Pada malam harinya,
Yandra dan Yusra menikmati makan malam bersama dirumah. Dan itu karna jadwal
kepulangan Yusra satu jam lebih awal dibanding pada hari-hari sebelumnya.
Disaat keduanya masih menikmati makan malam dengan duduk bersebelahan dimeja
makan. Yandra berniat akan mengajaknya bicara memakai sedikit kekonyolan. “Kamu
tau, orang yang berpose seperti apa? Yang bisa membuat, orang yang bersamanya
menjadi envy?”, tanya Yandra melihat padanya.
Yusra yang masih mengunyah menyempatkan dirinya untuk
melihat padanya, lalu menggeleng tak bersuara. “Dia adalah orang yang
berposesif, seperti kamu!”, jawaban Yandra mematikan Yusra tak bisa membalas
kata. Yusra pun menyudahi makan malamnya dengan beranjak dari meja makannya,
dan Yandra juga menyudahi makan malamnya akan mengejar Yusra perlahan. Dan ketika
Yusra baru akan menaiki anak tangga yang ketika dari atas, Yandra menyuruhnya
untuk berhenti sejenak.
Yusra yang mendengarnya pun menjadi berhenti seketika
lalu melihat Yandra disamping belakang dirinya. Dan mereka akan saling
berbicara dengan masih berdiri ditangga tersebut.
“Apa alasanmu mengantarku pulang secara tiba-tiba?”,
tanya Yandra melihat dingin.
“Alasanku adalah, aku tidak mau Qiera mengetahui jika
wanita yang sedang menari dipanggung, adalah istriku!”, buka penjelasan Yusra
sedikit. Melihat biasa.
“Oh, jadi wanita yang sudah bersamamu dalam dua acara
sekaligus itu adalah Qiera? Pantas saja kamu menjaga perasaannya!”, balas
Yandra tegas semakin melihat dingin.
“Iya, aku wajib untuk menjaga perasaan dia, juga
dengan pandangan dia terhadap seorang Nyonya dari Tuan Yusra!”, Yusra semakin
menjelaskannya. Mulai memakai tatapan tegas.
“LaaaLuuuu!”, balas Yandra memancingnya untuk lebih
menjelaskan. Memakai tatapan santai sedikit mengejeknya.
“Aku tidak ingin Qiera mengetahui kehadiranmu
ditempat yang sama! Sementara yang sudah aku katakan, jika kamu tidak akan
pergi kefestival itu! Untung saja dia belum mengetahui wajahmu, adalah wajah
dari istriku! Dan disana cukuplah dia mengenali wajahmu yang sebagai penari
dipanggung itu!”, penjelasan Yusra panjang lebar dengan melihat kearah lain.
“Berniat saja dalam hatimu sekarang, kalau kau akan
menikahinya setelah permainan dalam pernikahan kita telah usai!”, kata terakhir
Yandra membuat Yusra amat kaget hinggamelihat padanya kembali.
Sedangkan Yandra beranjak pergi meninggalkannya dengan
dendam ditatapannya. Yusra masih melihat padanya kemudian beranjak pergi
memasuki kamarnya sendiri. Dan disana, Mirza sedang makan malam bersama Eisya
direstaurant ternama. Mereka berdua merayakan kebersamaan mereka kembali,
dengan kerbersamaan yang baru yaitu kebersamaan sudah menjadi sepasang kekasih.
Kemudian Mirza memberitahukan Eisya kalau Yandra
adalah adik kandungnya yang telah lama hilang dibawa oleh almarhum ibu
kandungnya. Lalu Mirza meminta Eisya untuk merahasiakannya dulu dari siapapun.
Cukup hanya dirinya, Yandra, dan Eisya saja yang mengetahui. Usainya Mirza
memberitahukan itu padanya, mereka saling bersuap-suapan semakin mesra
seolah-olah dunia kini hanya milik mereka berdua.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Esok harinya,
Yandra sedang bermain-main dihalaman depan rumahnya bersama Mora. Mereka berdua
sedang bermain tebak-tebakan juga ramalan. Dan kemudian mereka akan melakukan
permainan tanya jawab yang harus dipenuhi dengan kenyataan. Dan kinipun mereka
baru akan memulainya dengan Mora yang akan melakukan tanya, sedangkan Yandra
hanya akan menjawabnya sesuai dengan kenyataan. Mereka melakukan permainan
tersebut dengan duduk bersama dilesehan halaman.
“Apa yang kamu
perhatikan, ketika melihat lawan jenis habis main air atau habis basah-basahan
terkena air hujan?”, tanya Mora melihat biasa.
“Yang pasti didaerah wajahnya!”, jawab Yandra memakai
canda.
“Apa yang pertama kamu katakana padanya?”, tanya Mora
ingin mengetahui.
“Cool!”, jawab Yandra masih memakai canda.
“Hanya itu saja?”, tanya Mora ingin mengetahui lebih
lagi. Yandra mengangguk dengan tertawa kecil. “Lalu, pertama yang kamu sentuh
dari daerah wajahnya….?”, belum sempurna Mora menanyakannya lagi Yandra
langsung memotongnya.
“Iya, aku langsung mencium bibir….?”, jawabnya
langsung dengan memotong lalu berhenti ketika baru menyadari jawaban dirinya.
Sedangkan Mora menjadi terkejut terlebih lagi melihat
bibir Yandra yang membentuk huruf “U”. kemudian Mora berbisik, “Yusra?”,
kepadanya. Dan Yandra membunyikan suaranya, “Sssssttt!!!”, menyuruhnya untuk
tidak menyebut nama Yusra agar tidak ada yang mendengarnya. Dan lalu Mora
menanyakan apakah Yusra yang digantinya dengan sebutan “Dia”, memberikan ciuman
balik padanya? Yandra menggeleng dengan mengatakan kalau dirinya tidak
mengizinkan “Dia” untuk mencium balik.
Mora pun langsung menepuk jidatnya sendiri setelah
mendengar jawaban darinya. Dan mereka akan menyambung kembali percakapan yang
tadi.
“Apa yang kamu lakukan? Kamu berani mencium bibir “Dia”!
Tapi kamu tidak memperbolehkan “Dia” untuk mencium bibirmu balik!”,keluh tanya
Mora bernada pelan melihat kaget.
“Aku hanya iseng, itu saja yang aku katakan ke
“Dia”!”, jawab Yandra berbahasa santai.
“Sebelumnya, “Dia” pasti berkomentar karna sikapmu
yang mau puas sendiri!”, Mora berkata memancingnya untuk bercerita lebih
lanjut.
Yandra pun mengangguk dan menngatakan kembali apa
yang telah dikatakan oleh Yusra kepadanya, “Oh yah, kau telah mengizinkan
dirimu untuk mencium tanganku! Tetapi kau tidak mengizinkan diriku untuk
mencium dirimu, sebagai balasan balik dariku!”. Lalu disambungnya saat dirinya
menggoda Yusra dengan mengatakannya kembali, “Lebih horor yang mana, aku
memintamu untuk menciumku atau kau melepaskan tanganmu dari menjewer kedua
telingaku?”.
Dan terakhir disambungnya dengan kata Yusra yang
mengancamnya seacra halus, “Ada saatnya kau akan menjadi terdiam, ketika
bibirku dengan cuma-cuma mengemut bibirmu!”, dengan mengatakannya kembali
kepada Mora. Usainya Yandra mengatakan kembali dengan kata yang demikian, Mora
menepukkan tangannya. “Cukup! Kalian berdua sungguh aneh!”, kata Mora
mengeluhkan setelah mendengar ceritanya padanya.
Kemudian Yandra mengajak Mora masuk kedalam rumah,
untuk makan siang bersama. Dan mereka berduapun kini beranjak bersama menuju
kedalam rumah masih dengan keceriaan masing-masing.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Malam harinya,
Yusra menyempatkan dirinya untuk mengunjungi BAR tempat biasanya berkunjung
jika merasa malas untuk pulang kerumah lebih cepat. Didalam BAR tersebut ia
duduk seorang diri dengan memesan minuman sedikit alkohol, minuman yang sudah
menjadi langganannya. Namun pada malam ini, tanpa disengaja olehnya jika
dirinya telah menghabiskan lima gelas minuman sedikit alcohol yang selalu
meminta lagi kepada pelayan, setelah diketahuinya jika minumannya habis.
Dan mulai
menyadari jika kepalanya sudah terasa sedikit pusing lalu beranjak ke kasir
didalam BAR tersebut untuk membayar minuman alkoholnya. Kemudian beranjak
keluar untuk pulang mengendarai mobilnya.
Setibanya dirumah. . . .
Yusra pun kini
sudah tiba dirumahnya, dengan keluar dari mobilnya berjalan melayang-layang
sedikit karna sudah setengah mabuk. Yandra yang tak sengaja melihat Yusra
sedang menaiki anak tangga dan kadang seperti akan jatuh dari dapurnya,
langsung berlari menghampirinya berniat akan membantunya. Dan kini Yandra telah
menuntun Yusra menaiki anak tangga menuju kekamar Yusra. Setibanya dikamar
Yusra, mendadak Yusra menjadi muntah ketika sudah duduk ditempat tidurnya.
Dengan terkejut Yandra pun berteriak memanggil
asisten rumah Yusra untuk membantunya, sedangkan Yusra yang mulai gelisah karna
mabuknya dibaringkan oleh Yandra perlahan ditempat tidurnya. “Tenang Yusra!”,
katanya berbisik menahan Yusra agar tidak terjatuh dari tempat tidur. Dan
kemudian asisten rumah Yusra datang dengan membersihkan muntahnya yang
tertumpah didekat tempat tidurnya. Usainya membersihkan asisten rumah Yusra pun
pergi sembari menutup pintu kamar.
Sementara Yandra masih bersama Yusra, ia berusaha
melepaskan jas yang masih dikenakan Yusra karna ada noda dari muntahnya. Disaat
akan melepaskan jasnya dilengan kiri Yusra, tiba-tiba saja Yusra menadadak akan
terjatuh dari tempat tidurnya dan secara spontan Yandra langsung mendekapnya
sembari menahannya agar tidak terjatuh. Dan selanjutnya yang terjadi pada
mereka berdua saling terguling ditempat tidur sebanyak tiga kali, saling
mendekap satu sama lain.
Kini posisi tubuh Yandra telah terbaring ditempat
tidur Yusra, dan tubuh Yusra berada diatas tubuhnya, masih saling mendekap
disertai saling bertatapan diam. Kemudian Yusra beralih membelai wajah Yandra
menggunakan kedua tangannya. Sedangkan Yandra masih menatapnya diam mulai
merasa deg-deg-an memikirkan entah apa yang akan dilakukan Yusra kepadanya
dalam kondisinya yang masih setengah mabuk itu.
Dan kemudian dengan tiba-tiba Yusra mencium bibirnya
saat masih membelai wajahnya, Yandra yang juga merasakan ciuman darinya pun
berusaha memberontak dengan memukul-mukul kecil tubuh Yusra mengisyaratkan
untuk melepaskan ciuman serta belaian darinya. Namun tenaga Yusra sangat kuat
daripada dirinya, dan pada akhirnya Yandra menyerah memasrahkan tubunya
dinikmati Yusra tanpa melakukan pemberontakan lagi.
Dan Yandra terpaksa melayani Yusra yang semakin
mencumbunya, dan mulai menjerit kecil ketika Yusra baru saja merampas keperawanan
dirinya usainya Yusra melucuti busana keduanya. Sedangkan Yusra menyambung
dengan menjerit nakal menikmatinya. Lalu Yandra mulai meneteskan airmatanya
karna menahan rasa sakit pada fisiknya, juga diingatnya pada janji diatas
matrai yang harus bisa menjaga harga diri masing-masing.
Dan selanjutnya mereka berdua menghabiskan malam
dengan bercinta secara cuma-cuma. Sebab Yusra mencumbunya masih dalam keadaan
mabuk, itulah yang masih ada dipikiran Yandra.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar