Kamis, 21 Januari 2016

Badung Location. . . . #31



                Sementara pada esok paginya, Yandra terlihat sibuk merapikan makanan diatas meja makan membantu asisten rumah Yusra. Sedangkan Yusra yang baru menuruni tangga merasa aneh melihat Yandra sudah kembali memperlihatkan dirinya didepan matanya. Dan kini Yandra telah duduk ditempatnya, disusul dengan Yusra yang berpura-pura tidak melihat kepadanya. Mereka berduapun mulai menikmati sarapan pagi dengan santai seolah-olah tidak ada pertengkaran yang terjadi kemarin.
“Tadi Qiera menelepon rumah, dia bilang kalau besok ada pertemuan khusus! Mungkin pertemuan antara kamu sama dia saja!”, Yandra memberitahukannya sedikit menyindir. Melihat padanya.
“Pertemuan antar beberapa perusahaan yang paling benar!”, sahut Yusra membenarkannya melihat kemakanannya.
“Katanya ponselmu sedang tidak aktif! Dan bodohnya dia berkata kalau istrinya mungkin lupa membantu untuk mengisi baterai ponsel milik kamu!”, Yandra semakin memberitahukan masih melihat padanya. Yusra menjadi tertawa kecil melihat kemakanannya. “Eh Yusra!!!”, sambung Yandra sedikit membentaknya sehingga Yusra melihat padanya.
“Dia tidak mengenal suara istriku! Makanya dia berkata seperti itu!”, sahut Yusra membenarkan. Yandra berpaling melihat kemakanannya.
“Parah! Dia mengira aku asisten rumah kamu juga! Aku sanggah saja kalau aku adalah adik kamu!”, Yandra semakin memberitahukannya.
Yusra pun menjadi tertawa dan menjadi-jadi melihat kearah lain. Dan Yandra yang mulai merasa tidak nyaman langsung melihat kedirinya yang masih menertawainya. “Hey, aku tidak mempunyai adik! Sejak kapan aku punya adik? Qiera pasti akan menanyakan ini padaku nanti!”, katanya masih dengan tawanya. “ih, kamu parah Yandra! Sumvah!”, sambungnya lagi masih dengan tawanya. Melihatnya yang semakin menjadi-jadi, Yandra mengalihkannya dengan menyodorkan segelas susu dimulut Yusra.
Yandra menghentikan dirinya dengan menyuapi segelas susu dimulutnya, dan Yusra pun berhenti dari tawanya berusaha menghabiskan segelas susunya yang masih disuapi Yandra. “Lebih parah lagi kalau aku mengaku sebagai istrimu!”, balas Yandra usainya menyuapi Yusra. Kemudian Yusra melingkarkan jarinya menyerupai huruf “O” kepadanya sebagai balasan dari katanya tadi. Dan Yandra yang melihatnya mendesah kecil berpaling melihat ke asisten rumah Yusra masih ditempatnya.
Usainya bercanda, Yusra beranjak dari meja makan untuk pergi kekantor. Dan Yandra membantu asisten rumah Yusra membereskan makanan dimeja makan.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
  
                Kini Yusra telah memasuki ruangan dikantornya, yang telah menjadi tempat pertemuan khusus antar beberapa perusahan. Pertemuan itupun dimulai dengan Qiera yang mulai menjelaskan beberapa materi yang telah memakai media infokus untuk memperlihatkannya kepada semua wakil dari beberapa perusahaan tersebut. Pertemuan khusus ini dilakukan dengan menggunakan bahasa inggris, karna yang turut hadir dalam pertemuan antar beberapa perusahaan tersebut rata-rata dari luar negeri.
                Salah satunya adalah dari Australia, Amerika, Belanda, dan lima Negara maju lainnya. Dipertemuan itu, hanya memakai Yusra sebagai tuan rumah diperusahaannya sendiri alias tidak perlu menambah satu orang lagi seperti Mirza dan lainnya yang juga turut bekerja diperusahaannya. Sementara diluar dibagian lobby kantornya, terlihat Yandra bersama Fachri baru saja turun dari mobil akan beranjak memasuki kedalam kantornya untuk menemui seseorang.
                Sedangkan Mirza sedang berjalan-jalan melihat karyawan lainnya yang mulai sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Setelah tigapuluh menit berlalu, Mirza kembali memasuki ruangannya dengan menutup pintu ruangannya. Namun tiba-tiba menjadi terkejut karna melihat Yandra bersama Fachri telah duduk dikursi khusus tamu. “Yandra?”, sapanya penuh tanya berjalan mendekati keduanya. Sedangkan Yandra hanya tersenyum dengan berdiri dari duduknya, disusul dengan Fachri pula.
                “Lo, yang namanya Fachri?”, tanya Mirza ketika sudah berhenti berdiam didepan keduanya. Melihat ke Fachri.
                “Hem, iya!”, sahut Fachri dengan bijak melihatnya.
                “Kak Mir, Dokter Fachri itu adalah dia! Dia yang telah menyelamatkan aku!”, Yandra memberi penjelasan dengan menunjukkannya melihat ke Mirza.
                “Ternyata dunia bisa selebar daun kelor sekarang!”, sahut Mirza dengan canda melihat keduanya.
                Kemudian mereka duduk bersama lalu beralih untuk membahas tentang kerjasama antara Fachri dan pak Mirzain, ayah Mirza juga ayah Yandra. Sebuah kerjasama yang baru saja akan dimulai antara Fachri dan pak Mirzain. Ini bukan sebuah kerjasama tentang perusahaan, tetapi sebuah kerjasama untuk memajukan rumah sakit milik masing-masing. Sebab diluar negeri pak Mirzain sudah membangun rumah sakit dan masih berkembang. Dan merekapun membahasnya bersama-sama.

Setelah beberapa jam kemudian. . . .

Pertemuan khusus antar beberapa perusahaan itupun dihentikan untuk beberapa saat, karna sudah tibanya untuk beristirahat menikmati makan siang dicafe didalam kantor tersebut. Yusra yang sudah berada diluar ruangan yang tadi, mencoba menelepon rumahnya berniat akan berbicara pada Yandra. Namun yang mengangkat telepon darinya adalah asisten rumahnya dan Yusra pun meminta asisten rumahnya untuk menghampiri Yandra demi mengantarkan berkasnya yang tertinggal dikamar.
Mengetahui Yandra yang sedang tidak ada dirumah, asisten rumahnya memberitahukan itu kepadanya. Yusra yang sudah mendengarnya langsung meminta asisten rumahnya untuk bersiap-siap mengambilkan berkasnya yang tetinggal dikamar karna sebentar lagi dirinya akan menyuruh salah-satu karyawannya yang akan mengambil berkasnya yang tertinggal. Karna berkas yang tertinggal itu akan dipakainya pada beberapa jam kemudian.
Kemanakah Yandra? Itu yang sedang dipikirnya kini sambil menutup teleponnya. Lalu membuka kontak pada ponselnya dan mencari nama Yandra, ketika menemukan nama Yandra dalam kontak pada ponselnya ia langsung mengeluarkannya melawan hasratnya untuk menghubunginya.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Dan kini Yusra sedang duduk dicafe masih didalam kantornya bersama Qiera, mereka duduk berhadapan pada satu meja. Kemudian mereka berdua bersama membuka daftar menu makanan untuk memesan makanan yang ingin dinikmatinya. Disaat keduanya masih melihat daftar menu makanan, Yusra tidak menyadari jika Yandra bersama fachri sedang berjalan bersama melewati dirinya yang masih bersama Qiera menuju kesebuah meja.
                Dan kemudian seorang pelayan café tersebut mendatangi keduanya untuk mencatat makanan yang akan dipesan keduanya pada sebuah kertas bill. Mereka berduapun langsung mengatakan pesanan makanan masing-masing memakai dua buah kertas bill untuk mereka berdua secara masing-masing pula. Usainya melakukan itu, pelayan café tersebut beranjak dari keduanya dan keduanya kembali seperti semula. Duduk berhadapan dan akan saling berbicara sambil menunggu pesanan keduanya.
                “Oyah, pagi tadi aku sempat menelepon rumahmu! Tapi yang menjawab telepon rumahmu itu seorang wanita, dan anehnya dia mengaku sebagai adikmu!”, Qiera memulai dengan menyakannya. Melihat bingung padanya.
                “Dan kamu percaya dengan pengakuannya!”, sahut Yusra menanyakan balik sambil tertawa kecil melihatnya.
                “Aku tidak bisa mengatakan iya atau tidak! Karna itu aku ingin mempertanyakannya padamu!”, sahut Qiera kembali sedikit penasaran.
                “Wanita yang mengaku sebagai adikku, dia bukan adiku! Karna aku tidak mempunyai adik, dan kamu sudah mengetahuinya bukan?”, penjelasan Yusra sembari mempertanyakannya padanya. Melihat sedikit serius.
“Tapi bisa jadi, dia itu sepupu perempuan kamu! Tapi kamu malah menyembunyikannya dariku!”, sanggah Qiera memberi pendapatnya. Menunjukkan dirinya setengah menjadi benar.
 “Tidak, wanita itu adalah istriku! Kami sedang tidak baik saja, makanya dia berkata seperti yang kamu ketahui!”, Yusra menjelaskan lagi tentang kebenaran mengambil setangkai bunga dari vas bunga dimejanya. Masih melihat padanya lalu melihat ke setangkai bunga yang sudah dipegangnya.
“Lalu mengapa dia seperti seorang wanita tetapi masih seorang gadis? Usianya baru memasuki kepala dua dan mungkin lebih muda dari usiamu?”, tanya Qiera dengan mengambil setangkai bunga dari tangan Yusra. Melihat semakin tegas ingin segera mengetahui.
“Dia baru berumur duapuluh satu tahun! Jadi wajarkan saja dirinya dan kini kita tertawa saja akan perilakunya yang demikian itu!”, Yusra memberitahukannya lalu mengajaknya untuk tertawa terhadap perilaku Yandra.
Mendengar katanya itu, dan usainya Yusra mengatakan itu, mereka berduapun mulai tertawa bersama sambil mengejek satu sama lain. Kemudian menjadi terhenti ketika pesanan makanan keduanya sudah datang. Sementara Yandra yang telah duduk bersama Fachri tak jauh dari mereka berdua tepatnya dibalik Qiera, melihat kemereka berdua beberapa saat sebab merasakan kehebohan dalam tawa keduanya tadi. Dan Yandra belum menyadari kalau mereka berdua adalah Yusra dan Qiera.
Masih bersama-sama menikmati makanannya masing-masing, Qiera membungkukkan badannya kesamping untuk mengambil ponsel miliknya yang telah berdering. Disaat yang sama, Yusra melihat Yandra bersama Fachri dibalik Qiera sedang duduk makan siang bersama. Lalu dilihatnya jika Fachri mengelap bibir Yandra yang terkena semprotan sambal menggunakan tisu. Dan penglihatannya itu berakhir saat Qiera kembali duduk tegak menutupi Yandra dari penglihatannya.
Yusra menjadi terdiam seketika kembali melihat kemakanannya mulai mengacak-ngacak lemas makanannya. “Yusra, helooooo! Kamu lelah?”, tanya Qiera yang sudah melihatnya seperti itu. Dan Yusra menggeleng padanya berakting bahwa tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Qiera yang menerima respon darinya mulai memberikan senyuman sembari mengajaknya bercanda kembali.

Badung Location. . . .
                                                             “Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar