Dan Inairtif langsung berkata
mengiyakan memang menginginkannya karna sudah merasa terpojokkan oleh mereka
berdua. Inairtif mulai beranjak pergi akan segera meninggalkan setelah
mengucapkan salam kepada keduanya, dan mereka berduapun menjawab salam darinya
bersama-sama. Pertemuan El Scant dan Bayu, dengan Inairtif sudah berakhir
sampai disini. Perasaan El Scant biasa saja mengakhiri pertemuannya dengan
Inairtif, terhadap Inairtif.
Namun tidak bagi Bayu yang
memiliki firasat bahwa ada suatu ketidak benaran terhadap Inairtif. Dan Bayu
bertekad akan segera mengetahui suatu ketidak benaran yang telah dimiliki dalam
firasatnya, memakai caranya sendiri namun harus dilandasi dengan sebuah do’a
permohonan kepada Tuhan.
Sore harinya. . . .
Dirumah kediaman kakak iparnya, Inairtif
sedang berada dibalkon atas rumah. Ia sedang melihat arakan awan diatas, yang
tertera dengan susunan indahnya bak ombak dipantai. Kemudian tidak sengaja ia
meihat Bayu sudah berjalan dihalaman rumah, dan hanya bisa melhat Bayu dari
balkon atas rumah secara diam-diam. Lalu ia berbalik menghadap kepintu masuk,
dan terlihat Raffisa datang padanya dengan membawa sebuah kipas angin berukuran
sedang.
Dan Raffisa menghidupkan kipas
angin itu kearah dirinya, sehingga angin kencang dari kipas angin itu meniup
dirinya sampai-sampai selendang yang sedang ditudungkan dikepalanya menjadi
terbang, akan jatuh kebawah. Inairtif menjadi terdiam mencoba memikirkan. Sementara
selendang miliknya jatuh menutupi Bayu yang kebetulan sedang menaiki tangga
kedua akan menginjaki teras rumah, tepat dibawah balkon atas rumah.
Bayu yang langkahnya sudah menjadi
terhenti ditempat, mencoba memegang selendang itu melepaskannya dari menutupi
wajahnya. “ina???”, gumamnya dihati ketika sudah melihat selendang itu
digenggaman kedua tangannya. Lalu melanjutkan langkahnya berjalan diteras rumah
akan mengetuk pintu masuk rumah tersebut. Namun ketika akan mengetuk dengan
tangan kanannya, karna tangan kirinya mengenggam selendang itu.
Tiba-tiba saja ada seorang wanita
paruh baya membuka pintu masuk lalu terkejut melihat kedatangan dirinya.
seorang wanita itu berlanjut melihat angkuh pada dirinya, sedangkan Bayu mulai
melihat tanya disertai bingung. “As-sala-mualai-kum”, sapa Bayu mengucapkan
salam sedikit gugup memberanikan untuk menyapa lebih dulu. “Walaikumsalam,
Dokter Bayu”, balas sapa seorang wanita paruh baya itu masih penglihatannya
yang angkuh padanya.
Bayu menjadi terkejut semakin
bingung, semakin melihat tanya sambil menggenggam selendang itu dengan kedua
tangannya. Karna seorang wanita paruh baya itu sudah mengetahui nama dari
dirinya. “Maaf, jika saya boleh mengetahui, saya sedang berbicara dengan ibu
siapa?”, tanya Bayu permisi menatap segan. Seorang wanita paruh baya itu
langsung menjawab, “Saya adalah seorang ibu dari seorang putri bungsu yang
telah kau nodai kesuciannya.”, tegas dalam tatapan serta bicaranya.
Bayu menjadi amat terkejut, hampir
tak berdaya menatap wajah yang kini sedang ditatapnya adalah wajah dari seorang
ibu yang telah melahirkan Inairtif. Lalu Bayu menjadi tertunduk melihat
kebawah, semakin menggenggam selendang itu milik Inairtif. Dan keduanya akan
saling berbicara.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
“Ibunya lah yang paling terluka,
saat putri bungsunya mengutarakan apa yang sudah terjadi pada dirinya. Ibunya
yang membantu dirinya dalam merawat kandungan dirinya. Ibunya juga yang turut
melihat cucu dari putri bungsunya itu lahir, tanpa ayah kandung disamping
cucunya dan diadzani oleh pamannya.”, ibu dari Inairtif mengutarakan yang telah
lalu sambil mengingatnya kembali. Bayu menjadi teringat dengan dosanya dimasa
lalu bersama Inairtif, masih tertunduk melihat kebawah.
“Dan yang membuat saya semakin
mengerti dengan kebesaran Tuhan. Saat putri saya bercerita kalau anak dari
kalian berdua telah dirawat oleh seorang sahabat darimu, sesama Dokter pula.”,
sambung ibu dari Inairtif semakin mengutarakannya.
“Maafkan kami yang sudah
berperilaku khilaf dimasa lalu, ibu. Sungguh, kalau saja aku mengetahui jika
dosa kami yang sudah terlanjur kami lakukan telah berbuah. Maka aku akan
bersimpuh kepadamu, meminta maaf sepenuhnya padamu sembari akan mencoba tuk
menikahi putrimu.”, ungkap Bayu mengisyaratkan tentang sebuah penyesalan.
Dengan kembali melihat ke ibu dari Inairtif kembali terbangun dari tunduknya.
“Berialh sebuah pengakuan pada
saya, sebab saya masih kurang menerima kedatanganmu kemari!”, ibu dari Inairtif
memberi perintah padanya. Mulai menatap luluh namun masih sedikit angkuh.
“Setelah peristiwa pada malam itu
terjadi, disuatu hari kemudian saya selalu dibayang-bayangi dosa kami karna
peristiwa pada malam itu. Sungguh, saya merasa kalau diri saya telah celaka.
Hingga pada suatu hari dikemudian lagi, saya memimpikan putri dari ibu. Kami
bertemu disana, lalu putri dari ibu berkata jika dosa kami telah berbuah. Dan
ternyata, apa yang telah dikatakannya didalam mimpi saya benar-benar menyata.”,
Bayu membuat pengakuan dengan menceritakannya secara panjang lebar.
Ibu dari Inairtif menjadi terdiam
merasa begitu tersentuh, karna sudah merasa ketulusan serta kejujuran dari
pengakuan dirinya. “Saat ini, urungkan niatmu tuk menemui putri bungsuku karna
saya tidak mengijinkan.”, ibu dari Inairtif melarangnya halus. Bayu sudah
mengerti mulai bertatap pasrah lalu memberikan selendang yang masih
digenggamnya dengan kedua tangannya, kepadanya. Namun ketika dilihatnya kedua
tangan dari ibu sudah menyentuh selendang itu akan mengambilnya.
Bayu langsung memegang kedua
tangan dari ibu lalu menciumnya beberapa saat, hingga membuatnya hampir tidak
sadar menangis kecil, berusaha kecil memohon ampunan padanya. Sedangkan ibu
dari Inairtif memilih membairkannya, walau rasa kurang ikhlas ada dihatinya.
“Assalamu’alaikum ibu”, kata pamitnya dengan melepasakn ciumannya. Kedua
tangannya masih memegang kedua tangan dari Ibu, tertunduk melihat kebawah.
Lalu melepaskan pegangannya,
terbangun dari tunduknya masih melihat kebawah. Dan begitu ibu dari Inairtif
memablas salam padanya, Bayu pun berbalik pergi beranjak meninggalkan dengan
suasana hatinya yang sudah pilu. Inairtif yang masih berada dibalkon atas
rumah, ikut merasa sedih melihat Bayu yang masih bejalan beranjak pergi menuju
kepintu gerbang rumah. Karna sedari tadi ia telah mendengar percakapan Bayu dan
ibunya.
Sementara ibunya, sudah menutup
kembali pintu masuk rumah dan kini sedang berjalan menuju tangga rumah. Ibunya
berjalan menuju ketangga rumah sebab Inairtif telah menunggu di anak tangga
kedua dari bawah. “Ibu?”, Inairtif menyapanya seolah-olah bertanya apakah yang
sedang terjadi? Namun ibunya yang sudah berada didepannya kini dilantai dasar,
hanya memberikan selendang itu kepadanya. Lalu pergi meninggalkan, cuek.
Sedangkan Inairtif memegang
selendang itu, menatapinya saja tidak menudungkan dikepalanya. Sebab dkepalanya
telah ada selendang yang sudah tertudung. Dan sebenarnya milik siapakah
selendang itu, mengapa ada dua selendang dalam satu orang yang memakainya?
Pikirkan lagi sejenak, satu orang yang memakainya atau memang ada orang lain?
Dan siapakah Ina dan Irtif? Ikuti pada kelanjutan cerita tentang siapa Ina dan
Irtif itu?
Yang sudah membuat Bayu merasa ada
sebuah ketidak benaran diantara keduanya.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Bayu baru saja sampai kerumah
kediamannya, namun ketika akan mengetuk pintu masuk rumah kediamannya. Bayu
teringat dengan niatnya tadi ketika mengunjungi rumah kediaman dari Inairtif, hingga
membuatnya menjadi berdiri didepan pintu masuk rumah kediamannya itu. karna ia
baru saja tersadar, jika telah gagal tuk mengajak Inairtif berbicara tentang
keseriusan dalam hubungan keduanya. “Allah belum menghendaki niatku tuk
tersampaikan padanya. Sebab Innallaha ma’as-shobirin.”.
Bisiknya menatapi pintu masuk
rumah kediamannya, meratapi kegagalannya lagi menegarkan dirinya sendiri. lalu
mengetuk pintu masuk rumah kediamannya menunggu asisten rumah dirinya
membukakan pintu untuknya.
Beberapa saat kemudian. . . .
Kini Bayu sudah berada diruang
kerja dirumahnya, ia sedang duduk dimeja kerjanya sambil memegang selembar
kertas folio polos. Ia mulai melipat kertas folio polos itu menjadi tiga
bagian, lalu dipotongnya kertas folio polos itu menjadi tiga bagian pula dengan
masing-masing berukuran yang sama. Setelah mendapatkan tiga buah potongan dari
kertas folio polos itu, Bayu pun mengambil pada setiap bagian kertas folio
polos itu untuk dituliskannya sesuatu.
Butuh waktu sepuluh menit untuk
Bayu menuliskan sebuah tulisan pada setiap bagian dari kertas folio polos itu
yang berjumlah tiga buah bagian. Dan setelahnya usai menuliskan sebuah tulisan
pada setiap bagian dari kertas folio polos itu, Bayu mengambil sebuah kotak
berukuran sedang. Lalu membuka tutup kotak tersebut sembari memasukkan tiga
buah bagian dari kertas folio polos itu kedalamnya.
Kemudian dilanjuti dengan mengambil sebuah cincin bermotif kupu-kupu,
dari berlian yang berkilau dan dimasukkannya juga kedalam kotak tersebut. Namun
cincin bermotif kupu-kupu itu masih berpenampilan sederhana. Setelah dirasanya
semua sudah tergabung didalam kotak tersebut, Bayu pun menutup kotak tersebut.
Berniat akan mengirimkannya pada seorang wanita tuk menunjukkan keseriusannya
lagi.
“Insya Allah. Jika memang sudah
waktunya, maka Allah tidak akan memungkiri janji-Nya.”, do’anya ketika mulai
berharap bahwa dirinya akan berhasil dalam usaha menunjukkan keseriusannya
untuk kali ini.
Dirumah kediaman El Scant. . . .
Re Becca sedang menemani Dhiya
belajar menulis huruf hijaiyah, diruang keluarga. Kemudian datanglah El Scant
menghampiri mereka berdua diruang keluarga dengan menunjukkan wajah gembira.
Lalu El Scant duduk disamping kanan Dhiya yang melihatnya tanya padanya, Dhiya
berpikir tentang kabar berita apakah yang telah dibawa olehnya. Sedangkan El
Scant langsung memberikan sebuah map yang telah dibawanya kepada Re Becca, yang
sedang duduk disamping kiri Dhiya.
Re Becca pun mengambilnya lalu
membuka map yang telah diberikan oleh El Scant. Lalu Re Becca dan Dhiya menjadi
terkejut kecil disertai bahagia, karna isi pada map tersebut adalah sebuah akta
kelahiran dari Dhiya. “Alhamdulillah, sukron yaa abi.”, ucap terimakasih Dhiya
melihat ke El Scant dengan wajah ceria merasa senang. El Scant pun mengangguk
memberi senyuman lepas padanya marasa senang. begitupula Re Becca yang mulai terharu
melihat keduanya ikut merasa senang, ceria.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar