Hari telah berganti. Saat hari
masih pagi menunjukkan pukul tujuh, Bayu sudah tiba dirumah sakit dengan
berjalan akan segera memasuki pintu masuk dari lobby rumah sakit. Namun ketika
baru saja melewati pintu masuk dari lobby rumah sakit, tiba-tiba saja ia
bertabrakan dengan seorang gadis yang bertepatan akan keluar dari dalam rumah
sakit melewati pintu yang sama dengannya. Dan tangan Bayu kini sedang
menggenggam tangan dari seorang gadis itu.
Sementara posisi keduanya sudah
saling membelakangi, berbeda selangkah saja. Dan keduanya sama-sama terkejut
berdiam ditempat, hening seketika. Dengan tangan keduanya yang sudah saling
menggenggam, keduanya mulai memberanikan diri tuk melihat wajah siapa yang
telah menabrak dan yang ditabrak. Dan kini keduanya sudah saling berpandangan
berekspresikan wajah sama-sama kaget. Dengan keadaan mereka berdua yang seperti
itu, mereka berdua akan berbicara kecil.
“Kamu?”, tanya Bayu setelah
mengetahui. Gadis itu adalah Inairtif.
“Selamat pagi Dokter!”, Inairtif
mulai menyapa dengan senyum. Namun masih kaku.
“Ada apa kamu kesini lagi? Apakah
ada kasus baru yang kamu buat lagi?”, Bayu bertanya tegas. Mulai meantapnya
namun biasa. Gadis itu menggeleng.
Bayu menjadi hening sesaat,
kemudian melepaskan genggamannya masih menatap biasa ke gadis itu.
“Assalamu’alaikum!”, kata Bayu yang terakhir masih tegas lalu beralih pergi
meninggalkan cuek. “Ah, Dokter ganteng! Jodoh yah, bisa ketemu lagi!”, gadis
itu berbisik melihat kepergiannya sedikit girang. Usainya berbisik gadis itupun
yang bernama Inairtif, beranjak pergi menuju keparkiran kendaraan untuk pulang.
Inairtif, ketika beberapa langkah
lagi ia akan sampai keparkiran kendaraan yang ditujunya. Tiba-tiba ada yang
seperti menghentikan langkahnya ketika dirinya melihat kearah kanan darinya. Ia
secara tidak sengaja melihat Dokter El Scant yang belum diketahui namanya
olehnya sendiri sedang berjalan dari parkiran akan menuju ke lobby rumah sakit.
Seketika Inairtif menjadi teringat saat ia melihat Dokter El Scant pada dua
tahun yang lalu, disambung dengan Dokter Bayu yang tiba-tiba saja
melindunginya.
Dua tahun yang lalu, pertama melihat Dokter El
Scant. . . .
Setelah beberapa saat berjalan, El
Scant terduduk lemas didepan ruang ICCU. Ia sedang menunggu kedatangan
seseorang untuk mendapatkan sebuah cerita kronologis mengapa istrinya, Re Becca
bisa sampai diharuskan melakukan tindakan operasi. Dan dikejauhan diarah kiri
darinya, seorang gadis bernama Inairtif tak sengaja melihat dirinya, gadis itu
baru tersadar kalau dia akan melewati ruang ICCU. Bahkan sudah melihat El Scant
yang sedang terduduk didepan ruang ICCU tersebut.
Dua tahun yang lalu, Dokter Bayu yang tiba-tiba
saja melindunginya. . . .
“Pergilah! Kalau sampai dia disana
melihatmu, maka kasus yang sudah kau perbuat akan berlanjut! Sebab sebelumnya
aku dan Dokter Kandungan bersepakat tuk merahasiakan kasus darimu dulu! Karna
kami masih membutuhkan bukti lainnya!”, Dokter Bayu berbisiik tegas. Dan gadis
itu menyahutnya.
“Terimakasih, anda telah sedikit
berupaya tuk melindungi saya!”, usainya berkata gadis itupun pergi berlawanan
arah dari arah menuju ruang ICCU.
Setelah mengingat kedua momen yang telah berperan pada kedua orang
Dokter, yang baru ditemuinya kembali setelah dua tahun berlalu. Inairtif merasa
aneh, karna bisa bertemu lagi setelah sekian lama tidak pernah bertemu.
Kemudian baru diingatnya jika dirinya selama dua tahun telah menetap di kota
Solo, membantu mengasuh keponakannya. Dan alasannya berada dirumah sakit
tersebut karna seorang keponakannya sedang dirawat diruang kamar khusus
anak-anak.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Bayu didalam ruangan pribadinya,
sedang terduduk sendiri seperti merasakan kegelisahan. Wajahnya sedikit memerah,
bukan karna mengalami gejala tidak enak badan. Tetapi terpikirkan Inairtif yang
ditemuinya lagi tadi. “Seingatku, aku terpikirkan dirinya pada dua tahun
lalu!”, keluhnya berbisik memikirkannya. Lalu ia menjadi merenungkan ekspresi
wajah dari Inairtif, senyum, pandangan mata serta suara dalam bicaranya.
Kemudian Bayu melipatkan kedua
tangannya diatas meja menundukkan kepalanya, akan berkeluh lagi. “Kalau sampai
aku merasakan jantung benar-benar berdetak lain padanya! Maka aku akan
berterimakasih dengan Dia sang Maha Pemberi Cinta!”. ia berkeluh seperti itu
karna suhu pada perasaannya menjadi panas dingin yang merupakan sebuah gejala
bahwa dirinya akan segera jatuh cinta karna telah memikirkan Inairtif walaupun
hanya seperti hembusan angin saja.
Dan kemudian ia menjadi terbangun
saat alarm tentang jam prakteknya mulai dibuka dalam waktu lima menit lagi. Bayu
yang sudah mengetahui, mulai beranjak keluar dari ruangan pribadinya beralih
menuju keruangan prakteknya untuk melayani para pasiennya.
Sore harinya. . . .
El Scant sedang berada diruang
kamar khusus anak-anak akan segera memeriksa seorang anak perempuan yang
menderita penyakit amandel. Usianya baru dua tahun, tetapi sudah menderita
penyakit amandel sejak berusia satu tahun lima bulan. Anak perempuan itu
mempunyai rasa trauma terhadap para Dokter dan suster yang memeriksanya. Sebab
sewaktu diUGD tangannya dipasang jarum infus, yang telah membuatnya menangis
kesakitan.
Dan kini El Scant sedang memeriksa
seorang anak perempuan itu, yang sudah berwajahkan cemas menatap padanya dengan
masih terbaring. El Scant yang sudah melihatnya berusaha mengajaknya bercanda
kecil untuk melancarkan pemeriksaannya dengan mengajaknya berbicara, dan
seorang anak perempuan itu akan selalu menyahutnya meskipun kecemasan
diwajahnya masih terlihat.
“Siapa namanya cantik? Yuk
main-main dulu sama Dokter!”, sapa El Scant menatap canda. Seorang anak itu
tersenyum cemas akan menyahutnya.
“Namaku, Raffisa! Aku tidak bisa
makan yang padat, om Dokter!”, seorang anak itu menyahutnya dengan mengatakan
keluhannya.
“Jadi bisa makan apa dong? Om
Dokter jadi bingung?”, sahut tanya El Scant berpura-pura bingung menatapnya.
“Minum susu sama air saja, om
Dokter.”, sahut lagi seorang anak itu mulai menatap biasa kepadanya. El Scant
pun menjadi tersenyum, karna melihat seorang anak itu menyahut dengan cerdas, tepat
dan jelas.
“Ayo, sekarang buka mulutnya!”,
perintahnya masih dengan canda kepada seorang anak itu. Namun seorang anak itu
menggeleng karna tidak mau membuka mulutnya, mulai menatap cemas. “Oh, yah om
Dokter lupa! Om Dokter mau ngajakin main, kira-kira ada benda apa yah didalam
mulutnya Raffisa? Kalau om Dokter senterin pasti ketemu deh ada apa didalamnya?”,
bujuknya masih memakai canda.
Seorang anak itupun menjadi
tertawa lepas lalu membuka mulutnya, dan El Scant mulai memeriksanya terutama
pada kerongkongannya. “Raffisa harus menjalani operasi ya. Biar kalau makan
yang padat gak sakit lagi. Operasi gak sakit kok, karna operasi dilakukan
tunggu Raffisa bobok cantik!”, bujuk lagi El Scant masih memeriksa kerongkongannya.
Dimana amandel Nampak amat jelas dalam pemeriksaannya.
“Nanti operasinya sama Dokter
Bayu! Sebelum bobok nanti dibacain dongeng sama Dokter Bayu! Raffisa setuju
enggak!”, bujuk lagi El Scant merasakan jiwa kebapakannya. Seorang anak itu
menjadi tersenyum menyetujuinya, matanya mulai berbinar-binar. Melihatnya yang
kembali ceria, El Scant mengajaknya untuk bertepuk tangan dan seorang anak itu
mau bertepuk tangan dengannya. Lalu mereka berdua sama-sama tertawa kecil,
kemudian El Scant pamit untuk pergi memeriksa yang lainnya.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Pada esok hrinya, pukul Sembilan
pagi pasien anak-anak bernama Raffisa yang merupakan seorang pasien dari Dokter
El Scant. Sudah berada diruang tunggu untuk melakukan tindakan operasi
pengangkatan penyakit amandel. Dan diruang yang sama pula, Dokter Bayu dan
seorang susternya baru saja usai melakukan tindakan operasi sekitar tigapuluh
menit lalu. Mereka berdua sedang berdiri membincangkan sesuatu didekat tempat
tidur Raffisa yang sedang menunggu.
Saat mereka berdua masih berbincang-bincang,
tiba-tiba saja ada yang mengusik keduanya karna baru saja terdengar ada suara
anak kecil yang telah memanggil Dokter Bayu dengan panggilan “Papah”. Dan
mereka berdua langsung melihat ke arah suara itu berasal, suara itu adalah
suara Raffisa yang telah salah mengenali orang. Kemudian Dokter Bayu dan
seorang susternya berjalan menghampiri Raffisa, lalu berdiam disampingnya.
Sedangkan Raffisa menatap Dokter
Bayu dengan kediamannya dengan sudah terduduk ditempat tidurnya. “Selamat
pagi!”, tegur Dokter Bayu sedikit mengagetkan Raffisa. “Aku gak mau bobok,
sebelum papah datang membawakan boneka kesayanganku dirumah!”, Raffisa
menyahutnya mencurahkan keinginannya. Dokter Bayu yang sudah mendengarnya
menjadi tersenyum kecil mengangguk masih melihat padanya.
Sedangkan seorang suster
membisikkan kalau obat bius sudah disuntikkan pada selang infus Raffisa.
“Raffisa, kalau misalnya sudah sembuh cita-citanya mau ngapain aja?”, tanya
Dokter Bayu tuk menghiburnya. Raffisa pun menjawabnya dengan tatapan polosnya,
“Aku mau maen lagi sama mama kedua aku!”. Usainya mengatakan itu, Raffisa
menjadi terbaring tak sadarkan diri karna obat biusnya sudah bekerja secara
total.
Dan Dokter Bayu pun meminta
seorang suster yang masih bersamanya, untuk segera mempersiapkan semuanya karna
tindakan operasi dari Raffisa akan dilaksanakan.
Tiga jam kemudian. . . .
Operasi dari Raffisa sudah berhasil
dilakukan pada satu jam lalu. Dan kini ayah dari Raffisa akan menemui Dokter El
Scant, sebelum menemui Dokter Bayu mengikuti peraturan yang sudah diresmikan
dirumah sakit tersebut. Dan kini pula ayah dari Raffisa sedang menghadap Dokter
El Scant diruangan pribadi Dokter El Scant. Ayah dari Raffisa sedang menunggu
Dokter El Scant membaca hasil operasi Raffisa dari Dokter Bayu, yang berupa
sebuah map.
Dan akan diperjelaskan olehnya
sendiri kepada ayah dari Raffisa. Dokter
El Scant pun kini telah usai membaca hasil operasi Raffisa akan
memperjelaskannya berlanjut mempertanyakan sesuatu.
“Operasi dari Raffisa berlangsung
selama dua jam! Letak amandelnya sangat terjangkau jadi kami tidak perlu
melakukan pemeriksaan lanjutan untuk letak amandelnya! Tetapi ada kendala saat
ketika operasi dari Raffisa sedang berlangsung! Jantungnya gampang naik turun,
sementara nafasnya normal, tekanan darahnya juga normal! Apakah, ada daftar
riwayat yang berhubungan dengan jantung dalam keluarga anda?”, Dokter El Scant
menjelaskan berlanjut menanyakan masih memegang map.
Ayah Raffisa memberi senyuman
kecil, mengangguk kecil lalu mengatakan “Almarhum istri saya!”. Dokter El Scant
yang sudah mendengarnya memberi seyuman kecil pula, membalas senyuman darinya.
Kemudian mengatakan bahwa konsultasinya sudah cukup dengannya dan
mempersilahkan ayah dari Raffisa untuk berkonsultasi langsung dengan Dokter
Bayu. Ayah dari Raffisa pun menerima saran darinya karna tiba-tiba saja merasa
seperti sudah pernah mengenal Dokter Bayu sebelumnya.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Malam harinya, Raffisa diruang ICU
sedang ditemani ayahnya. Mereka berdua sedang mengobrol kecil dengan Raffisa
yang terus memeluk boneka kesayangannya. Kemudian dengan tiba-tiba mereka
berdua didatangi oleh dua orang Dokter, siapa lagi kalau bukan Dokter El Scant
dan Dokter Bayu yang telah menanganinya. Keduanya pun melihat kepada mereka
berdua, lalu ayah dari Raffisa dan Dokter Bayu menjadi saling berpandangan
aneh.
Hingga membuat mereka berdua
berbicara mengulang masa lalu. Dimulai dengan Dokter Bayu yang menunjukkan ibu
jarinya terhadap ayah dari Raffisa memakai kesopanan akan menanyakan sesuatu.
“Anda, sepertinya saya pernah melihat anda diwaktu dulu?”, sapa Dokter Bayu
mencoba mengingat masa lalunya. Dokter El Scant menjadi terdiam melihat
pandangan keduanya. Sebab keduanya berpandangan seperti mencoba mengingat yang
telah lalu.
“Apakah, anda yang memiliki nama
lengkap Dokter Bayuwangi? Ini Raffisa, bayi yang dulu saya pernah titipkan pada
anda? Pada dua tahun yang lalu!”, ayah dari Raffisa langsung meresponnya dengan
tangan terbuka. “Subahanallah!”, ucap syukur Dokter Bayu melihat bahagia.
Begitupula Dokter El Scant yang baru mengerti makna dari pandangan keduanya
tadi. Kemudian mereka bertiga mulai berjabat tangan saling mengutarakan rasa
bahagia.
“Papah, Raffisa mau air!”, Raffisa
menghentikan keasikkan mereka bertiga dengan memerintahkan ayahnya. Dan ayahnya
langsung menyuapinya air putih. “Mama kemana? Kok gak dibawa?”, tanya Raffisa
karna baru mengingat seseorang. “Ada kok, sekarang lagi jaga rumah biar maling
gak masuk mencuri mainan Raffisa!”, sahut ayah Raffisa begitu lembut
menenangkannya. Karna Raffisa menatap cemburu. Raffisa pun menjadi tenang dan
mereka bertiga akan kembali berbicara.
“Maaf, apakah anda sudah menikah
lagi?”, tanya Dokter El Scant memakai permisi. Melihat biasa.
“Saya lebih memilih untuk fokus
dalam pekerjaan saya, juga merawat putri semata wayang saya!”, jawab ayah
Raffisa memakai senyuman melihat Dokter El Scant.
“Lalu, mama yang sudah dimaksud
oleh Raffisa itu siapa?”, sambung Dokter Bayu menatap ingin mengetahui.
“Dia adalah adik iparku! Dia
memilih untuk merawat Raffisa saja, setelah dikhianati oleh tunangannya!
Bahkan, sampai sekarang pun dia sangat enggan bila saya berbicara permisi
padanya, untuk mengenalkannya dengan lelaki yang lain!”, ayah Raffisa menjadi
menceritakan seseorang.
Dokter Bayu tiba-tiba merasa
tersentuh seperti sudah mengenal siapa yang telah diceritakan olehnya. Lain
dengan Dokter El Scant yang menyahutnya. “Sungguh bernasib malang gadis itu!”,
El Scant menyahutnya terharu masih melihat kepadanya. Ayah Raffisa tersenyum
haru padanya. Kemudian Dokter Bayu mengalihkan pembicaraan, dengan meminta
suster untuk memindahkan Raffisa keruangan biasa. Karna detak jantung darinya
sudah stabil.
Raffisa yang sudah mengetahui
itupun menjadi tertawa lepas menatap ketiganya. Dan ketiganya memberi senyuman
bahagia kepadanya. Itu karna mereka bertiga merasa banga karna dapat
mengembalikan senyuman, tawa lepas dari Raffisa. Dan tanpa diketahui oleh Bayu,
kalau apa yang sudah diceritakan oleh ayah dari Raffisa adalah Inairtif.
Seorang gadis yang tiba-tiba hilang lagi dari pandangannya, disekitarnya juga
didekatnya.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar