Setelahnya
menjalani ritual pernikahannya yang tadi, dan juga setelahnya menjadi pasangan
suami istri yang sah, Pangeran Bheeshma pun kini telah tertidur bersama jasad
Tuan Putri Purindah dalam satu ranjang berdampingan. Keduanya masih memakai
baju pengantin mereka masing-masing juga masih dengan pernak-pernik yang telah
dikenakan tadi. Didalam lelap tidurnya, terdengar suara dari Tuan Putri
Purindah memanggilnya dengan sebutan, “Pangeran Bheeshmaku!”.
Sama percis
dengan sewaktunya masih hidup memanggilnya memakai sebutan seperti itu. Jiwa
Pangeran Bheeshma pun menjadi terbangun meninggalkan tubuhnya yang masih
terbaring karna sudah terlelap dalam tidurnya bersama Tuan Putri Purindah disampingnya.
Dan kini Jiwanya pergi kesuatu tempat dimana ia mendengar jejak langkah kaki
Tuan Putri Purindah yang sangat terdengar jelas. Dan kemudian ia mennemukan
jiwa Tuan Putri Purindah ditempat paling atas.
Tempatnya
bersama-sama dulu saat melihat bulan purnama dimala m bulan purnama beberapa
waktu yang lalu. Diketahuinya jiwa Tuan Putri Purindah sedang melihat kebulan
diatasnya berpakaiaan gaun pengantin seperti yang telah terlihat pada tubuhnya
yang masih terbaring dikamarnya bersama tubuh Pangeran Bheeshma. Dan kini
Pangeran Bheeshma baru saja berhasil mendekatinya dengan berdiam disampingnya,
bersama kembali melihat kebulan diatasnya.
“Permaisuriku!
Aku, Pangeran Bheeshmamu, kini telah datang dengan berada disampingmu!”,
Pangeran Bheeshma memulainya, masih melihat kebulan diatasnya. Jiwa Tuan Putri
Purindah pun mengarahkan pandangannya kepadanya pelan disertai senyuman kecil
setelah mendengarnya. Begitu juga dengan Pangeran Bheeshma yang kini mengarahkan
pandangannya kepadanya memakai sebuah tatapan yang terdiam.
“Tadi, aku
telah menikahi jasadmu! Meskipun yang kunikahi hanyalah jasadmu, namun jiwamu
tetap ikut bersamaku! Kau tadi tentu masih hidup bukan? Karna langkahmu begitu
berisik mengikuti langkahku! Dan janjiku, aku akan menunggumu sampai reinkarnasi
dari dirimu sudah aku temukan! Kematian bukanlah tanda berakhirnya cerita cinta
kita! Karna aku, hanya akan menikah satu kali saja! Dan kalaupun harus kedua
kalinya, maka aku akan menikah dengan reinkarnasi dari dirimu!”.
Pangeran
Bheeshma mengatakannya dengan sejuta keseriusan ditatapan kedua matanya,
sedangkan Tuan Putri Purindah yang sudah mengerti menggelengkan kepalanya masih
disertai senyuman. “Suamiku, tadi aku memang mengikuti langkahmu dalam
mengelilingi api suci pada putaran yang kedua hingga putaran yang ketujuh! Aku
telah menunggu untuk itu, aku menyaksikan saat kau menaburkan serbuk,
memakaikan dua buah kalung itu, juga dengan sindu yang masih ada dikeningku
saat ini!”, Tuan Putri Purindah bercerita tentang kehadirannya.
“Taukah kau,
Permaisuriku?! Tanganku sangat bergetar tadi, bahkan lebih bergetar yang
kurasakan, daripada saat aku mendengar telah mendapatkan sebuah masa
penghukuman dari Yang Mulia Ayah!”, Pangeran bheeshma lebih terbuka
mengatakannya. Tuan Putri Purindah menjadi terdiam dalam senyumnya yang kini
telah menjadi kaku.
BHARATAYUDHAserisatu
Tiba-tiba
saja angin datang menyapu keduanya dengan sedikit kencang, hingga kain sari
yang menutupi kepala Tuan Putri Purindah menjadi terjatuh menutupii kedua
bahunya. Disaat itu juga, Pangeran Bheeshma langsung memeluknya dari depan
dirinya dengan menyandarkan kepala Tuan Putri Purindah belahan dadanya.
“Kau jangan merasa
terusik dengan angin! Karna dia datang dengan semaunya saja!”, kata Pangeran Bheeshma
menenangkan berusaha tuk menghangatkannya.
“Suamiku, aku
sudah mati! Jiwaku terasa sangat dingin sekali, sehingga membuatmu merasa
sedikit dingin! Sedangkan aku, merasakan kehangatan dalam pelukanmu!”,
penjelasan Tuan Putri Purindah sedikit merasa ketidak adilan.
“Kau sekarang
tidak hanya temanku, kasihku, juga cintaku! Tapi sekarang kau sudah menjadi
istriku, Permaisuriku! Kau kini merupakan tanggung jawabku! Bagaimana mungkin
aku bisa membiarkanmu merasa kedinginan saat angin nakal yang sekarang ini telah
menyerang kita berdua dengan sapuan hembusan angin dinginnya!”. Pangeran
Bheeshma berkata penuh dengan ketanggung jawabannya sebagai seorang suami.
“Suamiku, aku
ingin membebaskanmu sedikit untuk mengumpulkan anak-anakmu dimasa mendatang!
Sentuhlah aku sekarang layaknya seorang istri dimalam pertama sebagai pengantin
baru! Dan benih yang akan tertanam dirahimku akan hidup disaat kita berdua
telah dipertemukan kembali! Meskipun anak-anakmu yang lainnya harus kau temukan
sendiri!”. Tuan Putri Purindah mengatakan sedikit kemudahan yang kan
didapatkannya pada masa kehidupannya mendatang.
Kemudian Tuan
Putri Purindah mengangkat kepalanya dengan melihat kembali ke Pangeran
Bheeshma, begitupun dengan Pangeran Bheeshma yang baru saja membalas melihat
kepadanya. “Sekarang aku adalah seorang peran wanita dalam mimpi basahmu itu!
Dan anak kita, akan hadir dalam wujud seorang manusia pada limaratus tahun
kemudian! Percayalah padaku, suamiku! Aku tidaklah berbohong!”, Tuan Putri
Purindah berkata semakin meyakinkannya.
Pangeran
Bheeshma pun menjadi terdiam sesaat setelah mendengarnya, dan dirasakannya
kedua tangan Putri Purindah sedang membelai lembut dadanya, menggodanya.
Kemudian Pangeran Bheeshma perlahan mendekati wajahnya tepatnya kearah
bibirnya, lalu mengecupnya dengan memejamkan kedua matanya. Sementara keadaan
tubuhnya yang masih terbaring dalam kelelapan tidurnya, tangannya menjadi
bergerak menyentuh tangan Tuan Putri Purindah lalu menggenggamnya.
Kembali, kini
pangeran Bheeshma membaringkan tubuhnya ditempat itu, dan Tuan Putri Purindah
berada disamping tubuhnya dengan mendekapnya dari atas. Pangeran Bheeshma yang
melihatnya mulai membelai wajahnya lembut semakin mengamati kehadirannya.
Kemudian kembali mengecup bibirnya perlahan meresapinya, lalu membaringkan
pelan Tuan Putri Purindah disebelahnya. Dan Tuan Putri Purindah menutupi
Pangeran Bheeshma yang masih mengecupnya.
Tuan Putri
Purindah menutupinya dengan kain sarinya bersama dengan dirinya sendiri. Mereka berduapun menjadi bercinta bersama,
hingga keadaan tubuh Pangeran Bheeshma yang masih terbaring terlelap dalam
tidurnya menjadi gelisah mendesah-desah seolah-olah sedang bercinta seperti apa
yang terjadi pada mimpinya bersama Tuan Putri Purindah. Tangannya pun kini
semakin menggenggam erat tangan Tuan Putri Purindah.
Dan ia
melakukan yang demikian karna masih terbawa dalam meresapi rasa bercintanya
bersama Tuan Putri Purindah. Setelah beberapa saat tubuhnya dalam keadaan yang
seperti itu, tiba-tiba saja tubuhnya menjadi terbangun karna jiwanya sudah
kembali kepada tubuhnya. Dan ia pun terlepas dalam resapan bercintanya bersama
Tuan Putri Purindah didalam mimpinya tadi seketika. Keringat dingin pun sudah
membasahi tubuhnya.
seolah-olah
telah lelah melakukan apa yang telah dilakukannya pada dimimpinya tadi dengan
nafasnya yang sedsikit ngos-ngosan. Dan lagi,
jiwa Tuan Putri Purindah ada disampingnya menatapnya dengan berbisik
ditelinganya.
“Sebentar
lagi matahari akan terbit! Kau merasa lelah karna sudah bercinta denganku! Tapi
kau harus tetap kuat untuk menjalani upacara kematianku nant!”,lalu Tuan Putri
Purindah mencium pipinya kemudian menghilang. Sementara Pangeran Bheeshma yang
sudah merasakannya tadi menjadi semakin bernafas ngos-ngosan berpandangan lurus
kedepan dipenuhi dengan kebingungan. Dan juga dengan peluh dinginnya yang
semakin deras.
BHARATAYUDHAserisatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar