Rabu, 13 Juli 2016

METAMORFOSA *28*



Dan Inairtif langsung berkata mengiyakan memang menginginkannya karna sudah merasa terpojokkan oleh mereka berdua. Inairtif mulai beranjak pergi akan segera meninggalkan setelah mengucapkan salam kepada keduanya, dan mereka berduapun menjawab salam darinya bersama-sama. Pertemuan El Scant dan Bayu, dengan Inairtif sudah berakhir sampai disini. Perasaan El Scant biasa saja mengakhiri pertemuannya dengan Inairtif, terhadap Inairtif.
Namun tidak bagi Bayu yang memiliki firasat bahwa ada suatu ketidak benaran terhadap Inairtif. Dan Bayu bertekad akan segera mengetahui suatu ketidak benaran yang telah dimiliki dalam firasatnya, memakai caranya sendiri namun harus dilandasi dengan sebuah do’a permohonan kepada Tuhan.

Sore harinya. . . .

 Dirumah kediaman kakak iparnya, Inairtif sedang berada dibalkon atas rumah. Ia sedang melihat arakan awan diatas, yang tertera dengan susunan indahnya bak ombak dipantai. Kemudian tidak sengaja ia meihat Bayu sudah berjalan dihalaman rumah, dan hanya bisa melhat Bayu dari balkon atas rumah secara diam-diam. Lalu ia berbalik menghadap kepintu masuk, dan terlihat Raffisa datang padanya dengan membawa sebuah kipas angin berukuran sedang.
Dan Raffisa menghidupkan kipas angin itu kearah dirinya, sehingga angin kencang dari kipas angin itu meniup dirinya sampai-sampai selendang yang sedang ditudungkan dikepalanya menjadi terbang, akan jatuh kebawah. Inairtif menjadi terdiam mencoba memikirkan. Sementara selendang miliknya jatuh menutupi Bayu yang kebetulan sedang menaiki tangga kedua akan menginjaki teras rumah, tepat dibawah balkon atas rumah.
Bayu yang langkahnya sudah menjadi terhenti ditempat, mencoba memegang selendang itu melepaskannya dari menutupi wajahnya. “ina???”, gumamnya dihati ketika sudah melihat selendang itu digenggaman kedua tangannya. Lalu melanjutkan langkahnya berjalan diteras rumah akan mengetuk pintu masuk rumah tersebut. Namun ketika akan mengetuk dengan tangan kanannya, karna tangan kirinya mengenggam selendang itu.
Tiba-tiba saja ada seorang wanita paruh baya membuka pintu masuk lalu terkejut melihat kedatangan dirinya. seorang wanita itu berlanjut melihat angkuh pada dirinya, sedangkan Bayu mulai melihat tanya disertai bingung. “As-sala-mualai-kum”, sapa Bayu mengucapkan salam sedikit gugup memberanikan untuk menyapa lebih dulu. “Walaikumsalam, Dokter Bayu”, balas sapa seorang wanita paruh baya itu masih penglihatannya yang angkuh padanya.
Bayu menjadi terkejut semakin bingung, semakin melihat tanya sambil menggenggam selendang itu dengan kedua tangannya. Karna seorang wanita paruh baya itu sudah mengetahui nama dari dirinya. “Maaf, jika saya boleh mengetahui, saya sedang berbicara dengan ibu siapa?”, tanya Bayu permisi menatap segan. Seorang wanita paruh baya itu langsung menjawab, “Saya adalah seorang ibu dari seorang putri bungsu yang telah kau nodai kesuciannya.”, tegas dalam tatapan serta bicaranya.
Bayu menjadi amat terkejut, hampir tak berdaya menatap wajah yang kini sedang ditatapnya adalah wajah dari seorang ibu yang telah melahirkan Inairtif. Lalu Bayu menjadi tertunduk melihat kebawah, semakin menggenggam selendang itu milik Inairtif. Dan keduanya akan saling berbicara.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

“Ibunya lah yang paling terluka, saat putri bungsunya mengutarakan apa yang sudah terjadi pada dirinya. Ibunya yang membantu dirinya dalam merawat kandungan dirinya. Ibunya juga yang turut melihat cucu dari putri bungsunya itu lahir, tanpa ayah kandung disamping cucunya dan diadzani oleh pamannya.”, ibu dari Inairtif mengutarakan yang telah lalu sambil mengingatnya kembali. Bayu menjadi teringat dengan dosanya dimasa lalu bersama Inairtif, masih tertunduk melihat kebawah.
“Dan yang membuat saya semakin mengerti dengan kebesaran Tuhan. Saat putri saya bercerita kalau anak dari kalian berdua telah dirawat oleh seorang sahabat darimu, sesama Dokter pula.”, sambung ibu dari Inairtif semakin mengutarakannya.
“Maafkan kami yang sudah berperilaku khilaf dimasa lalu, ibu. Sungguh, kalau saja aku mengetahui jika dosa kami yang sudah terlanjur kami lakukan telah berbuah. Maka aku akan bersimpuh kepadamu, meminta maaf sepenuhnya padamu sembari akan mencoba tuk menikahi putrimu.”, ungkap Bayu mengisyaratkan tentang sebuah penyesalan. Dengan kembali melihat ke ibu dari Inairtif kembali terbangun dari tunduknya.
“Berialh sebuah pengakuan pada saya, sebab saya masih kurang menerima kedatanganmu kemari!”, ibu dari Inairtif memberi perintah padanya. Mulai menatap luluh namun masih sedikit angkuh.
“Setelah peristiwa pada malam itu terjadi, disuatu hari kemudian saya selalu dibayang-bayangi dosa kami karna peristiwa pada malam itu. Sungguh, saya merasa kalau diri saya telah celaka. Hingga pada suatu hari dikemudian lagi, saya memimpikan putri dari ibu. Kami bertemu disana, lalu putri dari ibu berkata jika dosa kami telah berbuah. Dan ternyata, apa yang telah dikatakannya didalam mimpi saya benar-benar menyata.”, Bayu membuat pengakuan dengan menceritakannya secara panjang lebar.
Ibu dari Inairtif menjadi terdiam merasa begitu tersentuh, karna sudah merasa ketulusan serta kejujuran dari pengakuan dirinya. “Saat ini, urungkan niatmu tuk menemui putri bungsuku karna saya tidak mengijinkan.”, ibu dari Inairtif melarangnya halus. Bayu sudah mengerti mulai bertatap pasrah lalu memberikan selendang yang masih digenggamnya dengan kedua tangannya, kepadanya. Namun ketika dilihatnya kedua tangan dari ibu sudah menyentuh selendang itu akan mengambilnya.
Bayu langsung memegang kedua tangan dari ibu lalu menciumnya beberapa saat, hingga membuatnya hampir tidak sadar menangis kecil, berusaha kecil memohon ampunan padanya. Sedangkan ibu dari Inairtif memilih membairkannya, walau rasa kurang ikhlas ada dihatinya. “Assalamu’alaikum ibu”, kata pamitnya dengan melepasakn ciumannya. Kedua tangannya masih memegang kedua tangan dari Ibu, tertunduk melihat kebawah.
Lalu melepaskan pegangannya, terbangun dari tunduknya masih melihat kebawah. Dan begitu ibu dari Inairtif memablas salam padanya, Bayu pun berbalik pergi beranjak meninggalkan dengan suasana hatinya yang sudah pilu. Inairtif yang masih berada dibalkon atas rumah, ikut merasa sedih melihat Bayu yang masih bejalan beranjak pergi menuju kepintu gerbang rumah. Karna sedari tadi ia telah mendengar percakapan Bayu dan ibunya.
Sementara ibunya, sudah menutup kembali pintu masuk rumah dan kini sedang berjalan menuju tangga rumah. Ibunya berjalan menuju ketangga rumah sebab Inairtif telah menunggu di anak tangga kedua dari bawah. “Ibu?”, Inairtif menyapanya seolah-olah bertanya apakah yang sedang terjadi? Namun ibunya yang sudah berada didepannya kini dilantai dasar, hanya memberikan selendang itu kepadanya. Lalu pergi meninggalkan, cuek.
Sedangkan Inairtif memegang selendang itu, menatapinya saja tidak menudungkan dikepalanya. Sebab dkepalanya telah ada selendang yang sudah tertudung. Dan sebenarnya milik siapakah selendang itu, mengapa ada dua selendang dalam satu orang yang memakainya? Pikirkan lagi sejenak, satu orang yang memakainya atau memang ada orang lain? Dan siapakah Ina dan Irtif? Ikuti pada kelanjutan cerita tentang siapa Ina dan Irtif itu?
Yang sudah membuat Bayu merasa ada sebuah ketidak benaran diantara keduanya.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Bayu baru saja sampai kerumah kediamannya, namun ketika akan mengetuk pintu masuk rumah kediamannya. Bayu teringat dengan niatnya tadi ketika mengunjungi rumah kediaman dari Inairtif, hingga membuatnya menjadi berdiri didepan pintu masuk rumah kediamannya itu. karna ia baru saja tersadar, jika telah gagal tuk mengajak Inairtif berbicara tentang keseriusan dalam hubungan keduanya. “Allah belum menghendaki niatku tuk tersampaikan padanya. Sebab Innallaha ma’as-shobirin.”.
Bisiknya menatapi pintu masuk rumah kediamannya, meratapi kegagalannya lagi menegarkan dirinya sendiri. lalu mengetuk pintu masuk rumah kediamannya menunggu asisten rumah dirinya membukakan pintu untuknya.

Beberapa saat kemudian. . . .

Kini Bayu sudah berada diruang kerja dirumahnya, ia sedang duduk dimeja kerjanya sambil memegang selembar kertas folio polos. Ia mulai melipat kertas folio polos itu menjadi tiga bagian, lalu dipotongnya kertas folio polos itu menjadi tiga bagian pula dengan masing-masing berukuran yang sama. Setelah mendapatkan tiga buah potongan dari kertas folio polos itu, Bayu pun mengambil pada setiap bagian kertas folio polos itu untuk dituliskannya sesuatu.
Butuh waktu sepuluh menit untuk Bayu menuliskan sebuah tulisan pada setiap bagian dari kertas folio polos itu yang berjumlah tiga buah bagian. Dan setelahnya usai menuliskan sebuah tulisan pada setiap bagian dari kertas folio polos itu, Bayu mengambil sebuah kotak berukuran sedang. Lalu membuka tutup kotak tersebut sembari memasukkan tiga buah bagian dari kertas folio polos itu kedalamnya.
  Kemudian dilanjuti dengan mengambil sebuah cincin bermotif kupu-kupu, dari berlian yang berkilau dan dimasukkannya juga kedalam kotak tersebut. Namun cincin bermotif kupu-kupu itu masih berpenampilan sederhana. Setelah dirasanya semua sudah tergabung didalam kotak tersebut, Bayu pun menutup kotak tersebut. Berniat akan mengirimkannya pada seorang wanita tuk menunjukkan keseriusannya lagi.
“Insya Allah. Jika memang sudah waktunya, maka Allah tidak akan memungkiri janji-Nya.”, do’anya ketika mulai berharap bahwa dirinya akan berhasil dalam usaha menunjukkan keseriusannya untuk kali ini.

Dirumah kediaman El Scant. . . .

Re Becca sedang menemani Dhiya belajar menulis huruf hijaiyah, diruang keluarga. Kemudian datanglah El Scant menghampiri mereka berdua diruang keluarga dengan menunjukkan wajah gembira. Lalu El Scant duduk disamping kanan Dhiya yang melihatnya tanya padanya, Dhiya berpikir tentang kabar berita apakah yang telah dibawa olehnya. Sedangkan El Scant langsung memberikan sebuah map yang telah dibawanya kepada Re Becca, yang sedang duduk disamping kiri Dhiya.
Re Becca pun mengambilnya lalu membuka map yang telah diberikan oleh El Scant. Lalu Re Becca dan Dhiya menjadi terkejut kecil disertai bahagia, karna isi pada map tersebut adalah sebuah akta kelahiran dari Dhiya. “Alhamdulillah, sukron yaa abi.”, ucap terimakasih Dhiya melihat ke El Scant dengan wajah ceria merasa senang. El Scant pun mengangguk memberi senyuman lepas padanya marasa senang. begitupula Re Becca yang mulai terharu melihat keduanya ikut merasa senang, ceria.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar