Rabu, 13 Juli 2016

METAMORFOSA *29*



Hari telah berganti, Bayu sedang berdiri menatapi jendela membelakangi pintu, didalam ruang prakteknya. Ia sedang merenung, apakah kotak yang sudah dipersiapkannya pada hari kemarin sudah sampai ketangan seorang wanita yang dimaksud. Seorang wanita yang dimaksud tak lain adalah Inairtif. Sambil menunggu jam prakeknya berstastus open, Bayu bertahan dalam keadaannya. Kemudian tiba-tiba ada suara dari Dhiya yang memanggilnya, “Papa Bayu” dari arah pintu ruangannya.
Bayu pun membalikkan tubuhnya, melihat Dhiya bersama El Scant sedang berdiri membelakangi pintu yang masih terbuka. “Bayu, Dhiya ingin bersamamu pada pagi ini.”, ucap El Scant permisi lalu pergi meninggalkan setelah mengucapkan salam pamit. Bayu sudah mendengarnya juga sudah mengerti, baru melihat ke Dhiya yang kini sudah berjalan cepat akan menghampiri dirinya. Dan ketika Dhiya sudah berada didepan dirinya.
Dhiya menunjukkan tatapan tanya seolah menyakan dimana mamanya sedang berada. Dhiya semakin menunjukkan dengan kebungkamannya menunggu Bayu untuk segera bicara. Sedangkan Bayu baru merasa peka atas tatapan darinya itu, akan berbicara dan mereka berdua akan saling berbicara. “Dhiya, mau banget ya ketemu sama mama?”, tanya halus Bayu dengan merundukkan dirinya menatap sayang padanya. Dhiya menganguk akan berbicara.
“Dhiya ingin merasa pelukan dari mama. Seperti Dhiya merasakan pelukan dari papa pada waktu itu. Rasanya nyaman sekali papa.”, Dhiya mengutarakan apa yang sudah dirasakannya dulu sewaktu dipeluk olehnya.
“Akan ada harinya untuk kita dapat bersama. Allah telah menyiapkan hari itu dengan sangat rahasia. Berdo’alah, karna do’a seorang anak untuk kedua orangtuanya akan segera dijabah oleh Tuhan.”, Bayu memberi nasehat mencoba mencerahkan perasaan putrinya.
Dhiya pun menjadi tersenyum, lalu memegang wajah Bayu dengan kedua tangan mungilnya merasa senang. Dan Bayu menjadi tersenyum menunjukkan sayangnya. Namun Bayu masih memikirkan apa yang tadi telah dipikirkannya.      

Sementara disana. . . .

Dirumah kediamannya, Inairtif sedang menyirami bunga-bunga ditaman samping, dihalaman depan rumahnya. Ia sedang menyirami tanaman bunga mawar yang beraneka ragam jenisnya serta warnanya. “Subahanallah, bunga-bunga ini dapat aku lukiskan keindahanya bak tanaman yang sedang tumbuh merekah ditaman surga sana.”, kata kagumnya merasa kedamaian dipagi hari. Lalu tidak sengaja terpandang ke arah pintu gerbang rumah.
Dimana sudah terlihat pak satpam rumah sedang berjalan menuju padanya, dengan memabwa sebuah kotak berukuran sedang. Dan ketika pak satpam rumahnya itu telah sampai padanya, Inairtif mulai bertanya dalam hatinya sebuah kotak apakah itu dan dikirim oleh siapa? Inairtif semakin bertanya dalam hatinya ketika sebuah kotak itu sudah berada ditangannya, menatapi pak satpam rumah yang sudah pergi membelakangi.
“Teruntuk kamu, dariku Dokter Bayu”, sebuah tulisan yang tertera pada tutup sebuah kotak itu. setelah mengetahuinya, Inairtif langsung beranjak masuk akan segera menemui saudara perempuannya. Setelah menempuh beberapa langkah tuk menemui saudara perempuannya, ia pun sudah menemukan Inairtif yang sedang duduk santai diruang keluarga mengesampingkan dirinya. “Ina, ada sebuah bingkisan kiriman dari Dokter Bayu untukmu.”.
Tegur Inairtif dengan memberikannya dari samping dirinya dengan tegak berdiri. Saudara perempuannya yang masih duduk santai itupun menoleh padanya, melihat sedikit terusik. Ternyata, mereka berdua adalah saudara kembar. Nama keduanya sama, yaitu Inairtif. Berbeda nama panggilannya saja, yaitu Ina dan Irtif. Kembali pada mereka berdua, bingkisan yang dimaksud oleh Irtif telah berada ditangan Ina. Dan Irtif sudah pergi meninggalkan Ina diruang keluarga sendiri.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Kini Inairtif akan memulai tuk membuka isi pada bingkisan tersebut. Inairtif akan mengalami sebuah metamorfosa tentang pearsaannya, ketika membaca sesuatu yang sudah tertulis disebuah kertas didalam kotak bingkisan itu. Pertama, ia akan menjadi takjub karna ada tulisan kaligrafi Al-Qur’an pada kertas yang pertama. Kedua, ia akan menjadi gugup karna ada tulisan yang berupa sebuah curahan dari sang pengirim pada kertas kedua.
Dan ketiga, ia akan menjadi tertegun membaca tulisan pada kertas yang terakhir. Kemudian diakhiri dengan ia akan melingkarkan sebuah cincin dijari manisnya. Dan berikut adalah penggalan dari isi dibalik kotak bingkisan tersebut.

Pada kertas bagian terdepan, pertama. . . .

Bertuliskan kaligrafi Al-Qur’an yang bisa dibaca, “Aku Rindu Kamu”. Tulisannya begitu indah dari tangan Dokter Bayu sendiri. Dokter Bayu memulainya dengan cara uniknya seperti itu. Bagaimana perasaannya tidak menjadi takjub, sebab dirinya merasa tersanjungi oleh Dokter Bayu sang pengirim.

Pada kertas bagian tengah, kedua. . . .

Bertuliskan abjad, “Aku merasa ditinggal, aku merasa tertinggal. Kau meninggalkan, masih kuingat kala itu kau telat berucap pamit padaku. Sungguh, apa yang tertulis pada surat yang pertama dariku tadi. Menggambarkan kejenuhanku dalam merindu lagi menunggu.”. Bagaimana perasaannya tidak menjadi gugup, sebab Dokter Bayu telah mencurahkan apa yang sudah terjadi pada dirinya sendiri sejak ditinggal pergi secara tiba-tiba oleh Inairtif.

Pada kertas bagian akhir, ketiga. . . .

Sebelum Inairtif menemukan sebuah cincin yang terselip dibalik kertas bagian akhir, ketiga. Bertuliskan, “Surga yang terlewati, mudahnya aku bersahaja setelah menyentuhnya. Tanpa mencaritahu dulu akibat dari menyentuh surga itu. Sehingga aku terbayang-bayangi akan dosa dimasa lalu, berkepanjangan. Lingkarkanlah dijari manismu, periksa benda apa saja yang baru kau temukan. Karna itu sebagai tanda keseriusan dariku untukmu.”.
Perasaannya sudah cukup menjadi tertegun pada kertas ketiga, terakhir. Inairtif akan segera memeriksanya berakhir menemukan suatu benda.

Usainya membaca ketiga buah tulisan tersebut. . . .

Inairtif baru saja menemukan sebuah cincin bermotif kupu-kupu dari berlian yang berkilau, namun penampilannya sederhana. Dan dengan cepat Inairtif melingkarkan cincin itu dijari manis tangan kanannya. Lalu ia berpikir, alasan dari Dokter Bayu mengunjungi rumahnya tuk bertemu dengannya. Hanya ingin berbicara tentang keseriusan dalam hubungan mereka berdua. Menatapi cincin yang melingkar dijari manisnya.
“Esok, aku akan mencoba menghubunginya. Insya Allah, ibu akan menerima niat baiknya itu yang sudah ingin sekali dia bicarakan padaku. Kemarin, kau boleh saja gagal dalam penyampaianmu yang hanya padaku. Tapi pada hari esok, kita harus berjuang. Karna aku loving you, Dokter.”, katanya berbicara kecil lalu mencium cincin yang melingkar dijari manisnya itu. Dan tanpa diketahuinya, ibunya telah mengintip dirinya sedari tadi.
Ibunya sudah mengetahui apa yang sudah dilakukan putri bungsunya itu dalam seorang diri, bahkan ibunya sudah mendengar putri bungsunya itu sedang berbicara apa dengan kesendiriannya. Usainya mengintip putri bungsunya, ibunya pun pergi tanpa memberitahu keberadaannya. Awalnya tidak sengaja melihatnya, namun akhirnya mencoba mengintip lama karna mulai merasa penasaran terhadap isi pada bingkisan pada putri bungsunya itu.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Sore harinya, El Scant sudah berada dirumah kediamannya. Ia sedang bersantai dikolam renang dibelakang rumahnya, mencoba melepas penat serta rasa sedikit stress karna aktivitas yang sudah dilakukannya hampir seharian ini. Ia juga sedang menikmati oksigen dari pohon-pohon yang tumbuh didepan kolam renangnya. “Maka, nikmat dari Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”, ujarnya merasakan kenikmatan yang kini sedang dirasakannya.
Kemudian datanglah Dhiya dengan langsung berdiam disampingnya, merebahkan kepalanya bersandar dilengan El Scant sedikit bermanja. “Wah putri abi kenapa nih? Datang menghampiri abi tapi kok, langsung bersandar begini yah?”, tanya El Scant menggoda melirik ke Dhiya. Dhiya mendekap lengan dirinya sambil tertawa kecil masih bersandar, akan mengungkap sesuatu.
“Abi, bila nanti papa sudah pertemukan Dhiya sama mama. Dhiya masih boleh main-main kesini kan?”, ungkap Dhiya mulai menatap sedikit sendu kedepan.
“Memangnya apa yang sedang Dhiya pikirkan?”, tanya El Scant ingin menghiburnya. Melihat lurus kedepan, tenang.
“Papa Bayu pasti menuntut Dhiya untuk tinggal bersama mereka. Dhiya takut tidak bisa bertemu abi disetiap waktu lagi, seperti Dhiya tinggal dirumah ini.”, Dhiya semakin mengungkap yang telah menjadi kegelisahannya.
Lalu Dhiya melepaskan dekapannya dengan duduk tegak, melihat ke El Scant. El Scant baru melihat kepadanya menunjukkan senyum. “Dhiya jangan mencemaskan pemikiran Dhiya tentang itu. Karna papa Bayu orangnya baik, Insya Allah akan selalu adil kepada Dhiya juga kepada kami semua.”, El Scant memberi nasehat berniat menenangkannya. Lalu membelai rambut Dhiya serta mencium keningnya.
“Dhiya sayang abi”, curahan sayang Dhiya sambil memeluk El Scant mengisyaratkan takut kehilangan. Dan El Scant pun memeluknya balik, memanjakannya layaknya seorang ayah kandung darinya. Sementara Re Becca, menjadi haru karna telah diam-diam melihat keduanya, mendengarkan percakapan keduanya sedari tadi dibalik keduanya.

Sementara disana. . . .

Bayu dirumah kediamannya, sedang berada diruang untuk sholat. Ia sedang duduk menghadap kiblat, berpakaian atasan muslim dengan sarungnya serta sebuah Al-Qur’an didepannya. Ia akan mencoba menguji kehafalannya pada ayat-ayat Al-Qur’an. Dan kini ia akan membaca surah Ar-Rahman. Ia memulainya dengan membaca ta’awuz lebih dulu, disambung membaca basmalah baru membaca surah Ar-Rahman. Butuh waktu beberapa menit untuk Bayu membaca surah Ar-Rahman.
Karna memakai qori serta ilmu tajwid tak lupa juga makhraj hurufnya. Setelah membaca surah kelima dari Ar-Rahman, tiba-tiba saja ada sebuah pesan masuk diponselnya. Bayu pun beralih tuk membuka sebuah pesan diponselnya. Tertulis dalam pesan diponselnya, “Dokter Bayu, esok ibu mengundangmu kerumah. Bila sudah siap kemari, kabari saya lagi ya.”. Sebuah pesan dari Inairtif yang kontaknya bernama “Wanita”, yang baru saja diterima olehnya.           
Dan Bayu hanya bersikap menerima pesan darinya saja, daripada mesti membalas pesan darinya. Karna Bayu lebih memilih tuk melanjutkan kehafalannya membaca ayat-ayat Al-Qur’an, memanfaatkan waktu luang yang telah dimilikinya saat ini.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar