Sore harinya, Bayu dan El Scant
baru saja selesai berdo’a setelah menunaikan ibadah sholat ashar dimusholla
didalam rumah sakit. Posisi duduk mereka yang bersebelahan, memudahkan Bayu tuk
memberikan sebuah kertas yang telah
diamanatkan oleh Inairtif tuk diberikan pada El Scant. Ketika hubungan
persaudaraan diantara keduanya sudah membaik. Dan kini El Scant membuka lipatan
pada kertas kecil itu akan membacanya segera.
Tertulis, “Satu alasan yang paling
kuat adalah, aku ingin menyelamatkan pernikahan kalian dari kemurkaan Allah.
Sebab kalian sudah menjadi halal lagi baik dimata Allah, tidak pantas tuk
dirubah menjadi haram lagi tidak diridhoi Allah hanya sebuah keinginan dari
nafsu. Mungkin ini adalah cara Tuhan, menghidupkan manusia baru meski kami
harus celaka lebih dulu. Dkalahkan oleh syahwat kami. Daripada harus Dokter El
Scant yang menyirami rahimku, sedang aku bukan wanita halal untukmu.”.
Tulisan dari surat Inairtif begitu
menyentuh, sehingga El Scant menjadi kagum lalu menutup lipatan kembali surat
tersebut. “Subahanallah, Alhamdulillah, Lailahaillallah, Allahuakbar!”, ucap
syukur El Scant mengucapkan kalimat dzikir. Melihat lurus kedepan lalu melihat
ke Bayu disebelah kanannya. “Dia tidak ingin aku menyirami rahimnya, sedang dia
bukan wanita halal untukku. Masya Allah, darimana dia mendapat kata-kata
bersajak indah itu?”, El Scant mengujarkan lalu bertanya.
“Entahlah, dia merubah
penampilannya menjadi wanita berhijab. Setelah dia menghilang lama tak kunjung
aku temui, setelah kami mengalami sebuah peristiwa pada malam itu.”, jujur Bayu
mengatakan kenyataan dari dirinya sendiri dan Inairtif. Melihat bingung.
“Hikmah yang bisa aku petik,
adalah dendam yang membara padaku terhadapnya tiba-tiba menjadi padam. Dia
tidak sembarang memberikan Dhiya pada kami. Mungkin, Re Becca pernah meminta
dirinya untuk aku campuri dirinya. Namun dirinya menolak karna Allah, bukan
dari rasa manusiawinya saja.”, El Scant mencoba mengujarkan maksud dari isi
surat tersebut pada Bayu.
Bayu menjadi terdiam menatapi El
Scant, lalu beralih melihat kedepan karna baru mengetahui satu alasan yang
awalnya dirahasiakan oleh Inairtif darinya.
“Sesungguhnya kami telah melakukan
dosa karna berzina. Namun daripada dosa yang telah kami lakukan dari berzina,
kami sama-sama melakukan taubat dan hanya Tuhan yang mengetahui.”, ungkap Bayu
dalam renungannya bersuara pilu.
El Scant menjadi tersentuh
mendengar kata ungkapan darinya, mulai terpikir akan menyiapkan sebuah siasat
untuk menjebak Bayu. Namun sebelum siasat yang baru terpikirkan olehnya itu, El
Scant harus membujuk Bayu untuk meminta Inairtif segera pulang ke Jakarta.
Karna tanpa kehadiran Inairtif maka siasat darinya tidak akan dapat berjalan.
“Aku mau, kau tegaskan pada Inairtif untuk segera pulang ke Jakarta!”, bisik El
Scant kecil memberi perintah.
Bayu baru melihat ke El Scant lagi
mencoba memikirkan apa yang telah dibisikkan olehnya. Mereka berduapun menjadi
berpandangan diam, namun dipecahkan oleh kedatangan Dhiya yang memanggil
keduanya dengan suara sedikit lantang, ceria. “Papa, abi, ayo ikut Dhiya ke ami
Re Becca buat jalan-jalan sore!”, ajak Dhiya melihat keduanya ceria. Sementara
keduanya baru saja berdiri lalu bersama berbalik badan, melangkah dengan irama
yang sama pula mencoba menghampiri Dhiya.
Dan kini keduanya sudah bersama
Dhiya, sudah memakai sepatunya masing-masing. Sebelum beranjak pergi, Dhiya
menggandeng El scant diarah kanan, dan mengandeng Bayu diarah kiri. Lalu mereka
bertiga berjalan bersama dengan mengikuti langkah Dhiya yang berjalan secara
perlahan. Dan didalam perjalanan mereka bertiga, mereka bertiga bermain tanya
jawab. Demi menghilangkan jenuh selama masih dalam perjalanan.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Hari telah berganti. Ditaman
biasa, dihari yang sudah memasuki siang Bayu sedang berada didalamnya. Bayu
sedang berada didalamnya dengan berdiri tegak seperti sedang mengamati sesuatu,
menghadap kearah timur. Kemudian ia berjalan, seperti berusaha akan segera
mendekati sesuatu yang begitu menarik perhatiannya. “Subahanallah, apakah dia
sangat benar telah aku temui kembali? Dari ufuk timur dikejauhan disana?”,
bisik Bayu dihatinya masih berjalan semakin berusaha mendekati.
Sementara disana yang sebagai arah
tujuan dirinya, terdapat Raffisa sedang bermain bersama seorang wanita yang
mirip sekali dengan sosok Inairtif. Seorang wanita itu sedang bermain bersama
Raffisa dengan membelakangi Bayu yang masih berjalan berusaha mendekati mereka
berdua. Tak butuh waktu lama lagi tuk mendekati mereka berdua, Bayu pun kini
telah berada didekat mereka berdua dengan menetap melihat ke Raffisa. Sebab
Raffisa terpandang kepadanya lebih dulu.
Dan seorang wanita itu baru
membalikkan tubuhnya ke arah Bayu, menunjukkan wajahnya. “Ina?”, sapa Bayu
merasa sedikit kaget namun mearsa takjub. Melihat tanya. “Irtif.”, balas
seorang wanita itu yang sangat mirip dengan Inairtif. Melihat lugu. “Terserah,
intinya, saya telah menemukan dirimu kembali.”, bantah kecil Bayu tegas tidak
memperdulikan pengenalan nama darinya. Seorang wanita itu yang diketahuinya Inairtif,
memberi senyum sapa kepadanya.
Sedangkan Raffisa yang sudah
berada disamping inairtif, menjadi terdiam merenung karna keduanya, melihat
kebawah.
“Kapan kau telah pulang kembali ke Jakarta?
Jujur saja, tadi baru saja aku berpikir kalau aku harus menantimu pulang ke
Jakarta.”, ungkap Bayu mengutarakan isi pikirannya.
“Baru saja tadi pagi, pukul
delapan.”, sahut Inairtif menjawabnya santai.
“Oh, begitu. Ternyata, Ina sama
Irtif adalah orang yang sama namun sifatnya, aku merasa ada yang berbeda. Tapi
tak apa kok kamu memperkenalkan nama memakai Irtif, bukan Ina yang sering aku
bisikin setiap aku merindukanmu.”, keluh Bayu mengutarakan kejujurannya dalam
mengenal Inairtif. Melihat bingung padanya.
Inairtif pun menjadi seperti
mengingat sesuatu, menatap diam padanya lalu berkata “Maaf, Dokter.”. Sejenak
Bayu menjadi tertegun atas perkataan maaf darinya itu, lalu tersenyum
mengangguk mulai menatap haru. “Saya bahagia, karna bisa bertemu kamu disini.
Tapi sekarang saya harus pergi, assalamu’alaikum.”, Bayu berkata permisi untuk
pamit memakai kebijakan. “Walaikumsalam, Dokter.”, balas Inairtif dengan
senyuman serta tatapan mempersilahkan.
Dan bayu pun berbalik, mulai
beranjak pergi meninggalkannya, membelakangi mereka berdua. Raffisa yang sudah
melihat kepergian Bayu, memegang telapak tangan dari Inairtif sembari melihat
padanya akan berkata. “Tante jangan bersandiwara, apa jadinya kalau om Bayu
mengetahui siapa tante sebenarnya?”, Raffisa memberi tanya dengan kepolosannya.
Inairtif yang masih melihat Bayu yang sudah semakin menjauh dan akan berlalu,
menyahut Raffisa dengan melihat balik ke Raffisa.
“Dia telah mengutarakan yang
sebenarnya dia rasa. Tatapan kedua matanya begitu jujur dibalut dengan
ketulusan. Dan perasaanya sangat mengenali Inairtif. Dan bagaimana bisa tante
mengungkap siapa diri tante yang sebenarnya sayang? Sungguh, tante tidak tega
bila akan menghancurkan penantian panjang dirinya.”, ungkap Inairtif mengutakan
penuh isi pemikirannya serta isi dihatinya. Raffisa memberi senyuman ketika sudah
mendengarnya, begitupun Inairtif padanya berbalas senyum.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Sore harinya selepas ashar, Bayu yang sudah
berada dirumah kediamannya tepatnya diruang keluarganya. Mengirim pesan ke
Inairtif melalui ponsel miliknya, meminta Inairtif untuk pergi menemuinya pada
hari esok dirumah sakit tempatnya mengabdikan diri. Sementara disana, Inairtif
sudah menerima pesan darinya. Mencoba memikirkan rumah sakit dimana yang telah
dimaksukan oleh Bayu. “Ya Allah, aku harus menawab apa?”, gumamnya dhati mulai
kebingungan.
Kembali ke Bayu, Bayu masih
menunggu pesan masuk darinya. Dan setelah sepuluh menit menunggu pesan masuk
darinya, Bayu pun mendapatkan sebuah pesan masuk darinya. Darinya, Inairtif
yang hanya membalas “Siap, Dokter!”. Bayu yang sudah menerima pesannya pun
langsung beralih kelantai atas rumah kediamannya, akan segera menuju ke
kamarnya untuk beristirahat sambil menunggu waktu berbuka puasa tiba.
Pada esok harinya. . . .
Dipagi hari didalam ruang pribadi
El Scant, dirumah sakit. El Scant dan Bayu sedang berada didalamnya, mereka
berdiri sedang berdiri bersebelahan membelakangi meja kerja dari El Scant.
Keduanya sedang menunggu kedatangan seorang wanita berhijab. “Kapan dia akan
datang, wahai sahabatku?”, tanya El Scant melebihkan gaya bicaranya melihat
tanya ke Bayu. “Entahlah, akan tetapi tidak akan sampai satu jam kita berdiri
seperti ini karna menunggu kedatangannya.”, sahut Bayu.
Lalu mereka bersama melihat ke arah
pintu ruangan tersebut, berhenti berbicara sejenak. Dan disana, Inairtif sudah
berada didalam rumah sakit. Inairtif tampak kebingungan mencari ruangan Dokter
Bayu, ia pun melakukan tanya kepada suster yang ditemuinya dimanakah ruang dari
Dokter Bayu berada. Lalu disambungnya dengan menanyakan dimana ruang pribadi
dari Dokter El Scant berada. Itu Inairtif lakukan karna Dokter Bayu memintanya
tuk menemuinya diruang pribadi dari Dokter El Scant.
Dan akhirnya kini, Inairtif sudah
menemukan ruangan pribadi dari Dokter El Scant dengan langsung membuka pintu
rungan sambil mengucapkan salam. Memasuki ruangan tersebut, mendekati mereka
berdua usainya menutup pintu ruangan itu kembali. El Scant dan Bayu
memandanginya diam, Inairtif baru saja berhenti, berdiam didepan keduanya.
“Sekarang pukul berapa?”, El Scant menanyakan. “Empat puluh lima menit kita
sudah menunggumu disini!”, sambung Bayu menanyakan;
Mereka berdua sama-sama bertanya
sedikit dingin terhadap Inairtif. Inairtif memberi senyuman segan melihat
keduanya, “Bagimanapun alasannya, saya harus bertanya dulu pada suster tuk
menemui ruangan prbadi dari Dokter El Scant.”, Inairtif mengutarakan. El Scant
dan Bayu menjadi bingung hingga mereka berdua menjadi saling berpandangan lalu
kembali bersama memandangi Inairtif, disertai rasa bingung.
“Oh begitu? Saya ingin menyampaikan
kehendak saya untuk kamu dan Dokter Bayu.”, El Scant bertanya lalu permisi akan
menyampaikan sesuatu terhadap mereka berdua. Bayu melihat padanya berwajahkan
tanya, menunggu. begitupula Inairtif kepada Dokter El Scant.
“Seorang laki-laki yang sudah
berzina, harus menikahi perempuan yang sudah berzina dengannya. Aku tidak ingin
menjelaskan hukumnya, namun tak bisa dipungkiri lagi kalian berdua harus segera
menikah!”, sambung El Scant dalam penyampainnya merupakan jebakan. Bayu dan
Inairtif menjadi terkejut apa yang telah disampaikan olehnya.
“Tidak! Belum tentu kami saling
mempunyai ketertarikan, Dokter! Karna tidak dapat saya terima dengan mudah….?”,
bahtah kecil Inairtif lalu menjadi terputus karna mengingat sesuatu. Melihat
kebawah memkirkan sesuatu yang baru saja teringat. “Kalau memang dia
mencintaku, dia tidak akan berkata seperti itu. Tentu dia akan berkata sebuah
alasan yang sudah terjadi pada kami sebelumnya!”, keluh Bayu menatap kaget
padanya.
“Sudahi saja, mungkin kami butuh
bicara secara empat mata saja!”, perintah kecil Bayu mengarah ke El Scant masih
menatap kaget padanya. Iniartif masih melihat kebawah dalam keheningannya
sendiri.
“Semoga kabar baik dapat aku
dengar dari kalian berdua.”, keluh El Scant melihat keduanya. Inairtif menunjukkan
wajahnya kembali pada mereka berdua, melihat keduanya.
“Atur saja Dokter Bayu, saya akan
siap bersedia kapanpun anda membutuhkan saya.”, Inairtif berkata mengakhiri
melihat ke Dokter Bayu. Lalu keduanya menjadi saling berpandangan dingin, seolah-olah
keduanya mulai merasa asing seperti tidak pernah kenal dekat pada sebelumnya.
El Sant yang sudah mengamati pandangan keduanya, mempersilahkan Inairtif untuk
pergi meninggalkan, jika Inairtif menginginkannya.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar