Rabu, 13 Juli 2016

METAMORFOSA *16*



Setelah lima menit berlalu, Bayu yang sudah terduduk kembali berdiri akan bercerita tentang siapa yang menjadi sebuah inspirator. Dalam ceritanya ini, ia akan menceritakan tentang perjuangan Dokter Ahli Bedah Saraf, Saturnus Diego. Bayu akan menceritakannya dengan saling menyambung cerita dengan El Scant. Melihat El scant yang sudah berdiri memegang mikrofon, Bayu pun benar akan memulainya.
“Dalam waktu yang sudah singkat ini, saya ingin menceritakan tentang seorang yang sudah menjadi inspirator! Tapi sebelumnya amat disayangkan, karna seorang itu sedang berada diluar negeri menjalani tugasnya disana!”, Bayu berkata permisi melihat keseluruh mahasiswa lalu beralih duduk.
“Perkenalkan, saya El Scant Shiraj! Diri saya yang dulu juga sama seperti kalian semua, mengikuti pelatihan karna masih berstatus mahasiswa baru difakultas kedokteran ini! Saturnus Diego, dia adalah seorang Dokter Ahli Bedah Saraf! Dia satu angkatan yang sama dengan saya juga Dokter Bayu! Namun dia harus pergi ke America untuk mengambil S2 disana! Dan mohon doanya agar dia disana bisa lulus dengan nilai terbaik disana! Amin!”, El Scant memperkenalkan sosok Saturnus Diego melihat mereka.
“Bagaimana cerita awal dirinya mulai mencari jati diri di fakultas kedokteran ini?”, Bayu memberi pertanyaan masih duduk ditempatnya. El Scant melihat padanya lalu melihat ke mereka akan menceritakan.
“Urnus, itulah panggilan akrabnya! Dia membiayai sekolahnya disini, karna bekerja disebuah mall di Jakarta dengan menjadi manager mall tersebut! Kalian boleh berpikir, Urnus bisa meraih kesuksesannya kini karna bekerja di mall tersebut untuk membiayai sekolahnya?! Namun disamping itu, Urnus mengutamakan ibadahnya di gereja! Bahkan setiap mau pergi ke fakultas, Urnus selalu mendahulukan untuk berdo’a di gereja demi mendapat berkat Tuhan, katanya!”, tegas bijak bahasanya.
“Jelaskan pada kami, serta jelaskan pada mereka yang sebagai mahasiswa baru! Kala itu Sturnus Diego, atau yang akrab dipanggil Urnus sedang berada dalam keluarga yang bagaimana?”, Bayu memberi pertanyaan lagi melihat ke El Scant. El Scant yang sudah melihat padanya, menjadi tersenyum lalu melihat ke mereka kembali.
“Diusianya yang baru berusia limabelas tahun, Urnus harus menerima kenyataan kalau dirinya termasuk dalam golongan anak broken home! Karna kala itu orangtunnya memilih bercerai, namun tidak menuntut Urnus secara berlebihan! Anak yang terlanjur broken home, tentu terkenal dengan kenakalannya bukan? Tetapi itu tidak dengan Urnus! Keadaan keluarganya memang sudah broken home, akan tetapi pemikirannya masih berkeluarga!”, cerita El Scant tegas membuat semua haru.
“Urnus pernah mengatakan, “Cita-citaku takkan berhenti karna mama papa yang sudah tidak bersama! Karna jauh didalam pemikiranku, anganku jika kami masih sama seperti semula!”, tutur katanya sungguh membikin haru bukan? Mama, papa, bagi yang sudah merasa kehilangan karna ketiadaan antara keduanya! Jangan melampiaskan kekesalan karna mereka dengan membuat keburukan, tapi jadikan motivasi untuk bangkit mencerahkan dunia kalian!”, El Scant bercerita akhir.
Suasana menjadi hari, karna semua para hadirin menjadi hening seperti merenungkan apa yang sudah disampaikan olehnya. Kemudian para Dokter berdiri dari duduknya, menundukkan kepalanya masing-masing akan mengheningkan cipta dengan diiringan musik. Begitupun professor Hafiz yang mulai mengucap ikrar janji seorang Dokter, yang diikuti para Dokter serta semua mahasiswa. Apa yang sudah disampaikan oleh Bayu tadi adalah sebuah motivator.
Sebab Bayu sering dipilih menjadi motivator setiap pelatihan untuk mahasiswa baru diadakan. Sedangkan El Scant hanya mewakili sosok inspirator yang tidak bisa hadir pada saat ini, tahun ini, Saturnus Diego. Setelah usai mengucap ikrar janji seorang Dokter bersama-sama. Mereka, para Dokter dan professor Hafiz, saling bersalaman menyudahi pelatihan pada hari ini. Kemudian mereka semua yang beragama muslim mulai beranjak pergi menuju musholla ketika baru saja adzan dikumandangkan.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Selang waktu berjalan, kini ruang multimedia terisi kembali. Ruang multimedia menjadi sedikit gempar karna kedatangan seorang yang dipilih sebagai inspirator. Saturnus Diego, sebagai Dokter Ahli Bedah Saraf baru saja tiba di Indonesia pada sepuluh menit yang lalu. Saturnus Diego langsung menuju ke fakultas kedokteran ketika baru saja tiba di bandara Soekarno Hatta, demi menghadiri pelatihan yang sudah mengundang dirinya sebagai inspirator tuk kesekian kalinya.
Karna pada zamannya dulu, Saturnus Diego mendapat apresiasi sebagai inspirator. Bayuwangi mendapat apresiasi sebagai motivator, sementara El Scant diapresiasikan sebagai pendapat nilai terbaiknya selalu mengungguli dari nilai keduanya. Karna pada zamannya mereka bertiga selalu menjadi siswa mendapat nilai terbaik disetiap tahunnya. Kembali pada pelatihan, kini semua sudah duduk ditempatnya masing-masing dengan pusat perhatian mereka semua tertuju pada Saturnus Diego.
“Selamat siang! Assalamu’alaikum! Dan puji Tuhan, subahanallah, saya bisa tiba di Indonesia pada hari ini bertemu dengan kalian semua disini!”, Urnus membuka kata sapanya. Semua menjadi tersenyum berbalas sapa denagnnya. Mereka semua pun berbalas sapa dengan senyuman menerima kehadirannya. “Terimakasih untuk Dokter El Scant Shiraj, saya dulu suka sekali memanggilnya Shiraj dengan mengejek!”, ucap terima kasihnya melihat ke El Scant diakhiri tawa kecil. Begitupun El Scant.
“Kedatangan saya disini membawa kabar baik! Dan kabar baiknya adalah, Alhamdulillah saya telah berhasil menjalani sidang dalam pencapaian gelar S2 saya! Yang insya Allah, seminggu lagi saya akan menjalani wisuda! Namun daripada itu, saya mempunyai harapan besar terhadap kalian semua para mahasiswa baru! Jangan jadikan broken home, broken heart, atau kondisi ekonomi! Menjadikan kalian berputus asa untuk menggapai cita-cita kalian!”, sambungnya memberi nasehat melihat mereka.
“Sebab, selagi kita masih mengingat Tuhan! Tuhan Yesus, Bunda Maria, dan yang beragama muslim, Allahu akbar! Akan selalu ada jalan yang terbentang luas untuk kita bisa menuju ke arah tujuan yang kita mau, cita-cta kita! Dan yang harus selalu kita tanamkan pada diri kita masing-masing, yakinlah bahwa Tuhan akan menghendaki jalan apa yang sedang kita tuju! Mari kita bersama-sama ucapkan amin! Amin!!!!”, sambungnya masih memberi nasehat diakhiri memerintahkan mengucapkan “amin”.
“Saya persilahkan untuk anda, Dokter Urnus mantan mahasiswa dari bimbingan saya, tuk menceritakan singkat kehidupan pribadi anda!”, professor Hafiz berkata permisi mempersilahkan. Urnus yang sudah mendengarnya menjadi tersenyum canggung melihat mantan dosen pembimbingnya itu, lalu melihat ke mereka kembali.
“Saat ketika saya sudah memutuskan untuk melanjuti pendidikan S2 dinegeri orang, America! Saya benar menjadi perantau seperti Dokter Bayu! Kemudian disuatu hari masih menetap disana, saya dipertemukan dengan seorang wanita muslim berhijab! Dari pertemuan itu kami mulai menjalani komunikasi, dan dia juga suka berbagi pengalamannya sejak awal menetap di America! Hingga pada tahun kedua saya menetap disana, saya memutuskan menjadi muallaf karna mencintai iman dirinya!”.
Urnus menceritakan singkat kehidupan pribadinya sejak awal menetap dinegeri orang, America. Lalu Urnus menyambung katanya terakhir. “Selama bhinneka tunggal ika masih tertanam dihati kita! Tentu perbedaan tidak akan pernah ada! Karna kita semua sama! Seperti pada sila kedua, yang begitu saya ingat dan tidak sangat mungkin saya lupakan! Seperti perbedaan yang sudah kita ketahui secara umum! Yaitu adat, budaya, agama, bahkan status yang membedakan si kaya dan si miskin!”.
Professor menambahkan sebagai penutup. “Bhinneka tunggal ika, maksudnya adalah walaupun kita berbeda-beda, kita tetap satu! Dan pada sila kedua, semoga kita menjadi manusia yang adil dan beradap! Terakhir, kita sudah mendengar empat buah perbedaan dari Dokter Urnus! Penjelasannya adalah, kita tidak boleh memberlakukan keempat buah perbedaan itu dengan menyikapinya bertujuan merusak moral bangsa!”
Semua yang hadir sudah mendengarkan kata motivasi, inspirasi dari mereka berduapun memberi tepukan tangan meriah. Karna mereka semua menjadi seperti hidup kembali rasa nasionalisme dalam diri mereka masing-masing. Terlebih lagi Urnus telah menyapa dengan menghargai agama mereka semua masing-masing, pada awalnya sebelum memberi nasehat. Dan kini pelatihan harus diakhiri. Mereka semua mengakhiri pelatihan dengan bernyanyi.
Dan saat semua sudah berdiri tegak dari duduknya, mereka mulai bernyanyi Indonesia Raya dengan iringan musik, disambung lagu terakhir yaitu Satu Nusa Satu Bangsa. Mereka semua bernyanyi memakai hati, hingga sampai merasakan indahnya menghayati dua buah lagu kebangsaan Indonesia.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Pada malam harinya, Dhiya sedang duduk dikamar orangtuanya. Ia didalam kamar tersebut sedang menonton program televisi. Kemudian dilihatnya program Hafiz pada channel televisi yang sedang disaksikannya. Lalu ia terbesit tanya dihatinya apa itu hafiz bersamaan dengan tidak sengaja melihat El Scant berjalan melewati pintu kamar yang terbuka. Dan Dhiya pun memilih beranjak beralih dari kamar tersebut akan menemui El Scant, niatnya.
Sementara disana, diruang sholat El Scant sedang membuka Al-Qur’an beserta dengan artinya. El Scant sedang membaca arti dari sebuah surah didalam Al-Qur’an yang dipegangnya. “Abi? Apa itu hafiz?”, tanya Dhiya seketika sesaat sudah berada dibalik El Scant. El Scant pun berbalik menghadap Dhiya, melihat biasa dengan menutup Al-Qur’an yang dipegangnya. “Ami pernah bercerita, kalau abi pernah menjuarai lomba tilawatil qur’an. Lalu apa itu hafiz?”, tanyanya lagi memperjelas.
El Scant menjadi menyimpuhkan dirinya akan bertanya balik, masih melihat biasa. Sedangkan Dhiya menatap serius tanya.
“Dhiya bertemu dimana dengan kata hafiz?”, tanyanya berbahasa lembut.
“dichannel televisi, abi. Apakah hafizh sama dengan tilawatil qur’an?”, tanyanya lagi ingin segera mengetahui penjelasan dari keduanya.
“Dan intinya seperti ini! Paham tentang tilawatil qur’an belum tentu bisa menjadi hafiz. Sementara bila sudah menjadi seorang hafiz tentu paham tentang tilawatil qur’an.”, El Scant langsung menjelaskan inti dari keduanya.
“Jadi keduanya sama dong! Tilawatil qur’an, membaca dengan ilmu tajwid serta bernada! Begitupun hafiz….?”, Dhiya menyampaikan persamaan keduanya namun diakhir telah dipotong oleh El Scant.
“Hafiz tidak hanya membaca dengan ilmu tajwid serta bernada, tetapi juga menghafalnya.”, potong El Scant dengan langsung menjelaskannya.
Dhiya langsung merasa puas menunjukkan senyumnya. “Kalau begitu, Dhiya mau mencoba menjadi hafiz, abi!”, tuturnya polos dengan niatnya diakhiri dengan tertawa kecil. “Insya Allah”, balas El Scant merasa bersyukur. Dhiya tumbuh menjadi anak yang cerdas, ia sudah bisa membaca diusianya yang baru tiga tahun. Bahkan niat yang ia tunjukkan tuk bisa menjadi hafiz, membuat El Scant bergetar hatinya. Karna jarang seorang anak seusia Dhiya, menunjukkan niatnya yang mengagumkan itu.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati” 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar