Hari telah berganti, Bayu sedang
berdiri menatapi jendela membelakangi pintu, didalam ruang prakteknya. Ia
sedang merenung, apakah kotak yang sudah dipersiapkannya pada hari kemarin
sudah sampai ketangan seorang wanita yang dimaksud. Seorang wanita yang
dimaksud tak lain adalah Inairtif. Sambil menunggu jam prakeknya berstastus
open, Bayu bertahan dalam keadaannya. Kemudian tiba-tiba ada suara dari Dhiya
yang memanggilnya, “Papa Bayu” dari arah pintu ruangannya.
Bayu pun membalikkan tubuhnya,
melihat Dhiya bersama El Scant sedang berdiri membelakangi pintu yang masih
terbuka. “Bayu, Dhiya ingin bersamamu pada pagi ini.”, ucap El Scant permisi
lalu pergi meninggalkan setelah mengucapkan salam pamit. Bayu sudah
mendengarnya juga sudah mengerti, baru melihat ke Dhiya yang kini sudah
berjalan cepat akan menghampiri dirinya. Dan ketika Dhiya sudah berada didepan
dirinya.
Dhiya menunjukkan tatapan tanya
seolah menyakan dimana mamanya sedang berada. Dhiya semakin menunjukkan dengan
kebungkamannya menunggu Bayu untuk segera bicara. Sedangkan Bayu baru merasa
peka atas tatapan darinya itu, akan berbicara dan mereka berdua akan saling
berbicara. “Dhiya, mau banget ya ketemu sama mama?”, tanya halus Bayu dengan
merundukkan dirinya menatap sayang padanya. Dhiya menganguk akan berbicara.
“Dhiya ingin merasa pelukan dari
mama. Seperti Dhiya merasakan pelukan dari papa pada waktu itu. Rasanya nyaman
sekali papa.”, Dhiya mengutarakan apa yang sudah dirasakannya dulu sewaktu
dipeluk olehnya.
“Akan ada harinya untuk kita dapat
bersama. Allah telah menyiapkan hari itu dengan sangat rahasia. Berdo’alah,
karna do’a seorang anak untuk kedua orangtuanya akan segera dijabah oleh
Tuhan.”, Bayu memberi nasehat mencoba mencerahkan perasaan putrinya.
Dhiya pun menjadi tersenyum, lalu
memegang wajah Bayu dengan kedua tangan mungilnya merasa senang. Dan Bayu
menjadi tersenyum menunjukkan sayangnya. Namun Bayu masih memikirkan apa yang
tadi telah dipikirkannya.
Sementara disana. . . .
Dirumah kediamannya, Inairtif
sedang menyirami bunga-bunga ditaman samping, dihalaman depan rumahnya. Ia
sedang menyirami tanaman bunga mawar yang beraneka ragam jenisnya serta
warnanya. “Subahanallah, bunga-bunga ini dapat aku lukiskan keindahanya bak
tanaman yang sedang tumbuh merekah ditaman surga sana.”, kata kagumnya merasa
kedamaian dipagi hari. Lalu tidak sengaja terpandang ke arah pintu gerbang
rumah.
Dimana sudah terlihat pak satpam
rumah sedang berjalan menuju padanya, dengan memabwa sebuah kotak berukuran
sedang. Dan ketika pak satpam rumahnya itu telah sampai padanya, Inairtif mulai
bertanya dalam hatinya sebuah kotak apakah itu dan dikirim oleh siapa? Inairtif
semakin bertanya dalam hatinya ketika sebuah kotak itu sudah berada
ditangannya, menatapi pak satpam rumah yang sudah pergi membelakangi.
“Teruntuk kamu, dariku Dokter
Bayu”, sebuah tulisan yang tertera pada tutup sebuah kotak itu. setelah
mengetahuinya, Inairtif langsung beranjak masuk akan segera menemui saudara
perempuannya. Setelah menempuh beberapa langkah tuk menemui saudara
perempuannya, ia pun sudah menemukan Inairtif yang sedang duduk santai diruang
keluarga mengesampingkan dirinya. “Ina, ada sebuah bingkisan kiriman dari
Dokter Bayu untukmu.”.
Tegur Inairtif dengan
memberikannya dari samping dirinya dengan tegak berdiri. Saudara perempuannya
yang masih duduk santai itupun menoleh padanya, melihat sedikit terusik.
Ternyata, mereka berdua adalah saudara kembar. Nama keduanya sama, yaitu Inairtif.
Berbeda nama panggilannya saja, yaitu Ina dan Irtif. Kembali pada mereka
berdua, bingkisan yang dimaksud oleh Irtif telah berada ditangan Ina. Dan Irtif
sudah pergi meninggalkan Ina diruang keluarga sendiri.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Kini Inairtif akan memulai tuk
membuka isi pada bingkisan tersebut. Inairtif akan mengalami sebuah metamorfosa
tentang pearsaannya, ketika membaca sesuatu yang sudah tertulis disebuah kertas
didalam kotak bingkisan itu. Pertama, ia akan menjadi takjub karna ada tulisan
kaligrafi Al-Qur’an pada kertas yang pertama. Kedua, ia akan menjadi gugup
karna ada tulisan yang berupa sebuah curahan dari sang pengirim pada kertas
kedua.
Dan ketiga, ia akan menjadi
tertegun membaca tulisan pada kertas yang terakhir. Kemudian diakhiri dengan ia
akan melingkarkan sebuah cincin dijari manisnya. Dan berikut adalah penggalan
dari isi dibalik kotak bingkisan tersebut.
Pada kertas bagian terdepan, pertama. . . .
Bertuliskan kaligrafi Al-Qur’an
yang bisa dibaca, “Aku Rindu Kamu”. Tulisannya begitu indah dari tangan Dokter
Bayu sendiri. Dokter Bayu memulainya dengan cara uniknya seperti itu. Bagaimana
perasaannya tidak menjadi takjub, sebab dirinya merasa tersanjungi oleh Dokter
Bayu sang pengirim.
Pada kertas bagian tengah, kedua. . . .
Bertuliskan abjad, “Aku merasa
ditinggal, aku merasa tertinggal. Kau meninggalkan, masih kuingat kala itu kau
telat berucap pamit padaku. Sungguh, apa yang tertulis pada surat yang pertama
dariku tadi. Menggambarkan kejenuhanku dalam merindu lagi menunggu.”. Bagaimana
perasaannya tidak menjadi gugup, sebab Dokter Bayu telah mencurahkan apa yang
sudah terjadi pada dirinya sendiri sejak ditinggal pergi secara tiba-tiba oleh
Inairtif.
Pada kertas bagian akhir, ketiga. . . .
Sebelum Inairtif menemukan sebuah
cincin yang terselip dibalik kertas bagian akhir, ketiga. Bertuliskan, “Surga
yang terlewati, mudahnya aku bersahaja setelah menyentuhnya. Tanpa mencaritahu
dulu akibat dari menyentuh surga itu. Sehingga aku terbayang-bayangi akan dosa dimasa
lalu, berkepanjangan. Lingkarkanlah dijari manismu, periksa benda apa saja yang
baru kau temukan. Karna itu sebagai tanda keseriusan dariku untukmu.”.
Perasaannya sudah cukup menjadi
tertegun pada kertas ketiga, terakhir. Inairtif akan segera memeriksanya berakhir
menemukan suatu benda.
Usainya membaca ketiga buah tulisan tersebut. . . .
Inairtif baru saja menemukan
sebuah cincin bermotif kupu-kupu dari berlian yang berkilau, namun
penampilannya sederhana. Dan dengan cepat Inairtif melingkarkan cincin itu dijari
manis tangan kanannya. Lalu ia berpikir, alasan dari Dokter Bayu mengunjungi
rumahnya tuk bertemu dengannya. Hanya ingin berbicara tentang keseriusan dalam
hubungan mereka berdua. Menatapi cincin yang melingkar dijari manisnya.
“Esok, aku akan mencoba
menghubunginya. Insya Allah, ibu akan menerima niat baiknya itu yang sudah
ingin sekali dia bicarakan padaku. Kemarin, kau boleh saja gagal dalam
penyampaianmu yang hanya padaku. Tapi pada hari esok, kita harus berjuang.
Karna aku loving you, Dokter.”, katanya berbicara kecil lalu mencium cincin
yang melingkar dijari manisnya itu. Dan tanpa diketahuinya, ibunya telah
mengintip dirinya sedari tadi.
Ibunya sudah mengetahui apa yang
sudah dilakukan putri bungsunya itu dalam seorang diri, bahkan ibunya sudah mendengar
putri bungsunya itu sedang berbicara apa dengan kesendiriannya. Usainya
mengintip putri bungsunya, ibunya pun pergi tanpa memberitahu keberadaannya.
Awalnya tidak sengaja melihatnya, namun akhirnya mencoba mengintip lama karna
mulai merasa penasaran terhadap isi pada bingkisan pada putri bungsunya itu.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Sore harinya, El Scant sudah
berada dirumah kediamannya. Ia sedang bersantai dikolam renang dibelakang
rumahnya, mencoba melepas penat serta rasa sedikit stress karna aktivitas yang
sudah dilakukannya hampir seharian ini. Ia juga sedang menikmati oksigen dari
pohon-pohon yang tumbuh didepan kolam renangnya. “Maka, nikmat dari Tuhanmu yang
manakah yang kamu dustakan?”, ujarnya merasakan kenikmatan yang kini sedang dirasakannya.
Kemudian datanglah Dhiya dengan
langsung berdiam disampingnya, merebahkan kepalanya bersandar dilengan El Scant
sedikit bermanja. “Wah putri abi kenapa nih? Datang menghampiri abi tapi kok,
langsung bersandar begini yah?”, tanya El Scant menggoda melirik ke Dhiya. Dhiya
mendekap lengan dirinya sambil tertawa kecil masih bersandar, akan mengungkap
sesuatu.
“Abi, bila nanti papa sudah
pertemukan Dhiya sama mama. Dhiya masih boleh main-main kesini kan?”, ungkap
Dhiya mulai menatap sedikit sendu kedepan.
“Memangnya apa yang sedang Dhiya
pikirkan?”, tanya El Scant ingin menghiburnya. Melihat lurus kedepan, tenang.
“Papa Bayu pasti menuntut Dhiya
untuk tinggal bersama mereka. Dhiya takut tidak bisa bertemu abi disetiap waktu
lagi, seperti Dhiya tinggal dirumah ini.”, Dhiya semakin mengungkap yang telah
menjadi kegelisahannya.
Lalu Dhiya melepaskan dekapannya
dengan duduk tegak, melihat ke El Scant. El Scant baru melihat kepadanya
menunjukkan senyum. “Dhiya jangan mencemaskan pemikiran Dhiya tentang itu.
Karna papa Bayu orangnya baik, Insya Allah akan selalu adil kepada Dhiya juga
kepada kami semua.”, El Scant memberi nasehat berniat menenangkannya. Lalu
membelai rambut Dhiya serta mencium keningnya.
“Dhiya sayang abi”, curahan sayang
Dhiya sambil memeluk El Scant mengisyaratkan takut kehilangan. Dan El Scant pun
memeluknya balik, memanjakannya layaknya seorang ayah kandung darinya.
Sementara Re Becca, menjadi haru karna telah diam-diam melihat keduanya,
mendengarkan percakapan keduanya sedari tadi dibalik keduanya.
Sementara disana. . . .
Bayu dirumah kediamannya, sedang
berada diruang untuk sholat. Ia sedang duduk menghadap kiblat, berpakaian
atasan muslim dengan sarungnya serta sebuah Al-Qur’an didepannya. Ia akan
mencoba menguji kehafalannya pada ayat-ayat Al-Qur’an. Dan kini ia akan membaca
surah Ar-Rahman. Ia memulainya dengan membaca ta’awuz lebih dulu, disambung
membaca basmalah baru membaca surah Ar-Rahman. Butuh waktu beberapa menit untuk
Bayu membaca surah Ar-Rahman.
Karna memakai qori serta ilmu
tajwid tak lupa juga makhraj hurufnya. Setelah membaca surah kelima dari
Ar-Rahman, tiba-tiba saja ada sebuah pesan masuk diponselnya. Bayu pun beralih
tuk membuka sebuah pesan diponselnya. Tertulis dalam pesan diponselnya, “Dokter
Bayu, esok ibu mengundangmu kerumah. Bila sudah siap kemari, kabari saya lagi
ya.”. Sebuah pesan dari Inairtif yang kontaknya bernama “Wanita”, yang baru
saja diterima olehnya.
Dan Bayu hanya bersikap menerima
pesan darinya saja, daripada mesti membalas pesan darinya. Karna Bayu lebih
memilih tuk melanjutkan kehafalannya membaca ayat-ayat Al-Qur’an, memanfaatkan
waktu luang yang telah dimilikinya saat ini.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”