Sore harinya, setelah waktu sholat
ashar berlalu sekitar satu jam yang lalu. Bayu berniat akan menemui Inairtif
yang sedari tadi telah setia menunggu kedatangan dirinya, diruang pribadi
dirinya. Karna setelah melakukan sebuah pembicaraan serius dengan El Scant
beserta Re Becca tadi, Bayu membuka jam prakteknya melayani beberapa pasiennya.
Sebelum waktu dzuhur jam sepuluh pagi, tutup diwaktu dzuhur untuk menunaikan
sholat dzuhur, kemudian disambung lagi sebelum waktu ashar.
Sementara disana Inairtif baru
saja selesai menulis sesuatu, duduk didepan meja kerja Dokter Bayu. Lalu
menolehkan kepalanya melihat kearah pintu berharap Bayu membuka pintu tersebut,
dan harapannya pun terkabul karna Dokter Bayu telah membuka pintu tersebut,
menutupnya lalu berjalan menghampirinya. Inairtif menjadi senang hatinya,
berdiri dari duduknya menetap melihatnya berwajahkan ceria. “Assalamu’alaikum
Dokter Ganteng tapi sibuknya….”, sapa inairtif menggoda kecil.
Bayu baru saja melihat padanya,
menjadi berhenti didepannya ketika hendak akan melewatinya. “Aku sudah bosan.
Aku mau pulang sekarang! Karna, aku harus membantu mempersiapkan hidangan buka
puasa dirumah Raffisa, keluargaku.”, permisi Inairtif mengungkap pamit. Bayu
berdiam melihatnya bingung. “Dokter, sampaikan ini pada Dokter El Scant. Bila
Dokter, sudah berbaikan.”, Inairtif memberikan perintah kecil dengan memberikan
sebuah kertas kecil yang tadi baru usai ditulisnya.
Dokter Bayu mengambil kertas kecil
itu dari tangannya, melihat ke kertas kecil itu lalu melihat ke Iniartif lagi.
“Tidak apa, kau memilih untuk
pamit sedang aku masih merindumu. Oyah, jika kami sedang tidak bersahabat, itu
tidak akan berlangsung lama.”, Dokter Bayu baru menyahut kata darinya
bijak.
“Insya Allah, Dokter.”, Inairtif
berkata lagi mendukung kata darinya dengan mengangguk disertai senyuman ikhlas.
Dokter Bayu pun menjadi tersenyum
karna sikapnya yang ceria. Sedangkan Inairtif memberikan salam pamit padanya,
Dokter Bayu langsung membalas salam pamit darinya sembari mempersilahkan. Dan
kini Inairtif mulai beranjak pergi meninggalkan, Dokter Bayu berdiam ditempat
melihat dirinya pergi hingga tiada lagi keberadaan dirinya didalam ruangan.
Esok harinya. . . .
Pada sore hari, Bayu sedang
berkendara akan berkunjung ke rumah kediaman Raffisa. Ia berniat akan menemui
Inairtif untuk menyampaikan sesuatu. Namun ketika sudah sampai dirumah kediaman
Raffisa, ia hanya menemukan Raffisa yang membukakan pintu untuknya.
“Assalamu’alaikum Raffisa”, sapa Bayu kepada Raffisa yang melihat bingung
padanya. Raffisa membalas sapa darinya dengan menunjukkan senyuman manisnya
saja.
“Raffisa, tante Ina ada dirumah
sekarang?”, tanya Bayu ingin segera mengetahui. Melihat sedang menunggu ke
Raffisa.
“Tante Ina tadi sudah pergi keluar
kota, menggunakan transportasi bus, om!”, Raffisa langsung memberitahukan
tentang kepergian Ina keluar kota dengan tatapan polosnya.
“Apa? Oh, jadi itu yang
menyebabkan tante Ina tidak ada dirumah? Kalau begitu, kapan pulangnya tante
Ina?”, keluh Bayu karna merasa terkejut menatap Raffisa disambung tanya.
Raffisa menggeleng mengisyaratkan tidak mengetahui kapan Inairtif akan pulang.
Melihat Raffisa yang sudah
menggeleng, membuat Bayu menjadi berkata pamit untuk pergi. Dan Raffisa kembali
menunjukkan senyuman manisnya mempersilahkan. Dan ketika Bayu sudah berada
diluar, membelakangi pintu pagar rumah kediaman Raffisa. Bayu menolehkan
kepalanya melihat ke pintu masuk rumah kediaman yang sudah kembali tertutup.
“Hari ini aku telah pupus, tapi aku akan mencobanya lagi. Meski harus menunggu
kepulanganya.”, bisiknya masih memendam rasa kagetnya.
Lalu beralih memasuki kendaraannya
berlanjut pergi mengendarai kendaraannya menuju kearah jalan pulang kerumah
kediamannya sendiri. Sebenarnya, Bayu ingin menunjukkan keseriusan pada
Inairtif dengan ingin menemui Inairtif pada sore hari ini namun telah gagal.
Karna Inairtif sudah terlanjur sudah pergi lebih dulu. Keseriusan yang dimaksud
oleh Bayu adalah, Bayu ingin mencoba tuk berbicara dengannya berniat akan
mempersunting segera dirinya.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Masih dihari yang sama, El Scant
disana sedang berada didalam ruang kerjanya, dirumah kediamannya sendiri.
Didalam ruang kerjanya ia sedang berdiri menghadap ke jendela membelakangi
pintu ruang kerjanya sambil berpikir merenungkan, mengapa bisa Bayu yang
menjadi orangtua kandung laki-laki dari Dhiya. Dirinya tidak habis pikir, bahwa
siapa yang belum sama sekali diketahuinya adalah orang terdekatnya, sahabatnya
sendiri.
Namun daripada itu, dirinya tidak
bisa terus menyalahkan Bayu. Karna Bayu benar-benar tidak mengetahui kalau
dirinya telah memiliki seorang putri, yang sampai kini berada dalam perawatan
El Scant berserta keluarganya. Kemudian secara tiba-tiba, terdengar olehnya
jika ada suara Dhiya yang sedang membacakan surah Al-Ikhlas dibaliknya.
Sehingga membuat El Scant merasa amat syahdu, terdiam kagum mendengarkan masih
membelakangi.
Lalu membalikkan tubuhnya melihat
Dhiya yang sudah usai membaca surah Al-Ikhlas menunjukkan senyuman ceria
padanya. Begitupun Re Becca yang sedang bersama Dhiya melihat bahagia
kepadanya. “Putri abi, sini peluk abi!”, perintah El Scant mengingat status
putrinya yang berstatus sebagai putri angkat baginya. Dhiya pun beranjak akan
memeluknya, El Scant merundukkan diri terhadap Dhiya lalu mereka berdua kini menjadi
saling berpelukan.
“Dhiya, akan selalu menjadi putri
abi, bukan?”, tanya El Scant merasa cemas akan kehilangan Dhiya. Masih dalam
pelukan.
“Iya abi. Walaupun Dhiya
mengetahui punya orangtua yang lain, tapi abi akan selalu jadi abinya Dhiya.”,
sahut Dhiya menjawabnya memberi ketenangan pada El Scant. Re Becca menjadi
tersentuh diam melihat keduanya.
Setelah berkata, Dhiya melepaskan
pelukannya, berkata permisi untuk bermain menemui eyangnya. Namun sebelum
mempersilahkannya untuk pergi, El Scant memuji putrinya itu lebih dulu. “Maha
Suci Allah, telah memberikan kami dengan menitipkan karunia-Nya yaitu dirimu
sayang”, pujinya lalu mencium kening putrinya. Dhiya menjadi tersenyum lepas
seketika, lalu beralih pergi dengan malu-malu berperasaan ceria.
“Alhamdulillah, sungguh indah puji
yang telah kau siarkan padanya.”, ucap syukur Re Becca menatap bahagia ke El
Scant. El Scant baru melihat padanya akan mengatakan sesuatu yang serius. “Aku
ingin mempetemukan Dhiya dengan Bayu. Karna sudah saatnya seorang anak,
bersilaturahmi dengan seorang ayah kandungnya.”. Usainya mengatakan itu, El Scant
beralih menuju ke meja kerjanya untuk memeriksa beberapa arsip penting.
Sementara Re Becca menjadi terdiam
melihatnya. Hatinya bertanya-tanya, kapankah El Scant akan membenarkan apa yang
sudah dikatakan tadi olehnya? Dan disambungnya lagi, akankah El Scant
memerlukan Inairtif bila hari dimana Dhiya akan dipertemukan dengan Bayu itu
tiba? Dan tidak ada yang mengetahui itu. karna El Scant masih berencana, Re
Becca menerima perkataannya yang telah berencana, dan Allah yang akan memberi
akhir dari rencana yang sudah dikatakan oleh El Scant.
Pada malam harinya, Bayu dirumah
kediamannya tepatnya didalam kamarnya. Ia sedang merebahkan diri dikursi sofa
berniat akan mengajak chat seorang teman wanitanya melalui ponsel miliknya.
Bayu pun memulai mengajak chat teman wanitanya itu, “Selalu ada salam tuk
memulai silaturahmi, assalamu’alaikum.”, sapa Bayu dalam chatnya. Dan berikut
sambungan chat diantara mereka berdua.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
“Walaikumsalam, malam Dokter.
Maaf, saya tidak sempat pamit pada Dokter sebelum saya pergi keluar kota.”,
balas teman wanita itu menjawab chat darinya.
“Tak apa. sebenarnya saya ingin
membicarakan keseriusan dalam hubungan kita. Tapi akan saya coba lagi tunggu
kau pulang saja.”, ungkap Bayu memberitahu.
“Iya. Tapi sebelumnya aku minta
maaf. Karna harus mengakhiri chat sekarang juga. Sebelumnya juga aku ucapkan
terimakasih karna telah mengajakku chat pada malam ini. Sampai berjumpa lagi di
Jakarta ya, Dokter.”, wanita itu membalasnya pamit mengakhiri.
Bayu menjadi terdiam melihat
tulisan terakhir dari wanita itu, tidak melanjutkan chatnya lagi. wanita itu
adalah Inairtif, karna dikontaknya tertulis “Wanita” yang berarti kontak dari
Inairtif.
Sementara diluar kota sana. . . .
Di kota tempat Inairtif sudah
berdiam. Inairtif disana sedang berada diruang operasi, berniat akan menjalani
operasi pengangkatan miom pada mulut rahimnya. Dan kini baru saja ia menutup
kedua matanya hilang telah kesadaran. Karna obat bius yang telah disuntikkan
padanya telah bekerja. Operasi pengangkatan miom pada mulut Rahim Inairtif pun
mulai dilakukan. Inairtif telah divonis terkena penyakit demikian itu sejak
pada lima bulan lalu.
Dan baru pada hari ini, malam ini
Inairtif bersedia untuk melakukan tindakan operasi pengangkatan penyakitnya itu.
Bayu yang lebih dulu mengajaknya chat sebelum dirinya menjadi hilang kesadaran,
menimbulkan satu semangat lagi padanya untuk berjuang melawan penyakitnya.
Sebab yang membalas chat dari Bayu adalah dirinya sendiri dengan didampingi
saudara perempuannya yang begitu mirip dengannya.
Esoknya dipagi hari. . . .
Bayu sudah duduk manis dikursi
kerjanya, didalam ruang prakteknya. Ia sedang sedikit kurang berkonsentrasi
karna hubungannya dengan El Scant belum membaik. Sampai hari ini pun keduanya
belum sempat berbicara secara empat mata, agar bisa memulihkan hubungan
keduanya yang memang masih sedikit kacau. Kemudian tidak sengaja Bayu melihat
El Scant membuka pintu ruang prakteknya, berdiri ditempat sambil mengatakan
sesuatu.
“Selepas dzuhur, kau temui aku
diruang pribadiku. Sebab ada sesuatu yang akan aku pertemukan denganmu.
Assalamu’alaikum.”, kata El Scant bersikap dingin memintanya sembari
memerintahkannya. Usainya mengatakan itu, El Scant kembali menutup pintu ruang
praktek Bayu beralih pergi meninggalkan. Bayu masih duduk manis diruang
kerjanya baru berkata “Walaikumsalam”. Lalu menjadi hening mencoba memikirkan
menatapi pintu ruangannya yang sudah tertutup kembali.
Dan selang waktu berjalan, kini
hari sudah memasuki siang hari. Bahkan kini pula Bayu sudah selesai menunaikan
ibadah sholat dzuhur berjamaah dimusholla didalam rumah sakit. Seperti apa yang
sudah diperintahkan El Scant pada tadi pagi kepadanya, Bayu pun beranjak menuju
keruang pribadi Dokter El Scant. Sementara disana didalam ruang pribadi Dokter
El Scant, El Scant sedang duduk bersama Dhiya beserta Re Becca. Mereka bertiga
sedang duduk bersama dikursi khusus tamu.
Mereka berdua sedang berusaha
menyejukkan hati Dhiya, yang duduk ditengah keduanya agar bisa menerima jika
Bayu adalah seorang ayah kandung darinya. “Bagaimanapun juga kenyataannya,
Dhiya harus bisa menerima seorang itu yang sudah Allah takdirkan sebagai abi
kandung dari Dhiya.”, Re Becca memberi nasehat. Melihat sayang padanya, Dhiya
menatap diam mencoba mengerti. Lalu El Scant menyambung menasehatinya dengan
menyampaikan pesan religious.
“Satu hal yang harus Dhiya ingat
selalu. Semua yang terjadi dilangit dan dibumi bisa terjadi karna
kehendak-Nya”. Menatap tegar menegarkan Dhiya. Dhiya yang sudah mendengar
nasehat dari El Scant, mulai bergetar hatinya menatapinya. Mereka berdua
menyampaikan nasehat demikian, setelah mengajak Dhiya bercanda membicarakan
tentang kedua orangtua kandung darinya. Lalu perhatian mereka tertuju pada Bayu
yang baru saja mendatangi mereka bertiga, berjalan menghampiri.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Dan kini Bayu sudah berada
dihadapan mereka betiga yang baru saja berdiri serentak menyambut
kedatangannya. Sedangkan Bayu menjadi hening melihat Dhiya, yang sudah terbuka
kenyataannya bahwa Dhiya adalah seorang putri kandungnya. Dhiya mulai bertanya
dihatinya, mengapa yang datang Bayu bukan seorang yang dimaksud oleh abi dan
aminya. Lalu Dhiya akan berkata permisi dengan melihat ke El Scant.
“Abi, apa boleh Dhiya berbicara
sekarang? Dhiya merasa bingung dengan kedatangan om Bayu kemari?”, kata
permisinya disertai sifat polosnya. El Scant pun melihat padanya dengan
mengangguk kecil mempersilahkan. Dhiya menjadi tersenyum kecil lalu beralih
melihat ke Bayu, melangkahkan kakinya mencoba mendekatinya dan berhenti didepan
Bayu. El Scant dan Re Becca mulai merasakan suasana keharuan, berdiam menatapi
keduanya.
Sedangkan Bayu mulai tak kuasa
menatapi wajah Dhiya yang begitu polos akan segera berbicara padanya. “Dhiya
beserta abi dan ami, sedang menunggu kedatangan seorang yang sudah ditakdirkan
sebagai abi kandung Dhiya sejak pada masa Dhiya belum dilahirkan. Tapi kok, om
Bayu yang mendatangi kami kemari?”, ujar Dhiya lalu menanyakan. Bayu menjadi
lemas perasaannya hingga menjatuhkan lututnya kelantai, menjai bersimpuh
dihadapan putri kandungnya itu.
“Om Bayu, abi dan ami sudah
bercerita tentang dia. Dhiya pun percaya kalau dia sebenarnya tidak bersalah,
karna tidak ada seorang abi yang tega membuang anaknya. Tapi kenapa Tuhan
menakdirkan abi kandung dari Dhiya tidak mengetahui, kalau Dhiya sudah ada dari
dulu hingga sekarang? Pendapat dari om Bayu, Dhiya harus mempertanyakan pada
siapa? Ami kandung, atau kembali pada abi kandung Dhiya?”, Dhiya menyampaikan
keluhnya begitu menanyakannya.
Bayu menjadi bergetar begitu
tersentuh karna sebuah penyampaian darinya, membuatnya kedua tangannya memegang
kedua telapak tangan dari putri kandungnya itu. Lalu menetap mencium kedua
telapak tangan putri kandungnya itu sambil memejamkan kedua matanya. El Scant
dan Re Becca yang melihat sikap keduanya menjadi tersentuh, mata kedunya
berkaca-kaca menahan hasrat ingin menangis.
“Abi panggilin cepat abi kandung
Dhiya! Mengapa om Bayu yang bersikap seperti ini?”, tegur Dhiya melihat ke El
Scant memohon. Memecahkan keheningan yang baru saja berjalan.
“Om Bayu, adalah seorang yang
sudah lama ditakdirkan menjadi abi kandung dari Dhiya.”, Bayu mulai mengungkap
kebenaran dengan melepaskan ciumannya melihat ke Dhiya. Dhiya menjadi melihat
kepadanya begitu terkejut, namun masih membiarkan telapak tangannya dipegang oleh
Bayu.
“Kalau begitu dmana, mama? Abi
kandung Dhiya pasti bersama mama, jika mereka memang datang kemari? Sementara
om Bayu, hanya sendiri saja disini?”, tanya Dhiya sedikit mengeraskan hatinya
karna kurang mempercayainya.
“Dia sedang berada diluar kota. Insya
Allah, om Bayu akan membawa Dhiya kepadanya dihari kedatangannya ke Jakarta
kembali.”, Bayu memberikan faktanya membuat Dhiya yang melihatnya menjadi luluh
mulai mempercayai.
Lalu Dhiya melepaskan tangannya
dari pegangan Bayu, beralih mencium kening Bayu menunjukkannya sayangnya.
“Dhiya akan lebih percaya, jika om Bayu menepati janji.”, katanya terakhir lalu
beralih mendatangi El Scant mengangkat tangannya keatas meminta El Scant tuk
menggendongnya. El Scant pun menggendongnya dengan mencium keningnya, karna
merasa kagum melihatnya dalam bersikap terhadap Bayu.
“Abi Dhiya cuma satu, abi El
Scant.”, tutur Dhiya melihat El Scant bahagia. “Papa Dhiya, om Bayu.”, sambung
Dhiya dalam tuturnya melihat ke Bayu. Re Becca dan Bayu yang sudah kembali
berdiri pun menjadi tersenyum melihat padanya. “Abi mau denger dong, ucapan
rasa syukur dari Dhiya karna sudah bertemu dengan papa Bayu.”, El Scant berkata
menggodanya melihat padanya. Dhiya pun langsung menjawab, “Alhamdulillah”,
dengan tersenyum menjadi tertawa kecil melihat mereka bertiga.
Mereka bertiga menyambung tawa
karna sama-sama merasa kagum melihat keceriaan Dhiya, lalu menjadi terhenti
ketika asisten dari Bayu membuka pintu ruangan pribadi Dokter El Scant
memberitahukan kalau jam prakteknya akan segera dibuka. Bayu pun langsung
berkata pamit kepada ketiganya dengan hanya mengucapkan salam karna sedang
terburu-buru. Dan mereka bertiga serentak menjawab salam darinya sembari
mempersilahkan berwajahkan bahagia.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar