Sementara disana,
Eisya telah menyelesaikan pekerjaannya dikantornya. Kemudian ia pergi keruangan
kerja Mora akan memberitahukan sesuatu. Mora yang mengetahui kedatangannya dari
pintu ruangan kerjanya pun menjadi berhenti sejenak dalam mengerjakan tugasnya
dengan melihat menanti Eisya yang masih berjalan menghampiri. Dan kini Eisya
pun telah duduk didepan meja kerjanya.
“Gue keruangan
lo, cuma buat bilang kalo gue mau pergi kekantornya Mirza!”, katanya terbuka
menatap semangat.
“Dengan alasan
apa lo kesana?”, Mora menanyakan alasan darinya menatap biasa.
“Gue rada, rada
kangen sama dia aja gitu! Sekaligus, gue mau nikmatin waktu luang gue sama
dia!”, katanya gugup sambil tersenyum malu.
“Udah buat janji
sama Mirza?”, tanya kembali Mora memastikannya. Eisya mulai merasa bingung.
“Ada sih, gue
whatsapp dia tapi belum dibales! Kalo soal terkirim sama dibaca sih, kayanya
udaj!”, Eisya terbuka berbahasa bingung namun tetap ceria.
Dan kemudian Mora
menyuruh Eisya untuk segera pergi sebelum jam sibuk dari Mirza dimulai. Dan mungkin
saja Mirza belum sempat membalas whatsapp dari Eisya karna sedang sibuk
sedikit, pikir Mora. Sedangkan Eisya mulai berpamitan dengannya lalu bergegas
pergi dengan penuh semangat disertai dengan khayalan yang indah.
Dan setibanya disana, Eisya wajahnya begitu
berseri-seri saat ketika memasuki pintu lobby dikantor tempat Mirza telah
bekerja. Namun ketika tiba diruang kerja
Mirza, saat dirinya baru saja membuka pintunya sedikit dilihatnya jika Mirza
sedang bersama Yandra duduk berdampingan sangat dekat. Didengarnya jika mereka
berdua sedang membahas pekerjaan namun dirinya tidak bisa bersikap profesional
kepada keduanya.
Dan dirinya pun memutuskan untuk menutup pintu ruang
kerja Mirza kembali tanpa memberitahukan kedatangannya kepada mereka berdua
terutama pada Mirza. Sementara Mirza didalam ruang kerjanya masih bersama
Yandra terpandang kearah pintu ruangan kerjanya, lalu mulai merasakan jika
telah ada seseorang yang telah membuka pintu ruang kerjanya secara diam-diam.
Kemudian jantungnya berdegug sedikit kencang dan bathinnya berteriakkan nama
Eisya.
Setelah merasakan yang demikian, ia pun mulai
tersadar kalau Eisya mengirim pesan melalui whatsapp akan menemui dirinya.
Namun ketika dicek, sudah duapuluh lima menit pesan itu terkirim namun Eisya
tak kunjung menemuinya. Pikiran tidak mengenakan pun mulai menerpa dirinya,
namun ia harus bertahan karna pembahasan pekerjaannya bersama Yandra belum
usai. Dan setelah beberapa saat kemudian, pembahasan pekerjaan yang
dilakukannya bersama Yandra pun telah usai.
Waktu kini menunjukkan pukul sebelas siang, dan Mirza
berdiri dari duduknya beralih tuk berdiam dengan berdiri pula didepan
jendelanya. Ia sedang menikmati pemandangan pepohonan yang hijau sambil menanti
kedatangan Eisya yang tak kunjung datang menemuinya. Namun dirinya masih enggan
sedikit gengsi untuk membalas whatsapp dari Eisya, meskipun pada dasarnya ingin
sekali menanyakan kabar darinya.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Disore harinya,
Yusra dan Yandra pulang lebih awal karna sudah tidak ada lagi pekerjaan yang
harus menggunakan tenaga keduanya. Setibanya memasuki kedalam rumah, keduanya
disambut dengan asisten rumahnya yang berkata jika Omah menunggu mereka berdua ditaman
samping. Tanpa lebih dulu menanyakan mereka berduapun langsung beralih beranjak
ketaman samping. Dan kini mereka berdua telah berdiri bersama dihadapan omah
yang berdiri pula membelakangi keduanya.
Kemudian Omah
membalikkan tubuhnya menghadap kemereka berdua, menatap biasa namun menegaskan.
“Besok, omah harus pulang karna ada client ingin bertemu menginvestasikan
sedikit sahamnya pada perusahaan kita disana!”, Omah langsung berbicara
alasannya mengajak keduanya untuk berbicara. Yusra yang mendengarnya pun
melirikkan kedua matanya kebawah lalu melihat padanya kembali, melihat biasa
namun menahan rasa kagetnya.
“Tidak bisakah Omah
serta keluarga untuk tinggal disini lebih lama lagi?”, sambung Yandra dengan
tiba-tiba menatap memohon. Omah melihat padanya sedikit angkuh karna terkejut
akan permintaannya. “Sebab, Yusra sebenarnya menginginkan dari apa yang aku
katakan barusan Omah! Meskipun dirinya bersikap angkuh tapi tetap saja dia
membutuhkan Omah serta keluarga tetap tinggal disini!”, sambungnya lagi menggetarkan
Yusra yang baru saja melihat kepadanya.
“Omong
kosong!!!”, Yusra membalas tegas masih melihat padanya. Yandra yang
mendengarnya pun menoleh kepadanya menatap kaget. Lalu mereka berdua saling
berpandangan tidak mengenakan, kemudian Yusra memecahkan pandangan itu dengan
berbicara kembali berpaling melihat ke Omah.
“Apa yang dikatakannya tadi sangatlah tidak benar Omah!
Karna Yusra, tidak bisa melarang siapapun untuk datang dan pergi kembali dari
rumah ini! Bukankah pekerjaan lebih penting!?”, katanya berpura-pura menerima
namun pada ujungnya menyindir sedikit.
“Benar yang dikatakan oleh cucuku, Yandra! Pekerjaan
lebih penting dan nomor satu!”, balas Omah membenarkan perkataan Yusra dengan
melihat ke Yandra. Lalu beranjak pergi meninggalkan keduanya, dan keduanya pun
berbalik arah melihat kepergiannya.
Kemudian dengan jahilnya Yandra menginjak kaki
sebelah kiri Yusra keras karna kekesalannya terhadapnya yang masih saja
berbohong. Yusra yang merasakan pijakkannya pun melihat padanya dan mereka akan
bertengkar kecil. “Kamu bodoh! Kamu udah gede jangan ngumpet terus dong!”,
bentak kecil Yandra melihat geram padanya.
“Aku memang bodoh tapi aku lebih mengetahui daripada
kamu!”, balas Yusra menatap kesal.
“Hey!!!! Aku udah bagus-bagus untuk menyatukan kamu dengan
keluarga kamu, dengan meminta mereka untuk tinggal disini lebih lama lagi!”,
balas Yandra semakin menggeramkannya.
“Percuma! Karna sekeras apapun kamu berusaha mereka
tidak akan pernah mendengarkannya! Karna bagi mereka, kerja, kerja, dan terus bekerja!
Sehingga mereka semua tega melupakan keberadaanku disini yang hanya seorang
diri! Dan mulai sekarang, anggap saja aku anak yatim piatu yang mempunyai teman
berupa harta saja! Walaupun aku gak bahagia dengan harta yang kupunya!”, balas
Yusra kembali menjelaskannya hingga membuat Yandra menjadi terdiam seketika.
Dan kemudian Yusra menarik tangan kanan Yandra keras
membawanya pergi menaiki tangga. Namun ketika sudah tiba dilantai atas Yusra melepaskan
pegangannya dan mereka memasuki kamar masing-masing. Omah yang tidak sengaja
melihat keduanya pun mulai merasa bingung namun masih berpikir positif.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar