Sementara pada
esok paginya, Yandra terlihat sibuk merapikan makanan diatas meja makan
membantu asisten rumah Yusra. Sedangkan Yusra yang baru menuruni tangga merasa
aneh melihat Yandra sudah kembali memperlihatkan dirinya didepan matanya. Dan
kini Yandra telah duduk ditempatnya, disusul dengan Yusra yang berpura-pura
tidak melihat kepadanya. Mereka berduapun mulai menikmati sarapan pagi dengan
santai seolah-olah tidak ada pertengkaran yang terjadi kemarin.
“Tadi Qiera menelepon rumah, dia bilang kalau besok
ada pertemuan khusus! Mungkin pertemuan antara kamu sama dia saja!”, Yandra
memberitahukannya sedikit menyindir. Melihat padanya.
“Pertemuan antar beberapa perusahaan yang paling
benar!”, sahut Yusra membenarkannya melihat kemakanannya.
“Katanya ponselmu sedang tidak aktif! Dan bodohnya
dia berkata kalau istrinya mungkin lupa membantu untuk mengisi baterai ponsel
milik kamu!”, Yandra semakin memberitahukan masih melihat padanya. Yusra
menjadi tertawa kecil melihat kemakanannya. “Eh Yusra!!!”, sambung Yandra sedikit
membentaknya sehingga Yusra melihat padanya.
“Dia tidak mengenal suara istriku! Makanya dia
berkata seperti itu!”, sahut Yusra membenarkan. Yandra berpaling melihat
kemakanannya.
“Parah! Dia mengira aku asisten rumah kamu juga! Aku
sanggah saja kalau aku adalah adik kamu!”, Yandra semakin memberitahukannya.
Yusra pun menjadi tertawa dan menjadi-jadi melihat
kearah lain. Dan Yandra yang mulai merasa tidak nyaman langsung melihat
kedirinya yang masih menertawainya. “Hey, aku tidak mempunyai adik! Sejak kapan
aku punya adik? Qiera pasti akan menanyakan ini padaku nanti!”, katanya masih
dengan tawanya. “ih, kamu parah Yandra! Sumvah!”, sambungnya lagi masih dengan
tawanya. Melihatnya yang semakin menjadi-jadi, Yandra mengalihkannya dengan
menyodorkan segelas susu dimulut Yusra.
Yandra menghentikan dirinya dengan menyuapi segelas
susu dimulutnya, dan Yusra pun berhenti dari tawanya berusaha menghabiskan
segelas susunya yang masih disuapi Yandra. “Lebih parah lagi kalau aku mengaku
sebagai istrimu!”, balas Yandra usainya menyuapi Yusra. Kemudian Yusra
melingkarkan jarinya menyerupai huruf “O” kepadanya sebagai balasan dari
katanya tadi. Dan Yandra yang melihatnya mendesah kecil berpaling melihat ke
asisten rumah Yusra masih ditempatnya.
Usainya bercanda, Yusra beranjak dari meja makan
untuk pergi kekantor. Dan Yandra membantu asisten rumah Yusra membereskan
makanan dimeja makan.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Kini Yusra telah
memasuki ruangan dikantornya, yang telah menjadi tempat pertemuan khusus antar
beberapa perusahan. Pertemuan itupun dimulai dengan Qiera yang mulai
menjelaskan beberapa materi yang telah memakai media infokus untuk
memperlihatkannya kepada semua wakil dari beberapa perusahaan tersebut.
Pertemuan khusus ini dilakukan dengan menggunakan bahasa inggris, karna yang
turut hadir dalam pertemuan antar beberapa perusahaan tersebut rata-rata dari luar
negeri.
Salah satunya
adalah dari Australia, Amerika, Belanda, dan lima Negara maju lainnya.
Dipertemuan itu, hanya memakai Yusra sebagai tuan rumah diperusahaannya sendiri
alias tidak perlu menambah satu orang lagi seperti Mirza dan lainnya yang juga
turut bekerja diperusahaannya. Sementara diluar dibagian lobby kantornya,
terlihat Yandra bersama Fachri baru saja turun dari mobil akan beranjak
memasuki kedalam kantornya untuk menemui seseorang.
Sedangkan Mirza
sedang berjalan-jalan melihat karyawan lainnya yang mulai sibuk dengan
pekerjaannya masing-masing. Setelah tigapuluh menit berlalu, Mirza kembali
memasuki ruangannya dengan menutup pintu ruangannya. Namun tiba-tiba menjadi
terkejut karna melihat Yandra bersama Fachri telah duduk dikursi khusus tamu.
“Yandra?”, sapanya penuh tanya berjalan mendekati keduanya. Sedangkan Yandra
hanya tersenyum dengan berdiri dari duduknya, disusul dengan Fachri pula.
“Lo, yang namanya
Fachri?”, tanya Mirza ketika sudah berhenti berdiam didepan keduanya. Melihat
ke Fachri.
“Hem, iya!”,
sahut Fachri dengan bijak melihatnya.
“Kak Mir, Dokter
Fachri itu adalah dia! Dia yang telah menyelamatkan aku!”, Yandra memberi
penjelasan dengan menunjukkannya melihat ke Mirza.
“Ternyata dunia
bisa selebar daun kelor sekarang!”, sahut Mirza dengan canda melihat keduanya.
Kemudian mereka
duduk bersama lalu beralih untuk membahas tentang kerjasama antara Fachri dan
pak Mirzain, ayah Mirza juga ayah Yandra. Sebuah kerjasama yang baru saja akan
dimulai antara Fachri dan pak Mirzain. Ini bukan sebuah kerjasama tentang
perusahaan, tetapi sebuah kerjasama untuk memajukan rumah sakit milik
masing-masing. Sebab diluar negeri pak Mirzain sudah membangun rumah sakit dan
masih berkembang. Dan merekapun membahasnya bersama-sama.
Setelah beberapa jam kemudian. . . .
Pertemuan khusus antar beberapa perusahaan itupun
dihentikan untuk beberapa saat, karna sudah tibanya untuk beristirahat
menikmati makan siang dicafe didalam kantor tersebut. Yusra yang sudah berada
diluar ruangan yang tadi, mencoba menelepon rumahnya berniat akan berbicara
pada Yandra. Namun yang mengangkat telepon darinya adalah asisten rumahnya dan
Yusra pun meminta asisten rumahnya untuk menghampiri Yandra demi mengantarkan
berkasnya yang tertinggal dikamar.
Mengetahui Yandra yang sedang tidak ada dirumah,
asisten rumahnya memberitahukan itu kepadanya. Yusra yang sudah mendengarnya
langsung meminta asisten rumahnya untuk bersiap-siap mengambilkan berkasnya
yang tetinggal dikamar karna sebentar lagi dirinya akan menyuruh salah-satu
karyawannya yang akan mengambil berkasnya yang tertinggal. Karna berkas yang
tertinggal itu akan dipakainya pada beberapa jam kemudian.
Kemanakah Yandra? Itu yang sedang dipikirnya kini
sambil menutup teleponnya. Lalu membuka kontak pada ponselnya dan mencari nama
Yandra, ketika menemukan nama Yandra dalam kontak pada ponselnya ia langsung
mengeluarkannya melawan hasratnya untuk menghubunginya.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Dan kini Yusra
sedang duduk dicafe masih didalam kantornya bersama Qiera, mereka duduk
berhadapan pada satu meja. Kemudian mereka berdua bersama membuka daftar menu
makanan untuk memesan makanan yang ingin dinikmatinya. Disaat keduanya masih
melihat daftar menu makanan, Yusra tidak menyadari jika Yandra bersama fachri
sedang berjalan bersama melewati dirinya yang masih bersama Qiera menuju
kesebuah meja.
Dan kemudian
seorang pelayan café tersebut mendatangi keduanya untuk mencatat makanan yang akan
dipesan keduanya pada sebuah kertas bill. Mereka berduapun langsung mengatakan
pesanan makanan masing-masing memakai dua buah kertas bill untuk mereka berdua
secara masing-masing pula. Usainya melakukan itu, pelayan café tersebut
beranjak dari keduanya dan keduanya kembali seperti semula. Duduk berhadapan
dan akan saling berbicara sambil menunggu pesanan keduanya.
“Oyah, pagi tadi
aku sempat menelepon rumahmu! Tapi yang menjawab telepon rumahmu itu seorang
wanita, dan anehnya dia mengaku sebagai adikmu!”, Qiera memulai dengan
menyakannya. Melihat bingung padanya.
“Dan kamu percaya
dengan pengakuannya!”, sahut Yusra menanyakan balik sambil tertawa kecil
melihatnya.
“Aku tidak bisa
mengatakan iya atau tidak! Karna itu aku ingin mempertanyakannya padamu!”,
sahut Qiera kembali sedikit penasaran.
“Wanita yang
mengaku sebagai adikku, dia bukan adiku! Karna aku tidak mempunyai adik, dan
kamu sudah mengetahuinya bukan?”, penjelasan Yusra sembari mempertanyakannya
padanya. Melihat sedikit serius.
“Tapi bisa jadi, dia itu sepupu perempuan kamu! Tapi
kamu malah menyembunyikannya dariku!”, sanggah Qiera memberi pendapatnya.
Menunjukkan dirinya setengah menjadi benar.
“Tidak, wanita
itu adalah istriku! Kami sedang tidak baik saja, makanya dia berkata seperti
yang kamu ketahui!”, Yusra menjelaskan lagi tentang kebenaran mengambil setangkai
bunga dari vas bunga dimejanya. Masih melihat padanya lalu melihat ke setangkai
bunga yang sudah dipegangnya.
“Lalu mengapa dia seperti seorang wanita tetapi masih
seorang gadis? Usianya baru memasuki kepala dua dan mungkin lebih muda dari
usiamu?”, tanya Qiera dengan mengambil setangkai bunga dari tangan Yusra.
Melihat semakin tegas ingin segera mengetahui.
“Dia baru berumur duapuluh satu tahun! Jadi wajarkan
saja dirinya dan kini kita tertawa saja akan perilakunya yang demikian itu!”,
Yusra memberitahukannya lalu mengajaknya untuk tertawa terhadap perilaku
Yandra.
Mendengar katanya itu, dan usainya Yusra mengatakan
itu, mereka berduapun mulai tertawa bersama sambil mengejek satu sama lain.
Kemudian menjadi terhenti ketika pesanan makanan keduanya sudah datang.
Sementara Yandra yang telah duduk bersama Fachri tak jauh dari mereka berdua
tepatnya dibalik Qiera, melihat kemereka berdua beberapa saat sebab merasakan
kehebohan dalam tawa keduanya tadi. Dan Yandra belum menyadari kalau mereka
berdua adalah Yusra dan Qiera.
Masih bersama-sama menikmati makanannya
masing-masing, Qiera membungkukkan badannya kesamping untuk mengambil ponsel
miliknya yang telah berdering. Disaat yang sama, Yusra melihat Yandra bersama Fachri
dibalik Qiera sedang duduk makan siang bersama. Lalu dilihatnya jika Fachri
mengelap bibir Yandra yang terkena semprotan sambal menggunakan tisu. Dan
penglihatannya itu berakhir saat Qiera kembali duduk tegak menutupi Yandra dari
penglihatannya.
Yusra menjadi terdiam seketika kembali melihat
kemakanannya mulai mengacak-ngacak lemas makanannya. “Yusra, helooooo! Kamu
lelah?”, tanya Qiera yang sudah melihatnya seperti itu. Dan Yusra menggeleng
padanya berakting bahwa tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Qiera yang menerima
respon darinya mulai memberikan senyuman sembari mengajaknya bercanda kembali.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar