Rabu, 13 Juli 2016

METAMORFOSA *8*



Hari telah berganti. Saat hari masih pagi menunjukkan pukul tujuh, Bayu sudah tiba dirumah sakit dengan berjalan akan segera memasuki pintu masuk dari lobby rumah sakit. Namun ketika baru saja melewati pintu masuk dari lobby rumah sakit, tiba-tiba saja ia bertabrakan dengan seorang gadis yang bertepatan akan keluar dari dalam rumah sakit melewati pintu yang sama dengannya. Dan tangan Bayu kini sedang menggenggam tangan dari seorang gadis itu.
Sementara posisi keduanya sudah saling membelakangi, berbeda selangkah saja. Dan keduanya sama-sama terkejut berdiam ditempat, hening seketika. Dengan tangan keduanya yang sudah saling menggenggam, keduanya mulai memberanikan diri tuk melihat wajah siapa yang telah menabrak dan yang ditabrak. Dan kini keduanya sudah saling berpandangan berekspresikan wajah sama-sama kaget. Dengan keadaan mereka berdua yang seperti itu, mereka berdua akan berbicara kecil.
“Kamu?”, tanya Bayu setelah mengetahui. Gadis itu adalah Inairtif.
“Selamat pagi Dokter!”, Inairtif mulai menyapa dengan senyum. Namun masih kaku.
“Ada apa kamu kesini lagi? Apakah ada kasus baru yang kamu buat lagi?”, Bayu bertanya tegas. Mulai meantapnya namun biasa. Gadis itu menggeleng.
Bayu menjadi hening sesaat, kemudian melepaskan genggamannya masih menatap biasa ke gadis itu. “Assalamu’alaikum!”, kata Bayu yang terakhir masih tegas lalu beralih pergi meninggalkan cuek. “Ah, Dokter ganteng! Jodoh yah, bisa ketemu lagi!”, gadis itu berbisik melihat kepergiannya sedikit girang. Usainya berbisik gadis itupun yang bernama Inairtif, beranjak pergi menuju keparkiran kendaraan untuk pulang.    
Inairtif, ketika beberapa langkah lagi ia akan sampai keparkiran kendaraan yang ditujunya. Tiba-tiba ada yang seperti menghentikan langkahnya ketika dirinya melihat kearah kanan darinya. Ia secara tidak sengaja melihat Dokter El Scant yang belum diketahui namanya olehnya sendiri sedang berjalan dari parkiran akan menuju ke lobby rumah sakit. Seketika Inairtif menjadi teringat saat ia melihat Dokter El Scant pada dua tahun yang lalu, disambung dengan Dokter Bayu yang tiba-tiba saja melindunginya.

Dua tahun yang lalu, pertama melihat Dokter El Scant. . . .

Setelah beberapa saat berjalan, El Scant terduduk lemas didepan ruang ICCU. Ia sedang menunggu kedatangan seseorang untuk mendapatkan sebuah cerita kronologis mengapa istrinya, Re Becca bisa sampai diharuskan melakukan tindakan operasi. Dan dikejauhan diarah kiri darinya, seorang gadis bernama Inairtif tak sengaja melihat dirinya, gadis itu baru tersadar kalau dia akan melewati ruang ICCU. Bahkan sudah melihat El Scant yang sedang terduduk didepan ruang ICCU tersebut.

Dua tahun yang lalu, Dokter Bayu yang tiba-tiba saja melindunginya. . . .

“Pergilah! Kalau sampai dia disana melihatmu, maka kasus yang sudah kau perbuat akan berlanjut! Sebab sebelumnya aku dan Dokter Kandungan bersepakat tuk merahasiakan kasus darimu dulu! Karna kami masih membutuhkan bukti lainnya!”, Dokter Bayu berbisiik tegas. Dan gadis itu menyahutnya.
“Terimakasih, anda telah sedikit berupaya tuk melindungi saya!”, usainya berkata gadis itupun pergi berlawanan arah dari arah menuju ruang ICCU.
  Setelah mengingat kedua momen yang telah berperan pada kedua orang Dokter, yang baru ditemuinya kembali setelah dua tahun berlalu. Inairtif merasa aneh, karna bisa bertemu lagi setelah sekian lama tidak pernah bertemu. Kemudian baru diingatnya jika dirinya selama dua tahun telah menetap di kota Solo, membantu mengasuh keponakannya. Dan alasannya berada dirumah sakit tersebut karna seorang keponakannya sedang dirawat diruang kamar khusus anak-anak.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Bayu didalam ruangan pribadinya, sedang terduduk sendiri seperti merasakan kegelisahan. Wajahnya sedikit memerah, bukan karna mengalami gejala tidak enak badan. Tetapi terpikirkan Inairtif yang ditemuinya lagi tadi. “Seingatku, aku terpikirkan dirinya pada dua tahun lalu!”, keluhnya berbisik memikirkannya. Lalu ia menjadi merenungkan ekspresi wajah dari Inairtif, senyum, pandangan mata serta suara dalam bicaranya.
Kemudian Bayu melipatkan kedua tangannya diatas meja menundukkan kepalanya, akan berkeluh lagi. “Kalau sampai aku merasakan jantung benar-benar berdetak lain padanya! Maka aku akan berterimakasih dengan Dia sang Maha Pemberi Cinta!”. ia berkeluh seperti itu karna suhu pada perasaannya menjadi panas dingin yang merupakan sebuah gejala bahwa dirinya akan segera jatuh cinta karna telah memikirkan Inairtif walaupun hanya seperti hembusan angin saja.
Dan kemudian ia menjadi terbangun saat alarm tentang jam prakteknya mulai dibuka dalam waktu lima menit lagi. Bayu yang sudah mengetahui, mulai beranjak keluar dari ruangan pribadinya beralih menuju keruangan prakteknya untuk melayani para pasiennya.

Sore harinya. . . .

El Scant sedang berada diruang kamar khusus anak-anak akan segera memeriksa seorang anak perempuan yang menderita penyakit amandel. Usianya baru dua tahun, tetapi sudah menderita penyakit amandel sejak berusia satu tahun lima bulan. Anak perempuan itu mempunyai rasa trauma terhadap para Dokter dan suster yang memeriksanya. Sebab sewaktu diUGD tangannya dipasang jarum infus, yang telah membuatnya menangis kesakitan.         
Dan kini El Scant sedang memeriksa seorang anak perempuan itu, yang sudah berwajahkan cemas menatap padanya dengan masih terbaring. El Scant yang sudah melihatnya berusaha mengajaknya bercanda kecil untuk melancarkan pemeriksaannya dengan mengajaknya berbicara, dan seorang anak perempuan itu akan selalu menyahutnya meskipun kecemasan diwajahnya masih terlihat.
“Siapa namanya cantik? Yuk main-main dulu sama Dokter!”, sapa El Scant menatap canda. Seorang anak itu tersenyum cemas akan menyahutnya.
“Namaku, Raffisa! Aku tidak bisa makan yang padat, om Dokter!”, seorang anak itu menyahutnya dengan mengatakan keluhannya.
“Jadi bisa makan apa dong? Om Dokter jadi bingung?”, sahut tanya El Scant berpura-pura bingung menatapnya.
“Minum susu sama air saja, om Dokter.”, sahut lagi seorang anak itu mulai menatap biasa kepadanya. El Scant pun menjadi tersenyum, karna melihat seorang anak itu menyahut dengan cerdas, tepat dan jelas.
“Ayo, sekarang buka mulutnya!”, perintahnya masih dengan canda kepada seorang anak itu. Namun seorang anak itu menggeleng karna tidak mau membuka mulutnya, mulai menatap cemas. “Oh, yah om Dokter lupa! Om Dokter mau ngajakin main, kira-kira ada benda apa yah didalam mulutnya Raffisa? Kalau om Dokter senterin pasti ketemu deh ada apa didalamnya?”, bujuknya masih memakai canda.
Seorang anak itupun menjadi tertawa lepas lalu membuka mulutnya, dan El Scant mulai memeriksanya terutama pada kerongkongannya. “Raffisa harus menjalani operasi ya. Biar kalau makan yang padat gak sakit lagi. Operasi gak sakit kok, karna operasi dilakukan tunggu Raffisa bobok cantik!”, bujuk lagi El Scant masih memeriksa kerongkongannya. Dimana amandel Nampak amat jelas dalam pemeriksaannya.
“Nanti operasinya sama Dokter Bayu! Sebelum bobok nanti dibacain dongeng sama Dokter Bayu! Raffisa setuju enggak!”, bujuk lagi El Scant merasakan jiwa kebapakannya. Seorang anak itu menjadi tersenyum menyetujuinya, matanya mulai berbinar-binar. Melihatnya yang kembali ceria, El Scant mengajaknya untuk bertepuk tangan dan seorang anak itu mau bertepuk tangan dengannya. Lalu mereka berdua sama-sama tertawa kecil, kemudian El Scant pamit untuk pergi memeriksa yang lainnya.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
          
Pada esok hrinya, pukul Sembilan pagi pasien anak-anak bernama Raffisa yang merupakan seorang pasien dari Dokter El Scant. Sudah berada diruang tunggu untuk melakukan tindakan operasi pengangkatan penyakit amandel. Dan diruang yang sama pula, Dokter Bayu dan seorang susternya baru saja usai melakukan tindakan operasi sekitar tigapuluh menit lalu. Mereka berdua sedang berdiri membincangkan sesuatu didekat tempat tidur Raffisa yang sedang menunggu.
Saat mereka berdua masih berbincang-bincang, tiba-tiba saja ada yang mengusik keduanya karna baru saja terdengar ada suara anak kecil yang telah memanggil Dokter Bayu dengan panggilan “Papah”. Dan mereka berdua langsung melihat ke arah suara itu berasal, suara itu adalah suara Raffisa yang telah salah mengenali orang. Kemudian Dokter Bayu dan seorang susternya berjalan menghampiri Raffisa, lalu berdiam disampingnya.
Sedangkan Raffisa menatap Dokter Bayu dengan kediamannya dengan sudah terduduk ditempat tidurnya. “Selamat pagi!”, tegur Dokter Bayu sedikit mengagetkan Raffisa. “Aku gak mau bobok, sebelum papah datang membawakan boneka kesayanganku dirumah!”, Raffisa menyahutnya mencurahkan keinginannya. Dokter Bayu yang sudah mendengarnya menjadi tersenyum kecil mengangguk masih melihat padanya.
Sedangkan seorang suster membisikkan kalau obat bius sudah disuntikkan pada selang infus Raffisa. “Raffisa, kalau misalnya sudah sembuh cita-citanya mau ngapain aja?”, tanya Dokter Bayu tuk menghiburnya. Raffisa pun menjawabnya dengan tatapan polosnya, “Aku mau maen lagi sama mama kedua aku!”. Usainya mengatakan itu, Raffisa menjadi terbaring tak sadarkan diri karna obat biusnya sudah bekerja secara total.
Dan Dokter Bayu pun meminta seorang suster yang masih bersamanya, untuk segera mempersiapkan semuanya karna tindakan operasi dari Raffisa akan dilaksanakan.

Tiga jam kemudian. . . .

Operasi dari Raffisa sudah berhasil dilakukan pada satu jam lalu. Dan kini ayah dari Raffisa akan menemui Dokter El Scant, sebelum menemui Dokter Bayu mengikuti peraturan yang sudah diresmikan dirumah sakit tersebut. Dan kini pula ayah dari Raffisa sedang menghadap Dokter El Scant diruangan pribadi Dokter El Scant. Ayah dari Raffisa sedang menunggu Dokter El Scant membaca hasil operasi Raffisa dari Dokter Bayu, yang berupa sebuah map. 
Dan akan diperjelaskan olehnya sendiri kepada  ayah dari Raffisa. Dokter El Scant pun kini telah usai membaca hasil operasi Raffisa akan memperjelaskannya berlanjut mempertanyakan sesuatu.
“Operasi dari Raffisa berlangsung selama dua jam! Letak amandelnya sangat terjangkau jadi kami tidak perlu melakukan pemeriksaan lanjutan untuk letak amandelnya! Tetapi ada kendala saat ketika operasi dari Raffisa sedang berlangsung! Jantungnya gampang naik turun, sementara nafasnya normal, tekanan darahnya juga normal! Apakah, ada daftar riwayat yang berhubungan dengan jantung dalam keluarga anda?”, Dokter El Scant menjelaskan berlanjut menanyakan masih memegang map.
Ayah Raffisa memberi senyuman kecil, mengangguk kecil lalu mengatakan “Almarhum istri saya!”. Dokter El Scant yang sudah mendengarnya memberi seyuman kecil pula, membalas senyuman darinya. Kemudian mengatakan bahwa konsultasinya sudah cukup dengannya dan mempersilahkan ayah dari Raffisa untuk berkonsultasi langsung dengan Dokter Bayu. Ayah dari Raffisa pun menerima saran darinya karna tiba-tiba saja merasa seperti sudah pernah mengenal Dokter Bayu sebelumnya.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Malam harinya, Raffisa diruang ICU sedang ditemani ayahnya. Mereka berdua sedang mengobrol kecil dengan Raffisa yang terus memeluk boneka kesayangannya. Kemudian dengan tiba-tiba mereka berdua didatangi oleh dua orang Dokter, siapa lagi kalau bukan Dokter El Scant dan Dokter Bayu yang telah menanganinya. Keduanya pun melihat kepada mereka berdua, lalu ayah dari Raffisa dan Dokter Bayu menjadi saling berpandangan aneh.
Hingga membuat mereka berdua berbicara mengulang masa lalu. Dimulai dengan Dokter Bayu yang menunjukkan ibu jarinya terhadap ayah dari Raffisa memakai kesopanan akan menanyakan sesuatu. “Anda, sepertinya saya pernah melihat anda diwaktu dulu?”, sapa Dokter Bayu mencoba mengingat masa lalunya. Dokter El Scant menjadi terdiam melihat pandangan keduanya. Sebab keduanya berpandangan seperti mencoba mengingat yang telah lalu.
“Apakah, anda yang memiliki nama lengkap Dokter Bayuwangi? Ini Raffisa, bayi yang dulu saya pernah titipkan pada anda? Pada dua tahun yang lalu!”, ayah dari Raffisa langsung meresponnya dengan tangan terbuka. “Subahanallah!”, ucap syukur Dokter Bayu melihat bahagia. Begitupula Dokter El Scant yang baru mengerti makna dari pandangan keduanya tadi. Kemudian mereka bertiga mulai berjabat tangan saling mengutarakan rasa bahagia.
“Papah, Raffisa mau air!”, Raffisa menghentikan keasikkan mereka bertiga dengan memerintahkan ayahnya. Dan ayahnya langsung menyuapinya air putih. “Mama kemana? Kok gak dibawa?”, tanya Raffisa karna baru mengingat seseorang. “Ada kok, sekarang lagi jaga rumah biar maling gak masuk mencuri mainan Raffisa!”, sahut ayah Raffisa begitu lembut menenangkannya. Karna Raffisa menatap cemburu. Raffisa pun menjadi tenang dan mereka bertiga akan kembali berbicara.           
“Maaf, apakah anda sudah menikah lagi?”, tanya Dokter El Scant memakai permisi. Melihat biasa.
“Saya lebih memilih untuk fokus dalam pekerjaan saya, juga merawat putri semata wayang saya!”, jawab ayah Raffisa memakai senyuman melihat Dokter El Scant.
“Lalu, mama yang sudah dimaksud oleh Raffisa itu siapa?”, sambung Dokter Bayu menatap ingin mengetahui.
“Dia adalah adik iparku! Dia memilih untuk merawat Raffisa saja, setelah dikhianati oleh tunangannya! Bahkan, sampai sekarang pun dia sangat enggan bila saya berbicara permisi padanya, untuk mengenalkannya dengan lelaki yang lain!”, ayah Raffisa menjadi menceritakan seseorang.
Dokter Bayu tiba-tiba merasa tersentuh seperti sudah mengenal siapa yang telah diceritakan olehnya. Lain dengan Dokter El Scant yang menyahutnya. “Sungguh bernasib malang gadis itu!”, El Scant menyahutnya terharu masih melihat kepadanya. Ayah Raffisa tersenyum haru padanya. Kemudian Dokter Bayu mengalihkan pembicaraan, dengan meminta suster untuk memindahkan Raffisa keruangan biasa. Karna detak jantung darinya sudah stabil.
Raffisa yang sudah mengetahui itupun menjadi tertawa lepas menatap ketiganya. Dan ketiganya memberi senyuman bahagia kepadanya. Itu karna mereka bertiga merasa banga karna dapat mengembalikan senyuman, tawa lepas dari Raffisa. Dan tanpa diketahui oleh Bayu, kalau apa yang sudah diceritakan oleh ayah dari Raffisa adalah Inairtif. Seorang gadis yang tiba-tiba hilang lagi dari pandangannya, disekitarnya juga didekatnya. 

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar