Rabu, 13 Juli 2016

METAMORFOSA *26*



Sore harinya, setelah waktu sholat ashar berlalu sekitar satu jam yang lalu. Bayu berniat akan menemui Inairtif yang sedari tadi telah setia menunggu kedatangan dirinya, diruang pribadi dirinya. Karna setelah melakukan sebuah pembicaraan serius dengan El Scant beserta Re Becca tadi, Bayu membuka jam prakteknya melayani beberapa pasiennya. Sebelum waktu dzuhur jam sepuluh pagi, tutup diwaktu dzuhur untuk menunaikan sholat dzuhur, kemudian disambung lagi sebelum waktu ashar.
Sementara disana Inairtif baru saja selesai menulis sesuatu, duduk didepan meja kerja Dokter Bayu. Lalu menolehkan kepalanya melihat kearah pintu berharap Bayu membuka pintu tersebut, dan harapannya pun terkabul karna Dokter Bayu telah membuka pintu tersebut, menutupnya lalu berjalan menghampirinya. Inairtif menjadi senang hatinya, berdiri dari duduknya menetap melihatnya berwajahkan ceria. “Assalamu’alaikum Dokter Ganteng tapi sibuknya….”, sapa inairtif menggoda kecil.
Bayu baru saja melihat padanya, menjadi berhenti didepannya ketika hendak akan melewatinya. “Aku sudah bosan. Aku mau pulang sekarang! Karna, aku harus membantu mempersiapkan hidangan buka puasa dirumah Raffisa, keluargaku.”, permisi Inairtif mengungkap pamit. Bayu berdiam melihatnya bingung. “Dokter, sampaikan ini pada Dokter El Scant. Bila Dokter, sudah berbaikan.”, Inairtif memberikan perintah kecil dengan memberikan sebuah kertas kecil yang tadi baru usai ditulisnya.
Dokter Bayu mengambil kertas kecil itu dari tangannya, melihat ke kertas kecil itu lalu melihat ke Iniartif lagi.
“Tidak apa, kau memilih untuk pamit sedang aku masih merindumu. Oyah, jika kami sedang tidak bersahabat, itu tidak akan berlangsung lama.”, Dokter Bayu baru menyahut kata darinya bijak.      
“Insya Allah, Dokter.”, Inairtif berkata lagi mendukung kata darinya dengan mengangguk disertai senyuman ikhlas.
Dokter Bayu pun menjadi tersenyum karna sikapnya yang ceria. Sedangkan Inairtif memberikan salam pamit padanya, Dokter Bayu langsung membalas salam pamit darinya sembari mempersilahkan. Dan kini Inairtif mulai beranjak pergi meninggalkan, Dokter Bayu berdiam ditempat melihat dirinya pergi hingga tiada lagi keberadaan dirinya didalam ruangan.

Esok harinya. . . .

Pada sore hari, Bayu sedang berkendara akan berkunjung ke rumah kediaman Raffisa. Ia berniat akan menemui Inairtif untuk menyampaikan sesuatu. Namun ketika sudah sampai dirumah kediaman Raffisa, ia hanya menemukan Raffisa yang membukakan pintu untuknya. “Assalamu’alaikum Raffisa”, sapa Bayu kepada Raffisa yang melihat bingung padanya. Raffisa membalas sapa darinya dengan menunjukkan senyuman manisnya saja.
“Raffisa, tante Ina ada dirumah sekarang?”, tanya Bayu ingin segera mengetahui. Melihat sedang menunggu ke Raffisa.
“Tante Ina tadi sudah pergi keluar kota, menggunakan transportasi bus, om!”, Raffisa langsung memberitahukan tentang kepergian Ina keluar kota dengan tatapan polosnya.
“Apa? Oh, jadi itu yang menyebabkan tante Ina tidak ada dirumah? Kalau begitu, kapan pulangnya tante Ina?”, keluh Bayu karna merasa terkejut menatap Raffisa disambung tanya. Raffisa menggeleng mengisyaratkan tidak mengetahui kapan Inairtif akan pulang.
Melihat Raffisa yang sudah menggeleng, membuat Bayu menjadi berkata pamit untuk pergi. Dan Raffisa kembali menunjukkan senyuman manisnya mempersilahkan. Dan ketika Bayu sudah berada diluar, membelakangi pintu pagar rumah kediaman Raffisa. Bayu menolehkan kepalanya melihat ke pintu masuk rumah kediaman yang sudah kembali tertutup. “Hari ini aku telah pupus, tapi aku akan mencobanya lagi. Meski harus menunggu kepulanganya.”, bisiknya masih memendam rasa kagetnya.
Lalu beralih memasuki kendaraannya berlanjut pergi mengendarai kendaraannya menuju kearah jalan pulang kerumah kediamannya sendiri. Sebenarnya, Bayu ingin menunjukkan keseriusan pada Inairtif dengan ingin menemui Inairtif pada sore hari ini namun telah gagal. Karna Inairtif sudah terlanjur sudah pergi lebih dulu. Keseriusan yang dimaksud oleh Bayu adalah, Bayu ingin mencoba tuk berbicara dengannya berniat akan mempersunting segera dirinya.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Masih dihari yang sama, El Scant disana sedang berada didalam ruang kerjanya, dirumah kediamannya sendiri. Didalam ruang kerjanya ia sedang berdiri menghadap ke jendela membelakangi pintu ruang kerjanya sambil berpikir merenungkan, mengapa bisa Bayu yang menjadi orangtua kandung laki-laki dari Dhiya. Dirinya tidak habis pikir, bahwa siapa yang belum sama sekali diketahuinya adalah orang terdekatnya, sahabatnya sendiri.
Namun daripada itu, dirinya tidak bisa terus menyalahkan Bayu. Karna Bayu benar-benar tidak mengetahui kalau dirinya telah memiliki seorang putri, yang sampai kini berada dalam perawatan El Scant berserta keluarganya. Kemudian secara tiba-tiba, terdengar olehnya jika ada suara Dhiya yang sedang membacakan surah Al-Ikhlas dibaliknya. Sehingga membuat El Scant merasa amat syahdu, terdiam kagum mendengarkan masih membelakangi.
Lalu membalikkan tubuhnya melihat Dhiya yang sudah usai membaca surah Al-Ikhlas menunjukkan senyuman ceria padanya. Begitupun Re Becca yang sedang bersama Dhiya melihat bahagia kepadanya. “Putri abi, sini peluk abi!”, perintah El Scant mengingat status putrinya yang berstatus sebagai putri angkat baginya. Dhiya pun beranjak akan memeluknya, El Scant merundukkan diri terhadap Dhiya lalu mereka berdua kini menjadi saling berpelukan.
“Dhiya, akan selalu menjadi putri abi, bukan?”, tanya El Scant merasa cemas akan kehilangan Dhiya. Masih dalam pelukan.
“Iya abi. Walaupun Dhiya mengetahui punya orangtua yang lain, tapi abi akan selalu jadi abinya Dhiya.”, sahut Dhiya menjawabnya memberi ketenangan pada El Scant. Re Becca menjadi tersentuh diam melihat keduanya.
Setelah berkata, Dhiya melepaskan pelukannya, berkata permisi untuk bermain menemui eyangnya. Namun sebelum mempersilahkannya untuk pergi, El Scant memuji putrinya itu lebih dulu. “Maha Suci Allah, telah memberikan kami dengan menitipkan karunia-Nya yaitu dirimu sayang”, pujinya lalu mencium kening putrinya. Dhiya menjadi tersenyum lepas seketika, lalu beralih pergi dengan malu-malu berperasaan ceria.
“Alhamdulillah, sungguh indah puji yang telah kau siarkan padanya.”, ucap syukur Re Becca menatap bahagia ke El Scant. El Scant baru melihat padanya akan mengatakan sesuatu yang serius. “Aku ingin mempetemukan Dhiya dengan Bayu. Karna sudah saatnya seorang anak, bersilaturahmi dengan seorang ayah kandungnya.”. Usainya mengatakan itu, El Scant beralih menuju ke meja kerjanya untuk memeriksa beberapa arsip penting.
Sementara Re Becca menjadi terdiam melihatnya. Hatinya bertanya-tanya, kapankah El Scant akan membenarkan apa yang sudah dikatakan tadi olehnya? Dan disambungnya lagi, akankah El Scant memerlukan Inairtif bila hari dimana Dhiya akan dipertemukan dengan Bayu itu tiba? Dan tidak ada yang mengetahui itu. karna El Scant masih berencana, Re Becca menerima perkataannya yang telah berencana, dan Allah yang akan memberi akhir dari rencana yang sudah dikatakan oleh El Scant.
Pada malam harinya, Bayu dirumah kediamannya tepatnya didalam kamarnya. Ia sedang merebahkan diri dikursi sofa berniat akan mengajak chat seorang teman wanitanya melalui ponsel miliknya. Bayu pun memulai mengajak chat teman wanitanya itu, “Selalu ada salam tuk memulai silaturahmi, assalamu’alaikum.”, sapa Bayu dalam chatnya. Dan berikut sambungan chat diantara mereka berdua.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

“Walaikumsalam, malam Dokter. Maaf, saya tidak sempat pamit pada Dokter sebelum saya pergi keluar kota.”, balas teman wanita itu menjawab chat darinya.
“Tak apa. sebenarnya saya ingin membicarakan keseriusan dalam hubungan kita. Tapi akan saya coba lagi tunggu kau pulang saja.”, ungkap Bayu memberitahu.
“Iya. Tapi sebelumnya aku minta maaf. Karna harus mengakhiri chat sekarang juga. Sebelumnya juga aku ucapkan terimakasih karna telah mengajakku chat pada malam ini. Sampai berjumpa lagi di Jakarta ya, Dokter.”, wanita itu membalasnya pamit mengakhiri.
Bayu menjadi terdiam melihat tulisan terakhir dari wanita itu, tidak melanjutkan chatnya lagi. wanita itu adalah Inairtif, karna dikontaknya tertulis “Wanita” yang berarti kontak dari Inairtif.

Sementara diluar kota sana. . . .

Di kota tempat Inairtif sudah berdiam. Inairtif disana sedang berada diruang operasi, berniat akan menjalani operasi pengangkatan miom pada mulut rahimnya. Dan kini baru saja ia menutup kedua matanya hilang telah kesadaran. Karna obat bius yang telah disuntikkan padanya telah bekerja. Operasi pengangkatan miom pada mulut Rahim Inairtif pun mulai dilakukan. Inairtif telah divonis terkena penyakit demikian itu sejak pada lima bulan lalu.
Dan baru pada hari ini, malam ini Inairtif bersedia untuk melakukan tindakan operasi pengangkatan penyakitnya itu. Bayu yang lebih dulu mengajaknya chat sebelum dirinya menjadi hilang kesadaran, menimbulkan satu semangat lagi padanya untuk berjuang melawan penyakitnya. Sebab yang membalas chat dari Bayu adalah dirinya sendiri dengan didampingi saudara perempuannya yang begitu mirip dengannya.

Esoknya dipagi hari. . . .

Bayu sudah duduk manis dikursi kerjanya, didalam ruang prakteknya. Ia sedang sedikit kurang berkonsentrasi karna hubungannya dengan El Scant belum membaik. Sampai hari ini pun keduanya belum sempat berbicara secara empat mata, agar bisa memulihkan hubungan keduanya yang memang masih sedikit kacau. Kemudian tidak sengaja Bayu melihat El Scant membuka pintu ruang prakteknya, berdiri ditempat sambil mengatakan sesuatu.
“Selepas dzuhur, kau temui aku diruang pribadiku. Sebab ada sesuatu yang akan aku pertemukan denganmu. Assalamu’alaikum.”, kata El Scant bersikap dingin memintanya sembari memerintahkannya. Usainya mengatakan itu, El Scant kembali menutup pintu ruang praktek Bayu beralih pergi meninggalkan. Bayu masih duduk manis diruang kerjanya baru berkata “Walaikumsalam”. Lalu menjadi hening mencoba memikirkan menatapi pintu ruangannya yang sudah tertutup kembali.
Dan selang waktu berjalan, kini hari sudah memasuki siang hari. Bahkan kini pula Bayu sudah selesai menunaikan ibadah sholat dzuhur berjamaah dimusholla didalam rumah sakit. Seperti apa yang sudah diperintahkan El Scant pada tadi pagi kepadanya, Bayu pun beranjak menuju keruang pribadi Dokter El Scant. Sementara disana didalam ruang pribadi Dokter El Scant, El Scant sedang duduk bersama Dhiya beserta Re Becca. Mereka bertiga sedang duduk bersama dikursi khusus tamu.
Mereka berdua sedang berusaha menyejukkan hati Dhiya, yang duduk ditengah keduanya agar bisa menerima jika Bayu adalah seorang ayah kandung darinya. “Bagaimanapun juga kenyataannya, Dhiya harus bisa menerima seorang itu yang sudah Allah takdirkan sebagai abi kandung dari Dhiya.”, Re Becca memberi nasehat. Melihat sayang padanya, Dhiya menatap diam mencoba mengerti. Lalu El Scant menyambung menasehatinya dengan menyampaikan pesan religious.
“Satu hal yang harus Dhiya ingat selalu. Semua yang terjadi dilangit dan dibumi bisa terjadi karna kehendak-Nya”. Menatap tegar menegarkan Dhiya. Dhiya yang sudah mendengar nasehat dari El Scant, mulai bergetar hatinya menatapinya. Mereka berdua menyampaikan nasehat demikian, setelah mengajak Dhiya bercanda membicarakan tentang kedua orangtua kandung darinya. Lalu perhatian mereka tertuju pada Bayu yang baru saja mendatangi mereka bertiga, berjalan menghampiri.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Dan kini Bayu sudah berada dihadapan mereka betiga yang baru saja berdiri serentak menyambut kedatangannya. Sedangkan Bayu menjadi hening melihat Dhiya, yang sudah terbuka kenyataannya bahwa Dhiya adalah seorang putri kandungnya. Dhiya mulai bertanya dihatinya, mengapa yang datang Bayu bukan seorang yang dimaksud oleh abi dan aminya. Lalu Dhiya akan berkata permisi dengan melihat ke El Scant.
“Abi, apa boleh Dhiya berbicara sekarang? Dhiya merasa bingung dengan kedatangan om Bayu kemari?”, kata permisinya disertai sifat polosnya. El Scant pun melihat padanya dengan mengangguk kecil mempersilahkan. Dhiya menjadi tersenyum kecil lalu beralih melihat ke Bayu, melangkahkan kakinya mencoba mendekatinya dan berhenti didepan Bayu. El Scant dan Re Becca mulai merasakan suasana keharuan, berdiam menatapi keduanya.
Sedangkan Bayu mulai tak kuasa menatapi wajah Dhiya yang begitu polos akan segera berbicara padanya. “Dhiya beserta abi dan ami, sedang menunggu kedatangan seorang yang sudah ditakdirkan sebagai abi kandung Dhiya sejak pada masa Dhiya belum dilahirkan. Tapi kok, om Bayu yang mendatangi kami kemari?”, ujar Dhiya lalu menanyakan. Bayu menjadi lemas perasaannya hingga menjatuhkan lututnya kelantai, menjai bersimpuh dihadapan putri kandungnya itu.
“Om Bayu, abi dan ami sudah bercerita tentang dia. Dhiya pun percaya kalau dia sebenarnya tidak bersalah, karna tidak ada seorang abi yang tega membuang anaknya. Tapi kenapa Tuhan menakdirkan abi kandung dari Dhiya tidak mengetahui, kalau Dhiya sudah ada dari dulu hingga sekarang? Pendapat dari om Bayu, Dhiya harus mempertanyakan pada siapa? Ami kandung, atau kembali pada abi kandung Dhiya?”, Dhiya menyampaikan keluhnya begitu menanyakannya.
Bayu menjadi bergetar begitu tersentuh karna sebuah penyampaian darinya, membuatnya kedua tangannya memegang kedua telapak tangan dari putri kandungnya itu. Lalu menetap mencium kedua telapak tangan putri kandungnya itu sambil memejamkan kedua matanya. El Scant dan Re Becca yang melihat sikap keduanya menjadi tersentuh, mata kedunya berkaca-kaca menahan hasrat ingin menangis.
“Abi panggilin cepat abi kandung Dhiya! Mengapa om Bayu yang bersikap seperti ini?”, tegur Dhiya melihat ke El Scant memohon. Memecahkan keheningan yang baru saja berjalan.
“Om Bayu, adalah seorang yang sudah lama ditakdirkan menjadi abi kandung dari Dhiya.”, Bayu mulai mengungkap kebenaran dengan melepaskan ciumannya melihat ke Dhiya. Dhiya menjadi melihat kepadanya begitu terkejut, namun masih membiarkan telapak tangannya dipegang oleh Bayu.
“Kalau begitu dmana, mama? Abi kandung Dhiya pasti bersama mama, jika mereka memang datang kemari? Sementara om Bayu, hanya sendiri saja disini?”, tanya Dhiya sedikit mengeraskan hatinya karna kurang mempercayainya.
“Dia sedang berada diluar kota. Insya Allah, om Bayu akan membawa Dhiya kepadanya dihari kedatangannya ke Jakarta kembali.”, Bayu memberikan faktanya membuat Dhiya yang melihatnya menjadi luluh mulai mempercayai.
Lalu Dhiya melepaskan tangannya dari pegangan Bayu, beralih mencium kening Bayu menunjukkannya sayangnya. “Dhiya akan lebih percaya, jika om Bayu menepati janji.”, katanya terakhir lalu beralih mendatangi El Scant mengangkat tangannya keatas meminta El Scant tuk menggendongnya. El Scant pun menggendongnya dengan mencium keningnya, karna merasa kagum melihatnya dalam bersikap terhadap Bayu.
“Abi Dhiya cuma satu, abi El Scant.”, tutur Dhiya melihat El Scant bahagia. “Papa Dhiya, om Bayu.”, sambung Dhiya dalam tuturnya melihat ke Bayu. Re Becca dan Bayu yang sudah kembali berdiri pun menjadi tersenyum melihat padanya. “Abi mau denger dong, ucapan rasa syukur dari Dhiya karna sudah bertemu dengan papa Bayu.”, El Scant berkata menggodanya melihat padanya. Dhiya pun langsung menjawab, “Alhamdulillah”, dengan tersenyum menjadi tertawa kecil melihat mereka bertiga.
Mereka bertiga menyambung tawa karna sama-sama merasa kagum melihat keceriaan Dhiya, lalu menjadi terhenti ketika asisten dari Bayu membuka pintu ruangan pribadi Dokter El Scant memberitahukan kalau jam prakteknya akan segera dibuka. Bayu pun langsung berkata pamit kepada ketiganya dengan hanya mengucapkan salam karna sedang terburu-buru. Dan mereka bertiga serentak menjawab salam darinya sembari mempersilahkan berwajahkan bahagia.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar