Rabu, 20 Januari 2016

Badung Location. . . . #16



                Sementara disana, Eisya telah menyelesaikan pekerjaannya dikantornya. Kemudian ia pergi keruangan kerja Mora akan memberitahukan sesuatu. Mora yang mengetahui kedatangannya dari pintu ruangan kerjanya pun menjadi berhenti sejenak dalam mengerjakan tugasnya dengan melihat menanti Eisya yang masih berjalan menghampiri. Dan kini Eisya pun telah duduk didepan meja kerjanya.
                “Gue keruangan lo, cuma buat bilang kalo gue mau pergi kekantornya Mirza!”, katanya terbuka menatap semangat.
                “Dengan alasan apa lo kesana?”, Mora menanyakan alasan darinya menatap biasa.
                “Gue rada, rada kangen sama dia aja gitu! Sekaligus, gue mau nikmatin waktu luang gue sama dia!”, katanya gugup sambil tersenyum malu.
                “Udah buat janji sama Mirza?”, tanya kembali Mora memastikannya. Eisya mulai merasa bingung.
                “Ada sih, gue whatsapp dia tapi belum dibales! Kalo soal terkirim sama dibaca sih, kayanya udaj!”, Eisya terbuka berbahasa bingung namun tetap ceria.
                Dan kemudian Mora menyuruh Eisya untuk segera pergi sebelum jam sibuk dari Mirza dimulai. Dan mungkin saja Mirza belum sempat membalas whatsapp dari Eisya karna sedang sibuk sedikit, pikir Mora. Sedangkan Eisya mulai berpamitan dengannya lalu bergegas pergi dengan penuh semangat disertai dengan khayalan yang indah.
Dan setibanya disana, Eisya wajahnya begitu berseri-seri saat ketika memasuki pintu lobby dikantor tempat Mirza telah bekerja.  Namun ketika tiba diruang kerja Mirza, saat dirinya baru saja membuka pintunya sedikit dilihatnya jika Mirza sedang bersama Yandra duduk berdampingan sangat dekat. Didengarnya jika mereka berdua sedang membahas pekerjaan namun dirinya tidak bisa bersikap profesional kepada keduanya.
Dan dirinya pun memutuskan untuk menutup pintu ruang kerja Mirza kembali tanpa memberitahukan kedatangannya kepada mereka berdua terutama pada Mirza. Sementara Mirza didalam ruang kerjanya masih bersama Yandra terpandang kearah pintu ruangan kerjanya, lalu mulai merasakan jika telah ada seseorang yang telah membuka pintu ruang kerjanya secara diam-diam. Kemudian jantungnya berdegug sedikit kencang dan bathinnya berteriakkan nama Eisya.
Setelah merasakan yang demikian, ia pun mulai tersadar kalau Eisya mengirim pesan melalui whatsapp akan menemui dirinya. Namun ketika dicek, sudah duapuluh lima menit pesan itu terkirim namun Eisya tak kunjung menemuinya. Pikiran tidak mengenakan pun mulai menerpa dirinya, namun ia harus bertahan karna pembahasan pekerjaannya bersama Yandra belum usai. Dan setelah beberapa saat kemudian, pembahasan pekerjaan yang dilakukannya bersama Yandra pun telah usai.
Waktu kini menunjukkan pukul sebelas siang, dan Mirza berdiri dari duduknya beralih tuk berdiam dengan berdiri pula didepan jendelanya. Ia sedang menikmati pemandangan pepohonan yang hijau sambil menanti kedatangan Eisya yang tak kunjung datang menemuinya. Namun dirinya masih enggan sedikit gengsi untuk membalas whatsapp dari Eisya, meskipun pada dasarnya ingin sekali menanyakan kabar darinya.   

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Disore harinya, Yusra dan Yandra pulang lebih awal karna sudah tidak ada lagi pekerjaan yang harus menggunakan tenaga keduanya. Setibanya memasuki kedalam rumah, keduanya disambut dengan asisten rumahnya yang berkata jika Omah menunggu mereka berdua ditaman samping. Tanpa lebih dulu menanyakan mereka berduapun langsung beralih beranjak ketaman samping. Dan kini mereka berdua telah berdiri bersama dihadapan omah yang berdiri pula membelakangi keduanya.
                Kemudian Omah membalikkan tubuhnya menghadap kemereka berdua, menatap biasa namun menegaskan. “Besok, omah harus pulang karna ada client ingin bertemu menginvestasikan sedikit sahamnya pada perusahaan kita disana!”, Omah langsung berbicara alasannya mengajak keduanya untuk berbicara. Yusra yang mendengarnya pun melirikkan kedua matanya kebawah lalu melihat padanya kembali, melihat biasa namun menahan rasa kagetnya.
                “Tidak bisakah Omah serta keluarga untuk tinggal disini lebih lama lagi?”, sambung Yandra dengan tiba-tiba menatap memohon. Omah melihat padanya sedikit angkuh karna terkejut akan permintaannya. “Sebab, Yusra sebenarnya menginginkan dari apa yang aku katakan barusan Omah! Meskipun dirinya bersikap angkuh tapi tetap saja dia membutuhkan Omah serta keluarga tetap tinggal disini!”, sambungnya lagi menggetarkan Yusra yang baru saja melihat kepadanya.
                “Omong kosong!!!”, Yusra membalas tegas masih melihat padanya. Yandra yang mendengarnya pun menoleh kepadanya menatap kaget. Lalu mereka berdua saling berpandangan tidak mengenakan, kemudian Yusra memecahkan pandangan itu dengan berbicara kembali berpaling melihat ke Omah.
“Apa yang dikatakannya tadi sangatlah tidak benar Omah! Karna Yusra, tidak bisa melarang siapapun untuk datang dan pergi kembali dari rumah ini! Bukankah pekerjaan lebih penting!?”, katanya berpura-pura menerima namun pada ujungnya menyindir sedikit.
“Benar yang dikatakan oleh cucuku, Yandra! Pekerjaan lebih penting dan nomor satu!”, balas Omah membenarkan perkataan Yusra dengan melihat ke Yandra. Lalu beranjak pergi meninggalkan keduanya, dan keduanya pun berbalik arah melihat kepergiannya.
Kemudian dengan jahilnya Yandra menginjak kaki sebelah kiri Yusra keras karna kekesalannya terhadapnya yang masih saja berbohong. Yusra yang merasakan pijakkannya pun melihat padanya dan mereka akan bertengkar kecil. “Kamu bodoh! Kamu udah gede jangan ngumpet terus dong!”, bentak kecil Yandra melihat geram padanya.
“Aku memang bodoh tapi aku lebih mengetahui daripada kamu!”, balas Yusra menatap kesal.
“Hey!!!! Aku udah bagus-bagus untuk menyatukan kamu dengan keluarga kamu, dengan meminta mereka untuk tinggal disini lebih lama lagi!”, balas Yandra semakin menggeramkannya.
“Percuma! Karna sekeras apapun kamu berusaha mereka tidak akan pernah mendengarkannya! Karna bagi mereka, kerja, kerja, dan terus bekerja! Sehingga mereka semua tega melupakan keberadaanku disini yang hanya seorang diri! Dan mulai sekarang, anggap saja aku anak yatim piatu yang mempunyai teman berupa harta saja! Walaupun aku gak bahagia dengan harta yang kupunya!”, balas Yusra kembali menjelaskannya hingga membuat Yandra menjadi terdiam seketika.
Dan kemudian Yusra menarik tangan kanan Yandra keras membawanya pergi menaiki tangga. Namun ketika sudah tiba dilantai atas Yusra melepaskan pegangannya dan mereka memasuki kamar masing-masing. Omah yang tidak sengaja melihat keduanya pun mulai merasa bingung namun masih berpikir positif.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar