Malam harinya. . . .
Kini sebuah
persiapan masih menjelang pernikahan hampir seluruhnya telah dipersiapkan. Semua
awak istana mulai bekerjasama dalam menghiasi halaman depan istana, juga
menghiasi tempat yang akan dilakukannya sebuah ritual pernikahan. Begitupula
dengan ketiga dayang favorit dari Tuan Putri Purindah yang kini mulai menghias
Tuan Putri mereka. Dengan memulainya memakaikannya gaun pengantin, lalu dilanjutinya menghiasi kedua tangannya
dengan ukiran henna..
Mereka
bertiga saling berbagi tugas dalam menghiasi Tuan Putri Purindah. Lampu-lampu
kecil dihalaman depan Istana mulai terpasang, begitupun dengan lampu-lampu dari
sudut-kesudut ditempat didalam Istana. kemudian secara bersamaan lampu-lampu
kecil itupun mulai dihidupkan mewarnai keadaan Istana yang masih berduka namun
tetap bercampur sedikit kebahagiaan. Karna akan segera diadakannya sebuah
pernikahan yang agung.
Keadaan ditempat
akan dilakukannya sebuah ritual
pernikahan kini sudah berwarna terang benderang karna kelipan lampu-lampu didalamnya
telah dihidupkan, begitupun dengan bunga-bunga sebagai pelengkap didalamnya
sudah tertata rapi. Hanya saja tinggal menunggu kehadiran kedua sang pengantin.
Sementara itu, diruangan Ratu Gandiki, Pangeran Bheeshma baru saja melihatkan
kesiapan pada dirinya didepan cermin didalam ruangan Ratu Gandiki.
Melihat
kesiapannya yang sudah matang juga terlihat begitu rapi, Pangeran Bheeshma pun
menduduki dirinya masih didepan cermin didepannya. Kemudian dilihatnya Ratu
Gandiki sedang berjalan menujunya melihatnya dari cermin didepannya tersebut.
“Kau terlihat
begitu tampan, Anakku!”. Ratu Gandiki berkata memujinya setelah berdiam
dibelakangnya, melihatnya dicermin didepannya.
“Sudahlah
Ibu, Ibu jangan membuatku menjadi salah tingkah lebih dulu, sebelum aku menyelesaikan
ritual pernikahanku nanti!”. Pangeran Bheeshma menbalasnya sedikit malu masih melihatnya
dicermin didepannya. Kini mereka berdua bersama melihat diri mereka berdua
dicermin didepannya.
“Malam ini, kau sudah cukup menggambarkan
kedewasaanmu! Lihatlah pada cermin itu, nak! Dirimu sangat berbeda!”. Ratu
Gandiki mengatakan rasa terharunya dengan melihat Pangeran Bheeshma dicermin
penuh keharuan.
“Ibu, malam ini
aku akan menikahi permaisuriku! Dan karna pakaiian yang sedang aku kenakan
inilah, yang membuat Ibu berkata seperti tadi!”. Pangeran Bheeshma mencurahkan
isi hatinya dengan juga melihat Ratu Gandiki
dicermin.
“Malam ini
kita semua harus bahagia! Lupakan sejenak duka didisiang hari tadi!”. Ratu Gandiki
mengatakan rasa harunya sekali lagi masih melihat Pangeran Bheeshma dicermin
didepannya, lalu mendekapnya dari belakang penuh kasih sayang. Pangeran
Bheeshma pun menjadi tertawa kecil kepadanya masih melihatnya dicermin menyalurkan
rasa bahagianya. Dan Ratu Gandiki mencium pipi kanannya lalu menyandarkan
kepalanya kedadanya sebagai bentuk rasa syukurnya.
BHARATAYUDHAserisatu
Beralih
kembali ke Tuan Putri Purindah masih didalam ruangannya. Kini ia sudah mulai
tampak seperti orang yang sedang duduk bersandar disandaran ditempat tidurnya
namun tetap seperti orang yang masih tertidur. Wajahnya begitu cantik dengan
hiasan perhiasan menggantung dari atas kepalanya hingga dikeningnya. Dengan
memakai gaun berwarna merah muda dirinya begitu anggun terduduk bersandar ditempat
tidurnya menantikan seseorang yang akan membawanya dengan menggendongnya.
Bibirnya yang
merah, matanya yang berhiaskan memakai warna hitam dipadukan dengan sedikit
warna merah muda, membuatnya begitu menjadi seperti hidup. Ditambah lagi dengan
kedua pipinya diwajahnya yang sudah tampak
menjadi kemerah-merahan, membuat dirinya menjadi seorang pengantin yang tak
kalah cantiknya dengan seorang pengantin yang masih hidup. Auranya telah
bersinar, hingga siapapun yang melihatnya kini akan lupa kalau dirinya sudah
tidak bernyawa lagi.
Kemudian
sosok Ayahnya, Raja Wiranata baru saja memasuki ruangannya dengan melihatnya
begitu terkesima karna kecantikan yang terpancar darinya. Raja Wiranata pun
berjalan pelan menujunya, mendekati Putrinya yang telah lama menantinya untuk
membawanya ketempat yang akan dilakukannya sebuah ritual pernikahan.
“Lihatlah,
malam ini Putriku terlihat begitu cantik! Jauh berbeda pada masa hidupnya pagi
tadi!”, Raja Wiranata mengatakan keharuannya dengan masih berjalan mendekatinya.
Lalu berhenti didepan jasad Putrinya berkata kembali dengan merlihat lukisan dari
mediang istrinya disampingnya.
“Lihatlah
istriku! Jasad Putri kita sungguh cantik, bahkan lebih cantik dari masa
hidupnya tadi pagi! Aku mulai merasa jika dia kembali hidup menemani aku! Aku
hampir berhasil menikahkan Putri kita! Tapi setelahnya, aku harus menitipkannya
padamu! Jaga Putri kita baik-baik bersamamu dinirwana sana! Karna aku begitu
menyayanginya, seperti aku menyayangimu!”, kata harunya sekali lagi melihat ke
lukisan dari median istrinya.
Kemudian Raja
Wiranata melihat ketiga dayang favorit dari Putrinya, “Dayang-dayang, aku sudah
tidak sabar untuk membawa Putriku menemui pengantin lelakinya! Bantu aku untuk
menggendongnya!”, perintahnya menggambarkan rasa semangatnya. Ketiga dayang
favorit dari putrinya pun mulai membantunya dengan hati-hati agar kesiapan
pernak-pernik dari Tuan Putri Purindah tidak ada yang terganggu.
“Inilah
tantangan kami Yang Mulia! Ketahuilah, saat kami bersama menghiasnya tadi,
tangan kami begitu bergetar! Kami semua hampir saja tidak berkonsentrasi karna
rasa bahagia didalam diri kami masing-masing!”, kata dayang Naura mewakili
mengungkap keadaan diri mereka saat masih menghiasi Tuan Putri Purindah tadi.
Raja Wiranata pun memberi senyuman bahagia kepada mereka dan akan berjalan
membawa Putrinya menuju ketempat yang akan ditujunya tadi.
BHARATAYUDHAserisatu
Kini keluarga
dari sang pengantin laki-laki sudah berada
didalam ruangan tempat akan dilakukannya sebuah ritual pernikahan.
Begitupula dengan Raja Kharishma bersama Pangeran Karanu juga ikut serta berada
didalamnya. Dan Pangeran Bheeshma kini sudah terduduk manis didepan api suci
sambil menanti permaisurinya. Mereka yang berada didekatnya pun tak
henti-hentinya memberikannya sebuah senyuman kebahagiaan kepadanya.
Hal itu dapat
diketahuinya saat dirinya melihat-lihat ke orang-orang didekatnya yang terlihat
mengelilinginya. Kemudian keluarganya, Raja kharishma bersama Pangeran karanu,
pandangan mereka beralihkan kearah pintu masuk didalam ruangan tersebut. Karna
baru saja mereka semua melihat kedatangan Raja Wiranata membawa Putrinya,
sebagai sang pengantin wanita berjalan sesuai irama menuju kepada sang
pengantin lelakinya.
Pangeran
Bheeshma pun mendirikan dirinya menyambut kedatangan permaisurinya yang
terlihat begitu cantik, lebih cantik dari biasanya yang pernah terlihat. “Kini
dia telah datang dengan kecantikannya! Malam ini, kecantikannya yang tertampak
lebih dari kecantikan yang biasanya, kecantkan yang pernah kulihat sebelumnya!
Dan dia, adalah seorang permaisuri sejatiku!”, Pangeran Bheeshma menyanjungnya
didalam hati setelah mendirikan dirinya memandanginya penuh ketakjuban.
Setelah beberapa saat
kemudian. . . .
Dan kini Tuan
Putri Purindah, sebagai sang pengantin wanitanya sudah duduk berdampingan
bersamanya didepan api suci dengan didampingi ketiga dayang favoritnya yang
bertugas membantunya untuk seperti orang yang sedang terduduk manis dan akan
melakukan sebuah ritual pernikahannya. Pangeran Bheeshma yang sudah melihatnya
terduduk manis namun matanya telah tertutup rapat, memulainya dengan akan
meminta restu kepada Raja Gandaka yang sebagai Ayahnya lebih dulu.
“Ayah, malam ini
aku meminta restu darimu! Karna malam ini, aku telah menambah tanggung jawabku
dengan menikahi seorang Putri dari Wigura!”, Pangeran Bheeshma meminta restu
kepadanya dengan memberi salam.
“Tentu,
Anakku! Tanpa kau meminta pun, Ayah sudah lebih dulu memberikan restu padamu!”,
Raja Gandaka memberikan restunya dengan memegang kedua telapak tangan Pangeran
Bheeshma yang masih memberi salam kepadanya.
Pangeran Bheeshma pun mengerti akan bahasanya,
dan mulai tertampak sedikit keharuan ditatapan kedua matanya. Kemudian Pangeran
Bheeshma melanjutkannya dengan meminta restu kepadfa Ratu Gandiki yang sebagai
Ibunya, setelah Raja Gandaka melepaskan pegangannya dari tangannyai. Ratu
Gandiki pun langsung memberinya senyuman kecil bercampur haru ketika mengetahui
Pangeran Bheeshma sudah berada
dihadapannya.
“Ibu, aku
juga meminta restu darimu! Karana, aku telah berani memilihlagi wanita lain untuk menjadi wanitaku! Selain
dirimu, Ibu! Mohon restumu untuk diriku, dan juga untuknya permaisuriku!”,
Pangeran Bheeshma meminta restu dengan memberi salam, berkata sedikit
bergetar-getar mengaharukan.
“Jawaban Ibu
sama seperti jawaban dari Ayahmu! Ibu sangat merestuimu, Anakku! Akan ada hari
bahagia yang sesungguhnya untuk Pangeran dan Permaisuri, Ibu!”, Ratu Gandiki
memberikan restunya disambung dengan memberinya sebuah doa’a yang pasti akan
terjadi dimasa kehidupannya mendatang.
Pangeran Bheeshma
dan lainnya yang juga mendengarnya
sangat tidak mengetahui akan hal itu. Pangeran Bheeshma hanya merasakan sebuah ketenangan
didalam hatinya setelah mendengar doa dari Ibunya yang tadi. Lalu Pangeran
Bheeshma mengarahkan pandangannya kepada
ketiga saudaranya yang bersama kedua pamannya untuk sejenak dengan sebyuman
haru, merekapun kini saling memandangi memancarkan kebahagiaannya masing-masing
diraut wajah mereka.
Setelahnya, Pangeran Bheeshma melangkahkan
kakinya untuk pergi ke Raja Wiranata yang sebagai Ayah dari sang pengantin
wanitanya yang sebentar lagi akan menjadi permaisurinya. Dan kini ia pun telah
berada didepannya berhadapan dengan memberi salam kepadanya, menatapnya masih
dengan keharuan.
“Ayah, malam ini
aku meminta izin darimu, juga restu darimu! Karna aku akan menikahi Putrimu,
dan akan menjadikan Putrimu menajdi milikku! Tapi sebelumnya, maafkanlah aku
karna sudah tidak sengaja membuat Putrimu, yang sebentar lagi akan menjadi
permaisuriku menjadi keadaan yang seperti ini!”, Pangeran Bheeshma berkata
meminta, menyatukan semuanya agar tidak ada yang perlu disesali lagi.
“Tidak,
Anakku! Aku baru saja menyadari kalau Putriku sudah melakukan hal yang benar!
Kebahagian yang Putriku inginkan, akan segera didapatkannya pada mala mini
juga! Menikahlah dengan Putriku yang malang ini, Pangeran Bheeshma! Dan aku
tidak melarangmu untuk menikah lagi, disaat kau sudah menikani Putriku pada malam
ini!”, Raja wiranata mengungkap kata kesadarannya sedikit haru menatap Pangeran
Bheeshma.
“Aku tidak
akan pernah untuk menikah lagi! Permaisuriku memang sudah tidak bernyawa lagi,
tapi jauh dilubuk hatiku yang paling dalam, permaisuriku sungguh masih hidup!
Dan jika aku harus menikah lagi dikehidupanku dimasa mendatang nanti, maka aku
akan menikah pada reinkarnasi dari Putrimu, Ayah! Itu janjiku untuk
permaisuriku!”, Pangeran Bheeshma mengatakan tekadnya dari kejujurannya dengan
menahan airmatanya yang sudah semakin penuh.
Raja Wiranata
pun langsung memeluknya erat dicampur dengan rasa bersalah karna sudah
mengutuknya siang tadi. Dan Pangeran Bheeshma mulai mejatuhkan airmatanya namun
masih menahan tangisannya. Raja Kharishma bersama Pangeran Karanu menjadi
hening sesaat menyaksikan mereka berdua yang saling mengungkap rasa harunya.
Raja Gandaka mengusap airmata Ratu Gandiki yang menetes ketika melihat Ratu Gandiki yang juga melihat kepadanya dengan sejuta
keharuan.
Begitupula
dengan ketiga saudaranya yang masih bersama kedua pamannya, mereka bersama-sama
terdiam begitu terharu karna terbawa oleh suasana. Kemudian Pangeran Karanu
mengalihkan pandangannya kepada jasad Tuan Putri Purindah yang masih terduduk
sambil berbisik dihatinya, “Temanku yang masih tertidur, tentu kau merasa
begitu bahagia karna melihat pemandangan ini!”, lalu meneteskan airmata
kanannya masih melihat jasadnya.
Dan sekarang
Pangeran Bheeshma telah melepaskan pelukannya, dengan masih berdiri. Dan
kemudian dilihatnya Raja Gandaka, Ratu Gandiki, Raja Kharishma, dan juga Raja
Wiranata secara bergantian memberi restu kepada jasad Tuan Putri Purindah
dengan mencium keningnya penuh keikhlasan.
BHARATAYUDHAserisatu
Setelahnya menyaksikan
yang demikian, Pangeran Bheeshma duduk berdampingan kembali bersama jasad Tuan
Putri Purindah. Dan kini akan dilakukannya sebuah pemberkatan pernikahan dengan
menaburkan serbuk berwarna kuning dengan menggunakan kedua telapak tangan dari
masing-masing kedua sang pengantin ke api suci didepannya. Pangeran Bheeshma
pun menaburkan serbuknya ke api suci
didepannya bersama dengan jasad Tuan Putri Purindah yang dibantu oleh kedua
dayangnya.
Kemudian
dilanjuti olehnya dengan memasangkan sebuah kalung berbenangkan hitam keleher
jasad Tuan Putri Purindah sebagai sebuah simbol telah menjadi istrinya. Tangannya
pun menjadi bergemetar kecil saatnya masih mencoba memakaikan kalung
berbenangkan hitam tersebut. Setelah memakaikan kalung tersebut, Pangeran Bheeshma
memberikannya serbuk sindu sebagai sudah dijadikannya seorang istri untuknya dikening
sampai keubun-ubun diatas kepalanya.
“Sekarang kau
telah resmi menjadi istriku, seorang permaisuri sejati untukku!”, katanya
memuji didalam hati setelah memakaikan sindu dikeningnya sampai keubun-ubun
diatas kepalanya dari jasadnya. Dan kini Pangeran Bheeshma memakaikannya sebuah
kalung dari rangkaiian bunga tujuh rupa, begitupun dengan jasad Tuan Purindah
yang memakaikan Pangeran bheeshma sebuah kalung rangkaiian bunga tujuh rupa
ditangannya dengan dibantu oleh kedua dayangnya.
Usai sudah
mereka berdua melakukan sebuah ritual pemberkatan pernikahan yang sangat sakral
itu, kemudian Pangeran Bheeshma akan beralih mengangkat jasad Tuan Putri
Purindah untuk berputar sebanyak tujuh kali mengelilingi api suci didepan
mereka berdua dengan kedua selendang yang mereka kenakan sudah disatukan yang
telah diikatkan oleh Raja Wiranata. Semuanya yang menyaksikannya pun turut
memberikan senyuman kebahagiaan.
Karna semua
ritual pernikahan yang sudah dilakukan begitu sangat lancar tanpa ada kendala
sedikitpun didalamnya. dan Pangeran Bheeshma kini akan melakukan putarannya
yang pertama mealui dari Raja Wiranata hingga mendapatkan satu putaran.
Diputaran keduanya, mulai terlihat jiwa dari Tuan Putri Purindah ikut
bersamanya berputar memutari api suci masih melewati Raja Wiranata. Tuan Putri
Purindah pun melihat Ayahnya yang begitu menikmati suasana dalam pernikahannya.
Pada putaran
ketiga, jiwa Tuan Putri Purindah melihat ke Raja Gandaka bersama Ratu Gandiki
yang melihat ke jasadnya ditangan Pangeran Bheeshma. Putaran yang keempatnya,
jiwa Tuan Putri Purindah melihat ke Raja Kharishma bersama Pangeran Karanu yang
masih bersama melihat ke Pangeran Bheeshma. Dan putaran yang kelima, jiwa Tuan
Putri Purindah melihat ketiga saudara dari Pangeran Bheeshma juga kepada kedua
paman dari Pangeran Bheeshma.
Sedangkan
diputaran keenam jiwa Tuan Putri Purindah hanya melihat ke api suci yang kini
masih dikelilinginnya. Dan diputaran ketujuh jiwa Tuan Putri Purindah hanya
melihat ke Pangeran Bheeshma yang masih berjalan mengelilingi api suci.
Kemudian Pangeran Bheeshma mulai berbisik kecil dihatinya sesaat masih berjalan
diputaran yang ketujuh. “Langkahmu seperti tak pernas lepas dari langkahku!
Dimana aku mendengar bisikan dari langkahku, disitu aku juga mendengar bisikan
dari langkahmu!”.
Bisik
kecilnya didalam hati setelah sedari tadi menahan suara bisikan dari langkah
kaki Tuan Putri Purindah yang seakan masih mengikutinya. Hubungan bathin
keduanya begitu erat melekat pada diri mereka berdua masing-masing. Meskipun
salah-satu diantaranya sudah mati tak bernyawa. Tetapi itulah yang dinamakan
kekuatan perasaan yang sejati sesungguhnya. Yang tidak dapat diketahui banyak
orang alias hanya untuk diri mereka berdua saja. Sebab rasa cinta kita yang
merasakan bukan orang lain.
BHARATAYUDHAserisatu