Paginya, dihari libur El Scant
sedang bermain dengan putrinya, Dhiya diruang keluarga. Mereka berdua sedang
bermain dokter-dokteran. Disaat masih asik bermain bersama, El Scant tidak
sengaja melihat Re Becca menuju ke dapur rumah. Dan El Scant meminta izin tuk
meninggalkan permainannya bersama putrinya itu, beruntung putrinya mengizinkan.
Sementara disana, Re Becca sudah duduk dimeja makan sedang memakan roti tawar
dengan selai coklat kesukaannya.
“Subahanallah, lebih baik kita ke
Dokter sekarang! Kamu sudah tidak bisa menahan sakit perut.”, tegur El Scant
secara tiba-tiba ketika sudah sampai dan duduk disebelahnya. Re Becca pun
melihat padanya santai merasa bingung sambil mengunyah.
“Aku sudah terbebas dari sakit
perut. Karna baru saja tadi aku mendapatkan keringanan ketika baru saja
beberapa menit sehabis meminum obat tadi.”, ujar Re Becca menjelaskan.
“Dan itu adalah rezeki untukmu.
Apa yang sudah aku ucapkan pada malam tadi, dapat kau rasakan pada paginya
kini.”, ucap syukur El Scant menatap bahagia.
Kemudian mereka berdua bersama
mengucap syukur, “Alhamdulillah”, lalu disambung dengan tawa kecil bersama.
Usainya tertawa kecil bersama, Re Becca mengelus kecil rambut El Scant sehingga
hampir membuat El Scant merasa akan melewati batasan dalam puasanya. “Hentikan
sayang, Jangan membuat nafsuku memberontak akalku yang sudah membentengi diriku
saat ini!”, tegur El Scant menegaskannya kecil. Menatap sok acuh.
“Iya sayang, makasih yah udah
bantu nyempurnain hari-hari aku. Sidnan kamu.”, balas Re Becca merayunya menatap
manja. El Scant pun menjadi tertawa sedikit terbahak-bahak lalu pergi
meninggalkan akan mendatangi Dhiya tuk bermain bersama kembali.
Sementara disana. . . .
Urnus sedang berada disebuah
taman, tadinya ia sedang bersama Bayu. Namun mereka berpencar karna memilih
tujuan yang berbeda. Dan ketika Urnus baru saja melewati sebuah tikungan dengan
berjalan lurus mencueki tikungan tersebut. Dirinya menjadi berhenti sebab
perasaannya tadi seperti akan menabrak seorang wanita berhijab, yang bertepatan
berbelok kearahnya dari tikungan tersebut. Dan kini Urnus pun berbalik arah
kebelakang tuk mengetahui jelas akan perasaannya tadi.
“Kamu….?”, tanya Urnus berbicara menyapa
secara reflek. Seorang wanita itu ialah Inairtif, yang kini tersenyum malu
melihat padanya. “Mungkin ini cara Tuhan, tuk menyambung tali silaturahmi
antara kita seperti pada hari-hari kemarin?”, sahut Inairtif menunjukkan rasa
syukur. Urnus menjadi tersenyum menerima kedatangannya kembali.
“Kamu manis. Siapa namamu gadis
muda?”, tanya lagi Urnus mengajaknya berkenalan. Sebab pada hari-hari
sebelumnya mereka belum sempat berkenalan.
“Panggil saja saya, Ina.”, jawab
Inairtif malu-malu menatapnya.
“Pasti kamu belum berkeluarga,
betulkan?”, tanya lagi Urnus melihat gerak-geriknya.
“Iya, anda sangat betul.”,
Inairtif menjawab mengiyakan.
“Kalau begitu, segeralah anda
untuk bersiap menikah. Insya Allah, Allah akan meridhoi bila kamu
bersungguh-sungguh.”, Urnus memberi nasehat pencerahan. Menatap bijak. Inairtif
terbayang wajah Bayu secara tiba-tiba dalam masih menatapi wajah Urmus.
“Akan, aku ingat selalu nasehat
pencerahan darimu, Saturnus Diego. Namun daripada yang anda katakan, biarlah
Tuhan yang mengaturnya.”, sahut Inairtif menerimanya.
Urnus pun menganguk, lalu
didengarnya kalau Bayu memanggil dirinya tepat diarah belakang dirinya
dikejauhan. Dan Urnus membalikkan tubuhnya hingga menutupi Inairtif dibalik
tubuhnya. “Itu temanku, aku sudah mencarinya tadi.”, ujar Urnus memberitahukan
ke Inairtif. Sedangkan Inairtif mencoba melihat ke siapa yang telah diujarkan
oleh Urnus, dan Inairtif menjadi tertegun karna yang telah diujarkan oleh Urnus
adalah Bayu.
Kemudian secara diam-diam,
Inairtif melangkah mundur lalu berbalik pergi meninggalkan. Sementara Urnus
kembali membalikkan tubuhnya kebelakang lalu merasa aneh karna tidak ditemuinya
lagi sosok Inairtif. “Astaga, menghilang kemana dia?”, gumamnya bertanya
dihati. Lalu dirasakannya tepukan dari Bayu yang sudah sampai padanya
mengajaknya untuk beralih pergi dari taman itu. Dan Urnus menyetujuinya tanpa
menceritakan lebih dulu apa yang baru saja ditemuinya tadi pada Bayu.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Kini Bayu dan Urnus berada
disebuah pondokan ditaman itu, mereka berdua sedang duduk bersama dipondokkan
itu. Bayu sedang mensurvei data pasien yang sudah berkonsultasi padanya selama
enam bulan, sedangkan Urnus senang bermain game diponselnya. Mereka berdua
memang terlihat sedang duduk bersama, namun kesibukkan yang mereka lakukan
sangatlah berbeda. Bayu bertatap serius masih mensurvei, sedangkan Urnus bertatap
menggebu-gebu pada game diponselnya.
Saat mereka berdua masih berada
dalam kesibukkannya masing-masing, tiba-tiba saja tatapan keduanya teralihkan
dengan melihat seorang wanita berhijab yang sama. Mereka berdua sama-sama tidak
menyadari kalau mereka sedang melihat seorang wanita berhijab yang sama,
walaupun posisi duduk mereka bersebelahan dalam satu meja. Itu terbukti ketika
Bayu kembali kesurveinya cuek kini, sedangkan Urnus melihat ke Bayu akan
memulai bercerita. Wanita berhijab itu adalah Inairtif.
“Dan kini, gue ketemu orang yang
sama tuk yang ketiga kalinya!”, keluh Urnus menegaskan kecil. Bayu tersenyum
masih fokus kesurveinya. “Bayu, gue lagi cerita, sahutin dikit bisa kali!?”,
Urnus mulai menyindirnya menatap keluh.
“Berarti kamu masih jodoh bisa
ketemu sama orang yang sama. Bagi gue sih, wajar aja.”, sahut Bayu masih fokus
pada surveinya.
“Dia cantik, berhijab. Masih muda,
dan seperti mempunyai kepribadian ahlan wasahlan, terhadap siapapun.”, Urnus
mulai menceritakan ciri-cirinya lagi beralih melihat kedepan.
“Apakah dia adalah orang yang
sama, yang pernah kau ceritakan sewaktu kita sedang berada ditaman samping
rumah….?”, belum lurus Bayu menanyakan. Urnus langsung memotongnya. Masih melihat
lurus kedepan.
“Iya, masya Allah. Rupanya begitu jamilah.
Sungguh aku bertekad tuk mempertemukan dia padamu. Kali aja kalian berdua bisa
berjodoh?”, potong Urnus berkata serius namun bercanda dibelakangnya.
Bayu pun menjadi tertawa kecil
melihat padanya, dan Urnus baru melihat padanya sedikit aneh. “Ucapkan insya
Allah, kek!!!!”, tegur Urnus masih melihat aneh. Bayu semakkin tertawa kecil
hingga menjadi tertawa lepas, lalu berhenti dengan mengucapkan “Insya Allah”.
Urnus merasa lega memberi senyum semangat padanya, namun Bayu diam-diam
merasakan kesusahan pada hatinya, tertunduk. Karna sesungguhnya kalau sebenrnya
ia sedang menunggu Inairtif yang belum ditemuinya hingga kini.
“Tulang rusuk tidak akan pernah
tertukar, itu yang pernah gue bilang sebelum gue akhirnya menghalalkan istri
gue disana.”, sambung Urnus lagi berkata bijak melihat lurus kedepan. Lalu Bayu
menyambungnya dihati, “Jadikanlah Inairtif seperti tulang rusuk dari adam yang
telah Engkau ciptakan sebagai Hawa, kepadaku, Tuhanku.”, pintanya berdo’a.
Kemudian Urnus mengajak Bayu untuk segera beralih kesebuah masjid terdekat
disekitar taman itu, untuk melakukan sholat dzuhur berjamaah.
Dan disepertiga malam. . . .
Bayu sedang melakukan sholat
istikharah setelah melakukan sholat tahajud. Dan ketika telah usai melakukan
sholat istikharah, Bayu melanjutinya dengan berdo’a sebelum Urnus memanggilnya
untuk makan sahur bersama. Dan kini Bayu berdo’a dengan membuka al-qur’an,
membaca arti dalam surah Maryam ayat 32-35 sebagai do’a untuknya dan Inairtif.
Sementara dibaliknya, Urnus baru saja mendatanginya namun menjadi bungkam tuk
memanggilnya, karna Bayu lebih dulu berdo’a.
“Dan jadikanlah dia teman dalam
urusanku, agar kami banyak bertasbih kepada-Mu, dan banyak mengingat-Mu.
Sesungguhnya Engkau maha melihat (keadaan) kami.”, Bayu membacanya dengan menjadikan
do’a disertai airmata ketulusan. Kemudian Urnus memulai kata setelah melihat
Bayu menutup al-qur’an dan berdiri dari duduknya. “Aku sebagai seorang
sahabatmu mengaku malu, dan semoga do’amu terkabul Bayu.”, Urnus membuat
pengakuan sembari mendo’akannya. Menatap haru.
Sedangkan Bayu yang masih
membelakanginya, berbalik menghadapnya sembari berkata, “Insya Allah, mari
segera untuk kita makan sahur bersama!”. Perintah ajak Bayu mengalihkan. Dan
mereka berduapun berjalan bersama menuju ke dapur untuk melakukan makan sahur
bersama.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Dua hari kemudian, disore hari
dirumah kediaman Bayu. Urnus mendapatkan sebuah telepon dari istrinya disana.
Istrinya menelepon, memberitahukan jika anak sulungnya sedang jatuh sakit. Anak
sulungnya terus mencari dirinya dengan bertanya kepada istrinya yang sebagai
ibunya, “Mommy, where is daddy?”. Sebab
itulah istrinya meminta Urnus untuk segera pulang ke Amerika. Usainya
menelepon, Urnus pun menjadi hening ditempat memikirkan anak sulungnya yang
berjenis kelamin perempuan.
Kemudian didengarnya suara langkah
dari Bayu sedang berjalan mendekati dirinya. Dan Urnus membalikkan tubuhnya
mengarah ke Bayu sambil mengatakan sesuatu. “Sepertinya, hari ini adalah hari
terakhir kita berbuka puasa, juga sholat tarawih bersama. Karna esok, adalah
sahur yang terakhir bersamamu. Sebab pada paginya, aku harus pulang ke
Amerika.”, ujar Urnus wajahnya berautkan kesedihan. Bayu yang baru berhenti
dihadapannya menjadi hening menatapinya.
“Kalau boleh aku mengetahui,
apakah yang telah mendasari itu? Apakah kamu tidak teguh pada pendirianmu
sendiri? Hey, ini bukan hari kesepuluh ramadhan!”, tanya Bayu menegur tegas.
“Putri sulungku sedang jatuh
sakit. Putri sulungku sangat dekat denganku. Maka dari itu aku harus pulang tuk
memberi semangat dalam kerapuhannya kini.”, ujar lagi Urnus menatap memohon.
Bayu menjadi terdiam mendengar
ujaran darinya, memilih mendiamkannya. Lalu Urnus meminta Bayu tuk segera
menghubungi El Scant, untuk membuat satu momen terakhir dalam kebersamaan
mereka bertiga. Urnus meminta mengadakan buka puasa bersama khusus untuk mereka
bertiga saja. Sebelum pada esok harinya, Urnus akan kembali pulang ke Negaranya
meninggalkan tanah airnya, Indonesia.
Selang waktu berjalan. . . .
Disebuah restaurant berbintang,
mereka bertiga sangat benar akan menadakan buka puasa bersama. Dengan memakai
ruangan yang berkelas, mereka bertiga sudah bersiap duduk ditempat menunggu
adzan berbuka puasa tiba.
“Subahanallah, ini merupakan acara
berbuka puasa bersama yang akan lebih mengesankan.”, ucap Urnus melihat ke Bayu
dan El Scant.
“Innalillahi wainnailaihi roji’un,
semoga putri sulungmu lekas sembuh ketika kau kembali ada disisinya, disana.”,
sambung El Scant berdo’a untuk putri sulung dari Urnus. Melihat ke Urnus.
Lalu Urnus serta Bayu menyambung
bersama, “Insya Allah”, bersama melihat ke El Scant pula. Dan mereka bertiga
menjadi tertawa berbisik bersama. Kemudian menjadi beralih dengan mengucapkan
do’a berbuka puasa bersama, ketika adzan berbuka puasa telah berkumandang.
Sungguh, momen yang bisa dibilang romantis, yang telah dihadirkan oleh mereka
bertiga. Sebab momen romantis bukan didapatkan hanya dengan bermesraan,
bercinta dengan kekasih hati saja.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar