Disana, tepatnya disebuah taman
Inairtif sedang duduk sendiri melihat keramaian yang ada. Ia sedang bersantai
mencoba menghilangkan tiga buah kesalahan yang masih menaunginya. “Nabi
Muhammad, selalu dinaungi oleh awan. Aku, masih saja dinaungi oleh ketiga
kesalahan karna diriku sendiri.”, bisik kecil Inairtif melihat-lihat keramaian
yang ada. Kemudian ia berdiri dengan melangkah maju lima langkah mulai
menikmati keramaian yang ada.
“Entah mengapa, aku seperti membutuhkan
teman tuk menghiburku saat ini?!”, bisik kecilnya lagi sedikit tegas. Lalu
menghadap kearah kanan, berdiam ditempat juga telah melihat seorang pria
berdasi sedang berjalan menujunya. “Ya, aku mengenal seorang pria berdasi
itu.”, ujarnya dihati meratapi seorang pria berdasi yang masih berjalan
menujunya. Dan kini seorang pria berdasi itu telah berhenti dihadapannya,
berjarak dua langkah didepannya.
Mereka berdua kini saling
berpandangan. Inairtif memandanginya biasa namun menyimpan tanya, sedangkan
seorang pria berdasi itu memandanginya sedikit curiga. Seorang pria berdasi itu
adalah Bayu, atau Dokter Bayu. “Dokter?”, tanya Inairtif memulai percakapan.
Dokter Bayu mengubah wajahnya dengan melihat sedikit nakal disertai senyuman
nakal pula.
“Apa kabar dirimu? Setelah semalam
kita terjebak digubuk pada malam itu?”, Bayu menggodanya kecil.
“Bukankah sudah kutitipkan pesan
pada memo diponselmu, kalau kita tidak perlu membahas tentang malam itu?!”,
tegas kecil Inairtif menatap tegas pula.
“Karna kalau aku mengajakmu tuk
membahasnya lagi. Maka kamu akan berandai ingin mengulanginya lagi bukan?”,
Bayu memberi sindiran sedikit keras.
“Oyah, sepertinya Dokter yang
telah menginginkan lagi terhadap perkataan Dokter yang kedua tadi?!”, balas
Inairtif tegas memberi sindiran balik.
Bayu pun menjadi terdiam seketika,
mengubah wajahnya menjadi sinish menatap Inairtif. Dan Inairtif menatap sinish
balik namun bermain-main. Dalam beberapa saat mereka berdua seperti itu,
kemudian Bayu membuka kata untuk mendapatkan sebuah kejelasan darinya. “Katakan
padaku, anggap saja aku orang biasa, apa yang sudah terjadi pada malam itu?”,
perintah Bayu dengan berjalan dua langkah kedepan. Menatap sedikit tajam tanya.
“Pagi harinya, aku menemukan
kancing bajuku terbuka. Daaaan, entahlah aku tidak mau membahasnya!!!!”,
ujarnya bercerita diakhiri ketegasan. Menatap menyerah. Lalu Dokter Bayu
menyambung menanyakan, “Why????”, menatap bingung masih tajam berkeluh.
Inairtif menggeleng mencoba bungkam karna telah teringat bahwa benih yang tidak
dinginkan telah tumbuh dirahimnya. “Itu berarti, memang tidak terjadi apa-apa
dengan dirimu.”, ungkap Bayu dengan senyuman nakal.
Dan tiba-tiba Inairtf menampar
pipi kanan darinya sedikit keras, karna reflek mengingat bahwa telah ada
sesuatu yang hidup dirahimnya. “Beruntunglah seorang pria, kesalahan pada malam
itu tidak tampak pada fisiknya!! Dan seorang wanita, bla-bla-bla!!”, ungkap
Inairtif masih merahasiakan sesuatu yang telah terjadi padanya sendiri. Bayu
wajahnya begitu bingung menatapi Inairtif, akan kata-kata darinya tadi. Bayu
tidak memkirkan rasa sakit dari tamparan yang baru saja diberikan olehnya.
“Kalau memang tidak ada kejelasan
yang bisa kau berikan padaku sekarang? Maka pergilah! Biarkan aku menjadi pupus
sendiri disini.”, Bayu berkata menyerah menatap menyerah. Inairtif menjadi
berbalik membelakangi setelah mendengar kata darinya yang berupa perintah. Lalu
airmatanya jatuh secara diam-diam, sedangkan Bayu menatapinya belum merasa puas
terhadapnya. “Sebenarnya, aku tadi hanya memancing. Aku tidak berbicara nakal
secara sungguhan!!!!”, keluh tegas bisik hatinya.
Dan kemudian Inairtif melangkah
tuk beranjak pergi meninggalkannya tanpa pamit. Sedangkan Bayu masih berdiam
mulai meratapi kepergiannya. Inairtif memilih pergi, agar Bayu tidak bertanya
tentang apa yang sudah dibicarakan tadi. Karna kalau sampai kehamilannya
diketahui oleh Bayu, maka rencananya tuk memberikan bayi yang masih tumbuh kepada
Re Becca akan gagal. Sebab Bayu akan menghalangi dirinya bila sudah mengetahui
kalau Inairtif telah mengandung benih darinya.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Malam pun tiba, disaat dirumah
kediaman El Scant sedang melakukan makan malam bersama. Re Becca berniat akan
mengatakan sesuatu, dan tepatnya kini ketika dilihatnya Ibu dan El Scant
sebentar lagi akan menyudahi santapan makan malamnya. “Ibu, El Scant, aku mau
mengatakan sesuatu?”, Re Becca memulai permisi melihat keduanya. Ibu dan El
Scant melihat santai padanya masih mengunyah makanannya masing-masing.
“Sudah pernah Re Becca katakan,
kalau Re Becca sebentar lagi punya baby meskipun diberikan oleh wanita lain.
Karna itu, Re Becca mau mengatakan sesuatu yang sudah tadi Re Becca permisi
kan.”, sambungnya mulai melihat segan kepada keduanya. Ibu dan El Scant baru
menatap mempersilahkan padanya. “Itu Re Becca lakukan, karna Re Becca sudah mengetahui
tidak lagi mempunyai Rahim.”. Sambung lagi kata terakhirnya membuat Ibu dan El
Scant menjadi terkejut secara bersamaan.
Ibu dari El Scant menjadi menatap
terkejut, dan El Scant menjadi tersedak dari minumnya. “Ya Allah, Re!! jadi
kamu sengaja bersembunyi, dibalik apa yang sudah kamu ketahui???”, tegas El
Scant menanyakan masih terkejut. Melihat diam tanya padanya. Sambung ibu dari
El Scant, “Sudah Els, kita masih bersyukur Re Becca bisa menanggapinya dengan
bijak.”, katanya melihat bijak ke El Scant masih terkejut. Sementara Re Becca
memberikan senyuman kepada keduanya, masih bijak melalukannya.
Beberapa saat kemudian. . . .
Kini El Scant dan Re Becca sudah
berada didalam kamar mereka, sudah berbaring ditempat tidur bersiap akan tidur.
Posisi El Scant berbaring bersahaja dikasur tempat tidurnya, sedangkan Re Becca
berbaring dengan mendekapnya disebelah kanan tubuh dari El Scant. Re Becca
sedang mendekap bermanja direbahan dada sebelah kanan dari El Scant. Dan dengan
posisi tidur mereka seperti itu, keduanya akan berbicara kecil, masing-masing
menatap langit-langit kamar.
“Mengapa kamu baru menunjukkan apa
yang sudah kamu ketahui, Re?”, tanya El Scant membelai rambut dari Re Becca.
“Aku hanya tidak ingin
bertengkar!! Maka dari itu aku memilih tuk meredamnya sendiri dulu!!”, sahut Re
Becca tegas mejawabnya.
Mendengar kata darinya itu, El
Scant semakin membelai rambut darinya disambung dengan tangan sebelahnya yang
mendekap balik tubuh dari Re Becca. Lalu keduanya sama-sama beralih memejamkan
kedua matanya untuk tidur. Meniadakan malam agar tidak terasa panjang, hingga
pada esok harinya terasa begitu cepat ketika pejaman kedua mata keduanya telah
terbuka.
Dan ketika sudah memasuki sepertiga malam. . . .
Disana, dirumah kediaman Bayu.
Bayu baru saja selesai mendirikan sholat tahajud yang disambung dengan berdo’a
lebih dulu sebelum mengakhiri, kemudian disambungnya lagi menunggu waktu sholat
subuh tiba. Bayu berdo’a meminta kelancaran rizkinya pada hari ini, juga
ketepatan siaganya dalam melayani pasiennya yang membutuhkan bantuan
pertolongan dirinya. Usainya berdo’a yang demikian, ia melanjutkannya dengan membaca
tiga surat terakhir dari juz 30.
Dimulai dari surat Al-Ikhlas,
Al-Falaq dan terakhir surat An-Nas. Karna pada setiap usai mendirikan sholat
wajib maupun sholat sunnah, Bayu selalu mengamalkan hafizh qur’annya dengan
mengulang-ngulang hafalannya. Kembali pada Bayu, ketika baru memulai membaca
surat Al-Ikhlas dengan menghafalnya. Suaranya dan hatinya bergetar, karna
mengingat arti dari surah Al-Ikhlas tersebut.
Dan ketika melanjutinya dengan
membaca surah Al-Falaq, getaran yang dirasanya semakin kuat memancingnya ingin
sekali meneteskan airmatanya. Terakhir sebagai penutup, ia memabca surah An-Nas
dengan menangis kecil terisak-isak mengingat dosanya. Dosa yang belum diketahui
olehnya, apakah sudah terjadi sesuatu karna ia telah kalah oleh syahwatnya pada
malam itu, kala dirinya sedang bersama Inairtif yang telah terjebak semalam
disebuah gubuk.
Hingga pada waktu sholat subuh
tiba, Bayu mulai menegarkan dirinya menghentikan isak tangisnya dengan berdiri
tegak. Ia berusaha kuat tuk tegak berdiri dalam mendirikan sholat subuh, namun
sebelumnya ia harus melakukan sholat sunnah sebelum melakukan sholat subuh
setelah adzan selesai dikumandangkan. Dimulai hari ini, Bayu akan terus dibayang-bayangi
dosanya itu hingga sampai diamana Inairtif akan kembali ditemukannya pada suatu
hari nanti. Dan itu telah menjadi rahasia Tuhan.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Beberapa bulan kemudian. . . .
Re Becca dirumah kediamannya,
terlihat tergesah-gesah ketika sedang berjalan dihalaman rumahnya hingga sampai
membuka pintu gerbang rumahnya, dan langkahnya menjadi terhenti tepat diluar
didepan pintu gerbang rumahnya. Ia sedang menemui seseorang diluar pintu
gerbang rumahnya dengan berjalan ke arah kanannya, mendekati seseorang yang
telah ditemuinya. Seseorang itu adalah wanita berhijab syar’I serta dengan
pakaian dress panjang yang syar’I pula.
Dan seorang wanita itu adalah
Inairtif yang menimang bayinya, yang akan diberikan kepada Re Becca seperti
yang sudah pernah dijanjikannya dulu. Kini mereka sudah berdiri berhadapan,
saling memandangi sejenak lalu Inairtif memberikan bayinya. Re Becca pun
mengambil bayi itu dengan melihat ke bayi itu lalu melihat ke Inairtif lagi.
“Aku sudah memenuhi janjiku! Dan keinginanmu sudah tercapai!”, Inairtif berkata
tegas kecil menyampaikan perpisahannya kepada mereka berdua. Menatap senyum.
Kemudian beralih dengan memasuki
mobil yang ditumpanginya untuk pergi meninggalkan. Sementara Re Becca merasa
tersentuh atas ketulusan darinya, lalu melihat ke wajah bayi itu yang sedang
ditimangnya kini sambil berkata tegas kecil, “Aku sudah tuntas menghukum ibumu!
Dan kini, aku akan merawatmu dengan ketulusanku, baby!!!”. Setelah melihat
Inairtif pergi dengan kendaraannya. Setelahnya lagi, Re Becca berjalan beralih akan
memasuki rumah kembali membawa bayi mungilnya.
Pada sore harinya, Re Becca dan
ibu mertuanya sedang bermain dengan bayi mungil itu. mereka sedang saling
berbalas kata berhubungan dengan bayi itu. Dan keduanya tampak sedikit tidak
sabar tuk menunjukkan bayi itu kepada El Scant yang sudah sebagai sosok ayah
angkatnya. Bayi itu belum diberi nama, karna menunggu El Scant yang kan memberi
nama bayi mungil itu. Bayi mungil itu berjenis kelamin perempuan, berwajahkan
cantik seperti ibu kandungnya, Inairtif.
Dan ketika malam telah tiba. . . .
Re Becca sudah berada didalam
kamarnya, ia sedang menimang bayi mungil itu terduduk santai dikasur tempat
tidurnya. Tak berapa lama kemudian, El Scant yang baru datang memasuki kamarnya
menjadi terkejut ketika baru terpandang ke Re Becca yang sudah menimang seorang
bayi mungil. Sesaat sudah menutup pintu kamarnya, membelakanginya. Sementara Re
Becca menjadi tersenyum padanya lalu berdiri menghadap padanya, masih menimang
bayi mungil itu berniat akan menunjukkannya.
“Astaga, ternyata apa yang sudah
kau tunggu telah datang.”, El Scant mulai berkata sedikit takjub dengan
berjalan mendekati Re Becca. “Bukan astaga, tetapi subahanallah!!”, sanggah Re
Becca dengan senyum bahagia. Dan El Scant kini sudah berada didepannya melihat
wajah dari bayi itu.
“Siapa nama kamu, sayang?”, El
Scant menanyakan nama dari bayi mungil itu seolah-olah sedang bertanya pada
bayi mungil itu sendiri. Mulai menatap berbinar-binar.
“Aku, sedari tadi menunggu ayah
untuk memberikan sebuah nama untukku.”, jawab Re Becca seolah-olah bayi mungil
itu sendiri yang berbicara menyahutnya. Melihat ke bayi mungil itu bahagia.
El Scant pun langsung menjawabnya.
“Dhiya Shiraj! Dhiya berarti sinar! Shiraj adalah nama depan dari ayah! Dan
Dhiya Shiraj ialah, seorang anggota keluarga baru yang kan menyinarkan keluarga
dari Shiraj Mochtar!”, tegas El Scant memberi penjelasan melihat ke bayi mungil
itu. Dan Re Becca menjadi tertawa kecil sudah menerimanya. Sedangkan El Scant
mendekap Re Becca dari samping dan mereka berdua bersama menatapi wajah bayi
itu merasa senang.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar