untuk lebih mengerti jika yang berbicara adalah seorang wanita bersama seorang wanita pula. Dan kini Mirza disana diruangan kantornya menjadi tenang begitu berharap setelah mendapat kabar darinya. Namun harus merahasiakannya dulu dari Yusra, seperti permintaan Mora tadi padanya untuk merahasiakannya dulu dari siapapun.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar