Selasa, 19 Januari 2016

Badung Location. . . . #1



          Disebuah BAR telah didatangi dua orang lelaki mapan yang kini sedang duduk bersama disebuah meja bundar didalamnya. keduanya memakai pakaian kantor yang masih rapi lengkap bersama jas dan dasi. Dan salah satu diantara mereka berdua memanggil pelayan untuk memesan minuman anggur yang sedikit beralkohol. Mereka berdua masing-masing bernama Yusra dan Mirza. Dan mereka berdua mulai membincangkan sesuatu ditengah redupnya cahaya didalam Bar tersebut.
                “Bagaimana perasaanmu? Sudahkah menjadi lebih baik sekarang?”, Mirza menanyakan ketenangan Yusra, melihat biasa padanya.
                “Kalau saja tempat ini bisa menghapuskan keinginan dari ambisi Omah, maka akan tenang perasaanku!”, Yusra menyahutnya melihat-lihat isi dalam Bar tersebut.
                “Eisya! Kau masih ingat dengan Eisya?”, Mirza mencoba mengingatkan tentang Eisya yang baru saja terfikirkan olehnya kepada Yusra. Menatap memohon dan Yusra baru saja melihat padanya, menatapnya kaget.
                “Apa hubungannya Eisya dengan masalahku?”, Yusra menanyakan disertai rasa bingung.
                “Kita pinjam saja salah-satu teman wanitanya, untuk menjadi istrimu sementara!”, Mirza langsung memberitahukan usulnya.
                Kemudian dengan tiba-tiba mereka berdua serentak mengatakan, “Kawin kontrak!”, dengan suara sedikit keras hingga beberapa orang disekitarnya melihat kepada keduanya. Dan lalu mereka berdua membalas senyuman sembari meminta maaf melihat pada beberapa orang yang sudah melihat keduanya, seketika menyadarinya. Dari perbincangan singkat keduanya, bisa dipastikan kalau keduanya sedang menanggung beban dimana penyelesaiannya sangat sulit ditemukan.
Terlihat Mirza sangat peduli terhadap Yusra, sedangkan Yusra terlihat begitu mengeluhkan yang ada hubungannya dengan kata “Omah”. Omah adalah nenek kandungnya dari Ibunya sendiri yang menuntut dirinya untuk segera menikah. Karna dengan menikahlah dirinya dapat menjadi wakil direktur seutuhnya diperusahaan almarhum ayahnya sendiri. Masih dimalam yang sama, Eisya yang sempat dibicarakan Yusra dan Mirza baru saja mendapatkan sebuah pesan melalui BBM dari Mirza.
Mirza mengirimkan pesan bahwa ia membutuhkan bantuannya pada waktu dan hari yang belum ditentukan. Mirza hanya mengirimkan sebuah pesan singkat yang bertuliskan, “Siap-siap mungkin sebentar lagi aku membutuhkan bantuan darimu!”. Eisya yang sudah menerima pesannya pun menjadi bertanya-tanya, terlebih lagi dengan tugas pekerjaan kantornya yang belum usai ia kerjakan. Dan ketika mencoba menghubungi Mirza, Mirza mendiamkannya tak sedikitpun meresponnya.
Yusra yang melihatnya menjadi tertawa seketika sebab merasa gokil terhadap Mirza yang sama sekali tak mau mengangkat telepon dari Eisya. “Ini bukan saat yang tepat untuk mengangkat telepon darinya!”, Mirza berkata sambil menggelengkan kepalanya melihat ke ponselnya. Lalu disambung dengan Yusra, “Bukan pula saat yang tepat untuk menjawab pertanyaan darinya, teman!”. Kemudian mereka berdua tertawa bersama sambil meminum minuman anggur sesekali yang telah mereka pesan.

Sementara ditempat lain. . . .

                Masih dimalam yang sama, Eisya mengaku kesal karna teleponnya tidak direspon setelah limabelas kali ia mencoba menghubungi Mirza. Dan iapun mencoba berbagi kesalnya pada temannya yang saat ini sedang bersamanya, membelakanginya karna membaca berkas materi pekerjaan kantor untuk persentasi besok.
                “Apa sih maunya dia! Ngirim pesan BBM misterius banget!”, ungkap kesalnya berbagi pada temannya.
                “Mirza? Kalau memang iya kenapa kamu harus marah? Bukannya dari dulu dia selalu begitu?”, sahut temannya cuek masih membelakangi.
                “Pokoknya aku kesel ke dia! Kapan-kapan perlu aku hajar tuh anak! Awas aja kalau sudah sampai pada tanggal mainnya!”, ungkapnya semakin kesal. Lalu beranjak berbaring ketempat tidurnya.
                Sementara temannya baru saja melihat padanya yang telah berbaring dengan menggeleng sedikit tersenyum mengeluhkan. “Goodnight!”, sapa Eisya kembali pada temannya sesaat akan tidur sambil mematikan lampu pijarnya disampingnya.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Esok harinya, Eisya sedang menghabiskan waktu luangnya dicafe didalam kantor tempatnya bekerja. Ia sedang duduk manis dengan kopi manis serta makanan kecil dimeja tempat duduknya. Dan ketika akan memakan roti pesanannya yang baru saja dipesannya, tiba-tiba saja ada yang memegang tangannya dari arah belakang dirinya. Eisya pun menjadi terhenti sesaat sembari mencoba melihat kewajah orang yang telah berani memegang tangannya itu.
                Sementara orang yang telah berani memegang tangannya itu, baru saja melangkah pelan disampingnya sembari menunjukkan wajahnya. Eisya yang baru mengetahui wajahnya pun langsung melepaskan keras tangannya dari pegangan orang itu. Sedangkan orang itu terlihat santai dan kini beranjak untuk duduk bersamanya, dihadapannya. Dan ternyata orang itu adalah Mirza.
                “Apa yang telah kau lakukan tadi, bukanlah suatu hal yang romantis!!!!”, Eisya menyapanya dengan teramat dingin. Begitupula tatapannya.
                “Sejak kapan sih ada momen romantis bila sedang bersama kamu! Yang ada selalu tercipta perang dunia ketiga, keempat, dan selanjutnya!”, Mirza menyindir halus. Masih melihat santai.
                “Hem, laaaluuu?”, Eisya masih menyahutnya sinish dan kali ini dengan tatapan kedua matanya seperti menantang.
                Melihat sikap Eisya yang seperti itu, Mirza menjadi berdiri perlahan dari duduknya karna sedikit kecewa atas sikap darinya yang begitu tidak menghargai. Sedangkan Eisya memalingkan pandangannya kesamping sambil memakan roti miliknya. “Keisya Rahayu! Ternyata watakmu tidak sama dengan namamu yang ayu!”, Mirza berkata mengeluhkan dengan menatapnya serius. Dan Eisya mengambil tisu menghapus noda ditangannya lalu melihat padanya kembali.
                “Lo, selalu memakai kata-kata itu untuk memancing gue bicara bertatap muka ke lo!”, Eisya berkata mengeluhkan pula dengan tatapan sedikit meremehkan.
                “Karna hanya dengan cara itu kamu bisa berkata baik, meskipun masih sangat kurang baik!”, Mirza semakin mengungkapnya. Sedikit menghakimi.
                “Berhenti! Stop mengomentari tentang gue! Sebenernya gue males banget bagi waktu gue buat lo doang! Karna bila sekali saja gue gak suka, maka gue akan tetep gak suka!”, Eisya memancing Mirza untuk mengatakan tujuannya karna telah menemuinya secara tiba-tiba.
                “Gue butuh salah satu teman wanita dari lo, untuk menghibur gue dan Yusra! Gue akan kontrak dengan jumlah uang yang besar! Sebelum seminggu kemudian, lo harus bisa ngasih kabar dan harus mengatakan, “ada”!”, Mirza mengatakan tujuannya secara langsung tanpa memikirkan perasaan Eisya yang sudah terlanjur mendengar pintanya.
                Setelah mengatakan tujuannya, Mirza pun beranjak pergi tanpa berpamitan karna sudah gerah dengan sikap Eisya. Sementara Eisya menjadi terdiam hanya melihat Mirza yang pergi meninggalkannya hingga sudah tak terlihat lagi. Sebenarnya Eisya merasa terkejut melihat perilaku Mirza dan Yusra yang masih sama dengan yang dulu. Menyukai pergi ketempat hiburan yang dipenuhi dengan wanita-wanita cantik. Bahkan pada masa SMU pun keduanya pernah beberapa kali masuk daftar hitam disekolahnya.
                Dan alasan mengapa Eisya membenci keduanya, karna keduanya pernah sekali terjerat narkoba hingga mengharuskan keduanya untuk menjalani rehabilitasi kurang lebih setahun lamanya. Karna kenakalan dari keduanyalah yang membuat Eisya jarang bersikap manis ketika sedang bersama keduanya. Dan kini, Eisya hanya diam tak berdaya melawan hasrat dari Mirza yang telah meminta teman wanitanya untuk menghiburnya bersama Yusra.
                Sebenarnya tadi Mirza tidak berkata yang sejujurnya, karna sudah terlanjur terbawa emosi ingin menyakiti Eisya dengan kata dari permintaannya tadi. Dan tanpa diketahui Mirza, kalau Eisya mengalami patah hati karnanya. Sebab dibelakang Mirza, diam-diam Eisya menyimpan rasa peduli padanya namun enggan tuk menunjukkannya. Karna kepercayaannya pada Mirza masih kacau.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar