Rabu, 13 Juli 2016

METAMORFOSA *19*



Paginya, dihari libur El Scant sedang bermain dengan putrinya, Dhiya diruang keluarga. Mereka berdua sedang bermain dokter-dokteran. Disaat masih asik bermain bersama, El Scant tidak sengaja melihat Re Becca menuju ke dapur rumah. Dan El Scant meminta izin tuk meninggalkan permainannya bersama putrinya itu, beruntung putrinya mengizinkan. Sementara disana, Re Becca sudah duduk dimeja makan sedang memakan roti tawar dengan selai coklat kesukaannya.
“Subahanallah, lebih baik kita ke Dokter sekarang! Kamu sudah tidak bisa menahan sakit perut.”, tegur El Scant secara tiba-tiba ketika sudah sampai dan duduk disebelahnya. Re Becca pun melihat padanya santai merasa bingung sambil mengunyah.
“Aku sudah terbebas dari sakit perut. Karna baru saja tadi aku mendapatkan keringanan ketika baru saja beberapa menit sehabis meminum obat tadi.”, ujar Re Becca menjelaskan.
“Dan itu adalah rezeki untukmu. Apa yang sudah aku ucapkan pada malam tadi, dapat kau rasakan pada paginya kini.”, ucap syukur El Scant menatap bahagia.
Kemudian mereka berdua bersama mengucap syukur, “Alhamdulillah”, lalu disambung dengan tawa kecil bersama. Usainya tertawa kecil bersama, Re Becca mengelus kecil rambut El Scant sehingga hampir membuat El Scant merasa akan melewati batasan dalam puasanya. “Hentikan sayang, Jangan membuat nafsuku memberontak akalku yang sudah membentengi diriku saat ini!”, tegur El Scant menegaskannya kecil. Menatap sok acuh.
“Iya sayang, makasih yah udah bantu nyempurnain hari-hari aku. Sidnan kamu.”, balas Re Becca merayunya menatap manja. El Scant pun menjadi tertawa sedikit terbahak-bahak lalu pergi meninggalkan akan mendatangi Dhiya tuk bermain bersama kembali.

Sementara disana. . . .

Urnus sedang berada disebuah taman, tadinya ia sedang bersama Bayu. Namun mereka berpencar karna memilih tujuan yang berbeda. Dan ketika Urnus baru saja melewati sebuah tikungan dengan berjalan lurus mencueki tikungan tersebut. Dirinya menjadi berhenti sebab perasaannya tadi seperti akan menabrak seorang wanita berhijab, yang bertepatan berbelok kearahnya dari tikungan tersebut. Dan kini Urnus pun berbalik arah kebelakang tuk mengetahui jelas akan perasaannya tadi.
“Kamu….?”, tanya Urnus berbicara menyapa secara reflek. Seorang wanita itu ialah Inairtif, yang kini tersenyum malu melihat padanya. “Mungkin ini cara Tuhan, tuk menyambung tali silaturahmi antara kita seperti pada hari-hari kemarin?”, sahut Inairtif menunjukkan rasa syukur. Urnus menjadi tersenyum menerima kedatangannya kembali.
“Kamu manis. Siapa namamu gadis muda?”, tanya lagi Urnus mengajaknya berkenalan. Sebab pada hari-hari sebelumnya mereka belum sempat berkenalan.
“Panggil saja saya, Ina.”, jawab Inairtif malu-malu menatapnya.
“Pasti kamu belum berkeluarga, betulkan?”, tanya lagi Urnus melihat gerak-geriknya.
“Iya, anda sangat betul.”, Inairtif menjawab mengiyakan.
“Kalau begitu, segeralah anda untuk bersiap menikah. Insya Allah, Allah akan meridhoi bila kamu bersungguh-sungguh.”, Urnus memberi nasehat pencerahan. Menatap bijak. Inairtif terbayang wajah Bayu secara tiba-tiba dalam masih menatapi wajah Urmus.
“Akan, aku ingat selalu nasehat pencerahan darimu, Saturnus Diego. Namun daripada yang anda katakan, biarlah Tuhan yang mengaturnya.”, sahut Inairtif menerimanya.
Urnus pun menganguk, lalu didengarnya kalau Bayu memanggil dirinya tepat diarah belakang dirinya dikejauhan. Dan Urnus membalikkan tubuhnya hingga menutupi Inairtif dibalik tubuhnya. “Itu temanku, aku sudah mencarinya tadi.”, ujar Urnus memberitahukan ke Inairtif. Sedangkan Inairtif mencoba melihat ke siapa yang telah diujarkan oleh Urnus, dan Inairtif menjadi tertegun karna yang telah diujarkan oleh Urnus adalah Bayu.
Kemudian secara diam-diam, Inairtif melangkah mundur lalu berbalik pergi meninggalkan. Sementara Urnus kembali membalikkan tubuhnya kebelakang lalu merasa aneh karna tidak ditemuinya lagi sosok Inairtif. “Astaga, menghilang kemana dia?”, gumamnya bertanya dihati. Lalu dirasakannya tepukan dari Bayu yang sudah sampai padanya mengajaknya untuk beralih pergi dari taman itu. Dan Urnus menyetujuinya tanpa menceritakan lebih dulu apa yang baru saja ditemuinya tadi pada Bayu.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Kini Bayu dan Urnus berada disebuah pondokan ditaman itu, mereka berdua sedang duduk bersama dipondokkan itu. Bayu sedang mensurvei data pasien yang sudah berkonsultasi padanya selama enam bulan, sedangkan Urnus senang bermain game diponselnya. Mereka berdua memang terlihat sedang duduk bersama, namun kesibukkan yang mereka lakukan sangatlah berbeda. Bayu bertatap serius masih mensurvei, sedangkan Urnus bertatap menggebu-gebu pada game diponselnya.
Saat mereka berdua masih berada dalam kesibukkannya masing-masing, tiba-tiba saja tatapan keduanya teralihkan dengan melihat seorang wanita berhijab yang sama. Mereka berdua sama-sama tidak menyadari kalau mereka sedang melihat seorang wanita berhijab yang sama, walaupun posisi duduk mereka bersebelahan dalam satu meja. Itu terbukti ketika Bayu kembali kesurveinya cuek kini, sedangkan Urnus melihat ke Bayu akan memulai bercerita. Wanita berhijab itu adalah Inairtif.
“Dan kini, gue ketemu orang yang sama tuk yang ketiga kalinya!”, keluh Urnus menegaskan kecil. Bayu tersenyum masih fokus kesurveinya. “Bayu, gue lagi cerita, sahutin dikit bisa kali!?”, Urnus mulai menyindirnya menatap keluh.
“Berarti kamu masih jodoh bisa ketemu sama orang yang sama. Bagi gue sih, wajar aja.”, sahut Bayu masih fokus pada surveinya.
“Dia cantik, berhijab. Masih muda, dan seperti mempunyai kepribadian ahlan wasahlan, terhadap siapapun.”, Urnus mulai menceritakan ciri-cirinya lagi beralih melihat kedepan.
“Apakah dia adalah orang yang sama, yang pernah kau ceritakan sewaktu kita sedang berada ditaman samping rumah….?”, belum lurus Bayu menanyakan. Urnus langsung memotongnya. Masih melihat lurus kedepan.
“Iya, masya Allah. Rupanya begitu jamilah. Sungguh aku bertekad tuk mempertemukan dia padamu. Kali aja kalian berdua bisa berjodoh?”, potong Urnus berkata serius namun bercanda dibelakangnya.
Bayu pun menjadi tertawa kecil melihat padanya, dan Urnus baru melihat padanya sedikit aneh. “Ucapkan insya Allah, kek!!!!”, tegur Urnus masih melihat aneh. Bayu semakkin tertawa kecil hingga menjadi tertawa lepas, lalu berhenti dengan mengucapkan “Insya Allah”. Urnus merasa lega memberi senyum semangat padanya, namun Bayu diam-diam merasakan kesusahan pada hatinya, tertunduk. Karna sesungguhnya kalau sebenrnya ia sedang menunggu Inairtif yang belum ditemuinya hingga kini.
“Tulang rusuk tidak akan pernah tertukar, itu yang pernah gue bilang sebelum gue akhirnya menghalalkan istri gue disana.”, sambung Urnus lagi berkata bijak melihat lurus kedepan. Lalu Bayu menyambungnya dihati, “Jadikanlah Inairtif seperti tulang rusuk dari adam yang telah Engkau ciptakan sebagai Hawa, kepadaku, Tuhanku.”, pintanya berdo’a. Kemudian Urnus mengajak Bayu untuk segera beralih kesebuah masjid terdekat disekitar taman itu, untuk melakukan sholat dzuhur berjamaah.

Dan disepertiga malam. . . .

Bayu sedang melakukan sholat istikharah setelah melakukan sholat tahajud. Dan ketika telah usai melakukan sholat istikharah, Bayu melanjutinya dengan berdo’a sebelum Urnus memanggilnya untuk makan sahur bersama. Dan kini Bayu berdo’a dengan membuka al-qur’an, membaca arti dalam surah Maryam ayat 32-35 sebagai do’a untuknya dan Inairtif. Sementara dibaliknya, Urnus baru saja mendatanginya namun menjadi bungkam tuk memanggilnya, karna Bayu lebih dulu berdo’a.  
“Dan jadikanlah dia teman dalam urusanku, agar kami banyak bertasbih kepada-Mu, dan banyak mengingat-Mu. Sesungguhnya Engkau maha melihat (keadaan) kami.”, Bayu membacanya dengan menjadikan do’a disertai airmata ketulusan. Kemudian Urnus memulai kata setelah melihat Bayu menutup al-qur’an dan berdiri dari duduknya. “Aku sebagai seorang sahabatmu mengaku malu, dan semoga do’amu terkabul Bayu.”, Urnus membuat pengakuan sembari mendo’akannya. Menatap haru.
Sedangkan Bayu yang masih membelakanginya, berbalik menghadapnya sembari berkata, “Insya Allah, mari segera untuk kita makan sahur bersama!”. Perintah ajak Bayu mengalihkan. Dan mereka berduapun berjalan bersama menuju ke dapur untuk melakukan makan sahur bersama.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Dua hari kemudian, disore hari dirumah kediaman Bayu. Urnus mendapatkan sebuah telepon dari istrinya disana. Istrinya menelepon, memberitahukan jika anak sulungnya sedang jatuh sakit. Anak sulungnya terus mencari dirinya dengan bertanya kepada istrinya yang sebagai ibunya, “Mommy, where is daddy?”.  Sebab itulah istrinya meminta Urnus untuk segera pulang ke Amerika. Usainya menelepon, Urnus pun menjadi hening ditempat memikirkan anak sulungnya yang berjenis kelamin perempuan.
Kemudian didengarnya suara langkah dari Bayu sedang berjalan mendekati dirinya. Dan Urnus membalikkan tubuhnya mengarah ke Bayu sambil mengatakan sesuatu. “Sepertinya, hari ini adalah hari terakhir kita berbuka puasa, juga sholat tarawih bersama. Karna esok, adalah sahur yang terakhir bersamamu. Sebab pada paginya, aku harus pulang ke Amerika.”, ujar Urnus wajahnya berautkan kesedihan. Bayu yang baru berhenti dihadapannya menjadi hening menatapinya.
“Kalau boleh aku mengetahui, apakah yang telah mendasari itu? Apakah kamu tidak teguh pada pendirianmu sendiri? Hey, ini bukan hari kesepuluh ramadhan!”, tanya Bayu menegur tegas.
“Putri sulungku sedang jatuh sakit. Putri sulungku sangat dekat denganku. Maka dari itu aku harus pulang tuk memberi semangat dalam kerapuhannya kini.”, ujar lagi Urnus menatap memohon.
Bayu menjadi terdiam mendengar ujaran darinya, memilih mendiamkannya. Lalu Urnus meminta Bayu tuk segera menghubungi El Scant, untuk membuat satu momen terakhir dalam kebersamaan mereka bertiga. Urnus meminta mengadakan buka puasa bersama khusus untuk mereka bertiga saja. Sebelum pada esok harinya, Urnus akan kembali pulang ke Negaranya meninggalkan tanah airnya, Indonesia.

Selang waktu berjalan. . . .

Disebuah restaurant berbintang, mereka bertiga sangat benar akan menadakan buka puasa bersama. Dengan memakai ruangan yang berkelas, mereka bertiga sudah bersiap duduk ditempat menunggu adzan berbuka puasa tiba.
“Subahanallah, ini merupakan acara berbuka puasa bersama yang akan lebih mengesankan.”, ucap Urnus melihat ke Bayu dan El Scant.
“Innalillahi wainnailaihi roji’un, semoga putri sulungmu lekas sembuh ketika kau kembali ada disisinya, disana.”, sambung El Scant berdo’a untuk putri sulung dari Urnus. Melihat ke Urnus.
Lalu Urnus serta Bayu menyambung bersama, “Insya Allah”, bersama melihat ke El Scant pula. Dan mereka bertiga menjadi tertawa berbisik bersama. Kemudian menjadi beralih dengan mengucapkan do’a berbuka puasa bersama, ketika adzan berbuka puasa telah berkumandang. Sungguh, momen yang bisa dibilang romantis, yang telah dihadirkan oleh mereka bertiga. Sebab momen romantis bukan didapatkan hanya dengan bermesraan, bercinta dengan kekasih hati saja.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati” 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar