Sore harinya,
Mora mengajak Mirza untuk bertemu disebuah danau untuk membincangkan sesuatu.
Dan kini mereka berdua telah berdiri bersama menghadap ke air danau tersebut
saling mencerminkan wajah keduanya masing-masing di air danau yang tenang.
Kemudian Mora memulai perbincangan dengan menawarkan sesuatu kepada Mirza yang
mungkin akan membuat Mirza menjadi terkejut.
Mora mengatakan kalau dirinya akan menggantikan tugas
Eisya untuk mencari seorang wanita untuknya dan Yusra. Mendengar kata penawaran
darinya itu, Mirza mengalihkan pandangannya ke Mora dengan terkejut tak
menyangka. Mirza pun membalasnya dengan menggeleng masih terkejut, sedangkan
Mora mengangguk optimis lalu melihat padanya pula.
“Tadi, saat pagi
menjelang siang aku menemukan sosok wanita yang pas untuk menghibur kamu dan
Yusra!”, Mora membuka apa yang telah ditemuinya tadi. Namun tidak
diceritakannya jika ada Yusra yang juga bersama wanita itu.
“Aku tau, dalam
permasalahan ini kau yang lebih mengerti daripada Eisya! Dan karna itu juga,
aku akan memberitahukan kebenarannya tepatnya saat ini!”, Mirza akan membongkar
rahasianya yang belum diceritakannya pada Eisya.
Mirza
menceritakan bahwa yang lebih membutuhkan seorang wanita bukanlah dirinya,
tetapi Yusra. Ia meminta Eisya mencarikan seorang wanita dari salah satu
temannya, bertujuan agar cepat mendapatkan seorang wanita demi membebaskan
Yusra sedikit dari bebannya. Namun kesalahan darinya dalam menyampaikan membuat
hubungannya bersama Eisya menjadi kacau seperti sekarang ini. Belum sepenuhnya
Mirza memberitahukan kebenarannya, Mora langsung memotongnya.
“Yusra, beban apa
yang sedang dia hadapi? Apakah dengan kehadiran seorang wanita bebannya akan
sedikit menjadi hilang?”, Mora bertanya memakai tatapan serius padanya.
“Yusra dituntut
untuk segera menikah diwaktu dekat oleh Omahnya! Alasannya sih karna jabatannya
yang sebagai wakil direktur diperusahaan almarhum ayahnya sendiri!”, Mirza
membuka kebenarannya memakai tatapan serius namun sedikit santai.
“Jadi, kalian
berdua akan memainkan sebuah permainan untuk menipu Omah dari Yusra?”, Mora
bertanya kembali untuk lebih memastikan. Mirza mengangguk masih menatap santai.
Keadaan pun
menjadi hening seketika. Kemudian Mora berkata kembali kalau ia bersedia untuk
membantu. Dan berpesan pada Mirza untuk menunggunya mengasih kabar tentang
seorang wanita yang telah dibicarakannya tadi. Mirza yang sudah mendengarnya pun
menjadi tersenyum, percaya akan kata-katanya.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Pada malam
harinya, Yusra sedang terduduk ditempat tidurnya melamunkan tentang tuntutan
dari Omahnya. Wajahnya begitu murung, bahkan saat menyantap makan malam
dirumahnya pun terlihat begitu tak bersemangat. Tidak hanya itu, ia juga
memikirkan apakah Mirza mencarikan lagi seorang wanita untuknya melalui salah
satu teman dari Eisya. Sementara yang sudah ia ketahui jika Eisya tak mau
memberikan salah satu temannya padanya.
“Apakah aku yang
harus meminta langsung pada Eisya? Sehingga Eisya tidak akan salah paham lagi
seperti ini!”, bisiknya kecil masih merenungkan. Disaat dirinya masih
merenungkan, Mirza menghubunginya dengan tiba-tiba namun tidak ditanggapi olehnya.
Justru dirinya lebih memilih untuk tidur mengakhiri perenungannya.
Sementara ditempat lain. . . .
Masih dimalam
yang sama, Mirza mencoba mendatangi rumah Eisya demi melihat keadaannya. Dan
kini ia telah sampai dirumah Eisya dengan berdiri, berdiam didepan pintu masuk rumahnya.
Disaat akan menekan bel rumahnya, Mirza mendapat kesulitan karna merasa ragu
antara harus menekan atau malah pergi membatalkannya. Kemudian dengan tiba-tiba
ia melihat pintu rumah tersebut terbuka dan dibuka oleh Eisya sendiri.
Mirza pun menjadi terdiam kaku melihatnya. Sedangkan
Eisya baru saja terpandang kepadanya. “Masih berusaha untuk mencari wanita
hiburan? Sorry, temen gue pada sibuk!”, sapanya menyindir keras. Usainya
mengatakan itu, Eisya berniat akan menutup pintunya kembali namun dicegah oleh
Mirza. Dan seketika mereka berduapun kembali berpandangan dingin lalu berbalas
kata.
“Dimana Mora?”, tanya Mirza.
“Dia membantu permasalahanmu?”, Eisya bertanya balik.
“Iya! Setidaknya dia berniat baik karna menggantikan
tugasmu dariku!”, penjelasannya menyindir.
“Dia sudah menceritakan semuanya!”, Eisya mencoba
menutup pembicaraan.
“Ya sudah, aku merindukanmu!”, Mirza membalas menutup
pembicaraannya pula lalu berbalik pergi.
Sedangkan Eisya merasa terkejut sedikit terpaku lalu
menundukkan kepalanya sambil berbisik dihatinya. “Mirza selalu memberi kejutan
yang tak ku kira!”, kemudian menutup pintu rumahnya kembali. Sementara diluar
rumahnya, dipintu gerbang rumahnya Mirza masih berdiam diri menunggu kedatangan
Mora. Setelah beberapa saat berlalu, Mora pun datang dengan menggunakan
kendaraan Taxi lalu turun dari kendaraan Taxi tersebut menghampiri
dirinya.
Disitulah mereka berdua mulai berdiskusi tentang
rencana mereka untuk mencari identitas seorang wanita dan waktu yang tepat
untuk mempertemukan wanita itu pada Yusra. Mirza mengaku kalau dirinya belum
memberitahu tentang wanita itu pada Yusra. Dan Mora mengatakan kalau dirinya
mulai mencari identitas wanita itu melalui beberapa teman-temannya yang sebagai
mata-mata. Dan kemudian mereka berdua mulai mengambil kesimpulan.
Kesimpulan yang mereka ambil adalah jika rencana yang
telah mereka susun akan berjalan lancar hampir tak berkendala. Hanya butuh
waktu saja untuk menyempurnakannya.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Dikediamannya,
tepatnya dikolam renang rumahnya terlihat Yusra sedang duduk termenung sambil
memperhatikan sebuah botol yang pernah dijadikannya sebagai wadah penyimpanan
pil terlarang. Disitu dirinya sedang berpikir secara berputar-putar, apakah
harus mengkonsumsi kembali pil terlarang itu atau tetap bebas dari pil
terlarang itu seperti sekarang ini. Dan ini adalah tahun ketiga dirinya telah
terbebas dari mengkonsumsi pil terlarang itu.
Sementara dihalaman
rumahnya, tampak Eisya baru saja tiba dan berniat akan menemuinya segera. Kemudian
diadapatinya kabar jika Yusra sedang bersantai dikolam renang rumahnya dari
asisten rumah tersebut. Dan Eisya pun langsung beranjak pergi ketempat
tersebut. lalu setibanya disana, tiba-tiba saja dirinya menjadi terkejut karena
dilihatnya lagi jika Yusra sedang memegang wadah yang sudah diketahuinya sejak
dulu.
Eisya pun
langsung berlari secara perlahan lalu merampas wadah itu dari genggaman tangan
Yusra. Sontak Yusra menjadi begitu terkejut dengan berdiri langsung menatapnya
geram.
“Ternyata wadah
ini masih kamu simpan!? Dulu kamu bilang, “Iya aku sudah membuangnya
jauh-jauh!”. Tapi ini apa, Yusraaa?!”, Eisya berkata mengakiminya keras
sedikit.
“Aku hanya
bernostalgia! Karna aku kecewa sama kamu! Kamu gak mau memberi salah satu teman
wanitamu ke aku! Please, aku butuh banget Eisya!”, Yusra mengungkap dengan
memohon pasrah.
“No!!!! Daripada
kamu meminta padaku seperti itu, mengapa tidak cari saja seorang wanita lain
untuk kau nikahi? Aku mohon, sekarang bukan saatnya lagi untuk bermain-main
seperti yang dulu!”, Eisya membentaknya lalu berkata memberi pengertian
padanya.
“Aku masih belum
mau untuk itu! Aku masih asik dengan diriku sendiri!”, Yusra berkata menolak.
“Terserah, aku
benar-benar kecewa sama kamu! Terlebih lagi dengan sahabat nakalmu itu!”, Eisya
berkata menyerah mengakhiri.
Namun ketika akan
melangkah pergi meninggalkan, Yusra menghentikannya dengan meminta wadah yang
masih berada ditangannya. Eisya pun menunjukkan wadah tersebut didepan wajah
Yusra, lalu membantingkannya keras kebawah hingga menjadi terpecah belah.
Usainya melakukan itu, Eisya benar-benar pergi meninggalkannya sendiri dengan
berlari kencang disertai rasa begitu kecewa. Sedangkan Yusra bersimpuh
mengambil puing pecahan wadah tersebut.
“Mereka yang kupercaya, mereka pula yang membuyarkan
kepercayaanku”, keluh Eisya sesaat berhasil berhenti dihalaman Rumah Yusra
kembali.
Sementara disana. . . .
Mora sedang
bertemu dengan beberapa temannya yang ditugasinya sebagai mata-mata hanya untuk
mencari identitas seorang gadis diwaktu itu. Dan Mora berhasil mendapatkan
informasi tentang identitasnya, seorang gadis itu bernama Yandra Ratu dan
bekerja sebagai perawat disalah-satu rumah sakit. Mora yang sudah mengetahuinya
pun langsung menghubungi Mirza dan berhasil memberitahukannya.
Setelah dirinya menghubungi Mirza, dirinya berniat
akan menemui seorang gadis yang sudah diketahui namanya itu seorang diri.
Dengan maksud untuk lebih mengerti jika yang berbicara adalah seorang wanita
bersama seorang wanita pula. Dan kini Mirza disana diruangan kantornya menjadi
tenang begitu berharap setelah mendapat kabar darinya. Namun harus
merahasiakannya dulu dari Yusra, seperti permintaan Mora tadi padanya untuk
merahasiakannya dulu dari siapapun.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar