Rabu, 13 Juli 2016

METAMORFOSA *27*



Sore harinya, Bayu dan El Scant baru saja selesai berdo’a setelah menunaikan ibadah sholat ashar dimusholla didalam rumah sakit. Posisi duduk mereka yang bersebelahan, memudahkan Bayu tuk  memberikan sebuah kertas yang telah diamanatkan oleh Inairtif tuk diberikan pada El Scant. Ketika hubungan persaudaraan diantara keduanya sudah membaik. Dan kini El Scant membuka lipatan pada kertas kecil itu akan membacanya segera.
Tertulis, “Satu alasan yang paling kuat adalah, aku ingin menyelamatkan pernikahan kalian dari kemurkaan Allah. Sebab kalian sudah menjadi halal lagi baik dimata Allah, tidak pantas tuk dirubah menjadi haram lagi tidak diridhoi Allah hanya sebuah keinginan dari nafsu. Mungkin ini adalah cara Tuhan, menghidupkan manusia baru meski kami harus celaka lebih dulu. Dkalahkan oleh syahwat kami. Daripada harus Dokter El Scant yang menyirami rahimku, sedang aku bukan wanita halal untukmu.”.
Tulisan dari surat Inairtif begitu menyentuh, sehingga El Scant menjadi kagum lalu menutup lipatan kembali surat tersebut. “Subahanallah, Alhamdulillah, Lailahaillallah, Allahuakbar!”, ucap syukur El Scant mengucapkan kalimat dzikir. Melihat lurus kedepan lalu melihat ke Bayu disebelah kanannya. “Dia tidak ingin aku menyirami rahimnya, sedang dia bukan wanita halal untukku. Masya Allah, darimana dia mendapat kata-kata bersajak indah itu?”, El Scant mengujarkan lalu bertanya.
“Entahlah, dia merubah penampilannya menjadi wanita berhijab. Setelah dia menghilang lama tak kunjung aku temui, setelah kami mengalami sebuah peristiwa pada malam itu.”, jujur Bayu mengatakan kenyataan dari dirinya sendiri dan Inairtif. Melihat bingung.
“Hikmah yang bisa aku petik, adalah dendam yang membara padaku terhadapnya tiba-tiba menjadi padam. Dia tidak sembarang memberikan Dhiya pada kami. Mungkin, Re Becca pernah meminta dirinya untuk aku campuri dirinya. Namun dirinya menolak karna Allah, bukan dari rasa manusiawinya saja.”, El Scant mencoba mengujarkan maksud dari isi surat tersebut pada Bayu.
Bayu menjadi terdiam menatapi El Scant, lalu beralih melihat kedepan karna baru mengetahui satu alasan yang awalnya dirahasiakan oleh Inairtif darinya.
“Sesungguhnya kami telah melakukan dosa karna berzina. Namun daripada dosa yang telah kami lakukan dari berzina, kami sama-sama melakukan taubat dan hanya Tuhan yang mengetahui.”, ungkap Bayu dalam renungannya bersuara pilu.
El Scant menjadi tersentuh mendengar kata ungkapan darinya, mulai terpikir akan menyiapkan sebuah siasat untuk menjebak Bayu. Namun sebelum siasat yang baru terpikirkan olehnya itu, El Scant harus membujuk Bayu untuk meminta Inairtif segera pulang ke Jakarta. Karna tanpa kehadiran Inairtif maka siasat darinya tidak akan dapat berjalan. “Aku mau, kau tegaskan pada Inairtif untuk segera pulang ke Jakarta!”, bisik El Scant kecil memberi perintah.
Bayu baru melihat ke El Scant lagi mencoba memikirkan apa yang telah dibisikkan olehnya. Mereka berduapun menjadi berpandangan diam, namun dipecahkan oleh kedatangan Dhiya yang memanggil keduanya dengan suara sedikit lantang, ceria. “Papa, abi, ayo ikut Dhiya ke ami Re Becca buat jalan-jalan sore!”, ajak Dhiya melihat keduanya ceria. Sementara keduanya baru saja berdiri lalu bersama berbalik badan, melangkah dengan irama yang sama pula mencoba menghampiri Dhiya.
Dan kini keduanya sudah bersama Dhiya, sudah memakai sepatunya masing-masing. Sebelum beranjak pergi, Dhiya menggandeng El scant diarah kanan, dan mengandeng Bayu diarah kiri. Lalu mereka bertiga berjalan bersama dengan mengikuti langkah Dhiya yang berjalan secara perlahan. Dan didalam perjalanan mereka bertiga, mereka bertiga bermain tanya jawab. Demi menghilangkan jenuh selama masih dalam perjalanan.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Hari telah berganti. Ditaman biasa, dihari yang sudah memasuki siang Bayu sedang berada didalamnya. Bayu sedang berada didalamnya dengan berdiri tegak seperti sedang mengamati sesuatu, menghadap kearah timur. Kemudian ia berjalan, seperti berusaha akan segera mendekati sesuatu yang begitu menarik perhatiannya. “Subahanallah, apakah dia sangat benar telah aku temui kembali? Dari ufuk timur dikejauhan disana?”, bisik Bayu dihatinya masih berjalan semakin berusaha mendekati.
Sementara disana yang sebagai arah tujuan dirinya, terdapat Raffisa sedang bermain bersama seorang wanita yang mirip sekali dengan sosok Inairtif. Seorang wanita itu sedang bermain bersama Raffisa dengan membelakangi Bayu yang masih berjalan berusaha mendekati mereka berdua. Tak butuh waktu lama lagi tuk mendekati mereka berdua, Bayu pun kini telah berada didekat mereka berdua dengan menetap melihat ke Raffisa. Sebab Raffisa terpandang kepadanya lebih dulu.
Dan seorang wanita itu baru membalikkan tubuhnya ke arah Bayu, menunjukkan wajahnya. “Ina?”, sapa Bayu merasa sedikit kaget namun mearsa takjub. Melihat tanya. “Irtif.”, balas seorang wanita itu yang sangat mirip dengan Inairtif. Melihat lugu. “Terserah, intinya, saya telah menemukan dirimu kembali.”, bantah kecil Bayu tegas tidak memperdulikan pengenalan nama darinya. Seorang wanita itu yang diketahuinya Inairtif, memberi senyum sapa kepadanya.
Sedangkan Raffisa yang sudah berada disamping inairtif, menjadi terdiam merenung karna keduanya, melihat kebawah.
 “Kapan kau telah pulang kembali ke Jakarta? Jujur saja, tadi baru saja aku berpikir kalau aku harus menantimu pulang ke Jakarta.”, ungkap Bayu mengutarakan isi pikirannya.
“Baru saja tadi pagi, pukul delapan.”, sahut Inairtif menjawabnya santai.
“Oh, begitu. Ternyata, Ina sama Irtif adalah orang yang sama namun sifatnya, aku merasa ada yang berbeda. Tapi tak apa kok kamu memperkenalkan nama memakai Irtif, bukan Ina yang sering aku bisikin setiap aku merindukanmu.”, keluh Bayu mengutarakan kejujurannya dalam mengenal Inairtif. Melihat bingung padanya.
Inairtif pun menjadi seperti mengingat sesuatu, menatap diam padanya lalu berkata “Maaf, Dokter.”. Sejenak Bayu menjadi tertegun atas perkataan maaf darinya itu, lalu tersenyum mengangguk mulai menatap haru. “Saya bahagia, karna bisa bertemu kamu disini. Tapi sekarang saya harus pergi, assalamu’alaikum.”, Bayu berkata permisi untuk pamit memakai kebijakan. “Walaikumsalam, Dokter.”, balas Inairtif dengan senyuman serta tatapan mempersilahkan.
Dan bayu pun berbalik, mulai beranjak pergi meninggalkannya, membelakangi mereka berdua. Raffisa yang sudah melihat kepergian Bayu, memegang telapak tangan dari Inairtif sembari melihat padanya akan berkata. “Tante jangan bersandiwara, apa jadinya kalau om Bayu mengetahui siapa tante sebenarnya?”, Raffisa memberi tanya dengan kepolosannya. Inairtif yang masih melihat Bayu yang sudah semakin menjauh dan akan berlalu, menyahut Raffisa dengan melihat balik ke Raffisa.
“Dia telah mengutarakan yang sebenarnya dia rasa. Tatapan kedua matanya begitu jujur dibalut dengan ketulusan. Dan perasaanya sangat mengenali Inairtif. Dan bagaimana bisa tante mengungkap siapa diri tante yang sebenarnya sayang? Sungguh, tante tidak tega bila akan menghancurkan penantian panjang dirinya.”, ungkap Inairtif mengutakan penuh isi pemikirannya serta isi dihatinya. Raffisa memberi senyuman ketika sudah mendengarnya, begitupun Inairtif padanya berbalas senyum.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

 Sore harinya selepas ashar, Bayu yang sudah berada dirumah kediamannya tepatnya diruang keluarganya. Mengirim pesan ke Inairtif melalui ponsel miliknya, meminta Inairtif untuk pergi menemuinya pada hari esok dirumah sakit tempatnya mengabdikan diri. Sementara disana, Inairtif sudah menerima pesan darinya. Mencoba memikirkan rumah sakit dimana yang telah dimaksukan oleh Bayu. “Ya Allah, aku harus menawab apa?”, gumamnya dhati mulai kebingungan.
Kembali ke Bayu, Bayu masih menunggu pesan masuk darinya. Dan setelah sepuluh menit menunggu pesan masuk darinya, Bayu pun mendapatkan sebuah pesan masuk darinya. Darinya, Inairtif yang hanya membalas “Siap, Dokter!”. Bayu yang sudah menerima pesannya pun langsung beralih kelantai atas rumah kediamannya, akan segera menuju ke kamarnya untuk beristirahat sambil menunggu waktu berbuka puasa tiba.

Pada esok harinya. . . .

Dipagi hari didalam ruang pribadi El Scant, dirumah sakit. El Scant dan Bayu sedang berada didalamnya, mereka berdiri sedang berdiri bersebelahan membelakangi meja kerja dari El Scant. Keduanya sedang menunggu kedatangan seorang wanita berhijab. “Kapan dia akan datang, wahai sahabatku?”, tanya El Scant melebihkan gaya bicaranya melihat tanya ke Bayu. “Entahlah, akan tetapi tidak akan sampai satu jam kita berdiri seperti ini karna menunggu kedatangannya.”, sahut Bayu.
Lalu mereka bersama melihat ke arah pintu ruangan tersebut, berhenti berbicara sejenak. Dan disana, Inairtif sudah berada didalam rumah sakit. Inairtif tampak kebingungan mencari ruangan Dokter Bayu, ia pun melakukan tanya kepada suster yang ditemuinya dimanakah ruang dari Dokter Bayu berada. Lalu disambungnya dengan menanyakan dimana ruang pribadi dari Dokter El Scant berada. Itu Inairtif lakukan karna Dokter Bayu memintanya tuk menemuinya diruang pribadi dari Dokter El Scant.
Dan akhirnya kini, Inairtif sudah menemukan ruangan pribadi dari Dokter El Scant dengan langsung membuka pintu rungan sambil mengucapkan salam. Memasuki ruangan tersebut, mendekati mereka berdua usainya menutup pintu ruangan itu kembali. El Scant dan Bayu memandanginya diam, Inairtif baru saja berhenti, berdiam didepan keduanya. “Sekarang pukul berapa?”, El Scant menanyakan. “Empat puluh lima menit kita sudah menunggumu disini!”, sambung Bayu menanyakan;
Mereka berdua sama-sama bertanya sedikit dingin terhadap Inairtif. Inairtif memberi senyuman segan melihat keduanya, “Bagimanapun alasannya, saya harus bertanya dulu pada suster tuk menemui ruangan prbadi dari Dokter El Scant.”, Inairtif mengutarakan. El Scant dan Bayu menjadi bingung hingga mereka berdua menjadi saling berpandangan lalu kembali bersama memandangi Inairtif, disertai rasa bingung.
“Oh begitu? Saya ingin menyampaikan kehendak saya untuk kamu dan Dokter Bayu.”, El Scant bertanya lalu permisi akan menyampaikan sesuatu terhadap mereka berdua. Bayu melihat padanya berwajahkan tanya, menunggu. begitupula Inairtif kepada Dokter El Scant.
“Seorang laki-laki yang sudah berzina, harus menikahi perempuan yang sudah berzina dengannya. Aku tidak ingin menjelaskan hukumnya, namun tak bisa dipungkiri lagi kalian berdua harus segera menikah!”, sambung El Scant dalam penyampainnya merupakan jebakan. Bayu dan Inairtif menjadi terkejut apa yang telah disampaikan olehnya.  
“Tidak! Belum tentu kami saling mempunyai ketertarikan, Dokter! Karna tidak dapat saya terima dengan mudah….?”, bahtah kecil Inairtif lalu menjadi terputus karna mengingat sesuatu. Melihat kebawah memkirkan sesuatu yang baru saja teringat. “Kalau memang dia mencintaku, dia tidak akan berkata seperti itu. Tentu dia akan berkata sebuah alasan yang sudah terjadi pada kami sebelumnya!”, keluh Bayu menatap kaget padanya.
“Sudahi saja, mungkin kami butuh bicara secara empat mata saja!”, perintah kecil Bayu mengarah ke El Scant masih menatap kaget padanya. Iniartif masih melihat kebawah dalam keheningannya sendiri.
“Semoga kabar baik dapat aku dengar dari kalian berdua.”, keluh El Scant melihat keduanya. Inairtif menunjukkan wajahnya kembali pada mereka berdua, melihat keduanya.
“Atur saja Dokter Bayu, saya akan siap bersedia kapanpun anda membutuhkan saya.”, Inairtif berkata mengakhiri melihat ke Dokter Bayu. Lalu keduanya menjadi saling berpandangan dingin, seolah-olah keduanya mulai merasa asing seperti tidak pernah kenal dekat pada sebelumnya. El Sant yang sudah mengamati pandangan keduanya, mempersilahkan Inairtif untuk pergi meninggalkan, jika Inairtif menginginkannya.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati” 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar