Kamis, 19 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-42



Setelahnya menjalani ritual pernikahannya yang tadi, dan juga setelahnya menjadi pasangan suami istri yang sah, Pangeran Bheeshma pun kini telah tertidur bersama jasad Tuan Putri Purindah dalam satu ranjang berdampingan. Keduanya masih memakai baju pengantin mereka masing-masing juga masih dengan pernak-pernik yang telah dikenakan tadi. Didalam lelap tidurnya, terdengar suara dari Tuan Putri Purindah memanggilnya dengan sebutan, “Pangeran Bheeshmaku!”.
Sama percis dengan sewaktunya masih hidup memanggilnya memakai sebutan seperti itu. Jiwa Pangeran Bheeshma pun menjadi terbangun meninggalkan tubuhnya yang masih terbaring karna sudah terlelap dalam tidurnya bersama Tuan Putri Purindah disampingnya. Dan kini Jiwanya pergi kesuatu tempat dimana ia mendengar jejak langkah kaki Tuan Putri Purindah yang sangat terdengar jelas. Dan kemudian ia mennemukan jiwa Tuan Putri Purindah ditempat paling atas.
Tempatnya bersama-sama dulu saat melihat bulan purnama dimala m bulan purnama beberapa waktu yang lalu. Diketahuinya jiwa Tuan Putri Purindah sedang melihat kebulan diatasnya berpakaiaan gaun pengantin seperti yang telah terlihat pada tubuhnya yang masih terbaring dikamarnya bersama tubuh Pangeran Bheeshma. Dan kini Pangeran Bheeshma baru saja berhasil mendekatinya dengan berdiam disampingnya, bersama kembali melihat kebulan diatasnya.
“Permaisuriku! Aku, Pangeran Bheeshmamu, kini telah datang dengan berada disampingmu!”, Pangeran Bheeshma memulainya, masih melihat kebulan diatasnya. Jiwa Tuan Putri Purindah pun mengarahkan pandangannya kepadanya pelan disertai senyuman kecil setelah mendengarnya. Begitu juga dengan Pangeran Bheeshma yang kini mengarahkan pandangannya kepadanya memakai sebuah tatapan yang terdiam.
“Tadi, aku telah menikahi jasadmu! Meskipun yang kunikahi hanyalah jasadmu, namun jiwamu tetap ikut bersamaku! Kau tadi tentu masih hidup bukan? Karna langkahmu begitu berisik mengikuti langkahku! Dan janjiku, aku akan menunggumu sampai reinkarnasi dari dirimu sudah aku temukan! Kematian bukanlah tanda berakhirnya cerita cinta kita! Karna aku, hanya akan menikah satu kali saja! Dan kalaupun harus kedua kalinya, maka aku akan menikah dengan reinkarnasi dari dirimu!”.
Pangeran Bheeshma mengatakannya dengan sejuta keseriusan ditatapan kedua matanya, sedangkan Tuan Putri Purindah yang sudah mengerti menggelengkan kepalanya masih disertai senyuman. “Suamiku, tadi aku memang mengikuti langkahmu dalam mengelilingi api suci pada putaran yang kedua hingga putaran yang ketujuh! Aku telah menunggu untuk itu, aku menyaksikan saat kau menaburkan serbuk, memakaikan dua buah kalung itu, juga dengan sindu yang masih ada dikeningku saat ini!”, Tuan Putri Purindah bercerita tentang kehadirannya.
“Taukah kau, Permaisuriku?! Tanganku sangat bergetar tadi, bahkan lebih bergetar yang kurasakan, daripada saat aku mendengar telah mendapatkan sebuah masa penghukuman dari Yang Mulia Ayah!”, Pangeran bheeshma lebih terbuka mengatakannya. Tuan Putri Purindah menjadi terdiam dalam senyumnya yang kini telah menjadi kaku.

BHARATAYUDHAserisatu

Tiba-tiba saja angin datang menyapu keduanya dengan sedikit kencang, hingga kain sari yang menutupi kepala Tuan Putri Purindah menjadi terjatuh menutupii kedua bahunya. Disaat itu juga, Pangeran Bheeshma langsung memeluknya dari depan dirinya dengan menyandarkan kepala Tuan Putri Purindah belahan dadanya.
“Kau jangan merasa terusik dengan angin! Karna dia datang dengan semaunya saja!”, kata Pangeran Bheeshma menenangkan berusaha tuk menghangatkannya.
“Suamiku, aku sudah mati! Jiwaku terasa sangat dingin sekali, sehingga membuatmu merasa sedikit dingin! Sedangkan aku, merasakan kehangatan dalam pelukanmu!”, penjelasan Tuan Putri Purindah sedikit merasa ketidak adilan.
“Kau sekarang tidak hanya temanku, kasihku, juga cintaku! Tapi sekarang kau sudah menjadi istriku, Permaisuriku! Kau kini merupakan tanggung jawabku! Bagaimana mungkin aku bisa membiarkanmu merasa kedinginan saat angin nakal yang sekarang ini telah menyerang kita berdua dengan sapuan hembusan angin dinginnya!”. Pangeran Bheeshma berkata penuh dengan ketanggung jawabannya sebagai seorang suami.
“Suamiku, aku ingin membebaskanmu sedikit untuk mengumpulkan anak-anakmu dimasa mendatang! Sentuhlah aku sekarang layaknya seorang istri dimalam pertama sebagai pengantin baru! Dan benih yang akan tertanam dirahimku akan hidup disaat kita berdua telah dipertemukan kembali! Meskipun anak-anakmu yang lainnya harus kau temukan sendiri!”. Tuan Putri Purindah mengatakan sedikit kemudahan yang kan didapatkannya pada masa kehidupannya mendatang.
Kemudian Tuan Putri Purindah mengangkat kepalanya dengan melihat kembali ke Pangeran Bheeshma, begitupun dengan Pangeran Bheeshma yang baru saja membalas melihat kepadanya. “Sekarang aku adalah seorang peran wanita dalam mimpi basahmu itu! Dan anak kita, akan hadir dalam wujud seorang manusia pada limaratus tahun kemudian! Percayalah padaku, suamiku! Aku tidaklah berbohong!”, Tuan Putri Purindah berkata semakin meyakinkannya.
Pangeran Bheeshma pun menjadi terdiam sesaat setelah mendengarnya, dan dirasakannya kedua tangan Putri Purindah sedang membelai lembut dadanya, menggodanya. Kemudian Pangeran Bheeshma perlahan mendekati wajahnya tepatnya kearah bibirnya, lalu mengecupnya dengan memejamkan kedua matanya. Sementara keadaan tubuhnya yang masih terbaring dalam kelelapan tidurnya, tangannya menjadi bergerak menyentuh tangan Tuan Putri Purindah lalu menggenggamnya.
Kembali, kini pangeran Bheeshma membaringkan tubuhnya ditempat itu, dan Tuan Putri Purindah berada disamping tubuhnya dengan mendekapnya dari atas. Pangeran Bheeshma yang melihatnya mulai membelai wajahnya lembut semakin mengamati kehadirannya. Kemudian kembali mengecup bibirnya perlahan meresapinya, lalu membaringkan pelan Tuan Putri Purindah disebelahnya. Dan Tuan Putri Purindah menutupi Pangeran Bheeshma yang masih mengecupnya.
Tuan Putri Purindah menutupinya dengan kain sarinya bersama dengan dirinya sendiri.  Mereka berduapun menjadi bercinta bersama, hingga keadaan tubuh Pangeran Bheeshma yang masih terbaring terlelap dalam tidurnya menjadi gelisah mendesah-desah seolah-olah sedang bercinta seperti apa yang terjadi pada mimpinya bersama Tuan Putri Purindah. Tangannya pun kini semakin menggenggam erat tangan Tuan Putri Purindah.
Dan ia melakukan yang demikian karna masih terbawa dalam meresapi rasa bercintanya bersama Tuan Putri Purindah. Setelah beberapa saat tubuhnya dalam keadaan yang seperti itu, tiba-tiba saja tubuhnya menjadi terbangun karna jiwanya sudah kembali kepada tubuhnya. Dan ia pun terlepas dalam resapan bercintanya bersama Tuan Putri Purindah didalam mimpinya tadi seketika. Keringat dingin pun sudah membasahi tubuhnya.
seolah-olah telah lelah melakukan apa yang telah dilakukannya pada dimimpinya tadi dengan nafasnya yang sedsikit ngos-ngosan. Dan lagi,  jiwa Tuan Putri Purindah ada disampingnya menatapnya dengan berbisik ditelinganya.
“Sebentar lagi matahari akan terbit! Kau merasa lelah karna sudah bercinta denganku! Tapi kau harus tetap kuat untuk menjalani upacara kematianku nant!”,lalu Tuan Putri Purindah mencium pipinya kemudian menghilang. Sementara Pangeran Bheeshma yang sudah merasakannya tadi menjadi semakin bernafas ngos-ngosan berpandangan lurus kedepan dipenuhi dengan kebingungan. Dan juga dengan peluh dinginnya yang semakin deras.

BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar