Rabu, 13 Juli 2016

METAMORFOSA *23*



Esoknya, ketika hari sudah hampir memasuki siang bolong, Bayu keluar dari ruang prakteknya menuju keruang pribadinya. Dan sesampainya diruang pribadi miliknya, sudah memasuki ruangannya tersebut tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu ruangannya. Tepatnya disaat ketika Bayu sudah duduk dikursi kerjanya. Dengan sedikit berteriak Bayu memerintahkan seseorang yang sudah mengetuk pintu ruangannya untuk segera masuk.
Dan mulai terlihatlah sosok Inairtif yang kini sedang berjalan menghampirinya dengan pintu ruangannya sudah dalam keadaan tertutup kembali. “Selamat siang, akhirnya kau menepati janjimu.”, sapa Bayu menatap ingin tahu. Sedangkan Inairtif baru saja mendudukkan dirinya didepan meja kerja Bayu, tepat dihadapannya.
“Dokter, aku ingin bermain dulu denganmu. Sebelum memulai topik pembicaraan kita.”, Inairtif permisi melihat serius. Bayu mengangguk mengiyakan, berubah melihat santai.
“Bisakah Dokter memberitahuku, apakah arti dari sebuah ayat yang sudah Dokter baca pada tadi malam?”, Inairtif memulai berubah menatap mohon. Bayu langsung mengerti apa yang dimaksudkan olenya, akan memberitahu arti dari sebuah ayat yang sudah dibacanya pada tadi malam.
“Dan mudahkanlah untukku urusanku. Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku. Agar mereka mengerti perkataanku.”, Bayu mengujarkan arti dari surah Taha ayat 26-28. Masih melihat santai.
“Tadi malam, aku kagum mendengar suara Dokter melantunkan ayat dari sebuah surah dalam al-qur’an. Bisakah Dokter melatunkan surah Maryam, ayat yang ke-22?”, ungkap kagum Inairtif lalu memintanya tuk melatunkan surah Maryam ayat yang ke-22. Menatap kagum.
Tatapan Bayu mulai menjadi sedikit bingung, lalu menerimanya dengan mengucapkan “Insya Allah” sebelum memulai melatunkan surah Maryam ayat yang ke-22. “Fa hamalathu fantabazat bihi makanan qasiyya.”, Bayu melatunkan surah Maryam ayat yang ke-22 memakai Qori. Inairtif menjadi tersenyum semakin menatap kagum akan menyambung sebuah arti dari ayat tersebut, “Maka dia (Maryam) mengandung, lalu dia mengasingkan diri dengan kandungannya itu ketempat yang jauh”.
Inairtif sedikit bergemetar dalam menyambung mengujarkan sebuah arti dari ayat tersebut. “Ina???”, tanya Bayu memanggil namanya karna merasa begitu kaget. “Maafkan aku, Dokter. Karna peristiwa pada malam itu, tepatnya pada tiga tahun lalu….?”, belum sempurna Inairtif mengungkap akan meluruskan. Bayu langsung memotongnya. “Mengapa kau mengasingkan dirimu seperti Maryam? Bukankah masih ada aku yang akan menanggung dosa kita bersama?”, keluh Bayu menanyakan.
“Suatu waktu yang sudah lama berlalu, kita bertemu didalam mimpi. Disana kau mengatakan, kalau dosa yang sudah tidak sengaja kita lakukan telah berbuah? Tolong berikan sebuah kenyataan padaku, adakah seorang anak yang telah lahir akibat dari kekhilafan kita bersama karna peristiwa pada malam itu?”, Bayu menyambung katanya namun diakhir katanya ada sesuatu yang terlupa.
Inairtif sudah tersentuh hatinya dari pertama mendengar kata keluhan dari Bayu, “Maafkan aku, Dokter!”, pinta maafnya tegas mencoba mengalihkan bertatap haru. Bayu pun menundukkan kepalanya diatas kedua tangannya yang terlipat dimeja kerjanya, mengingat dosanya dimasa lalu. “Dokter, jangan menangis.”, pinta mohon Inairtif ketika melihat airmata Bayu jatuh masih dalam tundukkannya. Bayu tidak mendengarkannya karna Bayu menangisi dosanya dimasa lalu yang baru saja terungkap jelas.
Kemudian terdengarlah suara adzan menandakan waktu sholat dzuhur telah tiba. Inairtif menjadi berdiri dari duduknya berniat untuk pamit pergi meninggalkan, namun sepertinya Bayu sudah mempunyai firasat kalau Inairtif ingin pamit pergi meninggalkannya. Sehingga Bayu menjadi berdiri dari duduknya melihat lagi padanya, “Aku ingin membawamu tuk menghadap Tuhan! Aku mau kita berdo’a bersama, dengan sholat berjama’ah dimusholla rumah sakit ini!”, tegas Bayu menunjukkan tekadnya.
Inairtif pun langsung menganggukkan kepalanya kecil merasa tersentuh kembali karna mendengar ajakan dari Bayu yang terbilang mulia. Lalu mereka berdua bersama beranjak dari ruangan tersebut akan segera menuju ke musholla rumah sakit, namun sebelumnya mereka terpisah karna harus mengambil air wudhu ditempat yang berbeda.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Dan kini mereka berdua akan berdo’a setelah menunaikan ibadah sholat dzhuhur berjamaah. Di musholla itu hanya ada mereka berdua, dan yang sebagai imam adalah Bayu, Inairtif sebagai makmumnya. Bayu berdo’a, “Ya Allah, cukup aku menyadari bahwa aku adalah seorang hambamu yang hina. Dan kini aku menyadari kalau diriku sendirilah yang telah menjadikan aku semakin hina dihadapan-Mu. Tunjukkan jalan lurus agar aku dapat kembali menjadi suci seperti hamba-hamba-Mu yang sholeh.”.
Inairtif berdo’a, “Ya Allah, terimakasih karna Engkau telah membantuku memperjuangkan niatku untuk mengatakan permasalahan kami padanya. Aku bersyukur, karna Dokter Bayu masih bisa bersahabat padaku. Walaupun Dokter Bayu sudah mengetahui kalau aku telah begitu menyakitinya.”. Demikianlah do’a dari keduanya. Bayu dalam do’anya membuat pengakuan, sedangkan Inairtif mengadukan rasa syukurnya.
Namun yang pasti mereka berdua sama-sama merasa bersyukur kepada Tuhannya. Kembali pada mereka berdua, mereka berdua kini mulai beranjak pergi meninggalkan musholla bersama lagi menuju keruangan pribadi Dokter Bayu. Sesampainya didepan pintu ruangan pribadi Dokter Bayu, Inairtif memintanya untuk berhenti sejenak karna ada yang ingin disampaikannya.
“Dokter, maaf, aku harus pulang sekarang. Aku janji, akan melanjutkan pembicaraan kita pada hari esok.”, ucap pamit Inairtif melihat bijak padanya.
“Hari esok merupakan hari libur kerja untukku. Jadi, kau temui saja aku ditaman biasa pada sore hari.”, Bayu menyahut dengan melihat balik padanya. Bijak pula.
“Hem, ok! Esok aku akan mencoba menghubungi, Dokter. Aku, pamit ya, Dokter?”, Inairtif menyetujui menatap ceria.
“Silahkan.”, Bayu mempersilahkan semakin menatap bijak.
Lalu Inairtif dengan sedikit manja mengucapkan salam, “Assalamu’alaikum”, masih dengan tatapan ceria. Bayu terpaksa memberi senyuman kecil padanya membalas salam darinya, “Walaikumsalam”. Usainya saling berbalas salam, Inairtif berbalik pergi meninggalkan dengan berlari. Dan Bayu yang melihatnya menjadi menggeleng kecil melihat tingkahnya, lalu beralih memasuki ruangannya kembali.

Ketika hari sudah memasuki petang. . . .

Bayu telah diundang untuk berbuka puasa bersama dirumah kediaman El Scant. Dan kini El Scant beserta keluarganya, dan Bayu sudah duduk dimeja makan bersiap untuk berbuka. Kemudian suara adzan menandakan berbuka puasa telah tiba berkumandang, mereka semua pun berdo’a bersama sebelum meneguk segelas air minum sebagai pelepas dahaga. Setelah berdo’a bersama juga sudah meneguk segelas air minum sebagai pelepas dahaga, mereka semua kompak menikmati hidangannya.
Dan disaat mereka semua masih menikmati hidangannya masing-masing, Bayu tiba-tiba saja terpandang kepada Dhiya yang sedang disuapi Re Becca didepannya. Lalu dirinya menjadi terdiam memandangi Dhiya karna baru saja mengingat sesuatu. Bayu baru saja teringat, kalau Inairtif adalah seorang ibu kandung dari Dhiya, seperti yang pernah diujarkan El Scant padanya. Lalu apakah benar kalau Dhiya adalah seorang putri kandungnya, tanya Bayu mulai memikirkan menatapi Dhiya.
Namun ketika Dhiya baru terpandang kepada dirinya, Bayu langsung memalingkan pandangannya dengan melihat kehidangannya sendiri. Beruntung, tidak ada satupun dari mereka semua yang telah mencurigai dirinya itu.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar