Rabu, 13 Juli 2016

METAMORFOSA *30*



Hari telah berganti, hari ini adalah hari libur kerja. Jadi Bayu bisa berkunjung kerumah kediaman dari Inairtif, mewujudkan apa yang sudah Inairtif katakan padanya melalui sebuah pesan dihari kemarin. Dan Bayu sudah mengabari Inairtif melalui sebuah pesan sejak baru saja memasuki mobil kendaraannya, akan segera mengendarainya sendiri. selang waktu berjalan, kini Bayu sudah berada dijalan dekat rumah kediaman dari Inairtif berada.
Begitu sampai dirumah kediaman dari Inairtif, Bayu disambut Raffisa yang sudah menunggu kedatangannya sedang berdiri dibagian tengah halaman rumah. Sesaat Bayu sudah berjalan menuju kehalaman rumah, sudah membelakangi pintu gerbang rumah. Lalu Bayu melihat kearah samping kanannya, ada ibu dan Inairtif sudah duduk menunggunya tepat ditaman samping halaman. Keduanya menunjukkan senyum sambutan padanya. Bayu menjadi terhenti langkahnya sejenak melihat ke Raffisa.
“Ayo, om. Kita duduk bareng sama omah juga tante!”, ajak Raffisa berwajahkan ceria lalu beranjak lebih dulu menghampiri mereka berdua. Bayu pun menyusulnya tuk menghampiri mereka berdua. Dan kini Bayu telah duduk disamping ibu, sedangkan Raffisa duduk disamping Inairtif. Posisi kursi yang diduduki Bayu dan Raffisa, sama-sama menyerong kedalam. “Bukankah, kau sering menghabiskan waktu luangmu ditempat terbuka.”, tanya Inairtif mencoba menyapanya.
Memberi senyum melihat bahagia. Bayu mengangguk mengiyakan, memberi senyum pula mencoba menatapinya. Namun tidak menemukan mata dari Inairtif yang dulu pernah melihat dirinya. “Jaga pandanganmu, nak. Ini bulan suci, bahkan dibulan yang lainnya juga kamu wajib menjaga pandanganmu.”, tegur ibu dari Inairtif ketika tidak sengaja melihat Bayu yang sedang menatapi putrinya. Inairtif menjadi tertawa kecil melihat ke Raffisa, Raffisa pun begitu padanya.
Sedangkan Bayu menjadi salah tingkah, memilih melihat kebawah sambil berkata, “Maaf ibu, bukan maksudku berperilaku yang demikian.”. Pinta maafnya menyadari kesalahannya.
“Dimana keluargamu, apa keluargamu sudah tau tentang kesalahan apa yang sudah kamu lakukan bersama putri saya?”, tanya ibu dari Inairtif melihat serius padanya. Bayu menjadi terdiam berpikir, lalu melihat ke ibu dari Inairtif.
“Saya tidak pernah menceritakannya, ibu. Tapi bila saya diberitahu tentang kenyataan yang sebenarnya oleh Ina, maka saya akan menceritkan penuh kepada keluarga saya.”, ujar Bayu mengutarakannya berandai mengetahui lebih awal yang telah lalu.
“Mengapa kamu tidak berusaha, membujuknya tuk bercerita tentang kenyataan yang baru kamu ketahui?”, tanya Ibu dari Inairtif ingin mengetahui jawaban darinya.
“Dia lebih mengutamakan kesalahannya pada istri dari temanku. Karna jika saya sudah mengetahui kenyataan itu, saya tidak akan membiarkannya tuk memberi putri kami pada mereka. Karna, saya mengutaman tanggung jawab saya sebagai ayah dari putri kami.”, ungkap Bayu mengutarakan isi pemikirannya jika memang sudah mengetahui kenyataan itu sebelumnya.
 Ibu dari Inairtif menjadi hening menatapnya, sedikit merasa puas dari jawaban dirinya. lalu beralih melihat ke Inairtif, Inairtif pun melihat ke ibunya sambil mengangguk mengedipkan kedua matanya. Bayu mulai merasa bingung melihat sikap dari keduanya. Kemudian ibu dari Inairtif mengajak Inairtif serta Raffisa tuk berdiri dari duduknya, disusul oleh ibunya. Lalu melihat ke Bayu sambil berkata, “Tunggulah disini sebentar, sebab saya harus berbicara tanpa kamu bersama anak saya serta Raffisa!”.
Ibu dari Inairtif memberi perintah kepada Bayu, memberi ketegasan. Bayu menjadi bingung lagi menatapi ibu dari Inairtif, “Insya Allah, saya akan usahakan”, jawabnya menerima. Sebab hati kecilnya berharap bisa bertemu dengan Inairtif yang dulu pernah ditemuinya. Dan mereka bertigapun mulai beranjak bersama meninggalkan Bayu, sikapnya sama-sama cuek pula. Bayu yang sudah melihat mereka bertiga bersikap cuek, hanya berdiam menunggu hikmah yang akan didapatinya setelah ini, pikirnya.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Setelah lima menit Bayu menunggu, masih duduk dalam keadaan seorang diri ditempatnya. Tiba-tiba saja Bayu mendengar suara dari Inairtif membacakan ulang isi dari surat, yang telah ditulisnya dan telah sampai pada Inairtif dihari kemarin. Bayu menjadi terdiam kaku mendengarkannya, melihat lurus kedepan hening lalu berdiri dari duduknya. Lalu menghadapkan tubuhnya ke arah suara dari Inairtif itu berasal, barulah dilihatnya kalau Inairtif sedang menghampiri dirinya.
“Maha Besar Engkau, Tuhanku. Telah memberiku hikmah, sementara baru saja tadi aku memikirkan hikmah setelah ini.”, bisik Bayu dihatinya menatapi Inairtif yang masih berusaha menghampirinya.
“Suara itu, adalah suara dimana kita pernah saling berbicara. Mata itu, adalah mata saat dimana pertama kamu melihatku. Dan hati kecilku, baru meneriakkan namamu seakan-akan menyambut kedatanganmu kini didepanku.”, ungkap Bayu ketika mengetahui Inairtif sudah berhenti didepannya.
“Ternyata, Dokter masih menyimpan kenangan dulu. Dan baru saja Dokter mengutarakan kenangan dulu itu.”, Inairtif menyahut berbalas mengenang yang dulu.
Bayu menjadi hening menatapinya, bertanya sendiri mengapa baru merasa telah menemukan Inairtif yang dulu. Berbeda ketika sedang duduk bersama Inairtif, saat tadi. Sedangkan Inairtif memberinya senyum lalu beralih melihat kepintu masuk rumah disana. Dan Bayu mengikutinya masih menatap hening dalam tanyanya sendiri. Kemudian menjadi terkejut karna menemukan Inairtif yang lain, yang baru saja membuka pintu masuk rumah dan berdiri disana.
“Apakah aku sedang dipermainkan? Cukup aku menjadi yang tertinggal, dan yang ditinggal!”, tanya Bayu berkeluh menegaskan melihat ke Inairtif yang sedang berada disini. Mulai merasa sebuah keanehan. “Sudah, jangan drama dulu, Dokter!”, sanggah Inairtif menghentikannya melihat ke Bayu. Inairtif lain yang sedang berada disana mulai berkata terhadap mereka berdua. “Aku menunggu kabar baik dari kalian berdua. Ina dan Dokter Bayu.”, Inairtif dengan berteriak kecil memakai keceriaan.
Inairtif yang sedang bersama Bayu, menjadi tersenyum bahagia. Sedangkan Bayu beralih melihat Inairtif didepannya, memakai wajah tanya menunggu penjelasan darinya. “Jadi, kalian berdua adalah saudara kembar? Sungguh, kalian hanya memiliki satu perbedaan, yaitu hanya nama panggilannya saja.”, tanya Bayu lalu mengutarakan pengamatannya. Inairtif yang sudah melihat padanya menjadi tersenyum mengangguk.
“Kita berjumpa lagi di Jakarta, Dokter.”, Inairtif berucap selamat datang menatap ceria. Bayu teringat pada chat terakhir sewaktu Inairtif masih berada dluar kota. “Dan sekarang baru kumengerti, bagaimana membuatmu untuk berpikir dua kali ketika akan meninggalkanku lagi.”, Bayu mengutarakan sedikit isi hatinya. Masih hening, tenang. Inairtif berdiam menatapnya akan berbicara menyahutnya hingga membuat Bayu menjadi terkejut sejenak.
“Tapi sayang, sebentar lagi aku harus membicarakan pernikahanku dengan seorang pria. Sebab, telah ada seorang pria yang sedang menungguku tuk membicarakan itu, Dokter.”, Inairtif berbicara menyatakan mmakai keseriusan dirinya sendiri. Bayu menjadi tertegun, gugup serta terkejut sejenak. Wajahnya mulai menyerah akan sebuah pernyataan, teringat dengan kegagalannya untuk menemui Inairtif demi membicarakan keseriusan tentang hubungan keduanya.
“Dokter, aku sama sekali tidak menyukai, Dokter. Karna, aku sudah terlanjur mencintai seorang pria dari ayah kandung putriku sendiri.”, Inairtif berkata mencoba menyindirnya. Bayu yang sudah mengerti maksud dari sindirannya, merasa lemas tersenyum lepas karna bahagia. “Insya Allah, sebelum dimana hari umat muslim kembali pada fitrahnya. Kita berdua sudah menjadi pasangan yang halal lagi baik dihadapan-Nya.”, Bayu langsung berbicara pada topiknya.
Menetapkan hari dimana keduanya akan melepaskan status lajang mereka. Inairtif menjadi tersenyum malu, karna begitu tersanjungi lalu menunjukkan jari manisnya yang telah memakai cincin dari pemberiannya. Dan Bayu yang sudah melihatnya menjadi bahagia bahkan amat bahagia, namun tidak sampai berlebihan. Sementara ibu, saudara perempuannya, serta Raffisa telah melihat keduanya dari jendela didalam rumah.
Mereka bertiga juga ikut merasa bahagia karna melihat keduanya yang kelihatannya akan bersatu. Dan tinggal menunggu harinya saja tuk menyaksikan penyatuan cinta diantara keduanya.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar