Pagi harinya,
sekitar pukul lima pagi Yusra mengantarkan kakak kandungnya, Yuska kebandara
untuk kembali keluar negeri demi mengurusi pekerjaannya. Saat ketika mereka
berdua akan berpisah kembali, mereka menyempatkan untuk saling berpelukan
merasakan kasih sayang antara saudara kandung. Lalu Yuska berkata masih dalam
pelukan keduanya, “Jadikan istrimu seperti sahabatmu! Jika kamu setia, maka
diapun akan setia menemanimu!”.
Sedangkan Yusra
mulai melepaskan pelukannya sambil berkata, “Bawa mereka semua kembali kakak,
aku sangat membutuhkan kasih sayang dari mereka! Meskipun papah tak bisa lagi
kakak bawa pulang untukku!”. Katanya mengharukan sehingga membuat Yuska begitu
tersentuh haru. Namun kini tiba saatnya Yuska untuk pergi karna tigapuluh menit
lagi pesawat yang ditumpanginya akan segera lepas landas. Dan Yuska pun
terpaksa beranjak pergi meninggalkan Yusra meskipun ada rasa tidak tega.
Beberapa saat kemudian. . . .
Kini Yusra dan Yandra sedang makan bersama diruang
makan didekat ruang dapur memasak. Disaat sama-sama menikmati sarapan pagi,
Yusra memberi arahan kalau pada setiap paginya harus bisa sarapan pagi bersama
pada pukul setengah tuju pagi. Sementara makan siang, sore dan malam bebas
karna Yusra jam pulang kantornya sering berubah pada setiap harinya. Yandra pun
mengerti atas arahannya tadi, dan kini Yusra meminum susu untuk segera pergi
kekantornya.
Sebab jika dirinya
tidak meminum susu pada sarapan penutupnya, maka ia akan merasa cepat lemas tak
bersemangat. Yandra yang melihatnya sudah menghabiskan susu itupun memberinya
senyuman mempersilahkannya pergi kekantornya. Sedangkan Yusra terlihat cuek
melihatnya juga melalukannya dan pergi meninggalkan ruang makan tersebut.
kemudian Yandra akan mengajak asisten rumah tangganya berbicara sedikit yang
sedang membereskan makanannya.
“Bibi, Tuan Yusra
memang cuek yah orangnya? Karna, aku baru merasakan itu saat aku tinggal disini
bersamanya!”, tanya Yandra menatap bertanya-tanya.
“Iya, Tuan Yusra
memang cuek! Itu karna dia merasa kurang kasih sayang dari keluarganya!”, jawab
asisten rumah itu dengan melihat ke Yandra masih membereskan makanannya.
“Omah, mamah,
keluarganya, apa mereka tidak pernah pulang kerumah ini?”, tanya Yandra sekali
lagi ingin mengetahui lebih jelasnya.
“Sangat jarang!
Hanya pada hari besar saja Yusra berkumpul sama keluarganya! Dari kakak iparnya
hingga keponakannya pun ada disini! Tapi setelah hari besar itu, ya seperti ini
lagi keadaan rumahnya!”, asisten rumah itu mulai menjelaskan.
“Eeeemb, mungkin
karna itu omah menyuruh Yusra untuk segera menikah! Yaaaa, biar gak kesepian
gitu! Ternyata omah lebih ngerti akan perasaan cucunya itu! Meskipun, Yusra
awalnya pernah menolak dengan pernikahan ini!”, Yandra mengungkap isi dalam
pemikirannya.
“Oyah, Tuan Yusra
tidak pernah menunjukkan teman wanitanya yang sebagai pacarnya! Dan awalnya
bibi sangat heran mengapa Tuan Yusra bisa mengambil keputusan untuk menikah
secara tiba-tiba! Mungkin Tuan Yusra sangat mencintai kamu, makanya dia bisa
percaya sama kamu!”, asisten rumah itu mengungkap isi dalam pemikirannya pula.
Yandra menjadi
sedikit kaget akan perkataan darinya, sedangkan asisten rumah tangga itu pergi
dengan membawa peralatan makanan yang kotor bekas dari keduanya. Kemudian
menjadi termenung sesaat melihat kebawah mengingat akad nikahnya pada hari
kemarin. “Kalau saja bibi sudah mengetahui yang sebenarnya, maka bibi tidak
akan berkata seperti tadi!”, katanya dengan berbisik dihatinya usainya
termenung sesaat.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Beberapa
hari kemudian. . . .
Satu hari
menjelang hari resepsi pernikahannya, Yusra dikejutkan dengan kedatangan
keluarganya yang baru saja memasuki rumahnya berjalan sembari menghampirinya.
Semakin mengetahui itu, Yusra pun berdiri dari duduknya diruang tamu berjalan
menghampiri mereka keluarganya lalu berhenti seketika. Dilihatnya ada sosok Omah,
mamah, kakak kandung beserta istri dan anaknya. Kemudian mereka saling berhenti
berdiri secara berhadapan.
Yusra masih
memandangi keluarganya itu, begitupula dengan mereka keluarganya terhadapnya.
Dan keheningan pun terjadi beberapa saat namun Omah menghentikan keheningan itu
dengan akan berkata sesuatu kepada Yusra.
“Alasanmu menolak
perjodohan yang dilakukan oleh Yuska, karna kamu telah memilih seorang wanita
lain bukan?”, Omah menanyakannya. Yusra masih melihatnya sedikit terkejut.
“Siapa gadis itu
nak? Bisakah mamah bertemu dengannya sekarang?!”, sambung mama kandungnya
menatap ingin mengetahuinya segera. Yusra berpaling melihat kepadanya mulai
merasa bingung.
“Dia adalah
seorang gadis yang cantik, polos dan apa adanya! Sangat cocok untuk menjadi
teman Yusra dalam menjalani hari-harinya!”, sambung Yuska menceritakan
ciri-cirinya melihat ke Yusra. Yusra pun mulai tersenyum segan kepada kakaknya
itu.
Lalu pandangan
keluarganya itu tertuju pada sebuah tangga dibalik dirinya. Mereka semua
melihat Yandra yang sudah dari tadi berdiam mendengarkan percakapan mereka.
Sementara Yusra baru mengetahui lalu menolehkan kepalanya melihat ke Yandra
juga. Melihatnya yang masih diam berdiri didekat tangga itu, Yusra mengulurkan
tangan kirinya memintanya untuk segera pergi kepada dirinya sendiri. Dengan
maksud jika Yandra akan menggapai tangan kirinya itu.
Yandra pun mulai
mengerti apa yang telah ditunjukkan Yusra padanya, dan kini berjalan perlahan
akan menghampiri mereka. Dan kini pun Yandra telah sampai dengan menggapai
tangan kiri Yusra lalu memegangya. Sedangkan Yusra yang sudah mengetahui itu
menolehkan lagi kepalanya melihat ke omah begitupula dengan Yandra. Kemudian
Yusra menjelaskan kalau besok adalah hari resepsi pernikahannya.
Lalu dirinya
berpamitan untuk pergi menginap kesebuah hotel dekat dengan tempat pesta
resepsi pernikahannya yang bertema, “Wedding Garden”. Keluarganya yang telah
mendengar kata pamitnya itu, mulai menerimanya dan membiarkan Yusra membawa
Yandra keluar dari rumah untuk segera pergi kesebuah hotel tanpa lebih
memperkenalkan Yandra dulu kepada keluarganya itu. Hal itu dilakukannya karna
merasa dendam tentang perjodohan yang sempat diungkit lagi oleh Omahnya.
Sebenarnya pada
sebelum kedatangan mereka, Yusra dan Yandra sudah bersiap-siap untuk pergi
kesebuah hotel didekat tempat pernikahannya. Dan alasan yang tersembunyi ialah
bahwa Yusra tidak ingin menunjukkan Yandra pada Omahnya lebih lama sebelum hari
resepsi dilakukan. Sementara Yandra yang masih belum mengetahui alasannya yang
sebenarnya itu, merasa biasa saja seolah-olah tidak ada yang aneh mengapa Yusra
bersikap yang sedemikian. Mereka memakai kamar hotel yang berbeda.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Pada malam
harinya, Omah berniat akan menanyakan sesuatu kepada Yuska karna merasa ada
sesuatu terhadap sikap Yusra pada siang menjelang sore tadi. Dan kini Omah
telah berada disamping Yuska tepatnya diruang kerja, menunggu Yuska yang masih
mengoreksi file pekerjaannya. Dan kinipun Yuska berdiri dengan menghadap ke Omah
akan mendengarkan.
“Seperti yang
kamu lihat tadi saat hari masih siang namun sudah menjelang sore, Yusra telah
bersikap tidak sopan pada Omah, mamah, dan juga dengan istri beserta anak
kembarmu! Apa kamu mengetahui alasan darinya yang telah bersikap tidak sopan
seperti itu?”, Omah langsung menanyakannya mengungkap isi dalam pikirannya.
“Aku juga tidak
mengetahui, Omah! Bagiku, dia tiba-tiba bersikap seperti itu mungkin, karna
memang dia sedang terburu-buru!”, jawab Yuska menjelaskannya.
“Katamu
terburu-buru??? OMG, kata anak muda seperti itu! Maksud Omah, kalau saja dia
berpikir maka dia akan lebih mengenalkan istrinya itu pada kami semua! Jangan
karna kau telah ada disini sebelum kami, dia menjadi seenaknya seolah-olah
menyuruh kami semua untuk mengenal istrinya lewat dirimu, Yuska!”, balas Omah
dengan amat tegas menajamkan tatapannya kepadanya.
Yuska yang sudah
mendengarnya pun menjadi tertuduk melihat kebawah tak bisa berbalas kata lagi.
Sedangkan Omah langsung beranjak pergi setelah mengatakan yang demikian.
Sementara ditempat lain. . . .
Dihotel tempat
Yusra dan Yandra berkunjung serta menginap, terlihat mereka sedang makan malam
bersama diballroom hotel tersebut. Yandra memakai pakaian long dress berwarna
merah muda, dan Yusra memakai kemeja berwarna merah muda dengan dasi serta
jasnya berwarna hitam. Begitupula dengan celana panjangnya juga sepatunya
berwarna hitam yang telah dikenakannya. Mereka berdua kini sedang menikmati
makanan stik daging sapi dengan makanan pendamping, sushi salmon.
Dua jenis makanan
yang tengah mereka santap sungguh merupakan dua jenis makanan sangat lezat.
Masih ditengah asiknya keduanya menikmati dua jenis makanan tersebut, Yandra
mulai akan mengajak bicara Yusra yang masih mengunyah.
“Yusra, kenapa
kamu seperti menghindar dari keluarga kamu? Bukannya kamu sangat membutuhkan
mereka sekarang!”, tanyanya secara tiba-tiba membuat Yusra menjadi terhenti
dari makannya. Yandra yang melihatnya pun mulai merasa was-was. “Aku merasa
dendam karna Omah sudah berani mencoba menjodohkanku dengan pilihannya!”, Yusra
menjawabnya dengan melihat ke Yandra biasa. Sedangkan Yandra langsung
memalingkan wajahnya melihat kemakanannya, segan.
Setelah beberapa
menit memalingkan wajahnya dari Yusra, Yandra melihat lagi ke Yusra. Lalu
dilihatnya Yusra sedang memainkan garpunya keatas sambil melihat dirinya. Yandra
pun mulai berpikir kalau Yusra sedikit emosi karna pertanyaan darinya tadi lalu
berkata, “maaf”, melihat cemas. Sedangkan Yusra menunjukkan garpu yang masih
dipegangnya kewajah Yandra, sehingga membuat Yandra melihat semakin cemas.
“Kau jangan lagi
mempertanyakan apapun padaku sekarang! Kalau tidak garpu ini akan
mencabik-cabik makananku dan aku tidak akan memakannya!”, kata Yusra sedikit
menakutkannya diawal perkataannya. Dan Yusra kini kembali kedalam keadaannya
yang semula. Sementara Yandra yang merasa cemas, takut, bingung namun berujung
kelegaan. Dan kini Yandra kembali menikmati makanannya.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar