Rabu, 13 Juli 2016

METAMORFOSA *21*



Paginya sekitar pukul Sembilan, Dhiya sedang bermain bersama eyangnya, ibu dari El Scant diruang keluarga. Mereka berdua sedang bermain tebak-tebakan, selalu menampilkan keceriaannya masing-masing. Kemudian Dhiya dengan tiba-tiba mengajak eyangnya itu untuk mengobrol sebentar. Dhiya ingin berkonsultasi tentang apa yang masih dirasakannya kini kepada eyang terkasihnya.
“Eyang, hari kemarin Dhiya dipeluk temen dari abi loh.”, Dhiya memulai menatap canda.
“Oyah? Siapa itu cucu termanis, eyang?”, tanya eyang merespon canda pula kepadanya.
“Siapa itu adalah, seorang pria?! Dia sangat tampan, tapi tidak bisa mengalihkan ketampanan abi dimata Dhiya.”, ujar Dhiya mulai bercerita.
“Sok atuh, ujarin lebih lanjut.”, ajak eyang menatap menunggu.
“Tapi daripada itu, Dhiya lebih merasa nyaman ketika berada dalam pelukannya. Soal tampan memang abi yang menang, tapi kalau kenyamanan dia yang menang.”, ujar Dhiya melanjutkan terbuka.
“Siapa nama dia, yang sudah Dhiya maksudkan?”, tanya lagi eyang mulai menatap serius.
“Om Ba-yu!!!”, tegas kecil Dhiya menyebutkan nama Bayu dengan tertawa kecil. Eyangnya menjadi tertawa kecil sebab menganggap lucu serta humor.
Sementara Re Becca yang sudah mendengar percakapan terakhir dari mereka berdua, menjadi terdiam hening karna kebetulan sedang melintas didekat keberadaan mereka berdua, berdiri ditempat. “Sepertinya, ada sesuatu yang sudah ditemui oleh Dhiya? Tapi, sangat tidak mungkin kalau Bayu ada hubungannya dengan Dhiya?”, bisik tanyanya kecil sambil memikirkan. Lalu beralih berjalan cepat menuju ke kamarnya sendiri.

Sore harinya. . . .

Re Becca sedang merapikan tempat tidur didalam kamarnya, ia merapikan tempat tidur sambil menunggu kedatangan El Scant memasuki kamarnya. Tak berapa lama kemudian, El Scant pun datang memasuki kamarnya. Dan Re Becca yang sudah peka dengan suara langkah kaki dari kedatangan El Scant, membalikkan tubuhnya menghadap ke suami tercintanya. “Assalamu’alaikum sayang”, sapa El Scant memberi salam dengan sudah berhenti didepan istri tercintanya.
Re Becca memberi senyum memberi salam juga. Lalu beralih melepaskan dasi yang dikenakan El Scant memakai kelembutan.
“Kata mama, tadi Dhiya banyak bicara ya? Bicara apa aja tadi?”, El Scant bertanya karna penasaran. Bertatap penasaran.
“Dhiya bercerita sok misterus, dan jawabannya sangat dekat yaitu, Bayu.”, ujar Re Becca masih berusaha melepaskan dasi suami tercintanya. Bertatap santai.
“Dhiya pasti menceritakan kebersamaannya dengan Bayu, dihari kemarin. Ternyata putri kita sangat pandai dalam berkawan.”, ungkap El Scant dengan Syukur. Bertatap bahagia.
Kemudian El Scant berpaling pergi, usainya melihat Re Becca sudah melepaskan dasi yang dikenakannya. Dan disaat Re Becca akan menggantungkan dasi milik suaminya itu, didengarnya El Scant mengatakan sesuatu. “Sayang, aku sudah berbicara dengan temanku untuk membantu mengurus akta kelahiran dari Dhiya. Tapi sebelum itu, pertemukan aku dulu dengan salah-satu orang tua kandung darinya. Karna kan, cuma kamu yang mengetahui orang tua kandung darinya bukan!?”, katanya santai.
Sedangkan Re Becca merasa kekakuan dalam dirinya, sebab belum mengetahui seorang ayah biologis dari Dhiya. Dan yang mengetahui seorang ayah biologis dari Dhiya hanya Inairtif saja, isi pemikirannya. Dari pemikiran itulah, Re Becca berniat akan mengirim pesan kepada Inairtif tuk segera menemui El Scant demi memberi sebuah penjelasan. Dan itu akan dilakukannya pada esok hari.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Esok dipagi harinya, Re Becca mengirimkan sebuah pesan kepada Inairtif. Re Becca menuliskan pesan jika Inairtif harus menemui suaminya disebuah rumah sakit, tempat suaminya telah bekerja. Dan disana Inairtif yang sedang berada dirumah kediamannya pun baru membaca pesan dari Re Becca tersebut. Lalu berdiam memikirkan.

Beberapa saat kemudian. . . .

Pukul delapan pagi, Inairtif telah sampai disebuah rumah sakit seperti yang telah tertulis dalam sebuah pesan dari Re Becca kepadanya. Dan kini ia sedang duduk mengantri diruang tunggu didepan ruang praktek Dokter El Scant, seperti para pasien yang sedang mengantri. Kemudian pada pukul sepuluh lewat empat puluh lima menit, semua para pasien telah berkonsultasi. Dan kini giliran Inairtif yang langsung memasuki ruangan Dokter El Scant.
Dokter El Scant yang melihatnya tanpa membawa seorang anak, menjadi melihat diam hening hingga Inairtif duduk dikursi didepan meja kerjanya. Sedangkan Inairtif menahan tanyanya sedari tadi ketika baru mengetahui wajah dari Dokter El Scant, yang pernah ditemuinya pada lima tahun lalu sedang duduk didepan ruang ICCU. Terlebih lagi ia baru mengetahui kalau Dokter El Scant adalah seorang suami dari Re Becca.
“Maaf, saya yang telah membuat janji sama istri anda untuk menemui anda disini.”, permisi Inairtif melihat segan.
“Siapa nama kamu?”, tanya El Scant bijak begitupun tatapannya.
“Saya, Inairtif.”, jawab singkat Inairtif masih melihat segan. Mulai merasa tegang.
“Jadi kamu, orangtua kandung perempuan dari putri kami? Lalu, dimana suami kamu? Mengapa hanya sendiri saja datang kemari menemui saya?”, tanya El Scant lebih memulainya.
“Hem, suami?”, tanya balik Inairtif seketika menatap kaget.
El Scant merasa curiga secara tiba-tiba, lalu berdiri dari duduknya menatap tanya padanya, berdiam. Inairtif pun masih menatap kaget masih pula disertai ketegangan. “Katakan pada saya, anak siapa yang telah kau titipkan pada istriku? Karna jika kamu sudah bersuami, tidak mungkin kamu menjadi kaget seperti itu?”, tanya El Scant mulai menegaskan. Inairtif menjadi berdiri semakin menatapnya terkejut tegang.
“Di-a, sedang berada diluar kota. Iya, begi-tu.”, Inairtif mendalihkan. Mulai bertatap santai tapi palsu.
“Lalu kapan, saya bisa bertemu dengannya?”, El Scant semakin mempertanyakan karna semakin curiga.
Inairtif menjadi terkejut lagi lalu menatap ke bawah seperti berusaha mencari jawaban. El Scant menunggu jawaban darinya melihatnya bingung, karna kecurigaan padanya semakin meningkat. “Anggukkan kepalamu? Jika kalian berdua sudah bercerai?”, perintah El Scant tuk memastikan. Inairtif kembali melihat padanya dengan menggeleng. El Scant melihatnya semakin bingung lalu berkata menyerah.
“Saya menyerah, sepertinya kau tidak mau berbicara tentang suamimu. Namun daripada itu, saya tetap menunggumu untuk segera pertemukan saya dengan suamimu. Dan saya sangat bermohon, tepati janjimu, oke!!”, El Scant berkata menyerah sedikit menajamkan. “Insya Allah, Dokter.”, Inairtif berkata mengiyakan sedikit lemas tatapannya. Sementara disana terlihat Bayu sedang berjalan menuju keruang praktek El Scant. Berniat akan mengajaknya untuk melakukan sholat jum’at bersama.
Dan saat ketika tinggal beberapa langkah saja akan sampai keruangan praktek El Scant, Bayu melihat Inairtif keluar dari ruangan tersebut lalu berjalan pergi berlawanan arah membelakanginya. “Adaw, sedang apa dia diruangan praktek Els?”, gumamnya dihati masih berjalan sedikit merasa kaget.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

 Dan kinipun Bayu sudah memasuki ruang praktek El scant, sudah berdiri didepan meja kerja El Scant. Sedangkan El Scant duduk dikursi kerjanya melihat lesuh padanya. “Sepertinya kamu baru saja menerima tamu? Siapa dia?”, tanya Bayu mencoba mengajaknya bicara. Melihat biasa namun ingin mengetahui. “Dia adalah orangtua kandung perempuan dari putriku.”, sahut El Scant menjawab lesuh. Bayu menjadi kaget hingga reflek mengucapkan, “Aaaaa?”, dengan tatapan menanyakan.
Sedangkan El Scant mengangguk lesuh. Pertanyaan pun mulai muncul menghampiri jalan pemikiran Bayu. Namun begitu suara adzan berkumandang, mereka memutuskan tuk segera beralih pergi kesebuah masjid terdekat demi melakukan sholat jum’at berjamaah. Karna keduanya tidak ingin membahasnya dulu, mengutamakan yang lebih utama. Sebab keduanya sama-sama merasa kurang menerima atas kabar berita yang telah sampai dari kedatangan Inairtif.
El Scant memikirkan nasib putrinya, dan Bayu memikirkan apakah Inairtif sudah berkeluarga dibelakang sepengetahuannya.

Esok harinya lagi. . . .

Ditaman biasa, Bayu sedang ngabuburit seorang diri. Bayu disana sedang berdiri didepan danau didalam taman itu, memikirkan lagi tentang Inairtif yang kabarnya sudah berkeluarga dibelakang sepengetahuannya. Kabar dari Inairtif tersebut telah membuatnya tersiksa, karna telah menunggu seorang yang sudah berkeluarga, pikirnya bijak baru mengetahui. “Seandainya ada masa untuk kami bicara? Pasti dia akan permisi tuk berkeluarga dengan pria lain. Iya, aku mencintainya!!”, bisiknya.
Namun ketika berbalik membelakangi danau, Bayu tiba-tiba saja melihat Inairtif sedang berjalan bergandengan bersama Raffisa. Tepatnya diarah kanannya dikejauhan. Bayu memajukan langkahnya sebanyak lima langkah menatapi hening kepada mereka berdua. Lalu dilihatnya Raffisa melepaskan gandengannya dengan beralih tuk bermain sendiri, dan kini tinggallah Inairtif sendiri. Dikejauhan, Inairtif menjadi tersenyum sendiri sambil berjalan melihat Raffisa bermain bersama anak-anak lainnya.
Hingga pada beberapa saat kemudian, ia melihat Bayu sedang berjalan menghampirinya tepat didepannya dan sudah tidak jauh dengannya. Jantungnya kembali bergetar, berdebar, berdetak seperti melukiskan kerinduan yang pernah dirasanya kemarin untuk Bayu. Ia melihat Bayu diam hingga disaat Bayu berhenti didepannya. “Hai….?”, baru Inairtif menyapanya. Dipotong langsung oleh Bayu dengan mempertegas.
“Jadi selama ini kamu menghilang tanpa kabar, tanpa jejak? Kamu sudah berkeluarga?”, tegas Bayu memperdingin tatapannya. Inairtif menjadi kaget mulai menatap diam. “Aku kesal dengan takdirku! Tuhan memberi rindu padaku untukmu! Sehingga membuatku menunggumu berharap kau akan segera aku temui!”, sambungnya mengungkap menegaskan semakin memperdingin tatapannya. Inairtif rasa kagetnya semakin menjadi-jadi, semakin menatap diam mendengarkan.  
Namun ketika Bayu akan menyambung katanya lagi, ada suara seorang anak kecil yang menyambung dibalik dirinya. “Jangan teruskan! Tante sudah cukup menderita karna tidak bisa berkumpul dengan keluarga kecilnya!”, kata seorang anak kecil itu sedikit meredamkan amarah Bayu. Bayu pun membalikkan tubuhnya menghadap keseorang anak kecil itu, dan Bayu dapat mengenalinya karna seorang anak kecil itu adalah Raffisa.
“Maafin tante Raffisa, om.”, Raffisa berkata maaf karna juga telah mengenal Bayu. Bayu menjadi terpaku ketika sudah mendengar kata sebagai perwakilan maaf darinya. Sementara inairtif dibaliknya mulai memikirkan darimana Bayu menadpatkan kabar yang mengenai dirinya tersebut, melihat resah tanya ke Bayu. Kemudian Bayu melihat lagi ke Inairtif sambil berkata lagi yang terakhir, “Kita harus bicara! Entah bagaimana caranya kau harus datang menemuiku!”, disertai perintah.
Usainya berkata yang terakhir, Bayu berpaling pergi dengan mengucapkan salam dahulu dan Inairtif serta Raffisa membalas salamnya melihat Bayu yang sudah berjalan pergi meninggalkan. Lalu Inairtif mengajak Raffisa untuk pulang, sebab waktu berbuka sudah dekat. Dan akhirnya mereka berdua berpaling pergi juga tuk meninggalkan taman itu dengan beralih pulang kerumah kediamannya.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar