Paginya sekitar pukul Sembilan,
Dhiya sedang bermain bersama eyangnya, ibu dari El Scant diruang keluarga.
Mereka berdua sedang bermain tebak-tebakan, selalu menampilkan keceriaannya
masing-masing. Kemudian Dhiya dengan tiba-tiba mengajak eyangnya itu untuk
mengobrol sebentar. Dhiya ingin berkonsultasi tentang apa yang masih
dirasakannya kini kepada eyang terkasihnya.
“Eyang, hari kemarin Dhiya dipeluk
temen dari abi loh.”, Dhiya memulai menatap canda.
“Oyah? Siapa itu cucu termanis,
eyang?”, tanya eyang merespon canda pula kepadanya.
“Siapa itu adalah, seorang pria?!
Dia sangat tampan, tapi tidak bisa mengalihkan ketampanan abi dimata Dhiya.”,
ujar Dhiya mulai bercerita.
“Sok atuh, ujarin lebih lanjut.”,
ajak eyang menatap menunggu.
“Tapi daripada itu, Dhiya lebih
merasa nyaman ketika berada dalam pelukannya. Soal tampan memang abi yang
menang, tapi kalau kenyamanan dia yang menang.”, ujar Dhiya melanjutkan
terbuka.
“Siapa nama dia, yang sudah Dhiya
maksudkan?”, tanya lagi eyang mulai menatap serius.
“Om Ba-yu!!!”, tegas kecil Dhiya
menyebutkan nama Bayu dengan tertawa kecil. Eyangnya menjadi tertawa kecil sebab
menganggap lucu serta humor.
Sementara Re Becca yang sudah
mendengar percakapan terakhir dari mereka berdua, menjadi terdiam hening karna
kebetulan sedang melintas didekat keberadaan mereka berdua, berdiri ditempat.
“Sepertinya, ada sesuatu yang sudah ditemui oleh Dhiya? Tapi, sangat tidak
mungkin kalau Bayu ada hubungannya dengan Dhiya?”, bisik tanyanya kecil sambil
memikirkan. Lalu beralih berjalan cepat menuju ke kamarnya sendiri.
Sore harinya. . . .
Re Becca sedang merapikan tempat
tidur didalam kamarnya, ia merapikan tempat tidur sambil menunggu kedatangan El
Scant memasuki kamarnya. Tak berapa lama kemudian, El Scant pun datang memasuki
kamarnya. Dan Re Becca yang sudah peka dengan suara langkah kaki dari
kedatangan El Scant, membalikkan tubuhnya menghadap ke suami tercintanya.
“Assalamu’alaikum sayang”, sapa El Scant memberi salam dengan sudah berhenti
didepan istri tercintanya.
Re Becca memberi senyum memberi
salam juga. Lalu beralih melepaskan dasi yang dikenakan El Scant memakai
kelembutan.
“Kata mama, tadi Dhiya banyak
bicara ya? Bicara apa aja tadi?”, El Scant bertanya karna penasaran. Bertatap
penasaran.
“Dhiya bercerita sok misterus, dan
jawabannya sangat dekat yaitu, Bayu.”, ujar Re Becca masih berusaha melepaskan
dasi suami tercintanya. Bertatap santai.
“Dhiya pasti menceritakan
kebersamaannya dengan Bayu, dihari kemarin. Ternyata putri kita sangat pandai
dalam berkawan.”, ungkap El Scant dengan Syukur. Bertatap bahagia.
Kemudian El Scant berpaling pergi,
usainya melihat Re Becca sudah melepaskan dasi yang dikenakannya. Dan disaat Re
Becca akan menggantungkan dasi milik suaminya itu, didengarnya El Scant
mengatakan sesuatu. “Sayang, aku sudah berbicara dengan temanku untuk membantu
mengurus akta kelahiran dari Dhiya. Tapi sebelum itu, pertemukan aku dulu
dengan salah-satu orang tua kandung darinya. Karna kan, cuma kamu yang
mengetahui orang tua kandung darinya bukan!?”, katanya santai.
Sedangkan Re Becca merasa kekakuan
dalam dirinya, sebab belum mengetahui seorang ayah biologis dari Dhiya. Dan
yang mengetahui seorang ayah biologis dari Dhiya hanya Inairtif saja, isi
pemikirannya. Dari pemikiran itulah, Re Becca berniat akan mengirim pesan
kepada Inairtif tuk segera menemui El Scant demi memberi sebuah penjelasan. Dan
itu akan dilakukannya pada esok hari.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Esok dipagi harinya, Re Becca
mengirimkan sebuah pesan kepada Inairtif. Re Becca menuliskan pesan jika
Inairtif harus menemui suaminya disebuah rumah sakit, tempat suaminya telah bekerja.
Dan disana Inairtif yang sedang berada dirumah kediamannya pun baru membaca
pesan dari Re Becca tersebut. Lalu berdiam memikirkan.
Beberapa saat kemudian. . . .
Pukul delapan pagi, Inairtif telah
sampai disebuah rumah sakit seperti yang telah tertulis dalam sebuah pesan dari
Re Becca kepadanya. Dan kini ia sedang duduk mengantri diruang tunggu didepan
ruang praktek Dokter El Scant, seperti para pasien yang sedang mengantri.
Kemudian pada pukul sepuluh lewat empat puluh lima menit, semua para pasien
telah berkonsultasi. Dan kini giliran Inairtif yang langsung memasuki ruangan
Dokter El Scant.
Dokter El Scant yang melihatnya
tanpa membawa seorang anak, menjadi melihat diam hening hingga Inairtif duduk
dikursi didepan meja kerjanya. Sedangkan Inairtif menahan tanyanya sedari tadi
ketika baru mengetahui wajah dari Dokter El Scant, yang pernah ditemuinya pada
lima tahun lalu sedang duduk didepan ruang ICCU. Terlebih lagi ia baru
mengetahui kalau Dokter El Scant adalah seorang suami dari Re Becca.
“Maaf, saya yang telah membuat
janji sama istri anda untuk menemui anda disini.”, permisi Inairtif melihat
segan.
“Siapa nama kamu?”, tanya El Scant
bijak begitupun tatapannya.
“Saya, Inairtif.”, jawab singkat
Inairtif masih melihat segan. Mulai merasa tegang.
“Jadi kamu, orangtua kandung
perempuan dari putri kami? Lalu, dimana suami kamu? Mengapa hanya sendiri saja
datang kemari menemui saya?”, tanya El Scant lebih memulainya.
“Hem, suami?”, tanya balik
Inairtif seketika menatap kaget.
El Scant merasa curiga secara
tiba-tiba, lalu berdiri dari duduknya menatap tanya padanya, berdiam. Inairtif
pun masih menatap kaget masih pula disertai ketegangan. “Katakan pada saya,
anak siapa yang telah kau titipkan pada istriku? Karna jika kamu sudah
bersuami, tidak mungkin kamu menjadi kaget seperti itu?”, tanya El Scant mulai
menegaskan. Inairtif menjadi berdiri semakin menatapnya terkejut tegang.
“Di-a, sedang berada diluar kota.
Iya, begi-tu.”, Inairtif mendalihkan. Mulai bertatap santai tapi palsu.
“Lalu kapan, saya bisa bertemu
dengannya?”, El Scant semakin mempertanyakan karna semakin curiga.
Inairtif menjadi terkejut lagi
lalu menatap ke bawah seperti berusaha mencari jawaban. El Scant menunggu
jawaban darinya melihatnya bingung, karna kecurigaan padanya semakin meningkat.
“Anggukkan kepalamu? Jika kalian berdua sudah bercerai?”, perintah El Scant tuk
memastikan. Inairtif kembali melihat padanya dengan menggeleng. El Scant
melihatnya semakin bingung lalu berkata menyerah.
“Saya menyerah, sepertinya kau
tidak mau berbicara tentang suamimu. Namun daripada itu, saya tetap menunggumu
untuk segera pertemukan saya dengan suamimu. Dan saya sangat bermohon, tepati
janjimu, oke!!”, El Scant berkata menyerah sedikit menajamkan. “Insya Allah,
Dokter.”, Inairtif berkata mengiyakan sedikit lemas tatapannya. Sementara
disana terlihat Bayu sedang berjalan menuju keruang praktek El Scant. Berniat
akan mengajaknya untuk melakukan sholat jum’at bersama.
Dan saat ketika tinggal beberapa
langkah saja akan sampai keruangan praktek El Scant, Bayu melihat Inairtif
keluar dari ruangan tersebut lalu berjalan pergi berlawanan arah
membelakanginya. “Adaw, sedang apa dia diruangan praktek Els?”, gumamnya dihati
masih berjalan sedikit merasa kaget.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Dan kinipun Bayu sudah memasuki ruang praktek
El scant, sudah berdiri didepan meja kerja El Scant. Sedangkan El Scant duduk
dikursi kerjanya melihat lesuh padanya. “Sepertinya kamu baru saja menerima
tamu? Siapa dia?”, tanya Bayu mencoba mengajaknya bicara. Melihat biasa namun
ingin mengetahui. “Dia adalah orangtua kandung perempuan dari putriku.”, sahut
El Scant menjawab lesuh. Bayu menjadi kaget hingga reflek mengucapkan,
“Aaaaa?”, dengan tatapan menanyakan.
Sedangkan El Scant mengangguk
lesuh. Pertanyaan pun mulai muncul menghampiri jalan pemikiran Bayu. Namun
begitu suara adzan berkumandang, mereka memutuskan tuk segera beralih pergi
kesebuah masjid terdekat demi melakukan sholat jum’at berjamaah. Karna keduanya
tidak ingin membahasnya dulu, mengutamakan yang lebih utama. Sebab keduanya
sama-sama merasa kurang menerima atas kabar berita yang telah sampai dari
kedatangan Inairtif.
El Scant memikirkan nasib
putrinya, dan Bayu memikirkan apakah Inairtif sudah berkeluarga dibelakang
sepengetahuannya.
Esok harinya lagi. . . .
Ditaman biasa, Bayu sedang
ngabuburit seorang diri. Bayu disana sedang berdiri didepan danau didalam taman
itu, memikirkan lagi tentang Inairtif yang kabarnya sudah berkeluarga dibelakang
sepengetahuannya. Kabar dari Inairtif tersebut telah membuatnya tersiksa, karna
telah menunggu seorang yang sudah berkeluarga, pikirnya bijak baru mengetahui.
“Seandainya ada masa untuk kami bicara? Pasti dia akan permisi tuk berkeluarga
dengan pria lain. Iya, aku mencintainya!!”, bisiknya.
Namun ketika berbalik membelakangi
danau, Bayu tiba-tiba saja melihat Inairtif sedang berjalan bergandengan
bersama Raffisa. Tepatnya diarah kanannya dikejauhan. Bayu memajukan langkahnya
sebanyak lima langkah menatapi hening kepada mereka berdua. Lalu dilihatnya
Raffisa melepaskan gandengannya dengan beralih tuk bermain sendiri, dan kini
tinggallah Inairtif sendiri. Dikejauhan, Inairtif menjadi tersenyum sendiri
sambil berjalan melihat Raffisa bermain bersama anak-anak lainnya.
Hingga pada beberapa saat
kemudian, ia melihat Bayu sedang berjalan menghampirinya tepat didepannya dan
sudah tidak jauh dengannya. Jantungnya kembali bergetar, berdebar, berdetak
seperti melukiskan kerinduan yang pernah dirasanya kemarin untuk Bayu. Ia
melihat Bayu diam hingga disaat Bayu berhenti didepannya. “Hai….?”, baru
Inairtif menyapanya. Dipotong langsung oleh Bayu dengan mempertegas.
“Jadi selama ini kamu menghilang
tanpa kabar, tanpa jejak? Kamu sudah berkeluarga?”, tegas Bayu memperdingin
tatapannya. Inairtif menjadi kaget mulai menatap diam. “Aku kesal dengan
takdirku! Tuhan memberi rindu padaku untukmu! Sehingga membuatku menunggumu
berharap kau akan segera aku temui!”, sambungnya mengungkap menegaskan semakin
memperdingin tatapannya. Inairtif rasa kagetnya semakin menjadi-jadi, semakin
menatap diam mendengarkan.
Namun ketika Bayu akan menyambung
katanya lagi, ada suara seorang anak kecil yang menyambung dibalik dirinya.
“Jangan teruskan! Tante sudah cukup menderita karna tidak bisa berkumpul dengan
keluarga kecilnya!”, kata seorang anak kecil itu sedikit meredamkan amarah
Bayu. Bayu pun membalikkan tubuhnya menghadap keseorang anak kecil itu, dan
Bayu dapat mengenalinya karna seorang anak kecil itu adalah Raffisa.
“Maafin tante Raffisa, om.”,
Raffisa berkata maaf karna juga telah mengenal Bayu. Bayu menjadi terpaku
ketika sudah mendengar kata sebagai perwakilan maaf darinya. Sementara inairtif
dibaliknya mulai memikirkan darimana Bayu menadpatkan kabar yang mengenai
dirinya tersebut, melihat resah tanya ke Bayu. Kemudian Bayu melihat lagi ke
Inairtif sambil berkata lagi yang terakhir, “Kita harus bicara! Entah bagaimana
caranya kau harus datang menemuiku!”, disertai perintah.
Usainya berkata yang terakhir,
Bayu berpaling pergi dengan mengucapkan salam dahulu dan Inairtif serta Raffisa
membalas salamnya melihat Bayu yang sudah berjalan pergi meninggalkan. Lalu
Inairtif mengajak Raffisa untuk pulang, sebab waktu berbuka sudah dekat. Dan
akhirnya mereka berdua berpaling pergi juga tuk meninggalkan taman itu dengan
beralih pulang kerumah kediamannya.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar